Anda di halaman 1dari 52

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan pasar sayuran terutama buah tomat di indonesia dari tahun
ketahun terus meningkat. Produksi tomat di wilayah Sulawesi Selatan berturut-
turut adalah 52.431 ton pada tahun 2014, 47.597 ton pada tahun 2015 kemudian
meningkat lagi menjadi 49.292 ton pada tahun 2016, peningkatan angka produksi
tersebut menggambarkan bahwa produksi tanaman tomat dari tahun ke tahun
tidak stabil, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menstabilkan produksi
tanaman tomat (BPS, 2017).
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan sayuran yang paling
banyak dibudidayakan di dunia. Budidaya tomat mempunyai resiko kegagalan
dan biaya yang cukup tinggi. Tomat merupakan tanaman yang sangat peka
terhadap perubahan cuaca dan iklim, sehingga memerlukan perawatan yang
sangat intensif supaya dapat memperoleh hasil yang baik. Dewasa ini beberapa
tanaman termasuk tomat mengalami staknansi, dimana rata-rata produksinya
perhektar sulit sekali dikembangkan dan ditingkatkan penerapan sistem pertanian
yang mengutamakan penggunaan pestisida dan pupuk kimia masih sangat melekat
pada model pertanian kita, peningkatan produksi dari penggunaan bahan-bahan
tersebut bersifat sementara, sedangkan dampak negatifnya sangat besar karena
menyebabkan kerusakan pada sifat-sifat kimia dan biologi tanah (Syarief, 1989)
Salah satu upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan cara
pemupukan baik pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah
Pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup atau makhluk hidup yang
telah mati, meliputi kotoran, sampah, kompos, dan berbagai produk limbah
lainnya. Sedangkan pupuk anorganik adalah pupuk yang bukan berasal dari
makhluk hidup dan merupakan pupuk buatan manusia yang mengandung bahan-
bahan kimia (Samekto, 2008).
Menurut Munthe, dkk (2006), bahwa penggunaan pupuk organik
bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia, sehingga
dosis pupuk dan dampak pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia
dapat dikurangi. Penggunaan pupuk organik juga dapat meningkatkan
2

mikroorganisme tanah yang sangat bermanfaat dalam menyediakan unsur hara


tanah dan memperbaiki lingkungan (Departemen Pertanian, 2005).
Kotoran kerbau merupakan bahan organik yang mudah terurai sehingga
apabila tidak dikelola dengan benar dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
baik secara biologi, kimia maupun fisik. Pengelolaan limbah ternak yang tidak
tepat dapat menyebabkan pencemaran pada air, tanah dan udara, berdampak pada
penurunan kualitas lingkungan, kualitas hidup peternak dan ternaknya serta dapat
memicu konflik sosial. Pengelolaan limbah yang dilakukan dengan baik selain
dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan juga memberikan nilai
ekonomis terhadap usaha ternak.
Salah satu pemanfaatan limbah kotoran ternak kerbau adalah sebagai
sumber energi biogas dan kompos. Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari
bahan-bahan organik yang mengalami fermentasi oleh bakteri dalam kondisi
anaerob (tanpa oksigen dari udara). Selain menghasilkan biogas sebagai energi,
fermentasi anaerob ini juga menghasilkan sludge biogas hasil ikutan yang dapat
digunakan sebagai pupuk organik.
Martinus. E, dkk (2017) menyatakan bahwa Pemberian pupuk kandang
kerbau meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah berupa panjang
tanaman, bobot basah dan bobot kering umbi bawang merah . Oleh sebab itu pada
penelitian yang akan dilakukan peneliti menggunakan kotoran kerbau sebagai
pupuk organik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman tomat keriting.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana respon kotoran kerbau terhadap pertumbuhan dan produksi


tanaman tomat keriting.
2. Berapa dosis kotoran kerbau yang tepat terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman tomat keriting.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui respon penggunaan kotoran kerbau terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman tomat keriting.
3

2. Untuk mengetahui dosis kotoran kerbau yang tepat terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman tomat keriting.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai respon penggunaan
kotoran kerbau terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat keriting.
2. Memberikan informasi mengenai dosis kotoran kerbau yang tepat terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman tomat keriting.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esculentum Mill)


Tanaman tomat berasal dari Amerika, yaitu daerah Andean yang
merupakan bagian dari Negara Bolisia, Cili, Kolombia, Ekuador dan Peru.
Semula di Negara asalnya tanaman tomat hanya di kenal sebagai tanaman gulma.
Awalnya orang-orang menganggap tomat adalah gulma beracun, sehingga mereka
takut untuk memakanya (Purwati dan Khairunisa, 2007).
Pada tahun 1820, tomat mulai dianggap sebagai makanan lezat dan menjadi
kegemaran banyak orang. Sebenarnya buah tomat mempunyai sifat racun karena
buah tomat mengandung lycopersicin tetapi kadar racunya rendah dan akan hilang
dnengan sendirinya apabila buah telah tua dan matang. Racun inilah yang
menyebabkan rasa getir dan bau yang tidak enak pada buah tomat yang masih
muda.
Tanaman tomat memiliki daerah penyebaran yang cukup luas, yaitu di
dataran tinggi (> 700 m dpl), dataran medium tinggi (450-699 m dpl), dataran
medium rendah (200-499 m dpl), dan dataran rendah (< 199 m dpl) (Purwati dan
Khairunisa, 2007).
Buah tomat merupakan salah satu jenis sayuran buah yang sangat dikenal
oleh masyarakat. Rasa buah tomat adalah manis-manis segar yang dapat
memberikan kesegaran tubuh. Karena cita rasa yang khas ini, buah tomat justru
banyak digemari oleh banyak orang cita rasa dan kelezatan buah tomat yang khas
ini juga dapat menambah cita rasa dan kelezatan berbagai masakan dan minuman.
Tomat merupakan tanaman yang sangat peka terhadap perubahan cuaca
dan iklim, sehingga memerlukan perawatan yang sangat intensif supaya dapat
memperoleh hasil yang baik. Dewasa ini beberapa tanaman termasuk tomat
mengalami staknansi, dimana rata-rata produksinya perhektar sulit sekali
dikembangkan dan ditingkatkan penerapan sistem pertanian yang mengutamakan
penggunaan pestisida dan pupuk kimia masih sangat melekat pada model
pertanian kita, peningkatan produksi dari penggunaan bahan-bahan tersebut
bersifat sementara, sedangkan dampak negatifnya sangat besar karena
menyebabkan kerusakan pada sifat-sifat kimia dan biologi tanah.
5

2.2 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Tomat Keriting


Menurut Bambang Cahyono (2008) dalam Botani atau Ilmu Tumbuh
Tumbuhan Tanaman Tomat diklasifikasikan sebagai berikut
Devisi : Spermathophyta
Subdivisi : Angiosspermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflora
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicon
Spesies : Lycopersicum esculetum Mill.
Tanaman tomat merupakan tanaman semusim (berumur pendek). Artinya
tanaman tomat hanya satu kali produksi dan itu mati. Tanaman tomat berbentuk
perdu yang panjangnya ± 2 meter oleh karna itu, tanaman tomat perlu di berikan
penopang atau ajir dari turus bambu atau turus kayu agar tidak roboh ketanah
akan tetapi tumbuh secara vertikal (keatas).
Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh menembus tanah dan
akar serabut tumbuh kearah samping tetapi dangkal. Berdasarkan sifat perakaran
ini, tanaman tomat akan dapat tumbuh dengan baik jika ditanam di tanah yang
gembur dan porous (Cahyono, 2008)
Batang tanaman tomat berbentuk persegi empat hingga bulat, berbatang
lunak tetapi cukup kuat, berbuluh dan berambut halus dan diantara bulu-bulu itu
terdapat rambut kelanjar. Batang tanaman tomat berwarna hijau. Pada ruas-ruas
atas batang mengalami penebalan, dan pada ruas bagian bawah tumbuh akar-akar
pendek. Selain itu batang tomat dapat bercabang dan apa bila tidak dilakukan
pemangkasan akan bercabang banyak yang menyebar secarah merata. Daun
tanaman tomat berbentuk oval, bagian tepinya bergerigi dan membentuk celah-
celah menyirip agak melengkung ke dalam. Daun berwarna hijau dan merupakan
daun majemuk ganjil yang berjumlah 5-7. Ukuran panjang daun sekitar (15-30)
dan lebar daun antara ( 10 x 25 cm ) dan panjang tangkai sekitar 3-6 cm. Diantara
daun yang berukururan besar biasanya tumbuh 1-2 daun yang berukuran kecil.
Daun majemuk pada tanaman tomat tumbuh berselang seling atau tersusun spiral
mengelilingi batang tanaman (Cahyono, 2008).
6

Bunga tanaman tomat berukuran kecil, berdiameter sekitar 2 cm dan


berwarna kuning cerah. Kelopak bunga yang berjumlah 5 buah dan berwarna
hijau terdapat pada bagian bawah atau pangkal bunga. Bagian lain pada bunga
tomat adalah mahkota bunga, yaitu bagian terindah bagian bunga tomat berwarna
kuning cerah, berjumlah sekitar 6 buah dan berukuran sekitar 1 cm. Bunga tomat
merupakan bunga sempurna, karena benang sari atau tepung sari dan kepala
benang kepala benang sari atau kepela putik terletak pada bunga yang sama.
Bunganya memiliki 6 buah tepung sari dengan kepala putik berwarna sama
dengan mahkota bunga, yakni kuning cerah. Bunga tomat tumbuh dari batang
(cabang ) yang masih mudah (Cahyono, 2008 ).
Buah tomat memiliki bentuk variasi, tergantung pada jenisnya. Ada buah
tomat yang berbentuk bulat, agak lonjong, bulat telur, dan bulat keriting . Ukuran
buah tomat juga sangat bervariasi, yang berukuran paling kecil memiliki berat 8
gram dan yang berukuran besar memiliki berat sampai 180 gram. Buah tomat
yang masih mudah berwarna hijau mudah bila sudah matang warnanya menjadi
merah mudah buah tomat yang masih mudah memiliki rasa getir dan aromanya
tidak enak, sebab masih mengandung zat lycopersicin yang berbentuk lendir.
Aroma yang tidak sedap terbentuk akan hilang dengan sendirinya dengan pada
saat buah memasuki fase pematangan hingga matang. Rasanya juga akan berubah
menjadi manis agak masam yang menjadi ciri khas kelezatan buah tomat. Dalam
proses pematangan buah terjadi perubahan warna dari hijau mudah sedikit demi
sedikit berubah buah tomat banyak mengandung biji lunak berwarna putih
kekuning-kuningan yang tersusun secara berkelompok dan dibatasi oleh daging
buah. Biji tomat saling melekat karena adanya lendir pada ruang –ruang tempat
biji tersusun. Daging buah tomat lunak agak keras, berwarna merah apabila sudah
matang dan mengandung banyak air. Buah tomat juga memiliki kulit yang sangat
tipis dan dapat dikelupas bila sudah matang. Namun, buah tomat tidak harus
dikelupas kulitnya terlebih dahulu apabila hendak dimakan (Cahyono, 2008).

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman


Tanaman tomat memerlukan persyaratan tumbuh yang sesuai dengan
hidupnya. Oleh karna itu didalam memilih lokasi usaha tani hendaknya
7

memperhatikan keadaan ekologis tanaman atau lingkungan yang berpengaruh


terhadap pertumbuhan tanaman tomat. Faktor-faktor ekologis yang berpengaruh
dan merupakan persyaratan yang harus di pertimbangkan dalam usaha tani tomat
adalah sebagai berikut.
1. Letak Geografis
Letak geografis tempat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
karena berkaitan langsung dengan keadaan iklim setempat, curah hujan,
kelembaban udara, dan penyinaran matahari yang dibutukan oleh tanaman. Makin
tinggi suatu daerah semakin rendah keadaan suhu udaranya dengan laju
penurunan sebesar 0,5ºC setiap kenaikan 100 meter dari permukaan laut.
Sementara itu, intensitas penyinaran matahari dan kelembaban udara dan curah
hujannya akan semakin tinggi (Cahyono, 2008).
2. Topografi Tanah
Pada dasarnya tomat dapat ditanam di berbagai keadaan topografi tanah,
asalkan derajat kemiringan tidak melebihi 30%. Sebab, derajat kemiringan tanah
diatas 30% merupakan faktor penghambat budidaya tanaman. Untuk mengurangi
biaya, sebaiknya lokasi atau lahan yang akan dipakai untuk membudidayakan
tomat dipilih yang Topografinya datar sehingga tidak perlu membuat teras
(Cahyono, 2008).
3. Sifat Fisik, Kimia, dan Biologis Tanah
Sifat Fisik yang memang baik untuk tanaman tomat yaitu tanah yang
bertekstur lempung atau lempung berdebu. Tanah yang bertekstur remah atau
gembur banyak mengandung bahan organik subur dan mudah mengikat air. Sifat
kimia juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Tanaman tomat akan
tumbuh baik bila ditanam pada tanah yang memiliki derajat keasaman (pH) 5.5-
6,8. Namun tanaman tomat masih toleran pada derajat keasaman tanah dibawah
5,5 hingga 5. Sifat biologis tanah yang baik dapat membantu melarutkan unsur-
unsur hara yang tidak larut, dapat menyimpan kelebihan unsur-unsur hara, dan
dapat membantu melancarkan peredaran udara didalam tanah (Cahyono, 2008).
4. Suhu dan Kelembaban Udara
Suhu rata-rata harian yang optimal untuk pertumbuhan tanaman tomat
berkisar antara 18ºC–25ºC pada siang hari dan 10ºC–20ºC pada malam hari
8

kelembaban udara yang tinggi juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan
banyak hama serta penyakit. Selain itu kelembaban udara yang tinggi juga dapat
menghambat proses perseraian (pembuahan) dan buah yang di hasilkan menjadi
peka terhadap penyakit busuk ujung buah tetapi jika kelembapan udara rendah,
proses pembuatan buah menjadi terhambat.
5. Penyinaran Matahari
Intensitas Sinar Matahari yang diperlukan oleh tanaman tergantung pada
fase pertumbuhan tanaman. Pada fase perkecambahan tanaman tomat memerlukan
intensitas sinar matahari yang lemah. Oleh karena itu, pada fase perkecambahan
tanaman tomat memerlukan naungan karna sinar matahari langsung dapat
membakar bibit yang sedang tumbuh. Kebutuhan sinar matahari yang panjang di
tempat terbuka sekitar 8 jam perhari untuk mendapatkan hasil yang baik
(Cahyono, 2008).
6. Curah Hujan

Curah hujan sesuai dengan pertumbuhan tanaman tomat adalah 750 mm –


1.250 mm pertahun. Kedaan ini berhubugan dengan ketersediaan air tanah bagian
tanaman. Di daerah beriklim basah tanaman tomat mudah terserang penyakit layu
fasarium dan penyakit-penyakit lainnya yang ditularkan melalui tanah. Curah
hujan yang tinggi juga dapat menghambat pembuahan (Cahyono, 2008).

2.4 Kotoran Kerbau


Limbah kerbau merupakan bahan organik yang mudah terurai sehingga
apabila tidak dikelola dengan benar dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
baik secara biologi, kimia maupun fisik. Pengelolaan limbah ternak yang tidak
tepat dapat menyebabkan pencemaran pada air, tanah dan udara, berdampak pada
penurunan kualitas lingkungan, kualitas hidup peternak dan ternaknya serta dapat
memicu konflik sosial. Pengelolaan limbah yang dilakukan dengan baik selain
dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan juga memberikan nilai
ekonomis terhadap usaha ternak. Salah satu pemanfaatan limbah kotoran ternak
kerbau adalah sebagai sumber energi biogas dan kompos. Biogas merupakan gas
yang dihasilkan dari bahan-bahan organik yang mengalami fermentasi oleh
bakteri dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen dari udara). Selain menghasilkan
9

biogas sebagai energi, fermentasi anaerob ini juga menghasilkan sludge biogas
hasil ikutan yang dapat digunakan sebagai pupuk organik.
Kotoran ternak kerbau sebagai hasil samping, mempunyai kandungan unsur
hara bervariasi tergantung pada jenis ternak, pakan ternak, cara penyimpanan,
kondisi cuaca dan kesehatan ternak. Selain menyediakan unsur hara bagi tanaman,
kompos akan membantu memperbaiki struktur tanah dan mikroba tanah (Souri,
2001).
Feses dikeluarkan kerbau yang mengkonsumsi jerami padi sampai 19
kg/hari dan 53,8% di antaranya dikeluarkan siang hari (Zulbardi, dkk. 1982)
sehingga satu ton feses dapat dikumpulkan oleh sekitar 60 ekor kerbau perhari.
Akan tetapi feses sebanyak satu ton dapat dikumpulkan dari 108 ekor kerbau per
hari apabila kerbau berada dikandang hanya pada malam hari (Zulbardi, 1987)
sehingga dari populasi kerbau tahun 2007 (2.246.017 ekor) dapat menghasilkan
kompos sekitar 7.590.706 ton/tahun. Dengan demikian menggunakan pemupukan
10 ton/ha/tahun, menjadikan lahan pertanian dapat disuburkan seluas 759.071 ha
(Souri, 2001). Namun sayang sekali, feses kerbau tidak terkumpul dan
berserakkan sewaktu merumput atau pengangonan di lapang.
Adapun kandungan hara dari pupuk kandang padat kerbau menurut Lingga
(1991) dalam Hartatik dan Widowati (2006) adalah 12,7% bahan organic, 0,25%,
nitrogen (N), 0,18% fosfor ( P2O5), 0,17% kalium (K2O), 0,4% CaO dan 81%
Air.

2.5 Kerangka Pikir


Tomat merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Tingginya
permintaan pasar dan rendahnya laju pertumbuhan tanaman tomat dipengaruhi
oleh kurangnya unsur hara yang diberikan. Khususnya pada tanaman tomat
keriting membutuhkan unsur hara tambahan untuk menunjang pertumbuhannya
dalam pembentukan buah.
Kotoran kerbau merupakan salah satu limbah organik yang baik digunakan
sebagai pupuk organik. Pengelolaan limbah yang dilakukan dengan baik selain
dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan juga memberikan nilai
ekonomis terhadap usaha ternak. Kotoran kerbau banyak mengandung nitrogen
10

(N), pospor (P), kalium (K) dan kalsium (Ca) yang dapat membantu
pertumbuhhan tanaman.

Tanaman Tomat

Kebutuhan Tomat di Produksi Tomat


Pasar Tinggi Rendah

Pupuk Kimia Pemupukan Pupuk


Kandang

 Biaya Mahal
s Kotoran
 Berdampak Negatif
Kerbau
Bagi Sifat Fisik dan
Biologi Tanah

Meningkatkan
Pertumbuhan dan
Produksi
Tanaman Tomat

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

2.6 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis pada penelitian ini
adalah:
1. Diduga bahwa pemberian kotoran kerbau dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan produksi tanaman tomat keriting.
2. Diduga terdapat salah satu dosis yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman tomat keriting.
11

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Kampus II Universitas
Cokroaminoto Palopo Jln. Lamaranginang pada bulan Maret 2018 sampai selesai.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan, bibit tomat
keriting varietas lokal dan kotoran kerbau.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang,
timbangan, ember, tali rapiah, mistar, alat tulis dan kamera.

3.3 Metode Percobaan


Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 6 Perlakuan dan 4 ulangan, sehingga terdapat 24 unit percobaan. Adapun
perlakuannya yaitu:
P0 : Tanpa Perlakuan (Kontrol).
P1 : Pemberian kotoran kerbau dengan dosis 100 gr/tanaman.
P2 : Pemberian kotoran kerbau dengan dosis 150 gr/tanaman.
P3 : Pemberian kotoran kerbau dengan dosis 200 gr/tanaman.
P4 : Pemberian kotoran kerbau dengan dosis 250 gr/tanaman.
P5 : Pemberian kotoran kerbau dengan dosis 300gr/tanaman.
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan sidik
ragam (uji F). Apabila analisis sidik ragam menunjukan pengaruh nyata, maka
dilakukan uji nilai tengah dengan BNJ taraf 5%.

3.4 Metode Pelaksanaan


Adapun pelaksanaan tahapan penelitian yaitu :
1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan bersamaan dengan persiapan bibit. Dalam
persiapan lahan perlu dilakukan pembersihan dan pengolahan lahan. Lahan
dibersihkan dari segala macam gulma dan tanaman lain yang tidak berguna..
Pengolahan tanah dilakukan dengan cara mencangkul tanah sedalam 30-40 cm.
Mencangkul berarti membalikan tanah sehingga lapisan tanah yang banyak
12

mengandung humus posisinya menjadi dibawah. Kemudian lahan yang telah


dicangkul dibiarkan terkena cahaya matahari selama 2 minggu. Bedengan dibuat
dengan tinggi 80 cm dengan jarak antara tanaman 30-40 cm. Panjang bedengan
disesuaikan dengan kondisi lahan.
2. Penyemaian Benih
Pembibitan dilakukan dengan mengecambahkan benih terlebih dahulu
sampai memiliki daun dan batang yang cukup kuat. Persemaian dilakukan dalam
bak perkecambahan yang berukuran 50 x 30 cm dengan media perkecambahan
top soil, pasir dan kompos dengan perbandingan 2:1:1. Jika media semai telah
disediakan maka hal selanjutnya yang harus kita lakukan ialah memilih lokasi
tempat penyemaian. Lokasi tempat penyemaian yang akan digunakan ini harus
cukup terkena cahaya matahari. Lakukan penyiraman pada sore hari agar media
persemaian tetap lembab.
3. Pemindahan Bibit
Bibit dipindahkan kebedengan setelah berumur 2 minggu. Dengan Cara
menyiram persemaian dengan air agar media tanam menjadi lunak. Lalu cabut
tanaman dengan hati-hati jangan sampai akar tanaman putus atau rusak.
Kemudian masukkan tanaman tersebut secara tegak lurus pada lubang tanam yang
ada dalam bendengan. Posisi akar harus tegak lurus jangan sampai bengkok atau
terlipat. Atur kedalaman lubang tanam dengan panajang akar tomat.
4. Pemeliharaan
Proses pemeliharaan yang dilakukan yaitu berupa penyiangan,
penyulaman, dan penyiraman. Penyiangan dapat dilakukan 3-4 kali selama musim
tanam atau tergantung dari banyaknya gulma yang menganggu tanaman.
Sedangkan penyulaman berfungsi untuk mengganti tanaman yang gagal tumbuh
baik sakit atau rebah karena cuaca. Penyulaman dilakukan setelah seminggu tomat
ditanam. Tanaman tomat tidak terlalu banyak membutuhkan air namun jangan
sampai kekurangan. Penyiraman pada tanaman tomat dilakukan 1 kali dalam
sehari.
5. Pengaplikasian
Pengaplikasian kotoran kerbau dilakukan sesuai dosis yang telah
ditentukan. Pengaplikasian dilakukan saat usia tanaman berumur 1 minggu setelah
13

dipindahkan dari tempat penyemaian ke bedengan yang sudah dibuat. Cara


pengaplikasian adalah dengan cara menabur kotoran kerbau pada sekeliling
tanaman. Kotoran kerbau yang digunakan adalah kotoran yang sudah matang atau
sudah menyerupai tanah.

3.5 Parameter Pengamatan


1. Tinggi tanaman (cm)
2. Jumlah Daun (helai)
3. Jumlah Bunga (buah)
4. Umur Bunga (hari)
5. Jumlah Buah (buah)
6. Berat Buah (gr)
14

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil pengamatan tinggi tanaman tomat keriting dari 7 hari setelah tanam
sampai 49 hari setelah tanam dapat dilihat pada Tabel lampiran 25a, sedangkan
analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Tabel lampiran 25b. Rata-rata tinggi
tanaman dapat dilihat pada gambar 2.

45.00 42.22
39.54
40.00 36.30
33.95 34.90 35.33
35.00 31.88
Tinggi Tanaman ( cm)

30.00

25.00

20.00

15.00

10.00

5.00

0.00
1 2 3 4 5 6 7
Perlakuan

Gambar 2. Diagram Rata-rata Respon Kotoran Kerbau Terhadap Tinggi Tanaman


Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).
15

Diagram yang ditampilkan pada pengamatan tinggi tanaman menunjukkan


nilai perlakuan hasil yang terendah yaitu P3 (200 gram) dengan rata-rata 31,88 cm,
perlakuan P1 (100 gram) nilai rata-rata 33,95 cm, perlakuan P4 (250 gram) nilai
rata-rata 34,9 cm, perlakuan P5 (300 gram) nilai rata-rata 35,33 cm, perlakuan P2
(150 gram) nilai rata-rata 39,54 cm, dan pada perlakuan P0 (kontrol) menunjukkan
hasil yang paling tinggi dengan nilai rata-rata 42,22 cm. Hasil analisis sidik ragam
yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa pengaruh kotoran kerbau terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman tomat keriting tidak berbeda nyata.

2. Jumlah Daun (Helai)

90 81.66 81.66
77.52
80 71.25 71.91

70 63.71
jumlah daun (helai)

60

50

40

30

20

10

0
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Perlakuan

Hasil pengamatan jumlah daun tanaman tomat keriting dari 7 hari setelah
tanam sampai 49 hari setelah tanam dapat dilihat pada Tabel lampiran 26a,
sedangkan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Tabel lampiran 26b. Hasil
rata-rata jumlah daun dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Diagram Rata-rata Respon Kotoran Kerbau Terhadap Jumlah Daun


Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

Pemberian kotoran kerbau terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman


tomat keriting menunjukkan hasil dari yang terendah yaitu perlakuan P3 (200
gram) dengan nilai rata-rata yang dihasilkan 63,71 kemudian perlakuan P1 (100
16

gram) dengan nilai rat-rata yang dihasilkan 71,25 perlakuan P5 (300 gram) dengan
nilai rat-rata yang dihasilkan 71,91, perlakuan P4 (250 gram) dengan nilai rat-rata
yang dihasilkan 77,52, pada masing-masing perlakuan P2 (150 gram) dan P0
(kontrol) memiliki hasil yang sama yaitu 81,66. Penelitian ini menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata berdasarkan analisis sidik ragam.

3. Umur Berbunga (hari)

19.38 20 20
20 18.63
17.5
18
16 14.13
Umur berbunga (hari)

14
12
10
8
6
4
2
0
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Perlakuan

Hasil pengamatan umur berbunga tanaman tomat keriting dari 7 hari


setelah tanam sampai 49 hari setelah tanam dapat dilihat pada Tabel lampiran 27a,
sedangkan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Tabel lampiran 27b. Rata-
rata umur berbunga dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Diagram Rata-rata Pengaruh Kotoran Kerbau Terhadap Umur
Berbunga Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill)

Hasil penelitian dari pengamatan umur berbunga tanaman tomat keriting


pada gambar diagram diatas menunjukkan bahwa umur berbunga yang paling
lambat pada masing-masing perlakuan P2 (150 gram) dan P4 (250 gram) dengan
17

nilai rata-rata 20 HST, selanjutnya perlakuan P0 (kontrol) nilai rata-rata 19,38


HST, perlakuan P1 (100 gram) nilai rata-rata 18.63 HST, perlakuan P5 (300 gram)
nilai rata-rata 17,5 HST, dan perlakuan P3 (200 gram) nilai rata-rata, namun dari
keseluruhan perlakuan yang diterapkan perlakuan P2 (300 gram) dengan nilai rata-
rata 14,13 HST menunjukkan umur berbunga paling cepat.

4. Jumlah Bunga

12
10.48
9.8
9.48
10

7.65
8 6.8
jumlah bunga

5.73
6

0
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Perlakuan

Hasil pengamatan jumlah bunga tanaman tomat keriting dari 7 hari setelah
tanam sampai 49 hari setelah tanam dapat dilihat pada Tabel lampiran 28a,
sedangkan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Tabel lampiran 28b. Hasil
rata-rata uji lanjut dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Diagram Rata-rata Pengaruh Kotoran Kerbau Terhadap Jumlah Bunga
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill)

Pemberian kotoran kerbau terhadap pertumbuhan jumlah bunga tanaman


tomat keriting menunjukkan hasil dari yang terendah yaitu perlakuan P4 (250
gram) dengan nilai rata-rata yang dihasilkan 5,73, kemudian perlakuan P0
(kontrol) dengan nilai rat-rata yang dihasilkan 6.8, perlakuan P2 (150 gram)
dengan nilai rat-rata yang dihasilkan 7,65, perlakuan P3 (200 gram) dengan nilai
rata-rata yang dihasilkan 9,48, perlakuan P1 (100 gram) dengan nilai rata-rata 9,8
18

dan P5 (300 gram) memiliki hasil 10.48. Penelitian ini menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata berdasarkan analisis sidik ragam.

5. Jumlah Buah (buah)


Hasil pengamatan jumlah buah tanaman tomat keriting dari 7 hari setelah
tanam sampai 49 hari setelah tanam dapat dilihat pada Tabel lampiran 29a,
sedangkan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Tabel lampiran 29b. Hasil
rata-rata tersebut dapat dilihat pada gambar 6.

14 12.88
12.25 12.13
11.38
12 10.38 10.25
10
Jumlah Buah

0
P0 P1 P2 P3 P4 P5

Perlakuan

Gambar 6. Diagram Rata-rata Pengaruh Kotoran Kerbau Terhadap Jumlah Buah


Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

Parameter pengamatan jumlah buah tanaman tomat keriting untuk nilai


hasil dari yang tertinggi yaitu perlakuan P5 (300 gram) dengan nilai rata-rata 12,88
buah Perlakuan P2 (150 gram) dengan nilai rata-rata 12,25 buah, perlakuan P4
(250 gram) dengan nilai rata-rata 12,13 buah, perlakuan P1 (100 gram) dengan
nilai rata-rata 11,38ab buah, perlakuan P0 (kontrol) dengan nilai rata-rata 10,38
buah, perlakuan P3 (150 gram) dengan nilai rata-rata 10,25 buah. Penelitian ini
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan analisis sidik ragam.
19

6. Berat Buah (gr)


Hasil pengamatan berat buah tanaman tomat keriting dari 7 hari setelah
tanam sampai 49 hari setelah tanam dapat dilihat pada Tabel lampiran 30a,
sedangkan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Tabel lampiran 30b. Hasil
rata-rata uji lanjut dapat dilihat pada gambar 7.

333.75 338.75
350
305
293.75
300 277.5
252.5
250
Berat Buah (Gr)

200

150

100

50

0
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Perlakuan

Gambar 7. Diagram Rata-rata Pengaruh Kotoran Kerbau Terhadap Berat Buah


Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

Diagram berat buah tanaman tomat keriting memperlihatkan perlakuan


yang menunjukkan hasil yang tertinggi yaitu perlakuan P5 (300 gram) dengan nilai
rata-rata yang dihasilkan 338,75 gram, selanjutnya perlakuan P2 (150 gram)
dengan nilai rata-rata yang dihasilkan 333,75 gram, perlakuan P1 (100 gram)
dengan nilai rata-rata yang dihasilkan 305 gram, perlakuan P4 (250 gram) dengan
nilai rata-rata yang dihasilkan 293,75 gram, perlakuan P0 (kontrol) dengan nilai
rata-rata yang dihasilkan 277,5 gram, dan hasil yang paling rendah terlihat pada
20

perlakuan P3 (200) dengan nilai rata-rata yang dihasilkan 252,5 gram. Penelitian
ini menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan analisis sidik ragam.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil
bahwa pengaruh kotoran kerbau terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
tomat keriting tidak berbeda nyata pada parameter pengamatan tanaman yaitu
pada parameter tinggi tanaman, jumlah bunga, umur berbunga, jumlah bunga,
jumlah buah dan berat buah. Pemberian kotoran kerbau terhadap pertumbuhan
tomat keriting pada parameter pengamatan tinggi tanaman menunjukkan hasil
terbaik pada perlakuan P0 (kontrol) dengan nilai rata-rata 42,22 cm dan yang
terendah pada perlakuan P3 (200 gr) nilai rata-rata yang dihasilkan 31,88 cm.
Namun pertumbuhan terbaik untuk parameter pengamatan tinggi tanaman terlihat
pada perlakuan P0 (tanpa perlakuan). Hal ini terjadi karena hara dalam pupuk
kandang kerbau ini tidak mudah tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan
Hartatik dan Widowati (2006) menyatakan bahwa hara dalam pupuk kandang
tidak mudah tersedia bagi tanaman. Ketersediaan hara sangat dipengaruhi oleh
tingkat dekomposisi dari bahan-bahan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut.
Pengamatan jumlah daun tanaman tomat keriting dengan pemberian
kotoran kerbau memperlihatkan hasil terbaik pada perlakuan P2 dengan nilai rata-
rata 81,66 helai dan hasil terendah pada perlakuan P1 nilai rata-rata yang dihasikan
71,25 helai. Sehingga hasil pada penelitian menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata, namun pertumbuhan terbaik untuk parameter pengamatan jumlah daun
terlihat pada perlakuan P2, dikarenakan unsur hara nitrogen yang terkandung
dalam kotoran kerbau memenuhi kebutuhan tanaman tomat untuk proses
pembentukan daun. Hal ini sejalan dengan Lingga (2007) yang menyatakan bahwa
nitrogen berperan dalam merangsang pertumbuhan seperti cabang, daun dan akar.
Pengamatan umur berbunga tanaman tomat keriting dengan pemberian
kotoran kerbau memberikan hasil terbaik dalam mempercepat proses pembungaan
yaitu pada perlakuan P3 dengan nilai rata-rata 14,13 HST, dan hasil terendah
terjadi pada masing-masing perlakuan P2 dan P4 yang memiliki nilai rata-rata
yang sama yaitu 20 HST. Sehingga hasil pada penelitian menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata, namun pertumbuhan terbaik untuk parameter pengamatan
21

umur berbunga terlihat pada perlakuan P3 dengan dosis kotoran kerbau 200 gram,
yang memiliki kandungan unsur fosfor untuk merangsang proses pembungaan. Hal
ini sejalan dengan pernyataan Sutedjo (2002) menyatakan bahwa fungsi fosfor
dalam tanaman yaitu dapat mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman
muda menjadi dewasa serta mempercepat pembungaan.
Pengamatan jumlah bunga tomat keriting dengan pemberian kotoran
kerbau memperlihatkan hasil yang terbaik pada perlakuan P5 dengan nilai rata-
rata 10,48 dan hasil terendah terdapat pada perlakuan P0 nilai rata-rata yang
dihasilkan 6,8, P4 nilai rata yang dihasilkan 5,73. Sehingga hasil pada penelitian
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, namun pertumbuhan terbaik untuk
parameter pengamatan diameter batang terlihat pada perlakuan P5 dengan dosis
kotoran kerbau 300 gram. Hal ini sejalan dengan pernyataan Darmawa dan
Baharsyah (1983) yang menyatakan bahwa ketersediaan hara yang cukup dan
seimbang akan mempengaruhi metabolisme pada tanaman yang nantinya hasil
metabolisme akan disalurkan kebagian-bagian tanaman seperti, cabang, batang,
daun dan bagian-bagian tanaman lainnya.
Parameter pengamatan jumlah buah tanaman tomat keriting dengan
pemberian kotoran kerbau memberikan hasil terbaik pada perlakuan P5 dengan
nilai rata-rataa 12,88 buah dan hasil terendah terdapat pada perlakuan P3 dengan
nilai rata-rata yang dihasilkan 10,25 buah. Sehingga hasil pada penelitian
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, namun pertumbuhan terbaik untuk
parameter pengamatan jumlah buah terlihat pada perlakuan P5 dengan dosis isi
rumen sapi 300 gram, disebabkan pada dosis kotoran kerbau tersebut terkandung
unsur fosfor yang cukup untuk pertumbuhan berat buah. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Sutedjo (2008) yang menyatakan bahwa fungsi fosfor dalam tanaman
yaitu dapat mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi
dewasa serta mempercepat pembungaan,
Parameter pengamatan berat buah tanaman tomat keriting dengan
pemberian kotoran kerbau memberikan hasil terbaik pada perlakuan P5 dengan
nilai rata-rataa 338,75 gram dan nilai terendah terdapat pada perlakuan P3 dengan
nilai rata-rata yang dihasilkan 252,5 gram. Sehingga hasil pada penelitian
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, namun pertumbuhan terbaik untuk
22

parameter pengamatan berat buah terlihat pada perlakuan P5 dengan kotoran


kerbau 300 gram. Menurut Armaini, dkk (2007), menyatakan bahwa berat buah
dapat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara makro yang sangat dibutuhkan
tanaman untuk proses fisiologis tanaman, sehingga dapat mengaktifkan sel-sel
meristematik serta dapat memperlancar fotosintesis pada daun. Dengan demikian
pertumbuhan daun akan semakin meningkat dan akan memperbanyak proses
fotosintesis kemudian hasil fotosintat yang dihasilkan akan semakin banyak dan
akan meningkatkan produksi berat buah terung.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
 Pemberian kotoran kerbau terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat
keriting memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman
jumlah daun, umur berbunga, jumlah bunga, jumlah buah, dan berat buah . Hal
tersebut diduga karena hara dalam pupuk kandang tidak mudah tersedia bagi
tanaman. Ketersediaan hara sangat di pengaruhi oleh tingkat dekomposisi dari
bahan-bahan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut.
 Pada parameter pengamatan jumlah bunga, jumlah buah dan berat buah
pemberian kotoran kerbau terhadap pertumbuhan tanaman tomat menunjukan
hasil terbaik pada perlakuan P5 (300 gram), pada parameter umur berbunga
pemberian kotoran kerbau terhadap pertumbuhan tanaman tomat perlakuan
terbaik pada perlakuan P3 (200 gram) dan pada parameter pengamatan jumlah
daun perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan P2 (150 gram). Hal tersebut
diduga karena kotoran kerbau memiliki unsur hara N dan P yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tanaman tomat keriting.

5.2 Saran
Diharapkan agar dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis
yang berbeda pada budidaya tanamantomat keriting, diharapkan dosisnya lebih
tinggi dari penelitian sebelumnya, agar hasil yang diperoleh lebih baik.
23
24

DAFTAR PUSTAKA

Armaini, Elza Zuhry, dan Gading Sahyoga. 2007. Aplikasi Berbagai Konsentrasi
Pupuk Plant Catalyst 2006 Dan Gibberelin Pada Tanaman Tomat
(Licopersicum Esculentum Mill). Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas
Pertanian. Universitas Riau. Di Akses Tanggal 23 Februari 2016.

Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Holtikultura. 2017. Produksi Tomat.
Jakarta.

Cahyono. Bambang. 2008. Tomat Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen.
Kanisus. Yogyakarta.

Departemen pertanian. 2005. Tanggapan Tanaman Tomat (Lycopersicum


Esculentum. Mill) Terhadap Pemberian Kombinasi Pupuk Organik Dan
Pupuk Anorganik. http://database.deptan.go.id/bdspweb/f4freeframe.
Asp. diakses 10 Januari 2011).

Darmawan, J. dan J. Baharsyah. 1983. Dasar-Dasar Ilmu Fisiologi Tanaman.


Institut Pertanian Bogor. Bogor

Fitri, Rosita dan Chairani. 2014. Pertumbuhan dan produksi bawang merah
dengan Pemberian berbagai pupuk organik. Jurnal Online
Agroekoteknologi.

Hartatik, W. dan L. R. Widowati .2006. Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati


(Organic Fertilizer And Biofertilizer). Bab IV. Balai Besar Litbang.

Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Penerbit IPB. Bogor.

Jazilah, Sunarto dan Farid. 2007. Respon Tiga Varietas Tomat Terhadap Dua
macam Pupuk Kandang dan Empat Dosis Pupuk Anorganik. Jurnal
Penelitian dan Informasi Pertanian.

Lingga, P. dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi


Penebar Swadaya. Jakarta.
Muhammad, Z. Dan D.A. Kusumaningrum. 2005. Penampilan Produksi Ternak
Kerbau Lumpur (Bubalus bubalus) di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Proceeding Seminar. Pusltbang Peternakan : 310 – 315.

Munthe, H. Rudite, T. Istianto. 2006. Penggunaan pupuk organik pada tanaman


Karet menghasilkan. Balai Penelitian Sungai Putih Pusat Penelitian
Karet Indonesia.

Purwati, E. dan Khairunisa. 2007. Budidaya Tomat Dataran Rendah Dengan


Varietas Unggul Serta Tahan Hama Dan Penyakit. Penebar Swadaya.
Jakarta
25

Samekto, R. 2008. Pemupukan. PT Citra Aji Parama. Yogyakarta.

Souri, S. 2001. Penggunaan Pupuk Kandang Meningkatkan Produksi Padi.


Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram.

Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta.


Jakarta.

Syarief, S. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanaman Pertanian. Pustaka Buana.


Bandung.

Zulbardi, M., dkk. 1982. Pengaruh Pelepasan terhadap Konsumsi Jerami Padi
pada Kerbau. Proceedings Seminar Penelitian Peternakan. Puslitbang
Peternakan. Bogor. Hlm.: 30 – 36.

Zulbardi, M. dkk. 1987. Limbah Hasil Ternak dan Lingkungan Hidup.


Proceedings Seminar Papers on National Seminar Utilization on
Livestock Wastes. Conducted by UNESCO and Environmental Research
Center (PPLH) - IPB. Bogor. Bogor. 11 August. 1987 : 1 – 9.
26

Lampiran 1. Denah Penelitian

B T

S
P0 U1 P1 U2 P5 U3 P1 U4

P3 P4 U2 P0 U3 P4 U4
U1

P1 U1 P0 U2 P2 U3 P5 U4

P2 U1 P3 U2 P4 U3 P0 U4

P5U1 P2U2 P1U3 P3U4

P4 U1 P5 U2 P3U3 P2 U4
27

Lampiran 2. Data Tiap-tiap Pengamatan pada Respon Kotoran Kerbau


Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat
Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill)
Table 1a. Rata-rata Tinggi Tanaman Tomat Keriting Pengamatan 1 Umur 7 HST
Pada Pengaruh kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill)
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 Total Rerata
P0 12.95 15.3 13.4 19.4 61.05 15.26
P1 11.45 13.3 12.15 9.7 46.6 11.65
P2 14.7 12.7 14.15 15.95 57.5 14.38
P3 18 11.85 10.7 18.2 58.75 14.69
P4 10.25 14.35 16.35 12.95 53.9 13.48
P5 13.9 14.85 16.25 10.7 55.7 13.93
TOTAL 81.25 82.35 83 86.9 333.5 83.38
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)
Tabel 1b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Tinggi Tanaman Tomat Keriting
Pengamatan 1 umur 7 HST pada Pengaruh Kotoran Kerbau terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).
F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit
0.05 0.01
tn
Perlakuan 5 31.78 6.36 0.80 2.9 4.56
Kelompok 3 3.02 1.01 0.13tn 3.29 5.42
Acak 15 118.80 7.92
Total 23 153.61        
KK =3,38
tn = berpengaruh tidak nyata
Tabel 2a. Rata-rata Tinggi Tanaman Tomat Kriting Pengamatan 2 Umur 14 HST
Pada Pengaruh Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting ((Lycopersicum esceluntum Mill).

Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3 4
P0 19.05 21.05 20.4 24.15 84.65 21.16
P1 19.45 9.75 18.1 14.95 62.25 15.56
P2 21.05 20.55 20.45 19.65 81.7 20.43
P3 27.7 20.2 15.75 19.65 83.3 20.83
P4 12.35 19.9 23.05 19.1 74.4 18.60
P5 19.75 22.45 23.7 21.5 87.4 21.85
Total 119.35 113.9 121.45 119 473.7 118.425
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)
28

Tabel 2b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Tinggi Tanaman Tomat
Keriting Pengamatan 2 Umur 14 HST Pada Pengaruh Kotoran Kerbau
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat Keriting
(Lycopersicum esceluntum Mill)

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit
  0.05 0.01
Perlakuan 5 107.49 21.50 1.54tn 2.9 4.56
Kelompok 3 5.14 1.71 0.12tn 3.29 5.42
Acak 15 209.48 13.97      
Total 23 322.11        
Kk = 3,16 %
tn = berpengaruh tidak nyata
Table 3a. Rata-rata Tinggi Tanaman Tomat Keriting Pengamatan 3 Umur 21 HST
Pada Pengaruh Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
TanamanTomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill)
Ulangan Total Rerata
Perlakuan
1 2 3 4
P0 31.05 26.85 26.75 30.6 115.25 28.81
P1 28 13.8 20.85 20.2 82.85 20.71
P2 27.4 28.45 29.8 26.75 112.4 28.10
P3 37.95 24.95 11.2 12.15 86.25 21.56
P4 14.15 25.65 23.65 25.3 88.75 22.19
P5 25.65 15 29.95 24.05 94.65 23.66
Total 164.2 134.7 142.2 139.05 580.15 145.04
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 3b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Tinggi Tanaman Tomat Hijau
Pengamatan 3 Umur 21 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit
0.05 0.01
tn
Perlakuan 5 239.76 47.95 1.00 2.9 4.56
Kelompok 3 86.33 28.78 0.60tn 3.29 5.42
Acak 15 719.57 47.97      
Total 23 1045.65        
Kk = 4,78%
tn = berpengaruh tidak nyata
Tabel 4a. Rata-rata Tinggi Tanaman Tomat Keriting Pengamatan 4 Umur 28 HST
Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).
29

Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3 4
P0 45.9 39.4 43.1 35.25 163.65 40.91
P1 40.4 23.6 32.05 31.5 127.55 31.89
P2 41.1 40.4 45 44.9 171.4 42.85
P3 52.85 32.5 16.25 17.2 118.8 29.70
P4 17.9 40.35 34.2 38.3 130.75 32.69
P5 23.65 23 50.5 30.45 127.6 31.90
Total 221.8 199.25 221.1 197.6 839.75 209.9375
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 4b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Tinggi Tanaman Tomat Keriting
Pengamatan 4 Umur 28 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit
0.05 0.01
Perlakuan 5 597.26 119.45 0.98tn 2.9 4.56
Kelompok 3 88.63 29.54 0.24tn 3.29 5.42
Acak 15 1822.02 121.47      
Total 23 2507.90        
Kk = 5,25%
tn = berpengaruh tidak nyata
Tabel 5a. Rata-rata Tinggi Tanaman Tomat Keriting Pengamatan 5 Umur 35 HST
Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

Ulangan Total Rerata


Perlakuan
1 2 3 4
P0 57.9 53.45 57.95 47.45 216.75 54.19
P1 54.5 33.1 48.45 41.45 177.5 44.38
P2 48.5 51 55.9 50.5 205.9 51.48
P3 63.6 54.75 26.75 22.8 167.9 41.98
P4 27 53.3 40 51.8 172.1 43.03
P5 34.9 29.6 64.2 50.6 179.3 44.83
Total 286.4 275.2 293.25 264.6 1119.45 279.86
Sumber :Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 5b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Tinggi Tanaman Tomat
Keriting Pengamatan 5 Umur 35 HST Pada Respon Kotoran Kerbau
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting
(Lycopersicum esceluntum Mill).
30

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit
0.05 0.01
tn
Perlakuan 5 494.39 98.88 0.55 2.9 4.56
Kelompok 3 79.44 26.48 0.15tn 3.29 5.42
Acak 15 2696.74 179.78      
Total 23 3270.57        
Kk = 4,79 %
tn =berpengaruh tidak nyata
Tabel 6a. Rata-rata Tinggi Tanaman Tomat Keriting Pengamatan 6 Umur 42 HST
Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

Ulangan Rer
Perlakuan
1 2 3 4 Total ata
P0 69.85 58.95 64.05 66.75 259.6 64.9
P1 64.85 38.5 59.85 53.65 216.85 54.21
P2 55.85 52.85 62.35 54.05 225.1 56.28
P3 66.4 63.8 28.8 23.45 182.45 45.61
P4 42.1 68.25 49.65 57.55 217.55 54.39
P5 52.2 31.5 68.95 60.3 212.95 53.24
Total 351.25 313.85 333.65 315.75 1314.5 328.625
Sumber : Data Primer setelah Diolah (2018)

Tabel 6b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Tinggi Tanaman Tomat Keriting
Pengamatan 6 Umur 42 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit
0.05 0.01
tn
Perlakuan 5 494.39 98.88 0.55 2.9 4.56
Kelompok 3 79.44 26.48 0.15tn 3.29 5.42
Acak 15 2696.74 179.78      
Total 23 3270.57        
Kk = 4,33 %
tn = berpengaruh tidak nyata
Tabel 7a. Rata-rata Tinggi Tanaman Tomat Keriting Pengamatan 7 Umur 49 HST
Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).
31

Ulangan Total Rerata


Perlakuan 1 2 3 4
P0 72.4 64.35 75.75 68.7 281.2 70.3
P1 66.4 39.65 66.8 64.15 237 59.25
P2 61.05 58.85 74.15 59 253.05 63.26
P3 69.4 69.2 31.6 25 195.2 48.8
P4 43.2 73.3 56.55 66.75 239.8 59.95
P5 61.9 34.9 71.75 62.95 231.5 57.88
Total 374.35 340.25 376.6 346.55 1437.75 359.44
Sumber :Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 7b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Tinggi Tanaman Tomat Keriting
Pengamatan 7 Umur 49 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit
0.05 0.01
Perlakuan 5 988.81 197.76 0.83tn 2.9 4.56
Kelompok 3 175.20 58.40 0.25tn 3.29 5.42
Acak 15 3555.95 237.06      
Total 23 4719.96        
Kk = 4,28%
tn = berpegaruh tidak nyata
Tabel 8a. Rata-rata Jumlah DaunTomat Keriting Pengamatan 1 Umur 7 HST Pada
Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

Ulangan T
Perlakuan
1 2 3 4 otal Rerata
P0 15.5 15.5 14.5 15.5 61 15.25
P1 14 15 14.5 14 57.5 57.5
P2 16 14.5 15 14.5 60 15
P3 17.5 14 13 16 60.5 60.5
P4 13.5 14.5 14.5 14.5 57 14.25
P5 15.5 14.5 14.5 13.5 58 58
Total 92 88 86 88 354 220.5
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 8b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) jumlah Daun Tomat Keriting
Pengamatan 1 Umur 7 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).
32

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit 0.05 0.01
Perlakuan 5 3.63 0.73 0.74tn 2.9 4.56
Kelompok 3 3.17 1.06 1.08tn 3.29 5.42
Acak 15 14.71 0.98      
Total 23 21.5        
Kk = 0.45 %
tn = berpengaruh tidak nyata
Tabel 9a. Rata-rata Jumlah Daun Tomat Keriting Pengamatan 2 Umur 14 HST
Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

To
Ulangan
Perlakuan tal Rerata
1 2 3 4
P0 31 37 31.5 32.5 132 33
P1 36.5 18.5 37 37.5 129.5 32.38
P2 33.5 31 36.6 37.5 138.6 34.65
P3 39 34.5 33.5 37 144 36
P4 31 37.5 34.5 36.5 139.5 34.88
P5 28.5 34 32.5 34 129 32.25
Total 199.5 192.5 205.6 215 812.6 203.15
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 9b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Jumlah Daun Tomat Keriting
Pengamatan 2 Umur 14 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit
0.05 0.01
tn
Perlakuan 5 47.08 9.42 0.44 2.9 4.56
Kelompok 3 45.53 15.18 0.70tn 3.29 5.42
Acak 15 324.17 21.61      
Total 23 416.78        
Kk = 2,29%
tn = berpengaruh tidak nyata
Tabel 10a. Rata-rata Jumlah Daun Tomat Keriting Pengamatan 3 Umur 21 HST
Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).
33

Ulangan Total Rerata


Perlakuan
1 2 3 4
P0 52 45.5 55 56 208.5 52.13
P1 54 23 52 50.5 179.5 44.88
P2 48.5 46.5 51 52.5 198.5 49.63
P3 51.5 52.5 24 24 152 38
P4 54 48.5 53 49 204.5 51.13
P5 50 26 54.5 49.5 180 45
Total 310 242 289.5 281.5 1123 280.75
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 10b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Jumlah Daun Tomat Keriting
Pengamatan 3 Umur 21 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit
0.05 0.01
tn
Perlakuan 5 557.71 111.54 1.026 2.9 4.56
Kelompok 3 405.71 135.24 1.244tn 3.29 5.42
Acak 15 1631.04 108.74      
Total 23 2594.46        
Kk = 3,71%
tn =berpengaruh tidak nyata
Tabel 11a. Rata-rata Jumlah DaunTomat Keriting Pengamatan 4 Umur 28 HST
Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

Ulangan Total Rerata


Perlakuan
1 2 3 4
P0 75 73.5 72 77 297.5 74.38
P1 65.5 37.5 75 65.5 243.5 60.88
P2 74 73 81 73.5 301.5 75.38
P3 76 75 37 37.5 225.5 56.38
P4 70 73 72.5 78 293.5 73.38
P5 73.5 39 70.5 78 261 65.25
Total 434 371 408 409.5 1622.5 405.63
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 11b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Jumlah Daun Tomat Keriting
Pengamatan 4 Umur 28 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

Sk Db Jk Kt F Hit F Tabel
34

0.05 0.01
tn
Perlakuan 5 1265.80 253.16 1.29 2.9 4.56
Kelompok 3 337.45 112.48 0.57tn 3.29 5.42
Acak 15 2952.24 196.82      
Total 23 4555.49        
Kk = 3,46%
tn = berpengaruh tidak nyata
Tabel 12a. Rata-rata Jumlah DaunTomat Keriting Pengamatan 5 Umur 35 HST
Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 Total Rerata
P0 92 84.5 88.5 121.5 386.5 96.63
P1 82 42.5 90.5 112 327 81.75
P2 92 89.5 90 120 391.5 97.88
P3 91 87.5 49 62.5 290 72.5
P4 73 78.5 83 97.5 332 83
P5 80 47 94.5 91.5 300 75
Total 510 429.5 495.5 605 2027 506.75
Sumber :Data Primer setelah Diolah(2018)

Tabel 12b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Jumlah Daun Tomat Keriting
Pengamatan 5 Umur 35 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit
0.05 0,01
Perlakuan 5 2279.83 455.97 1.64tn 2.9 4.56
Kelompok 3 4822.21 1607.40 5.77** 3.29 5.82
4180.91
Acak 15 278.73      
7
11282.9
Total 23        
6
Kk = 3,29%
tn =berpengaruh tidak nyata
Tabel 13a. Rata-rata Jumlah DaunTomat Keriting Pengamatan 6 Umur 42 HST
Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).
35

Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3 4
P0 130.5 138.5 134 149.5 552.5 138.13
P1 134.5 75.5 148 133 491 122.75
P2 125.5 144 148 145.5 563 140.75
P3 133 143 74.5 70 420.5 105.13
P4 119.5 149 138 132 538.5 134.63
P5 125.5 73 143.5 149 491 122.75
Total 768.5 723 786 779 3056.5 764.125
Sumber : Data Primer setelah Diolah (2018)

Tabel 13b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Jumlah Daun Tomat Keriting
Pengamatan 6 Umur 42 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit
0.05 0.01
tn
Perlakuan 5 3539.43 707.89 0.91 2.9 4.56
Kelompok 3 401.70 133.90 0.17tn 3.29 5.42
11673.6
Acak 15 778.24      
1
15614.7
Total 23        
4
Kk =3,65%
tn = berpengaruh tidak nyata
Tabel 14a. Rata-rata Jumlah DaunTomat Keriting Pengamatan 7 Umur 49 HST
Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum ecseluntum Mill).

Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3 4
P0 160.5 160.5 181.5 146 648.5 162.13
P1 160 81 184.5 141.5 567 141.75
P2 152 153.5 172.5 155.5 633.5 158.38
P3 150 156 93.5 92 491.5 122.88
P4 141 161 163 140.5 605.5 151.38
P5 152 77 189.5 163 581.5 145.38
Total 915.5 789 984.5 838.5 3527.5 881.875
Sumber :Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 14b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Jumlah Daun Tomat Keriting
Pengamatan 7 Umur 49 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).
36

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit
0.05 0.01
Perlakuan 5 3958.05 791.61 0.84tn 2.9 4.56
Kelompok 3 3694.95 1231.65 1.31tn 3.29 5.42
14148.7
Acak 15 943.25      
4
21801.7
Total 23        
4
Kk = 3.48%
tn = berpengaruh tidak nyata
Tabel 15a. Rata-rata Umur Berbunga Tomat Keriting Pengamatan 1 Umur 21
HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

Ulangan Total Rerata


Perlakuan 1 2 3 4
P0 19 19 20 19.5 77.5 19.38
P1 22 9.5 22.5 20.5 74.5 18.63
P2 20 19.5 19 21.5 80 20.00
P3 16.5 21.5 9.5 9 56.5 14.13
P4 23.5 18.5 18 20 80 20.00
P5 21.5 9 18.5 21 70 17.50
Total 122.5 97 107.5 111.5 438.5 109.625
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 15b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Umur Berbunga Tomat
Keriting Pengamatan 1 Umur 7 HST Pada Respon Kotoran Kerbau
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting
(Lycopersicum esceluntum Mill).

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit
0.05 0.01
Perlakuan 5 100.43 20.09 1.04 2.9 4.56
Kelompok 3 55.53 18.51 0.96 3.29 5.42
Acak 15 289.53 19.30      
Total 23 445.49        
Kk =4,008%
tn =berpengaruh tidak nyata
Tabel 16a. Rata-rata Jumlah Bunga Tomat Keriting Pengamatan 1 Umur 7 HST
Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).
37

To
Ulangan Rerata
Perlakuan tal
1 2 3 4
P0 5 4 2.5 4 15.5 3.88
P1 3 1.5 1.5 3.5 9.5 3.8
P2 1.5 5 3.5 3 13 3.25
P3 7 2 1.5 2.5 13 5.2
P4 1 4 3.5 3 11.5 2.88
P5 5.5 2.5 3.5 1.5 13 5.2
Total 23 19 16 17.5 75.5 24.2
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 16b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Jumlah Bunga Tomat Keriting
Pengamatan 1 Umur 7 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit
0.05 0.01
Perlakuan 5 4.93 0.99 0.36tn 2.9 4.56
Kelompok 3 4.53 1.51 0.55n 3.29 5.42
Acak 15 41.28 2.75      
Total 23 50.74        
Kk = 6,86%
tn = berpengaruh tidak nyata
Tabel 17a. Rata-rata Jumlah Bunga Tomat Keriting Pengamatan 2 Umur 14 HST
Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum ecseluntum Mill).

Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3 4
P0 9 5 4 4.5 22.5 5.63
P1 6.5 2.5 1.5 3.5 14 3.5
P2 4.5 8.5 10 3.5 26.5 6.63
P3 14 4 1.5 3 22.5 5.63
P4 3.5 4 5 3 15.5 3.88
P5 3.5 5 5 2.5 16 4
Total 41 29 27 20 117 29.25
Sumber :Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 17b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Jumlah Bunga Tomat Keriting
Pengamatan 2 Umur 14 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
38

Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum


esceluntum Mill).

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit 0.05 0.01
Perlakuan 5 31.38 6.28 0.76tn 2.9 4.56
Kelompok 3 38.13 12.71 1.54tn 3.29 5.42
Acak 15 124.13 8.28      
Total 23 193.63        
Kk = 9,83%
tn = berpengaruh tidak nyata
Tabel 18a. Rata-rata Jumlah Bunga Tomat Keriting Pengamatan 3 Umur 21 HST
Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

Ulangan Total Rerata


Perlakuan 1 2 3 4
P0 10.5 8.5 7.5 4 30.5 7.63
P1 12 6.5 4.5 6 29 7.25
P2 7 9.5 3.5 10 30 7.5
P3 7 9 4 6 26 6.5
P4 1.5 7 5.5 3 17 4.25
P5 7.5 1.5 13 3.5 25.5 6.38
Total 45.5 42 38 32.5 158 39.5
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 18b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Jumlah Bunga Tomat Keriting
Pengamatan 3 Umur 21 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

Sk Db Jk Kt F Hit F Tabel
0.05 0.01
Perlakuan 5 31.46 6.29 0.54tn 2.9 4.56
Kelompok 3 15.58 5.19 0.45tn 3.29 5.42
Acak 15 173.79 11.59      
Total 23 220.83        
Kk = 8,62%
tn =berpengaruh tidak nyata
Tabel 19a. Rata-rata Jumlah Bunga Tomat Keriting Pengamatan 4 Umur 28 HST
Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).
39

Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 Total Rerata
P0 3 11 7.5 9.5 31 7.75
P1 7 11.5 9 10.5 38 9.5
P2 3 8 12.5 11 34.5 8.63
P3 4.5 9.5 4.5 1.5 20 5
P4 4 17 7.5 8 36.5 9.13
P5 4.5 8.5 13.5 12 38.5 9.63
Total 26 65.5 54.5 52.5 198.5 49.625
Sumber : Data primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 19b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Jumlah Bunga Tomat Keriting
Pengamatan 4 Umur 28 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit
0.05 0.01
tn
Perlakuan 5 60.68 12.14 1.36 2.9 4.56
Kelompok 3 140.36 46.79 5.26* 3.29 5.42
Acak 15 133.45 8.90      
Total 23 334.49        
Kk = 6,01%
tn =berpengaruh tidak nyata
* = berbeda nyata
Tabel 20a. Rata-rata Jumlah Bunga Tomat Keriting Pengamatan 5 Umur 35 HST
Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

Re
Ulangan Total rata
Perlakuan 1 2 3 4
P0 10.5 6 10.5 9.5 36.5 9.13
P1 16.5 3 10 2.5 32 8
P2 10.5 12 11.5 15 49 12.25
P3 13.5 4.5 7.5 11.5 37 9.25
P4 4.5 9.5 8 12 34 8.5
P5 5 8 11.5 13.5 38 9.5
Total 60.5 43 59 64 226.5 56.625
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)
40

Tabel 20b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Jumlah Bunga Tomat Keriting
Pengamatan 5 Umur 35 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit
0.05 0.01
Perlakuan 5 43.97 8.79 0.56tn 2.9 4.56
Kelompok 3 43.45 14.48 0.93tn 3.29 5.42
Acak 15 233.74 15.58      
Total 23 321.16        
Kk =6.97%
tn =berpengaruh tidak nyata
Tabel 21a. Rata-rata Jumlah Buah Tomat Keriting Pengamatan 1 Umur 62 HST
Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

Ulangan Total Rerata


Perlakuan
1 2 3 4
P0 4 4 2 3 13 3.25
P1 7 1 2 4 14 3.5
P2 2 11 4 3 20 5
P3 13 2 2 3 20 5
P4 5 13 6 4 28 7
P5 1 6 5 6 18 4.5
Total 32 37 21 23 113 28.25
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 21b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Jumlah Buah Tomat Keriting
Pengamatan 1 Umur 62 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit
0.05 0.01
Perlakuan 5 36.21 7.24 0.55tn 2.9 4.56
Kelompok 3 28.46 9.49 0.72tn 3.29 5.42
Acak 15 198.29 13.22      
Total 23 262.96        
Kk = 12,87%
tn = bepengaruh tidak nyata
Tabel 22a. Rata-rata Jumlah Buah Tomat Keriting Pengamatan 2 Umur 66 HST
Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).
41

Ulangan Total Rerata


Perlakuan 1 2 3 4
P0 21 15 9 25 70 17.5
P1 10 24 23 20 77 19.25
P2 13 10 24 31 78 19.5
P3 10 11 21 20 62 15.5
P4 11 18 23 17 69 17.25
P5 16 20 27 22 85 21.25
Total 81 98 127 135 441 110.25
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 22b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Jumlah Buah Tomat Keriting
Pengamatan 2 Umur 66 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

F Table
Sk Db Jk Kt F Hit
0.05 0.05
tn
Perlakuan 5 82.38 16.48 0.52 2.9 4.56
Kelompok 3 316.46 105.49 3.33* 3.29 5.42
Acak 15 474.79 31.65      
Total 23 873.63        
Kk = 5,10%
tn =berpengaruh tidak nyata
* =berpengaruh nyata
Tabel 23a. Rata-rata Berat Buah Tomat Keriting Pengamatan 1 Umur 62 HST
Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

Rer
Ulangan
Perlakuan Total ata
1 2 3 4
P0 70 120 60 70 320 80
P1 200 30 60 80 370 92.5
P2 40 280 110 70 500 125
P3 350 50 60 50 510 127.5
P4 150 3000 120 100 3370 842.5
P5 40 130 150 140 460 115
Total 850 3610 560 510 5530 1382.5
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)
42

Tabel 23b.Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Berat Buah Tomat Keriting
Pengamatan 1 Umur 62 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit
0.05 0.01
Perlakuan 5 1805271 361054.2 1.04tn 2.9 4.56
Kelompok 3 1113846 371281.9 1.07tn 3.29 5.42
Acak 15 5220979 348065.3      
Total 23 8140096        
Kk = 42,67%
tn = berpengaruh tidak nyata
Tabel 24a.Rata-rata Berat Buah Tomat Keriting Pengamatan 2 Umur 66 HST
Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill)

Rerat
Ulangan Total a
Perlakuan 1 2 3 4
P0 530 400 300 670 1900 475
P1 310 660 600 500 2070 517.5
P2 370 290 500 1010 2170 542.5
P3 300 300 490 420 1510 377.5
P4 250 580 500 350 1680 420
P5 460 470 790 530 2250 562.5
Total 2220 2700 3180 3480 11580 2895
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 24b.Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Berat Buah Tomat Keriting
Pengamatan 2 Umur 66 HST Pada Respon Kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).
F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit
0.05 0.01
tn
Perlakuan 5 104850 20970 0.43 2.9 4.56
Kelompok 3 152850 50950 1.05tn 3.29 5.42
Acak 15 730650 48710      
Total 23 730650        
Kk = 7,62%
tn = berpengaruh tidak nyata
Tabel 25a.Hasil Diagram Rata-rata Tinggi TanamanTomat Keriting Pangamatan 1
Sampai Pengamatan 7 Pada Respon kotoran Kerbau Terhadap
43

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum


esceluntum Mill).

Ulangan Total Rerata


Perlakuan 1 2 3 4
P0 44.16 39.91 43.06 41.76 168.88 42.22
P1 40.72 24.53 36.89 33.66 135.80 33.95
P2 38.52 37.83 43.11 38.69 158.15 39.54
P3 47.99 39.61 20.15 19.78 127.52 31.88
P4 23.85 42.16 34.78 38.82 139.61 34.90
P5 33.14 24.47 46.47 37.22 141.30 35.33
Rerata 38.06 34.75 37.41 34.99 145.21 36.30
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)
Tabel 25b.Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Diagram Tinggi Tanaman
Tomat Keriting Pengamatan 1 Sampai Pengamatan 7 Pada Respon
Pemberian Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

F.Tabel
Sk Db Jk Kt F hit
5% 1%
Kelompo
5 293.94 58.78 0.75tn 2.90 4.56
k
Perlakuan 3 50.78 16.92 0.21tn 3.29 5.42
Galat 15 1163.79 77.58      
1508.52
Total 23        
4
Kk = 1.46%
tn = tidak berbeda nyata
Tabel 26a.Hasil Diagram Rata-rata Jumlah Daun Tomat Keriting Pangamatan 1
Sampai Pengamatan 7 Pada Respon kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

Ulangan Total Rerata


Perlakuan 1 2 3 4
P0 79.50 79.29 82.43 85.43 326.64 81.66
P1 78.07 41.86 85.93 79.14 285.00 71.25
P2 77.36 78.86 84.87 85.57 326.66 81.66
P3 79.71 80.36 46.36 48.43 254.86 63.71
P4 71.71 80.29 79.79 78.29 310.07 77.52
P5 75 44.36 85.64 82.64 287.64 71.91
44

Rerata 76.89 67.50 77.50 76.58 298.48 74.62


Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 26b.Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Diagram Jumlah Daun Tomat
Keriting Pengamatan 1 Sampai Pengamatan 7 Pada Respon Pemberian
Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat
Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

F.Tabel
Sk Db Jk Kt F hit
0.05 0.01
Kelompo
3 407.85 135.95 0.67tn 3.29 5.42
k
Perlakuan 5 981.04 196.21 0.97tn 2.90 4.56
Galat 15 3044.29 202.95      
Total 23 4433.18        
Kk = 1,65%
tn = tidak berbeda nyata
Tabel 27a.Hasil Diagram Rata-rata Umur Berbunga Tomat Keriting Pangamatan
1 Sampai Pengamatan 7 Pada Respon kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

Perlakua Ulangan
n 1 2 3 4 Total Rerata
P0 19 19 20 19.5 77.5 19.38
P1 22 9.5 22.5 20.5 74.5 18.63
P2 20 19.5 19 21.5 80 20.00
P3 16.5 21.5 9.5 9 56.5 14.13
P4 23.5 18.5 18 20 80 20.00
P5 21.5 9 18.5 21 70 17.50
Total 122.5 97 107.5 111.5 438.5 109.625
Sumber ;Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 27b.Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Diagram Umur Berbunga


Tomat Keriting Pengamatan 1 Sampai Pengamatan 7 Pada Respon
Pemberian Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

F Tabel
Sk Db Jk Kt F Hit 0.05 0.01
Perlakuan 5 100.43 20.09 1.04tn 2.9 4.56
Kelompok 3 55.53 18.51 0.96tn 3.29 5.42
Acak 15 289.53 19.30      
Total 23 445.49        
Kk =4.00%
45

tn = tidak berbeda nyata


Tabel 28a.Hasil Diagram Rata-rata Jumlah Bunga Tomat Keriting Pangamatan 1
Sampai Pengamatan 7 Pada Respon kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

Ulangan
Total Rerata
Perlakuan 1 2 3 4
P0 7.6 6.9 6.4 6.3 27.2 6.8
P1 9 5 5.3 5.2 24.5 9.8
P2 5.3 8.6 8.2 8.5 30.6 7.65
P3 9.2 5.8 3.8 4.9 23.7 9.48
P4 2.9 8.3 5.9 5.8 22.9 5.73
P5 5.2 5.1 9.3 6.6 26.2 10.48
Rerata 6.53 6.62 6.48 6.22 25.85 8.32
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 28b.Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Diagram Jumlah Bunga Tomat
Keriting Pengamatan 1 Sampai Pengamatan 7 Pada Respon Pemberian
Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat
Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

F.Tabel
Sk Db Jk Kt Fhit 5% 1%
Kelompo
k 3 0.54 0.18 0.04tn 3.29 5.42
Perlakuan 5 9.91 1.98 0.48tn 2.90 4.56
Galat 15 61.48 4.10      
Total 23 71.94        
Kk = 0,79%
tn = berpengaruh tidak nyata
Tabel 29a.Hasil Diagram Rata-rata Jumlah Buah Tomat Keriting Pangamatan 1
Sampai Pengamatan 7 Pada Respon kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill).

Re
Ulangan Total rata
Perlakuan 1 2 3 4
P0 12.5 9.5 5.5 14 41.5 10.38
P1 8.5 12.5 12.5 12 45.5 11.38
P2 7.5 10.5 14 17 49 12.25
P3 11.5 6.5 11.5 11.5 41 10.25
46

P4 8 15.5 14.5 10.5 48.5 12.13


P5 8.5 13 16 14 51.5 12.88
Rerata 9.42 11.25 12.33 13.17 46.17 11.54
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 29b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Diagram Jumlah Buah Tomat
Keriting Pengamatan 1 Sampai Pengamatan 7 Pada Respon Pemberian
Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat
Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

F Tabel
Sk Db Jk Kt F hit
5% 1%
Kelompok 3 47.21 15.74 1.65tn 3.29 5.42
Perlakuan 5 22.71 4.54 0.48tn 2.90 4.56
Galat 15 143.04 9.54      
Total 23 212.96        
Kk = 0,91%
tn = berpengaruh tidak nyata
Tabel 30a. Hasil Diagram Rata-rata Berat BuahTomat Keriting Pangamatan 1
Sampai Pengamatan 7 Pada Respon kotoran Kerbau Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat Keriting (Lycopersicum
esceluntum Mill)

Ulangan Total Rerata


Perlakuan
1 2 3 4
P0 300 260 180 370 1110 277.5
P1 255 345 330 290 1220 305
P2 205 285 305 540 1335 333.75
P3 325 175 275 235 1010 252.5
P4 200 440 310 225 1175 293.75
P5 250 300 470 335 1355 338.75
Rerata 255.83 300.83 311.67 332.50 1200.83 300.21
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2018)

Tabel 30b. Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Diagram Berat Buah Tomat
Keriting Pengamatan 1 Sampai Pengamatan 7 Pada Respon Pemberian
Kotoran Kerbau Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat
Keriting (Lycopersicum esceluntum Mill).

F.Tabel
Sk Db Jk Kt Fhit 5% 1%
Kelompok 3 18861.46 6287.15 0.67tn 3.29 5.42
Perlakuan 5 21867.71 4373.54 0.46tn 2.90 4.56
Galat 15 141144.8 9409.65      
Total 23 181874        
Kk = 5.59%
47

tn = tidak berbeda nyata


48

Lampiran 3. Dokumentasi penelitian

Gambar 1. Proses Pembersihan Lahan Penelitian Respon Kotoran Kerbau


Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Tomat Keriting.

Gambar 2. Proses Pembuatan Plot Untuk Penelitian Respon Kotoran Kerbau


Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Tomat Keriting.
49

Gambar 3. Proses Pembibitan Tanaman Tomat Keriting

Gambar 4. Penanaman Tanaman Tomat Keriting


50

Gambar 5. Proses Penimbangan Kotoran Kerbau

Gambar 6. Proses Pengaplikasian Kotoran Kerbau Terhadap Tanaman Tomat


Keriting
51

Gambar 7. Proses Pengukuran Tinggi Tanaman Tomat Keriting

Gambar 8. Proses Pembersihan Lahan Penelitian Kotoran Kerbau Terhadap


Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat Keritin
52

Gambar 9. Tanaman tomat keriting siap panen

Gambar 10. Proses pemanenan tanaman tomat keriting.

Anda mungkin juga menyukai