Selain kadar air, suhu juga berperan dalam ketahanan umur simpan
buah- buahan. Pada suhu ruangan, biasanya mikroorganisme akan lebih
cepat berkembang sehingga buah-buahan menjadi cepat busuk. Sedangkan
pada suhu yang lebih rendah, metabolisme mikroorganisme akan melemah
sehingga buah pun menjadi lebih awet. Karena itu mutlak diperlukan suatu
metode penyimpanan dan pengemasan yang baik untuk memperpanjang
rentang waktu proses kebusukan buah tersebut agar dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara mempertahankan kesegaran buah-buahan
dengan pendinginan, penilinan, KMnO4, dan CaCl2, serta mengamati
perubahan-perubahan selama penyimpanan dan mengetahui mekanisme
penghambat kerusakannya
2. Untuk mengetahui ciri-ciri terjadinya kerusakan chilling injury pada
buah-buahan
3. Untuk mengetahui prinsip pengawetan segar dengan cara
controlled/modified athmosphere
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Tomat
Tomat mengandung pektin dan asam sehingga memenuhi
syarat untuk dijadikan selai. Kandungan pektin pada buah tomat
cukup bervariasi antara 0,17%-0,25%. Jumlah pektin yang ideal
untuk pembuatan selai berkisar 0,75%-1,5%, sehingga diperlukan
penambahan pektin dalam pembuatan selai tomat. Pektin dapat
berasal dari bubuk agar-agar ataupun buah yang memiliki
kandungan pektin tinggi (Anggareni, 2012).
Tomat merupakan tanaman sayuran yang sudah dibudidayakan
sejak ratusan tahun silam. Jika ditinjau dari sejarahnya, tanaman tomat
berasal dari Amerika, yaitu daerah Andean yang merupakan bagian dari
negara Bolivia, Cili, Kolombia, Ekuador, dan Peru. Semula di negara
asalnya, tanaman tomat hanya dikenal sebagai tanaman gulma. Namun,
seiring dengan perkembangan waktu, tomat mulai ditanam, baik di
lapangan maupun di pekarangan rumah, sebagai tanaman yang
dibudidayakan atau tanaman yang dikonsumsi. Tomat cocok ditanam
pada musim kemarau dengan pengairan yang cukup yaitu dengan suhu
pada malam hari antara 100C – 200C dan pada siang hari antara 180C –
290C (Purwati dan Khairunisa, 2007).
2.2.3 Anggur
` Anggur dikelompokkan dalam kelas dikotil (biji berkeping
dua). Daun anggur berbentuk jantung yang mempunyai tepi
bergerigi dan tepinya berlekuk atau bercangap. Daunnya
mempunyai tulang menjari, ujungnya runcing dan berbentuk bulat
hingga lonjong. Anggur mempunyai nilai gizi yang baik seperti
vitamin, mineral, karbohidrat dan senyawa fitokimia. Polifenol
merupakan komponen fitokimia yang terkandung dalam anggur
karena mempunyai aktivitas biologi dan bermanfaat untuk
kesehatan. Komponen polifenol diantaranya antosianin, flavonoid,
tannin, resveratrol dan asam fenolat (Xia et al., 2010).
2.2.4 Apel
Apel (Malus domestica) merupakan tanaman buah tahunan
berasal dari Asia Barat yang beriklim sub tropis. Apel dapat
tumbuh di Indonesia setelah tanaman apel ini beradaptasi dengan
iklim Indonesia, yaitu iklim tropis. Apel umumnya dikonsumsi
sebagai buah segar. Komponen penting pada buah apel adalah
pektin, yaitu sekitar 24%. Kandungan pektin pada buah apel
terdapat pada sekitar biji, di bawah kulit dan hati. Pektin tersebut
akan membentuk gel apabila ditambah gula pada kisaran pH
tertentu (Baskara, 2010).
Beberapa senyawa fitokimia yang ada pada buah apel dan
berfungsi sebagai antioksidan adalah golongan flavonoid,
tokoferol, senyawa fenolik, kumarin, turunan asam sinamat, dan
asam-asam organik polifungsional. Selain itu, apel mengandung
betakaroten yang berfungsi sebagai provitamin A untuk mencegah
serangan radikal bebas (Susanto dan Setyohadi, 2011).
Apel (Malus domestica) merupakan tanaman buah tahunan berasal dari Asia
Barat yang beriklim sub tropis. Apel dapat tumbuh di Indonesia setelah tanaman apel ini
beradaptasi dengan iklim Indonesia, yaitu iklim tropis. Apel di Indonesia dapat tumbuh
dan berbuah baik di dataran tinggi, khususnya di Malang (Batu dan Poncokusumo) dan
Pasuruan (Nongkojajar), Jawa Timur (Baskara, 2010).
Apel dapat dipanen pada umur 114 hari setelah bunga mekar atau saat nisbah
gula/asamnya telah mencapai 58 dan teksturnya 207 kg/cm2 . Apel memiliki rasa yang
manis walaupun masih muda dan aromanya harum segar. Seiring dengan tingkat
kematangan buah apel, maka kandungan gulanya juga akan bertambah. Selama ini
standar mutu yang berlaku untuk apel berdasarkan berat, ukuran 6 dan jumlah per
kilogramnya, terdiri 4 grade yaitu Grade A = 15.90 % (3-4 buah/kg), Grade B = 45.20 % (5-
7 buah/kg), Grade C = 29.60 % (8-10 buah/kg) danGrade D = 7% (11-15 buah/kg)
Adapun senyawa yang terdapat pada buah apel yaitu fitokimia yang berfungsi
sebagai antioksidan adalah golongan flavonoid, tokoferol, senyawa fenolik, kumarin,
turunan asam sinamat, dan asam-asam organik polifungsional. Tidak hanya itu, apel juga
mengandung betakaroten yang berfungsi sebagai provitamin A untuk mencegah serangan
radikal bebas Seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan manfaat buah
Apel bagi kesehatan adalah salah satu alasan tingginya kebutuhan buah Apel di
masyarakat. Kandungan apel berupa zat berguna bagi tubuh manusia diantaranya pektin
(sejenis serat), quersetin (bahan anti kanker dan anti radang) serta vitamin C yang tinggi
merupakan sebagian alasan mengapa ahli gizi sangat menganjurkan masyarakat untuk
mengkonsumsi buah Apel secara teratur. Beberapa persoalan kesehatan seperti susah
buang air besar, obesitas, kolesterol tinggi, arthritis dan 7 lainnya dapat diatasi dengan
terapi buah Apel. Kandungan anti oksidan yang sangat tinggi juga menjadi alasan tingginya
konsumsi buah Apel oleh masyarakat sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit dan
disfungsi kesehatan tubuh lainnya (Susanto dan Setyohadi, 2011).
2.2.5 Jeruk
Jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia.
Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak
ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik
secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di
Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan
jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali (Deptan, 2012).
Buah jeruk manis (citrus aurantium l.) yang memang manis rasanya
semakin banyak diminati oleh masyarakat umum disamping karena banyak
manfaatnya jeruk manis bisa dikonsumsi oleh siapa saja tua muda bahkan oleh
bayi sekalipun. Hal ini semakin mendorong petani untuk mengembamgkan
usaha menanam buah jeruk manis. Hasilnya, jumlah panen dari buah jeruk manis
di Kecamatan Dau, Malang bisa berton– ton (Lita, 2014).
2.4 KMnO4
KMnO4 merupakan senyawa yang memiliki sifat sebagai oksidator
yang kuat terhadap etilen di dalam buah. Namun, kontak langsung antara
kristal KMnO4 dengan buah tidak dianjurkan, karena dapat merusak buah.
Oleh karena itu, diperlukan suatu bahan penyerap KMnO4 agar dapat
digunakan sebagai bahan pengoksidasi etilen tetapi tidak merusak dan
mencemari buah. Zat kimia seperti kalium permanganat (KMnO4) yang
dikombinasikan dengan bahan penyerap dapat diaplikasikan untuk
memperpanjang masa simpan buah-buahan (Baskara, 2010).
2.5 CaCl2
Kalsium Klorida (CaCl2) merupakan Bahan Tambahan Pangan
(BTP) yang mempunyai toksisitas sangat rendah, berdasarkan data (kimia,
biokimia, toksikologi dan data lainnya) dan telah mendapat Izin dari Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2013
tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan. Joint
FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA) telah
mengevaluasi BTP kalsium klorida yang diperlakukan pada buah kalengan,
tunggal atau campuran dengan pengeras dinyatakan aman atau generally
recognize as safe (GRAS) dengan batas maksium penggunaan 350g/kg
(Garcia J.M., 2009).
BAB III
METODOLOGI
3.1.2 Bahan
Buah (Tomat, jeruk, dll) Bahan kimia untuk analisis
Lilin karnauba total asam titrasi
Trietolamin Air bersih
3.3.2 Bahan
Pisang
CaCl2
3.3.3 Prosedur Kerja
1.Buat larutan CaCl2 4%dan 8%
2.Celupkan buah ke dalam larutan CaCl2 selama 30-60 detik. Sebagai
control adalah buah mangga yang tidak dicelupkan ke dalam larutan
CaCl2
3. Angkat, tiriskan pada rak penirisan dengan dihembus udara kering
4. Simpan pada suhu ruang selama 1 dan 2 minggu
RANCANGAN KERJA
Lilin
Menambahkan
trietanolamine
Mengangkat dan
meniriskan pada rak
penirisan
Jeruk lapisan
emulsi lilin
3.2 Pengawetan dengan KMnO4
Larutan jenuh
KMnO4
Menutup styrofoam
dengan wrapping plastic
polietilen
Jeruk dengan
pengawetan
KMnO4
3.3 Pengawetan dengan Pencelupan dalam Larutan CaCl 2
Larutan CaCl2
Mengangkat dan
meniriskan pada rak
penirisan
Jeruk dengan
pengawetan
CaCl2
DAFTAR PUSTAKA
Absulio. 2012. Kajian Pola Penyerapan Etilen dan Oksigen untuk Penyimpanan
Buah Segar.IPB. Bogor.
Behar, A. E. Jurkevitch. And B. Yuval. 2008. Bringing back the fruit into fruit fly–
bacteria interactions. Molecular Ecology 17, 1375–1386.
Garcia J.M., Ballesteros M.J., dan M. A. Albi. 2009. Effect of Foliar Applications
of CaCl2 on Tomato Stored at Different Temperature. Journal agric. Food
Chemistry. Vol. 43 No. 9: 12
Histifarina, D., Adetiya Rachman, Didit Rahadian, dan Sukmaya. 2012. Teknologi
pengeolahan tepung dari berbagai jenis pisang menggunakan cara
pengeringan matahari dan mesin pengering. Agrin Vol. 16, No.2, Oktober
2012 ISSN: 1410-0029
Susanto, W. H., Setyohadi, B. R., 2011, Pengaruh varietas apel (Malus sylvestris)
dan lama fermentasi oleh khamir Saccharomyces cerivisiae sebagai
perlakuan pra-pengolahan terhadap karakteristik sirup, JTP-UB. 12(3): 135-
142.
Xia X, Ling W, Ma J, & Xia M., 2010, An Anthocyanin-Rich Extract From Black
Rice Enhances Atherosclerotic Plaque Stabilization In Apolipoprotein E-
Deficient Mice, J. Nutr., 136: 2220-2225.