Anda di halaman 1dari 13

I.

1.1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penanganan produk maupun komoditas pertanian sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Setiap jenis komoditas memiliki karakteristik yang berbeda setelah dipanen, begitupun dengan produk produk pertanian. Salah satu hal yang mempengaruhi penanganan suatu komoditas dan produk pertanian adalah kondisi lingkungan. Faktor inilah yang seharusnya menjadi perhatian para petani maupun produsen bahan bahan pertanian. Hal tersebut karena bahan pangan atau produk pangan mudah mengalami kerusakan apabila faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan tidak dikendalikan dengan baik. Produk pertanian yang mudah rusak tersebut perlu diberikan perlakuan khusus dalam penanganannya. Kondisi lingkungan tersebut diantaranya adalah paparan sinar matahari, suhu, dan kelembaban. Berdasarkan hal tersebut, maka tempat-tempat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tempat lembab dan dingin, tempat terpapar sinar matahari, tempat lembab dan panas, serta tempat kering dan dingin. Tempat lembab dan dingin yang digunakan yaitu kamar mandi. Tempat lembab dan panas yang digunakan adalah daerah belakang lemari es. Serta tempat kering dan dingin yang digunakan adalah di dalam lemari es. Dengan menyimpan bahan-bahan dan produk pertanian dalam tempat-tempat tersebut selama dua Minggu, praktikan dapat mengidentifikasi tempattempat yang sesuai untuk penyimpanan komoditas dan produk pertanian. 1.2 Tujuan Setelah melakukan praktikum mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi perubahan mutu komoditi dan produk pertanian akibat pengaruh sinar matahari, mengidentifikasi perubahan mutu komoditi dan produk pertanian akibat pengaruh kelembaban dan suhu rendah, mengidentifikasi perubahan mutu komoditi dan produk pertanian akibat pengaruh kelembaban dan suhu tinggi, serta memilih/menentukan kondisi penyimpanan yang sesuai untuk komoditi dan produk pertanian tertentu.

II.

METODOLOGI

2.1 Bahan dan Alat Bahan yang diamati pada praktikum ini diantaranya adalah minuman beraroma dalam kemasan bening, minuman beraroma dalam kemasan opaque, juice bebuahan, margarin, mentega, bebijian, bebuahan, sesayuran, perekat kertas, kertas, kosmetika, sabun, kayu lapis dan papan partikel. Alat yang digunakan diantaranya adalah plastik, piring plastik, dan wadah plastik. 2.2 Metode

PERSIAPAN BAHAN

PENGEMASAN

PENYIMPANAN PRODUK/KOMODITI

PENGAMATAN

DISKUSI

PENULISAN LAPORAN

III.

TINJAUAN PUSTAKA

Lem adalah zat perekat agar-agar digunakan untuk membentuk ikatan permukaan antara bahan diskrit. Saat ini, ada lima tipe dasar lem. Perekat pelarut terdiri basis perekat dicampur dengan pelarut kimia yang membuat lem olesan; lem mengering sebagai pelarut menguap. Kebanyakan pelarut mudah terbakar, dan mereka cepat menguap, toluena, hidrokarbon cair yang terbuat dari bahan bakar fosil, sering digunakan. Termasuk dalam kategori ini adalah lem dijual sebagai prajurit cair dan apa yang disebut semen kontak. Margarin adalah produk makanan berbentuk emulsi padat atau semi padat yang dibuat dari lemak nabati atau hewani dan air, dengan atau tanpa penambahan garam NaCl dan bahan tmbahan makanan yang diizinkan. Sedangkan Food and Drug Administration (FDA)mendefinisikan margarin (oleomargarine) sebagai makanan berbentuk plastic atau emulsi cair, mengandung lemak tidak kurang dari 80% dan bahan tambahan makanan yang aman (Bumbalough 1992). Menurut Muchtadi dan Sugiyono dalam Mikasari (2004) menyatakan bahwa suhu rendah dapat menghambat laju respirasi pisang, aktivitas mikroba, dan enzim. Semakin tinggi suhu maka respirasi semakin cepat hingg mencapai suhu optimum telah dilewati. Peningkatan susut bobot pisang berbanding lurus dengan semakin lamanya penyimpanan. Hal ini dikarenakan terjadinya transpirasi dan respirasi selama penyimpanan dengan hilangnyakadar air dan terjadinyaperubahan gula menjadi CO2 dan H20 (Muchtadi 1992). Selain itu kekerasan pisang cnderung semakin menurun selama penyimpanan. Penanganan buah dengan penyimpanan dingin dapat mengurangi proses penuaan karena adanya proses pematangan, pelunakan, perubahan warna, dan tekstur. Menurut Sofyan dalam Situmorang (2005), kertas adalah suatu benda yang tersusun terutama oleh selulosa dan bahan penolong lainnya. Secara umum proses pembuatan kertas terdiri dari dua bagian kelompok besar, yaitu : proses pembuatan pulp serta proses pembuatan kertas dan kertas board. Buah merupakan produk hortikultura. Produk ini memiliki sifat-sifat yangkhas yaitu mudah rusak. Sifat tersebut dipengaruhi oleh karakteristik kimianyayaitu memiliki kandungan air yang tinggi, serta sifat fisik seperti laju respirasi dankarakteristik biologinya yaitu bentuk sel penyusun Perubahan pada buah pada saat pemasakan ditandai dengan lunaknya bahandan jaringan. Hal ini disebabkan oleh perubahan pada dinding sel dan substansi pektin yang lain. Hal yang paling menonjol dan tampak pada pemasakan adalahwarna buah. Warna buah dipengaruhi oleh pigmen tertentu, misalnya pigmenkarotenoid dan flavonoid. Pigmen ini terjadi setelah adanya penambahan ataudegradasi dari klorofil, yang kemudian menyebabkan warna buah berubah darikehijauan menjadi kekuningan. Perubahan warna ini terjadi setelah mancapaitahap klimakterik, yang diikuti dengan perubahan tekstur. Pada saat pertumbuhan, pematangan buah akan diikuti dengan peningkatankadar gula sederhana, sehingga buah akan terasa manis. Hal ini disebabkanterjadinya penurunan kadar senyawa-senyawa fenolik yang menyebabkan

berkurangnya rasa sepat dan penurunan asam organik serta kenaikan zat-zat yangmemberi rasa dan aroma khas pada buah (Winarno 1995).Perubahan rasa dan aroma disebabkan oleh bertambahnya kandungan gulasederhana dalam buah yang menambah rasa manis yang disebabkan oleh perubahan zat pati dalam buah. Berkurangnya zat fenolik dan bertambahnya zatvolatif menyebabkan rasa dan bau yang harum pada buah. Kadar asam organik pada buah akan bertambah banyak dan mengalamikeadaan maksimum pada saat pertumbuhan. Pertumbuhan kadar asam organik terjadi saat buah matang dan selanjutnya pH buah akan bertambah dari 2 menjadi5,5. Asam sitrat yamg dikandung akan berkurang sebanyak 10 kali pada saat pematangan, sedangkan asam malat akan berkurang 75 kali. Penyimpanan buahbuahan segar memperpanjang daya gunanya dan dalamkeadaan tertentu memperbaiki mutunya, selain itu juga menghindarimembanjirnya produk ke pasar, memberi kesempatan yang luas untuk memilih buah-buahan sepanjang tahan, membantu pemasaran yang teratur, meningkatkan keuntungan produsen dan mempertahankan mutu produk yang segar. Menurut Muchtadi (1992), kualitas dari produk buah olahan tergantung pada kualitas buah tersebut sebelum dilakukan pengolahan. Oleh sebab itu sangat penting diketahui beberapa hal penting seperti waktu panen yang tepat, cara pemanenan yang baik, penanganan setelah panen, serta cara mempertahankan mutu buah segar setelah panen. Buah memiliki masa simpan yang relatif rendah sehingga buah dikenal sebagai bahan pangan yang cepat rusak dan hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas masa simpan buah. Mutu simpan buah sangat erat kaitannya dengan proses respirasi dan transpirasi selama penanganan dan penyimpanan di mana akan menyebabkan susut pasca panen seperti susut fisik yang diukur dengan berat; susut kualitas karena perubahan wujud (kenampakan), cita rasa, warna atau tekstur yang menyebabkan bahan pangan kurang disukai konsumen; susut nilai gizi yang berpengaruh terhadap kualitas buah. Mutu simpan buah akan lebih bertahan lama jika laju respirasi rendah dan transpirasi dapat dicegah dengan meningkatkan kelembaban relatif, menurunkan suhu udara. Pada umumnya komoditas yang mempunyai umur simpan pendek mempunyai laju respirasi tinggi atau peka terhadap suhu rendah (Tranggono dan Sutardi 1990). Dengan menggunakan sistem dan penanganan yang tepat, diharapkan akan meningkatkan kualitas buah segar tersebut. Beberapa bentuk kualitas yang perlu diperhatikan pada buah segar yaitu: penampilan buah (kondisi luar buah), tekstur (firmness, crispness, dan juiceness), flavor, serta kandungan nutrisi lainnya. Dari segi penampilan termasuk didalamnya ukuran, bentuk, warna, dan ada tidaknya kerusakan dan luka pada buah. Sedangkan yang dimaksud dengan flavor adalah pengukuran tingkat kemanisan (sweetness), keasaman (acidity), astringency, rasa pahit (bitterness), aroma, dan off-flavor. Kandungan nutrisi pada buah dapat berupa vitamin A dan C, kandungan mineral, dietari fiber, karbohidrat, protein, antioxidan phytochemical (carotenoid, flavonoid, dan senyawa fenol lainnya). Faktorfaktor keamanan yang juga mempengaruhi kualitas buah segar adalah residu dari pestisida, keberadaan logam berat, mikotoxin yang diproduksi oleh berbagai spesies fungi dan kontaminasi dari mikroba. (Winarno 2004)

Pengaturan suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kesegaran dari buah. Sedangkan kelembaban (relative humidity) mempengaruhi kehilangan air, peningkatan kerusakan, beberapa insiden kerusakan phisiologi, dan ketidakseragaman buah pada saat masak (ripening). Pengaturan kelembaban yang optimal pada penyimpanan buah antara 85 sampai dengan 90%. Kemudian komposisi atmosfir dalam hal ini terdiri dari oksigen, karbondioksida, dan gas etilen dapat menyebabkan pengaruh yang besar terhadap respirasi dan umur simpan buah. (AAK 2000) Mutu simpan buah akan lebih bertahan lama jika laju respirasi rendah dan transpirasi dapat dicegah dengan meningkatkan kelembaban relatif, menurunkan suhu udara. Pada umumnya komoditas yang mempunyai umur simpan pendek mempunyai laju respirasi tinggi atau peka terhadap suhu rendah (Tranggono dan Sutardi 1990). Pertumbuhan organisme perusak dapat diperlambat pada suhu penyimpanan rendah, namun komuditas segar berangsur-angsur kehilangan resistensi alaminya terhadap pertumbuhan organism perusak. Oleh karena itu lamanya umur simpan ditentukan oleh interaksi oleh senensensi alami (kehilangan kualitas), pertumbuhan organisme perubahan dan kepekaan terhadap cacat suhu dingin (Tranggono dan Sutardi 1990).

IV.
4.1

PEMBAHASAN

Hasil [terlampir] 4.2 Pembahasan Pengamatan dilakukan oleh 5 kelompok dengan komoditas maupun produk yang meliputi lem, kertas, kacang hijau, margarin, dan pisang. Kelompok 1 melakukan pengamatan terhadap produk lem. Pengamatan dilakukan setiap tiga hari sekali selama dua minggu dengan total pengamatan sebanyak 6 kali. Pengamatan pertama belum terjadi perubahan apapun pada produk. Perubahan warna semakin hari menunjukkan kecoklatan yang semakin pekat. Mulai pengamatan kedua hingga keenam bau khas lem semakin berkurang baik di tempat lembab dingin, lembab panas, maupun kering dingin. Pada tempat kering dingin pengamatan kelima dan keenam bau lem berubah menjadi cengkeh yang menunjukkan adanya kontaminasi zat lain. Untuk perubahan tekstur semakin hari akan semakin berkurng tingkt kekenyln dan kelengketannya. Deformasi masih bentuk mulai terjadi pada pengamatan kelima dan keenam hampir di semua tempat. Perubahan lain yang teridentifikasi adalah terjadinya migrasi bau pada pengamatan kelima dan keenam di tempat kering dingin. Pengamatan kelompok 2 adalah produk margarin. Pengamatan dilakukan setiap tiga hari sekali selama dua minggu dengan total pengamatan sebanyak 6 kali. Berdasarkan data pengamatan, semakin hari aroma margarin di semua tempat pengamatan. Bahkan mulai pengamatan kedua hingga terakhir muncul bau cengkeh yang mengindikasikan terjadi migrasi bau dari cengkeh yang ada di dalam lemari pendingin. Tekstur margarin semakin hari semakin lembek kecuali di tempat pengamatan kering dingin yang menunjukkan pertambahan tingkat kekerasan margarin. Pada semua tempat dan waktu pengamatan tidak ditemukan mikroorganisme apapun yang tumbuh dan berkembang pada margarin. Pada pengamatan margarin tidak ditemukan perubahan lain yang bisa teridentifikasi. Deformasi bentuk tidak terjadi sama sekali kecuali pada tempat lembab panas yang terlihat sedikit mencair pada pengamatan terakhir. Pengamatan kelompok 3 adalah produk kertas. Pengamatan juga dilakukan setiap tiga hari sekali selama dua minggu dengan total pengamatan sebanyak 6 kali. Produk yang diamati adalah kertas. Pada pengamatan ini tidak terjadi perubahan warna dan perubahan lain selain warna, bobot, penampakan, dan tekstur. Pengamatan ini dilakukan di dua tempat yaitu lembab dingin dan kering dingin. Selama enam kali pengamatan menunjukkan pertambahan bobot kertas. Untuk penampakan kertas juga terjadi perubahan yaitu mulai pengamatan kedua terbentuk gelembung di permukaannya. Perubahan tekstur juga terjadi dengan semakin terasa halus dan lembab padat tekstur kertas. Pengamatan kelompok 4 adalah komoditas kacang hijau. Pengamatan juga dilakukan hampir setiap hari selama dua minggu dengan total pengamatan sebanyak 10 kali. Produk yang diamati adalah kacang hijau. Terjadi pengurangan bobot kacang hijau pada setiap kali pengamatan. Pada pengamatan kacang hijau ini tidak ditemukan

terjadinya perubahan tekstur, perubahan penampakan, perkembangan mikroorganisme, dan perubahan lainnya. Pengamatan terakhir dilakukan kelompok 5 dengan obyek pengamatan komoditas pisang. Pengamatan dilakukan di tempat lembab panas dan kering dingin. Berdasarkan pengamatan terjadi pertumbuhan kapang bermiselia pada tempat lembab panas yang diletakkan di atas kulkas mulai pengamatan keenam. Tekstur pisang semakin lunak pada tempat pengamatan lembab panas namun sebaliknya pada tempat kering dingin tekstur sempat terjadi pemadatan sebelum akhirnyamelunak kembali. Organisme mulai tumbuh berupa benang-benang putih pada tempat lembab panas mulai dari pengamatan keempat dan seterusnya. Perubahan lain yang terjadi meliputi kulit pisang yang menghitam dan berair. Pada pengamatan terhadap penyimpanan margarin terjadi perubahan mutu yaitu salah satunya perubahan bau. Perubahan ini terjadi pada penyimpanan margarin di lemari pendingin (lingkungan dengan kondisi kering dingin). Bau yang terindikasi adalah bau khas cengkeh yang berasal dari cengkeh yang tersimpan di lemari es. Hal ini terjadi akibat absorbsi bau cengkeh yang terjadi pada margarin. Menurut Pahan (2008), bahan yang mengandung lemak mudah mengalami pencemaran dan kontaminasi bau dari kondisi alat penyimpanan. Margarin yang sebagian besar kandungannya adalah minyak (lemak) dapat mengabsorbsi zat menguap atau beraksi dengan zat lain, seperti cengkeh. Perubahan lain yang terjadi pada produk margarin adalah deformasi bentuk untuk penyimpanan margarin di kondisi lembab panas. Architadesia (2013) menyatakan bahwa penyimpanan margarin yang baik bukan di tempat yang bersuhu kamar ( 28-30 C). Kisaran suhu itu mendekati titik cair lemak sehingga pada pengamatan di kondisi tersebut terlihat margarin sedikit mencair. Karena itu margarin (terutama yang wadahnya telah dibuka) lebih baik disimpan di dalam lemari es. Pada suhu 4-5 C di lemari es, margarin bisa awet sampai beberapa minggu meskipun margarin akan mengalami pertambahan tingkat kekerasan, sesuai yang terindikasi pada pengamatan. Pada penyimpanan terhadap komoditas kacang hijau teridentifikasi terjadi pengurangan bobot untuk setiap kondisi lingkungan penyimpanan. Hal ini terjadi akibat penurunan kadar air pada kacang hijau sehingga bobot total kacang hijau tersebut berkurang setiap kali dilakukan pengamatan. Kelembaban yang rendah cenderung mengurangi kadar air biji kacang, sedangkan kelembaban tinggi akan mempercepat pertumbuhan cendawan. Sementara pada pengamatan untuk buah pisang juga terjadi beberapa perubahan seperti pertumbuhan kapang, perubahan tekstur, dan kulit yang menghitam. Pertumbuhan kapang yang terjadi di kondisi lingkungan lembab dan panas ini terjadi karena lingkungan yang lembab merupakan kondisi ideal bagi pertumbuhan kapang. Perubahan tekstur yang menjadi lebih keras pada kondisi lingkungan kering dingin terjadi akibat kondisi pisang yang berada dalam kondisi di bawah titik beku sehingga pisang membeku. Menurut Suyanti dan Supriadi (2008), kondisi lingkungan yang berada di bawah titik beku memungkinkan pisang untuk mengalami chilling injury yang ditandai dengan warna kuliat buah menjadi kehitaman seperti yang terjadi pada pengamatan. Chilling injury ini akan membuat pisang tidak dapat matang normal. Sementara perubahan tekstur pisang yang menjadi lebih lunak pada kondisi penyimpanan lembab panas terjadi karena suhu yang tinggi mampu mempengaruhi tekstur pisang sehingga menjadi lebih lunak.

Penyimpanan margarin biasanya disimpan pada suhu yang relatif rendah. Dengan penyimpanan suhu rendah dapat mempertahankan flavor, memperkecil penetesan senyawa berlemak dan memperpanjang umur simpannya. Kerusakan margarine biasanya dinyatakan dalam bentuk ketengikan dan kebasian. Kedua kerusakan tersebut akibat gabungan dari beberapa peristiwa. Hilangnya flavor disebabkan oleh penguapan atau oleh peristiwa oksidasi, sedangkan hidrolisis diakibatkan oleh adanya akitifitas enzim dari mikrobia. Sebagian besar ditemukan dalam lemak yang termasuk golongan minyak kelapa yang mengandung asam lemak radikal. Margarin sangat mudah rusak oleh cahaya, kita dapat mengemas margarin sehingga kerusakannya dapat di minimalisir. Peran cahaya sebagai katalisator pada proses oksidasi (Ketaren S. 2005). Suhu yang sangat tinggi dan pemanasan berulang pada margarin akan memperbesar jumlah terbentuknya asam lemak bentuk trans, selain juga terbentuknya polimer-polimer yang dapat bersifat karsinogenik. Sebaiknya margarin tidak dipanaskan secara berlebihan apalagi dipakai untuk menggoreng berulang kali. Penyimpanan di tempat kering, sejuk dan tidak langsung terkena cahaya akan memperpanjang masa simpan, sekaligus menghindari kerusakan kandungan vitaminnya. Margarin yang telah dibuka dari kemasan sebaiknya ditutup rapat kembali. Penggunaan sendok atau alat pengoles yang kering akan mengurangi kemungkinan terjadinya ketengikan. Ketengikan selain akan menganggu cita rasa juga terbentuknya radikal bebas yang mempunyai pengaruh buruk terhadap kesehatan. Penurunan suhu di bawah suhu minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba memperpanjang waktu yang dibutuhkan mikroba untuk berkembang biak sehingga dapat mencegah perubahan akibat pertumbuhan mikroba (Wijaya C H. 2010). Menurut Ali (2006), pada penyimpanan kertas cahaya yang diguanakan untuk menerangi ruangan perpustakaan dan arsip adalah bentuk energi elektromagnetik yang berasal dari radiasi cahaya matahari dan lampu listrik. Makin kecil gelombang suatu sinar, makin besar energi yang dihasilkan. Sinar yang panjang gelombangnya kecil seperti sinar UV inilah yang berperan dalam merusak kertas. Kerusakan yang terjadi karena pengaruh sinar uv adalah memudarnya tulisan, warna bahan cetakan, juga menyebabkan kertas menjadi rapuh. Kerusakan ini disebabkan karena aksi dari energi, adanya bahan tambahan dan residu bahan pemutih pada saat proses pembuatan kartas adanya partikel-partikel logam serta adanya uap air dan oksigen disekitar kertas. Suhu udara di Indonesia berkisar antara 20-35oC. Masalah selalu timbul karena Indonesia terletak di daerah tropis yang kelembaban udaranya relatif tinggi pada musim hujan. Jika udara lembab, maka kandungan air dalam kertas akan bertambah, perubahan suhu pada saat kertas mangandung banyak air inilah yang menyebabkan menjadi lemah. Hubungan suhu dengan kelembaban udara sangat erat sekali. Sebab jika suhu udara berubah, maka kelembaban udarapun turut berubah. Jika suhu udara naik, kelembaban udara akan turun dan air yang ada di dalam kertas dilepas, sehingga kertas menjadi kering dan menyusut. Pada saat inilah terjadi ketegangan karena serat selulosa saling tarik menarik pada proses penyusatan ini.

Kita harus memperhatikan secara cermat dimana ruang kertas ditempatkan. Pada umumnya, untuk daerah tropis seperti di Indonesia, kerusakan biologis disebabkan oleh bertambah suburnya mikrobiologi atau jamur. Iklim tropis tidak pernah menjamin temperatur atau kelembaban udara sementara mikrobiologi atau jamur mudah tumbuh karena faktor kelembaban. Jamur ini akan menyerang kertas. Akibatnya kertas akan membusuk atau selulosa kertas rusak dan kemudian kertas akan berlubang. Adapula jamur jenis lain yang menyebabkan kertas menguning, cokelat dan berbintik-bintik hitam. Pencegahan yang baik adalah menciptakan temperatur udara yang ideal untuk menyimpan kertas dan mengatur kelembabannya. Suhu udara yang ideal untuk menyimpan kertas adalah antara 60-70oF atau kurang lebih 22-25oC. Untuk kelembabannya yang sangat ideal adalah 45-55% RH. Selain itu, faktor fisik yang biasa ditimbulkan oleh cahaya, panas dan air. Ketiga faktor fisik ini akan menyebabkan perubahan phochemical, hydrolytive di dalam kertas. Cahaya yang terpantul ke dalam ruangan akan mengakibatkan kertas berubah warna, misalnya menjadi kuning atau cokelat kekuningan. Panas akan menyebabkan kertas menjadi kuning lapuk. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mengakibatkan kerusakan kertas atau arsio secara umum seperti di atas, sedikit banyak kita akan dapat mengatasi atau mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan kertas yang tersimpan. Dengan demikian kerusakan yang mungkin terjadi tentunya tergolong minimal. Penyimpanan buah pisang yang baik adalah pada suhu rendah yakni antara 15 - 20C atau tergantung varietas sehingga produk tidak membeku dan daya simpannya cukup lama. Suhu rendah ini biasanya diikuti dengan 39 kelembaban nisbi yang optimum sehingga produk tetap segar dan tidak mengalami kekeringan. Suhu dan kelembaban dari berbagai macam buah tidak sama. Pada prinsipnya penyimpanan pada suhu dingin untuk menekan terjadinya respirasi dan transpirasi sehingga proses ini berjalan lambat. Akibatnya, daya simpan menjadi cukup panjang, susut beratnya. Menurut Prabawati (2008), penyimpanan dengan suhu 10C dan kelembaban 85 - 90% serta buah yang disimpan masih berwarna hijau akan bertahan selama 5 minggu dan buah yang sudah masak mempunyai daya simpan 11 hari. Pada prinsipnya penyimpanan pada suhu rendah adalah menekan terjadinya penyerapan dan penguapan (respirasi dan transpirasi) pada buah, sehingga proses ini berjalan lambat. Akibatnya daya simpannya cukup panjang, susut beratnya menjadi minimal, serta mutunya masih baik. Penyimpanan yang terbaik adalah di atas 10 oC. Bila suhu di bawah 10 oC buah akan mengalami kerusakan yang disebut chilling injury, yaitu warna kulit buah menjadi hijau kehitaman dan tidak dapat matang normal. Lem atau perekat kertas biasanya terdapat dalam bentuk butiran, serpihan, atau lembaranan datar, yang memiliki umur penyimpanan tak terbatas jika dalam kondisi tetap kering. Pada saat digunakan lebih dahulu dilarutkan dalam air, dipanaskan dan digunakan dalam kondisi hangat, biasanya sekitar 60 C (140 F). Suhu Warmer cepat menghancurkan kekuatan lem. Pada suhu kamar lem memiliki konsistensi dan komposisi yang sama dengan gelatin. Gel lem tidak memiliki kekuatan yang signifikan, sehingga sangat penting untuk menerapkan lem, sesuai dengan bagian, dan menahan mereka tetap stabil sebelum suhu lem turun jauh di bawah 50 C (120

F). Semua perekat memiliki waktu terbuka, yakni jumlah waktu lem masih cair dan bisa diterapkan. Penggabungan bagian setelah waktu buka kadaluarsa dan hasil dalam ikatan lemah. Waktu terbuka lem biasanya satu menit atau kurang. Dalam prakteknya, lem harus dalam keadaan panas saat akan direkatkan, dan menempelkan pada kondisi yang sangat hangat, meskipun langkah-langkah ini dapat ditiadakan jika lem dan operasi klem dapat dilakukan dengan cepat (Miller 1980). Pada penyimpanan kacang hijau ,untuk setiap kenaikan temperatur 5C pada tampat penyimpanan benih maka umur benih akan berkurang menjadi setengahnya. Kaidah ini berlaku pada temperatur antara 0C-50C. Hal ini disebabkan pada suhu yang relatif rendah, respirasi berjalan lebih lambat sehingga cadangan makanan tidak menurun dengan akibat aktivitas enzim terhambat sehingga kemunduran viabilitas benih (daya kecambah dan kekuatan tumbuh) dapat tertunda lebih lama. Sedangkan untuk suhu dibawah 0C belum dijelaskan, sehingga melatar belakangi peneliti untuk mendapatkan informasi apakah penyimpanan benih pada suhu di bawah 0C dapat mempengaruhi viabilitas benih (Purwono 2005). Kacang hijau disimpan di tempat atau ruangan yang bersih dan kering, dan bebas dari wabah hama dan penyakit. Untuk memperpanjang daya simpan, kadar air biji dipertahankan sekitar 10%-12%. Wadah yang berisi kacang hijau disimpan di ruangan sejuk (9oC), kering, bersih, dan bersirkulasi udara baik. Wadah penyimpanan sebaiknya tidak terbuat dari plastik karena biji akan lembab dan mudah rusak. Oleh karena itu, sebaiknya wadah berupa karung goni atau karung bekas terigu. Agar daya simpan lebih lama lagi, kacang hijau didimpan di dalam cold storage.

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan Pengamatan pengaruh lingkungan terhadap mutu produk dan komoditi pertanian dilakukan pada lima jenis komoditi atau produk yang diantaranya adalah margarin, lem atau perekat kertas, kertas, pisang dan kacang hijau dilakukan di tempat kering dan dingin, lembab dan dingin, tempat terpapar matahari, serta tempat lembab panas. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perubahan pada produk dan komoditas pertanian ini terlihat pada hari ketiga dan selanjutnya. Pada produk margarin, perubahan yang signifikan itu adalah deformasi bentuk dan perubahan aroma. Pada produk lem, perubahan signifikan yang terjadi adalah perubahan warna dari yang tadinya putih pekat menjadi kecoklatan. Hal itu terjadi di semua tempat. Pada produk kertas, perubahan signifikan yang terjadi adalah perubahan tekstur dan perubahan penampakan. Itu terjadi di kedua tempat yang diuji. Pada komoditi kacang hijau, perubahan yang terjadi adalah penurunan bobot, sedangkan tidak ada perubahan lain yang terjadi. Pada komoditas terakhir yaitu pisang, perubahan banyak terjadi di tempat yang lembab dan panas. Perubahan itu diantaranya adalah terjadinya pertumbuhan, perkembangan mikroorganisme dan perubahan warna. pada Penyimpanan margarin biasanya disimpan pada suhu yang relatif rendah. Margarin sangat mudah rusak oleh cahaya. Penurunan suhu di bawah suhu minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba memperpanjang waktu yang dibutuhkan mikroba untuk berkembang biak sehingga dapat mencegah perubahan akibat pertumbuhan mikroba. Suhu udara yang ideal untuk menyimpan kertas adalah antara 60-70oF atau kurang lebih 22-25oC. Selain itu, faktor fisik yang biasa ditimbulkan oleh cahaya, panas dan air. Penyimpanan buah pisang yang baik adalah pada suhu rendah yakni antara 15 - 20C. Bila suhu di bawah 10 oC buah akan mengalami kerusakan yang disebut chilling injury, yaitu warna kulit buah menjadi hijau kehitaman dan tidak dapat matang normal. Wadah yang berisi kacang hijau disimpan di ruangan sejuk (9oC), kering, bersih, dan bersirkulasi udara baik. 5.2 Saran Pada pengamatan ini, disarankan semua praktikan ikut mengamati setiap pengamatan agar penilain terhadap perubahan yang terjadi tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Adlan. 2006. Panduan Lengkap menulis Surat. Jakarta: Kawan Pustaka Aksi Agraris Kanisius (AAK). 2000. Petunjuk Praktik Bertanam Buah dan Sayur. Jakarta: Kanisius Architadesia. 2013. Mentega vs margarin. [terhubung berkala]

http://architadesia.com/ mentega-vs-margarin/. diakses pada 17 Maret 2013. Bumbalough, J. 1992. Margarine. In: Encyclopedia of Food Science and Technology. New York: John Willey and Son Inc. Ketaren S. 2005. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak. UI Press, Jakarta. Mikasari, W. 2004. Kajian Penyimpanan dan Pematangan Buah Pisang dengan Metode Pentahapan Suhu. Sekolah Pascasarjana Institut Pertnian Bogor. Miller, Robert S. 1980. Perekat dan Perekat: bagaimana memilih dan menggunakan mereka,. Columbus OH: Franklin Chemical Industries. Muchtadi, Deddy. 1992. Fisiologi Pasca Panen Sayuran dan Buah-Buahan (Petunjuk Laboratorium). PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor. Pahan I.2008. Paduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya. Prabawati S., Suyanti, dan Dondy A Setyabudi. 2008. Teknologi Pascapanen dan Teknik Pengolahan Buah Pisang . Balai Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor. Purwono . 2005. Kacang Hijau. Jakarta : penebar swadaya Situmorang, S. Analisis Penawaran dan Permintaan Pulp dan Kertas Indonesia di Pasar Domestik dan Internasional. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suyanti dan Supriadai A. 2008. Pisang: Budi Daya, Pengolahan, dan Prospek Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya. Tranggono dan Sutardi. 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Besar Penelitian dan

Wijaya C. H. 2010. Margarine. [terhubung berkala] http://repository.ipb.ac.id/ bitstream/handle/123456789/55445/Margarin,%20Lemak%20Nabati%20 pengganti%20mentega.pdf?sequence=1 . diakses pada 15 Maret 2013 Winarno F.G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia. Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai