DISUSUN :
A. Latar Belakang
Penanganan pascapanen menjadi masalah penting untuk menyediakan suplai hasil
pertanian yang sesuai dengan mutu permintaan pasar. Produk pertanian seperti sayuran dan
buah-buahan sangat rentan terhadap kerusakan dan memiliki umur simpan yang relatif
singkat. Mutu buah-buahan dan sayuran segar tidak dapat diperbaiki tapi hanya dapat
dipertahankan. Mutu yang baik diperoleh bila pemanenan dilakukan pada tingkat kematangan
yang tepat.
Salah satu penanganan pascapanen yang dapat diterapkan pada produk pertanian adalah
penyimpanan pada suhu rendah. Penyimpanan produk pada suhu rendah dapat menghambat
penurunan/kerusakan mutu tanpa menimbulkan pemasakan (ripening) abnormal atau
perubahan lain yang tidak dikehendaki, atau dengan kata lain mempertahankan produk dalam
kondisi yang dapat diterima oleh konsumen selama mungkin (Evahelda et al, 2002).
Penurunan suhu akan mengakibatkan penurunan proses kimia, mikrobiologi dan biokimia
yang berhubungan dengan kelayuan (senescence), kerusakan (decay), pembusukan dan lain-
lain. Sehingga umur simpan makanan yang disimpan dengan suhu rendah dapat diperpanjang.
Pada penyimpanan suhu rendah juga dapat terjadi kerusakan pada produk pangan yang
disimpan, seperti chilling injury. Chilling injury adalah suatu kondisi bahan hasil pertanian
(sayur dan buah) mengalami kerusakan akibat perlakuan pada suhu dingin yakni sekitar 0 –
10 0C. Gejala atau ciri – ciri suatu bahan menglami chiling injury antara lain: mengalami
pencoklatan dan timbul rasa manis (pada kentang), muncul noda hitam pada permukaan kulit
(buah pisang), tekstur rusak (buah tomat). Komoditas pertanian tersebut memiliki batas
bawah suhu dingin yang berbeda-beda tiap komoditasnya. Hal ini dikarenakan tiap komoditas
memiliki kepekaan pada suhu rendah yang berbeda-beda. Untuk mencegah terjadinya
chilling injury maka setiap komoditas pertanian yang berbeda harus disimpan terpisah sesuai
dengan suhu kritis yang dimiliki tiap-tiap komoditi sehingga memberikan hasil yang optimal.
B. Tujuan
Tujuan Praktikum ini untuk memahami pengaruh penyimpanan dingin (suhu rendah)
terhadap beberapa komoditi hasil pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Warna
Pembentukan pigmen pada buah dipengaruhi oleh suhu, cahaya, dan kandungan
karbohidrat. Penyimpanan tomat hijau pada suhu rendah akan mengakibatkan
bertahannya warna hijau pada kulit buahnya. Tomat hijau yang disimpan pada kisaran
suhu 10-29 C warnanya akan berangsur berubah menjadi merah atau jingga. Cahaya
akan memacu pembentukan pigmen pada buah-buahan, sedangkan karbohidrat sangat
diperlukan sebab merupakan bahan baku bagi sintesa pigmen.
2.1.2. Tekstur
Tekstur buah dan sayuran terutama tergantung kepada tekanan turgor, ukuran dan
bentuk sel, keterikatan sel-sel, adanya jaringan penunjang dan susunan jaringan. Tekanan
turgor disebabkan oleh tekanan isi sel pada dinding sel dan dipengaruhi oleh konsentrasi
zat-zat osmotik aktif dalam vakuola, permeabilitas protoplasma dan dan elastisitas
dinding sel.
Selama proses pemasakan buah terjadi perubahan komposisi dinding sel yang
menyebabkan menurunnya tekanan turgor sel sehingga kekerasan buah menurun. Selama
proses pemasakan, lebih dari 40% pektin tidak larut yang ada pada dinding sel diubah
menjadi pektin yang larut dalam air oleh enzim poli esterase dan poli galakturonase. Hal
tersebut mengakibatkan pelunakan buah selama proses pematangan.
2.1.3. Karbohidrat
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Wortel (Daucus carota L) adalah jenis sayuran yang berwarna kuning kemerahan atau
jingga kekuningan dengan tekstur yang mirip seperti kayu (Malasari, 2005). Bagian yang
dapat dimakan dari wortel adalah bagian umbi atau akarnya. Wortel memiliki batang
yang pendek, akar tunggang yang bentuk dan fungsinya berubah menjadi umbi bulat dan
memanjang. Kulit umbi wortel tipis dan jika dimakan mentah terasa renyah dan agak
manis (Viandini Farah. 2012).
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1997) kantong minyak dalam ruang antarsel
perisikel pada umbi wortel mengandung minyak esensial yang 4 menyebabkan aroma
yang khas dari wortel dan akar tunggangnya menyimpan gula dalam jumlah yang cukup
banyak. Gula-gula yang terdapat pada wortel umumnya terdiri dari sukrosa, glukosa,
fruktosa dan maltosa. Menurut Alabran dan Mabrouk (1973), kandungan gula dan asam
amino pada wortel tergantung dari jenis varietas wortel, lingkungan, pertanian, dan
penyimpanannya.
Kelas : Dicotyledoneae,
Ordo : Umbiliflorae,
Famili : Umbiliflorae
Genus : Daucus
2.5. Alpukat
Alpukat atau avokad (Persea americana) adalah tumbuhan penghasil buah meja
dengan nama sama. Tumbuhan ini berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah dan kini
banyak dibudidayakan di Amerika Selatan dan Amerika Tengah sebagai tanaman
perkebunan monokultur dan sebagai tanaman pekarangan di daerah-
daerah tropika lainnya di dunia.
Pohon, dengan batang mencapai tinggi 20 m dengan daun sepanjang 12 hingga 25 cm.
Bunganya tersembunyi dengan warna hijau kekuningan dan ukuran 5 hingga 10
milimeter. Ukurannya bervariasi dari 7 hingga 20 sentimeter, dengan massa 100 hingga
1000 gram; biji yang besar, 5 hingga 6,4 sentimeter.
Buahnya bertipe buni, memiliki kulit lembut tak rata berwarna hijau tua hingga ungu
kecoklatan, tergantung pada varietasnya. Daging buah alpukat berwarna hijau muda dekat
kulit dan kuning muda dekat biji, dengan tekstur lembut.
Divisi : Tracheophyta
Sub Divisi : Spermatophytina
Kelas : Angiospermae
Ordo : Laurales
Familli : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea Americana
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. HASIL PENGAMATAN
Praktikum kali ini pada suhu 6.5℃
Nilai
Bahan
No Bobot Buah/hari (Gram) Kesegaran/hari Keterangan
Percobaan
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
pada buah tomat selama 1
minggu perubahan yang terjadi
1
17 16 hanya berkurang bobot dan
Tomat 170 0 169 169 8 168 167 5 5 5 5 4 4 4 tekstur sedikit berkurang
pada buah wortel dihari ke3
2 terdapat pada saah satu buah
Wortel 83 82 81 80 80 80 79 5 4 3 3 3 3 2 mengalami keriput
pada buah jipang dihari ke 4
3 14 14 warna buah nya sedikit
Jipang 148 6 145 144 3 143 143 5 4 4 4 3 3 2 memucat
pada buah Jeruk buah sudah
disimpan selama 1 minggu tidak
4 ada terjadi perubahan dari
28 27 warna dan tekstur namun berat
Jeruk 283 2 281 280 9 278 278 5 5 5 4 4 4 4 berkurang
pada buah alpukat buah ini
tidak ada perubahan tekstur
5 karena selama seminggu masih
31 31 keras namun warna nya sedikit
Alpukat 319 8 316 315 5 314 314 5 5 5 4 4 4 4 menggelap
B. PEMBAHASAN
Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasi mutu komoditas
Pertanian. Susut bobot sebagian besar disebabkan oleh kehilangan air akibat
transpirasi dan terurainya glukosa menjadi CO2 dan H2O selama proses respirasi.
Hari 7
(170−167)
Perhitungan susut bobot= × 100% = 0.017%
170
2. Wortel
Hari ke 0
(83−83)
Perhitungan susut bobot= × 100% = 0%
83
Hari ke 4
(83−80)
Perhitungan susut bobot= × 100% = 0.036%
83
Hari ke 7
(83−79)
Perhitungan susut bobot= × 100% = 0.048%
83
3. Jipang
Hari ke 0
(148−148)
Perhitungan susut bobot= × 100% = 0%
148
Hari ke 4
(148−144)
Perhitungan susut bobot= × 100% = 0.027%
148
Hari ke 7
(148−14 3)
Perhitungan susut bobot= × 100% = 0.033%
148
4. Jeruk
Hari ke 0
(283−283)
Perhitungan susut bobot= × 100% = 0%
283
Hari ke 4
(283−28 0)
Perhitungan susut bobot= × 100% = 0.01%
283
Hari ke 7
(283−278)
Perhitungan susut bobot= × 100% = 0.017%
283
5. Alpukat
Hari ke 0
(319−319)
Perhitungan susut bobot= × 100% = 0%
319
Hari ke 4
(319−315)
Perhitungan susut bobot= × 100% = 0.012%
319
Hari ke 7
(319−31 4)
Perhitungan susut bobot= × 100% = 0.015%
319
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Buah tomat sangat baik jika disimpan didalam pendingin karena sangat baik dalam
memperlama masa pembusukannya, berbeda dengan wortel dan Jipang tergolong jenis sayur
yang cepat membusuk. Namun jika dibandingkan dengan yang disimpan pada suhu kamar
lebih baik disimpan pada pendingin karena lebih lama masa simpannya. Sedangkan pada
buah jeruk dan alpukat sangat baik jika disimpan pada suhu 6,5℃ memperlambat masa
pengerutan atau kerusakan pada kulit buah dan juga memperlama busuk pada buah.
2. SARAN
Pada praktikum ini sangat disarankan untuk menggunakan bahan yang seragam, baik
dari segi tekstur, warna, tingkat kematangan, dan ukuran. Untuk mempermudah dalam
melihat perubahan dan perbandingan buah atau pun sayur. Dan pada peletakan buah atau
sayur diusahakan jangan ditempat titik beku karena membuat pengamatan kita terlambat
terhadap perkembangan dan kondisi sayur dan buah.
DAFTAR PUSTAKA
Fendi, Arjun. 2013. Perubahan Fisikokimia Buah Sayur Setelah Panen.
http://gudangfarm.blogspot.com/2013/05/bab-iii.html diakses pada 3 Desember 2013
pukul 21:42 WIB.
Hasbi, et al. 2005. ”Masa Simpan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) pada Berbagai
Tingkat Kematangan, Suhu dan Jenis Kemasan”. Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan. Volume 16(3): 199-205.
Katrasapoetra, A.G. 1989. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Bina Aksara. Jakarta.
Pratiwi, H.H. 2008. “Pengaruh Bahan Pelapis dan Sitokinin Terhadap Kesegaran Cupat dan
Umur Simpan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)”. Skripsi. Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tranggono dan Sutardi, 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Pusat Antar Universitas
Pangan Dan Gizi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.