DISUSUN OLEH :
FITRI AFRIANTI P1337431117010
MAIJI MARDIATUL F P1337431117019
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
D. Sasaran
Produk Es Krim ini ditujukan untuk mencegah terjadinya anemia pada remaja umur 16 –
18 tahun.
E. Nama Produk
Nama Produk : Soyguv Ice Cream
A. Zat Besi
Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama
diperlukan dalam hemopoboesis (pembentukan darah) yaitu sintesis hemoglobin (Hb).
Hemoglobin (Hb) yaitu suatu oksigen yang mengantarkan eritrosit berfungsi penting bagi
tubuh. Hemoglobin terdiri dari Fe (zat besi), protoporfirin, dan globin (1/3 berat Hb
terdiri dari Fe).Besi bebas terdapat dalam dua bentuk yaitu ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+).
Konversi kedua bentuk tersebut relatif mudah. Pada konsentrasi oksigen tinggi, umumnya
besi dalam bentuk ferri karena terikat hemoglobin sedangkan pada proses transport
transmembran, deposisi dalam bentuk feritin dan sintesis heme, besi dalam bentuk ferro.5
Dalam tubuh, besi diperlukan untuk pembentukkan kompleks besi sulfur dan heme.
Kompleks besi sulfur diperlukan dalam kompleks enzim yang berperan dalam
metabolisme energi. Heme tersusun atas cincin porfirin dengan atom besi di sentral cincin
yang berperan mengangkut oksigen pada hemoglobin dalam eritrosit dan mioglobin
dalam otot
Jumlah zat besi di dalam tubuh orang normal berkisar antara 3 – 5 gr tergantung dari
jenis kelamin, berat badan dan haemoglobin. Besi di dalam tubuh terdapat dalam
haemoglobin sebanyak 1,5 – 3,0 gr dan sisa lainnya terdapat di dalam plasma dan
jaringan. Di dalam plasma besi terikat dengan protein yang disebut “transferin” yaitu
sebanyak 3 – 4 gr. Sedangkan dalam jaringan berada dalam suatu status esensial dan
bukan esensial. Disebut esensial karena tidak dapat dipakai untuk pembentukan Hb
maupun keperluan lainnya (Soeparman,1990).
Ada dua jenis zat besi dalam makanan yaitu zat besi yang berasal dari hem dan non
hem. Zat besi hem yaitu zat besi yang berasal dari sumber pangan hewani, seperti :
daging, telur, dan ikan. Sedangkan zat besi non hem umumnya zat besi yang berasal dari
sumber pangan nabati, seperti: kacang-kacangan dan sayuran. Zat besi non hem
mempunyai proporsi absrobsi yang rendah di bandingkan dengan zat besi yang berasal
dari sumber pangan hewani (hem). Menurut WHO, kekurangan zat besi sebagai salah
satu dari 10 masalah kesehatan yang paling serius.
B. Vitamin C
Vitamin C atau asam L-askorbat, atau askorbat adalah nutrisi penting bagi manusia.
Vitamin yang memiliki aktivitas vitamin C adalah asam askorbat dan garamnya, dan
beberapa bentuk teroksidasi dari molekul seperti asam dehidroaskorbat. Askorbat dan
asam askorbat keduanya secara alami terdapat dalam tubuh ketika salah satu dari asam
ini bertemu dalam sel karena perubahan bentuk yang disebabkan oleh pH (Wadge, 2003).
Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk
kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin C berfungsi sebagai katalis dalam
reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh manusia, sehingga apabila katalis ini
tidak tersedia seperti pada keadaan defisiensi vitamin, maka fungsi normal tubuh akan
terganggu.
Vitamin C dari alam bisa ditemukan pada buah-buahan ataupun sayuran. Contoh
buah-buahan lokal yang diketahui kaya akan vitamin C adalah buah lemon lokal, jeruk
nipis, jambu biji, apel Malang dan nenas. (Almatsier, 2001). Di beberapa negara, dosis
yang biasa dianjurkan berkisar dari 60-90 mg vitamin C per hari. Tapi rata-rata setiap
orang membutuhkan 1000 miligram atau lebih setiap harinya (Dymas, 2011; Khairina,
2008). Orang yang tidak suka makan buahbuahan, mengakibatkan kekurangan vitamin
C. Akibat dari kekurangan vitamin C, antara lain akan mengalami sariawan yaitu bibir
pecah-pecah bahkan badan menjadi lemas.
Salah satu zat yang sangat membantu penyerapan zat besi adalah vitamin C (asam
askorbat). Asam askorbat dapat diperoleh dari tablet vitamin C atau secara alami terdapat
pada buah-buahan dan sayuran. Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan besi
nonheme empat kali lipat dan dengan jumlah 200 mg akan meningkatkan absorpsi besi
obat sedikitnya 30% (Goodman & Gilman, 2008)
C. Cookies
Kue kering adalah salah satu jenis makanan ringan yang sangat digemari masyarakat.
Bentuk dan rasa kue kering sangat beragam, bergantung pada bahan tambahan yang
digunakan (Suarni, 2004). Menurut Smith (1972), cookies merupakan kue kering yang
renyah, tipis, datar (gepeng), dan biasanya berukuran kecil. Cookies merupakan salah
satu bentuk kue kering yang banyak digemari oleh konsumen anak-anak dan orang
dewasa. Pengertian produk cookies yang diambil dari SNI 01-2973-1992 adalah salah
satu jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, memiliki kadar lemak yang cukup
tinggi, relatif renyah apabila dipatahkan dan penampang potongan bertekstur padat.
Tingkatkerenyahan produk cookies ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik bahan baku
penyusunnya.
Standart mutu produk cookies diatur oleh BSN (1992) dalam aturan SNI dengan
nomor 01-2973-1992. Pada umumnya, cookies dibuat dengan menggunakan bahan-bahan
pengikat dan pelembut. Beberapa komponen yang sering digunakan dalam industri
pembuatan cookies antara lain, tepung terigu,air, gula, lemak, bahan pengembang, susu
bubuk, kuning dan putih telur. Komponen ini lah yang akan membentuk karakteristik
cookies selama proses pengolahan. Pemanfaatan bahan lokal untuk mensubstitusi tepung
terigu dalam proses pembuatan cookies sudah banyak dilakukan di antaranya cookies
dengan substitusi tepung umbi talas yang dilakukan oleh Yuliatmoko &Satyatama
(2012), jagung oleh Suarni (2009), substitusi dengan tepung sukun oleh Sukandar et al.
(2014), dan masih banyak lagi lainnya.
Cookies merupakan salah satu jenis makanan ringan yang memiliki kadar air kurang
dari 4% dan terbuat dari tepung, gula, dan lemak (Manley, 1998). Pengolahan cookies
dilakukan dengan cara pemanggangan menggunakan oven. Selama proses pemanasan
aktivitas antioksidan meningkat karena ketersediaan senyawa fenolik atau dengan
pembentukan senyawa baru, seperti melanoidin dibentuk oleh reaksi Maillard (Lemos et
al., 2012). Pada saat proses pemanggangan akan mempengaruhi kestabilan antosianin
karena menggunakan suhu diatas 100o C. Senyawa kalkon mampu terdegradasi sehingga
menjadi senyawa yang tidak berwarna seperti asam karboksilat yang tersubstitusi
senyawa karboksil aldehid (Jackman dan Smith, 1996). Selain itu gula pada adonan
cookies juga dapat mempengaruhi kestabilan antosianin seperti sukrosa memiliki efek
protektif terhadap antosianin dibaningkan fruktosa dan laktosa (Markakis, 1982).
Berbagai jenis cookies telah dikembangkan untuk menghasilkan cookies yang tidak
hanya enak tapi juga menyehatkan (Manley, 2000).
E. Jambu Biji
Jambu biji (Psidium Guajava L.) merupakan salah satu buah yang cukup dikenal.
Jenis buah ini belum banyak mendapat perhatian untuk dikembangkan potensinya
menjadi buah yang lebih bernilai komersial baik dalam kondisi segar maupun produk
olahan. Jambu biji mudah sekali diperoleh dan merupakan buah yang berkadar vitamin C
tinggi (Rismunandar, 1989).Jambu biji merah mengandung vitamin C yang merupakan
salah satu vitamin yang di perlukan oleh tubuh.
Kandungan vitamin C yang paling tinggi terdapat didalam buah jambu biji. Dalam
bahasa latin jambu ini dikenal dengan sebutan Psidium guajava, dan dalam bahasa
Inggris disebut Guava. Kandungan vitamin C dalam jambu biji lebih tinggi dari buah
jeruk, dalam 100 gram buah jambu biji ini mengandung 183,5 mg vitamin C, sedangkan
pada 100 gram buah jeruk terkandung 50-70 mg vitamin C. Selain itu setiap 100 gram
jambu biji juga mengandung Kalori 49 kal, Protein 0,9 gram, Lemak 0,3 gram,
Karbohidrat 12,2 gram, Kalsium 14 mg, Fosfor 28 mg, Besi 1,1 mg, Vitamin A 25 SI,
Vitamin B1 0,05 mg dan Air 86 gram.
Vitamin C yang terkandung dalam jambu biji memperbesar penyerapan zat besi oleh
tubuh, sehingga tubuh di harapkan dapat menyerap zat besi secara optimal dan
meningkatkan kadar hb dalam tubuh (Rhamnosa, 2008).Bagi penderita anemia
disarankan untuk mengkonsumsi buah jambu biji merah secara rutin, hal ini sangat baik
untuk meningkatkan kadar hemoglobin ( Prawirohardjo,2009).
F. Anemia
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang di sebabkan oleh kurangnya zat besi
dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang di
tandai dengan gambaran sel darah merah hipokrommikrositer, kadar besi serum (serum
iron=SI) dan transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding
Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta di tempat lain
sangat kurang atau tidak ada sama sekali (Ningrumwahyuni, 2009). Anemia defisiensi
zat besi merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia terutama bagi wanita. Wanita
memiliki resiko paling tinggi untuk menderita anemia terutama pada remaja putri usia
13-18 tahun dengan prevalensi 22,7%. Anemia merupakan penyakit dengan prevalensi
tinggi. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), 2 miliar penduduk
dunia mengidap anemia defisiensi zat besi.
Remaja putri lebih rentan terkena anemia defisiensi zat besi disebabkan oleh beberapa
hal, seperti remaja pada masa pertumbuhan membutuhkan zat gizi yang lebih tinggi ter-
masuk zat besi, adanya siklus menstruasi yang menyebabkan remaja putri banyak ke-
hilangan darah, selain itu banyaknya remaja putri yang melakukan diet ketat sehingga
asupan gizinya tidak seimbang.
Masalah gizi dapat di atasi bila remaja putri meningkatkan kebutuhan asupan zat besi
dalam makanan sehari-hari. Dokter spesialis gizi klinik dari Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Fiastuti Witjaksono mengatakan bahwa efektifitas penyerapan Fe
bersamaan dengan Vitamin C alami dari buah-buahan lebih baik dibandingkan
penyerapan Fe bersamaan dengan tablet Vitamin C dosis tinggi. Vitamin C yang terdapat
dari buah-buahan seperti Jambu biji yang kandungan Vitamin C nya sebesar 95/100 gr
dibandingkan dengan buah lainnya.
Anemia secara praktis didefinisikan sebagai kadar hematokrit kosentrasi Hb, atau
hitungan eritrosit dibawah batas normal (Prawirohardjo,2009). Adapun faktor-faktor
penyebab anemia antara lain kurang gizi( malnutrisi), kurang zat besi dalam diet,
malabsorbsi, kehilangan darah yang banyak(persalinan yang lalu dan haid).
BAB III
PROSEDUR PEMBUATAN
A. Alat
- Sotel - Baskom
- Kompor - Timbangan
- Solet - Loyang
- Oven
B. Bahan
- Tepung Terigu protein rendah 100 gr - Kuning Telur 22,5 gr
- Tepung Kedelai 125 gr - Susu skim bubuk 10 gr
- Tepung Jambu Biji 25 gr - Baking powder ¼ sdt
- Margarin 75 gr - Garam ¼ sdt
- Gula pasir 75 gr - Vanilli ½ sdt
Formulasi
Resep
No Nama Bahan Asli Substitusi
(gram) (gram)
1 Tepung Terigu protein rendah 250 100
2 Tepung Kedelai - 125
3 Tepung Jambu - 25
4 Margarin 150 75
5 Gula pasir 100 75
6 Kuning Telur 22,5 22,5
7 Susu bubuk skim 10 10
8 Baking powder ¼ sdt ¼ sdt
9 Garam ¼ sdt ¼ sdt
10 Vanili ½ sdt ½ sdt
11. Tepung Maizena 20 -
C. Prosedur
1. Tepung Kedelai
o Siapkan kacang kedelai kering, cuci, rendam ± 30 menit
o Kukus dengan api kecil ±20 menit, dikeringkan dan kemudian sangrai
o Blender kacang kedelai yang telah disangrai
o Ayak tepung kedelai dengan ayakan
2. Tepung Jambu
o Kupas/ trimming dan cuci bersih bahan terlebih dahulu sebelum diolah.
o Timbang jambu
o Jambu diiiris tipis-tipis dan letakkan pada loyang, usahakan jangan saling
bertumpukan.
o Jemur sampai kering.
o Setelah kering, haluskan dengan blender
o Ayak tepung jambu dengan ayakan
3. Pembuatan Cookies
a. Ayak tepung terigu, tepung kedelai, tepung jambu biji, dan susu bubuk,lalu
campur jadi satu. Tambahkan baking powder, garam. Aduk rata. Sisihkan
b. Kocok dengan whisk kuning telur, margarin, dan gula halus hingga lembut
c. Masukkan campuran tepung ke dalam adonan margarin, aduk dengan solet
hingga tercampur rata
d. Bentuk adonan dan letakkan adonan yang telah terbentuk diloyang yang telah
diolesi mentega.
e. Panggang dalam oven dengan temperatur 150 - 160°C selama 25 menit
f. Angkat, dinginkan. Simpan dalam toples kedap udara
DAFTAR PUSTAKA