Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL TEKNOLOGI PANGAN

PEMANFAATAN TEPUNG KACANG KEDELAI DAN TEPUNG


JAMBU BIJI DALAM PENGOLAHAN COOKIES
SEBAGAI SNACK ALTERNATIF REMAJA PENDERITA ANEMIA

DISUSUN OLEH :
FITRI AFRIANTI P1337431117010
MAIJI MARDIATUL F P1337431117019

PRODI D IV GIZI REGULER A


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia merupakan masalah kesehatan utama di negara berkembang termasuk di


Indonesia. Anemia adalah suatu keadaan sel darah merah (hemoglobin) atau protein
pembawa oksigen didalam sel darah merah berada dibawah kategori normal. Keadaan ini
sebagian besar disebabkan oleh faktor defisiensi zat besi yang ditandai dengan rendahnya
kadar hemoglobin dan terjadinya penurunan kadar ferritin. Kadar hemoglobin normal pada
laki-laki dan perempuan yaitu kadar hemoglobinnya lebih kurang 12 gr/dl, dikatakan
anemia ringan jika kadar hemoglobinnya 10-12 gr/dl, anemia sedang 8-10 gr/dl dan
anemia berat bila kadar hemoglobinnya kurang 8 gr/dl.
Anemia merupakan penyakit akibat kurangnya sel darah merah. Sel darah merah
tersusun atas hemoglobin, yang berperan penting dalam mendukung fungsi darah sebagai
pelaku transportasi oksigen dan karbondioksida ke atau dari jaringan. Hemoglobin ialah
protein yang kaya akan zat besi. Kekurangan zat besi akan mempengaruhi kadar
hemoglobin darah (Muhilal. 2004).
Anemia gizi besi ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin yang dapat
menimbulkan gejala lesu, lelah, lemah, letih, dan cepat lupa yang akan berakibat
menurunkan prestasi belajar, olahraga, dan produktifitas kerja. Selain itu, anemia gizi besi
dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga tubuh mudah terserang infeksi (Masrizal,
2007).
Faktor – faktor yan mempengaruhi Kadar Hb pada remaja putri adalah kehilangan
darah akibat menstruasi, asupan zat gizi, pola makan, riwayat penyakit, aktifitas fisik,
(Niken, 2013). Asupan zat gizi yang berpengaruh terhadap kejadian anemia yaitu asupan
energi, protein, besi dan vitamin C. Energi merupakan kebutuhan gizi utama manusia,
karena jika kebutuhan energi tidak terpenuhi sesuai yang dibutuhkan tubuh, maka
kebutuhan zat gizi lain juga tidak terpenuhi seperti protein dan mineral termasuk
diantaranya adalah zat besi sebagai pembentuk sel darah merah akan menurun, yang pada
akhirnya dapat menyebabkan menurunnya kadar hemoglobin darah. Besi merupakan zat
gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin.
Terdapat beberapa faktor yang mempermudah dan menghambat absorbsi zat besi
dalam tubuh. Konsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C sangat berperan dalam
absorbsi besi dengan jalan meningkatkan absorbsi zat besi non hem hingga empat kali
lipat. Karena vitamin C berfungsi mereduksi besi ferri (Fe3+) menjadi ferro (Fe2+) dalam
usus halus sehingga mudah diabsorpsi serta dapat menghambat pembentukan hemosiderin
yang sulit dimobilisasi untuk membebaskan zat besi bila diperlukan oleh tubuh. Dan juga
berperan dalam memindahkan zat besi dari transferin di dalam plasma ke ferritin hati.
Sebagian besar transferin darah membawa zat besi ke sumsum tulang dan bagian tubuh
lainnya. Di dalam sumsum tulang zat besi digunakan untuk membentuk hemoglobin .
Sedangkan faktor yang menghambat adalah tanin dalam teh, fitat, fosfat dan serat dalam
bahan makanan.
Menurut Data Riskesdas 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7%, dengan
proporsi 20,6% di perkotaan dan 22,8% di pedesaan serta 18,4% laki-laki dan 23,9%
perempuan. Berdasarkan kelompok umur, penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar
26,4% dan pada kelompok umur 15-24 tahun sebesar 18,4%. Secara prevelensi anemia
pada wanita sebesar 11,3% dan pria 12,2%.

B. Alasan Pemilihan Bahan


1. Kacang Kedelai
Kacang kedelai adalah salah satu pangan lokal yang mudah ditemui di Indonesia
khususnya di kota Semarang. Sudah banyak produk Teknologi Pangan yang
menggunakan kacang kedelai sebagai bahan utamanya. Selain itu kacang kedelai juga
sudah tidak asing di kalangan masyarakat sehingga masyarakat sudah biasa
mengkonsumsi dan mengetahui rasa dari kacang kedelai tersebut.
Dalam segi gizi kacang kedelai merupakan salah satu jenis bahan makanan dengan
kandungan zat besi yang tinggi yaitu 10,0 mg per 100 gram yang mampu meningkatkan
aktivitas vitamin B12 yang berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah.Kacang
kedelai kaya akan vitamin A, E, K dan beberapa jenis vitamin B serta memiliki
kandungan mineral seperti K, Fe, Zn dan P. Kedelai juga memiliki kandungan protein
dan lemak yang tinggi, serta memiliki kandungan karbohidrat yang rendah. Sehingga
kacang kedelai cocok untuk penderita anemia.
2. Jambu Biji
Jambu biji adalah salah satu varian buah yang mudah di dapatkan di Indonesia.
Jambu biji mempunyai kandungan vitamin C yang lebih tinggi dibandingkan dengan
buah jeruk.dimana vitamin C dalam jambu biji sebesar 183,5 mg dalam 100 gram buah
jambu biji. Pada dasarnya vitamin C berperan besar dalam penyerapan zat besi (Fe).
Vitamin C dapat membantu mereduksi besi ferri (Fe3+) menjadi ferro (Fe2+) dalam
usus halus sehingga mudah diabsorbsi tubuh, proses reduksi tersebut akan semakin
besar jika pH didalam lambung semakin asam. Vitamin C dapat meningkatkan pH
didalam lambung sehingga dapat meningkatkan proses penyerapan zat besi hingga
30%.

C. Alasan Pemilihan Produk


Es krim merupakan jenis makanan ringan yang sudah biasa dikonsumsi dimasyarakat.
Terutama pada kalangan remaja sekarang (kaum milenial). Dalam pembuatannya sudah
menggunakan teknologi yang modern, sehingga untuk daya simpannya lebih lama dan
dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
Es krim merupakan produk susu beku yang dibuat dengan membekukan adonan. Es
krim tersusun dari campuran bahan pangan seperti produk susu, bahan pemanis,
stabilizer, bahan penambah citarasa. Oleh karena itu, mutu es krim yang dihasilkan sangat
dipengaruhi oleh cara pengolahan dan bahan baku termasuk stabilizer yang digunakan
(Sinurat et al., 2006).
Es krim mempunyai rasa yang lezat, aromanya harum, warnanya menarik, dan
teksturnya yang lembut. Es krim merupakan produk pangan yang cocok untuk iklim
tropis, sehingga menjadi salah satu pilihan untuk menghilangkan dahaga.

D. Sasaran
Produk Es Krim ini ditujukan untuk mencegah terjadinya anemia pada remaja umur 16 –
18 tahun.

E. Nama Produk
Nama Produk : Soyguv Ice Cream

F. Standart Kualitas Produk


Kualitas Es Krim menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) menurut nomor 01-
3713-1995 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Sumber BSN 1995
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Zat Besi

Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama
diperlukan dalam hemopoboesis (pembentukan darah) yaitu sintesis hemoglobin (Hb).
Hemoglobin (Hb) yaitu suatu oksigen yang mengantarkan eritrosit berfungsi penting bagi
tubuh. Hemoglobin terdiri dari Fe (zat besi), protoporfirin, dan globin (1/3 berat Hb
terdiri dari Fe).Besi bebas terdapat dalam dua bentuk yaitu ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+).
Konversi kedua bentuk tersebut relatif mudah. Pada konsentrasi oksigen tinggi, umumnya
besi dalam bentuk ferri karena terikat hemoglobin sedangkan pada proses transport
transmembran, deposisi dalam bentuk feritin dan sintesis heme, besi dalam bentuk ferro.5
Dalam tubuh, besi diperlukan untuk pembentukkan kompleks besi sulfur dan heme.
Kompleks besi sulfur diperlukan dalam kompleks enzim yang berperan dalam
metabolisme energi. Heme tersusun atas cincin porfirin dengan atom besi di sentral cincin
yang berperan mengangkut oksigen pada hemoglobin dalam eritrosit dan mioglobin
dalam otot
Jumlah zat besi di dalam tubuh orang normal berkisar antara 3 – 5 gr tergantung dari
jenis kelamin, berat badan dan haemoglobin. Besi di dalam tubuh terdapat dalam
haemoglobin sebanyak 1,5 – 3,0 gr dan sisa lainnya terdapat di dalam plasma dan
jaringan. Di dalam plasma besi terikat dengan protein yang disebut “transferin” yaitu
sebanyak 3 – 4 gr. Sedangkan dalam jaringan berada dalam suatu status esensial dan
bukan esensial. Disebut esensial karena tidak dapat dipakai untuk pembentukan Hb
maupun keperluan lainnya (Soeparman,1990).
Ada dua jenis zat besi dalam makanan yaitu zat besi yang berasal dari hem dan non
hem. Zat besi hem yaitu zat besi yang berasal dari sumber pangan hewani, seperti :
daging, telur, dan ikan. Sedangkan zat besi non hem umumnya zat besi yang berasal dari
sumber pangan nabati, seperti: kacang-kacangan dan sayuran. Zat besi non hem
mempunyai proporsi absrobsi yang rendah di bandingkan dengan zat besi yang berasal
dari sumber pangan hewani (hem). Menurut WHO, kekurangan zat besi sebagai salah
satu dari 10 masalah kesehatan yang paling serius.
B. Vitamin C

Vitamin C atau asam L-askorbat, atau askorbat adalah nutrisi penting bagi manusia.
Vitamin yang memiliki aktivitas vitamin C adalah asam askorbat dan garamnya, dan
beberapa bentuk teroksidasi dari molekul seperti asam dehidroaskorbat. Askorbat dan
asam askorbat keduanya secara alami terdapat dalam tubuh ketika salah satu dari asam
ini bertemu dalam sel karena perubahan bentuk yang disebabkan oleh pH (Wadge, 2003).
Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk
kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin C berfungsi sebagai katalis dalam
reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh manusia, sehingga apabila katalis ini
tidak tersedia seperti pada keadaan defisiensi vitamin, maka fungsi normal tubuh akan
terganggu.
Vitamin C dari alam bisa ditemukan pada buah-buahan ataupun sayuran. Contoh
buah-buahan lokal yang diketahui kaya akan vitamin C adalah buah lemon lokal, jeruk
nipis, jambu biji, apel Malang dan nenas. (Almatsier, 2001). Di beberapa negara, dosis
yang biasa dianjurkan berkisar dari 60-90 mg vitamin C per hari. Tapi rata-rata setiap
orang membutuhkan 1000 miligram atau lebih setiap harinya (Dymas, 2011; Khairina,
2008). Orang yang tidak suka makan buahbuahan, mengakibatkan kekurangan vitamin
C. Akibat dari kekurangan vitamin C, antara lain akan mengalami sariawan yaitu bibir
pecah-pecah bahkan badan menjadi lemas.
Salah satu zat yang sangat membantu penyerapan zat besi adalah vitamin C (asam
askorbat). Asam askorbat dapat diperoleh dari tablet vitamin C atau secara alami terdapat
pada buah-buahan dan sayuran. Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan besi
nonheme empat kali lipat dan dengan jumlah 200 mg akan meningkatkan absorpsi besi
obat sedikitnya 30% (Goodman & Gilman, 2008)

C. Cookies
Kue kering adalah salah satu jenis makanan ringan yang sangat digemari masyarakat.
Bentuk dan rasa kue kering sangat beragam, bergantung pada bahan tambahan yang
digunakan (Suarni, 2004). Menurut Smith (1972), cookies merupakan kue kering yang
renyah, tipis, datar (gepeng), dan biasanya berukuran kecil. Cookies merupakan salah
satu bentuk kue kering yang banyak digemari oleh konsumen anak-anak dan orang
dewasa. Pengertian produk cookies yang diambil dari SNI 01-2973-1992 adalah salah
satu jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, memiliki kadar lemak yang cukup
tinggi, relatif renyah apabila dipatahkan dan penampang potongan bertekstur padat.
Tingkatkerenyahan produk cookies ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik bahan baku
penyusunnya.
Standart mutu produk cookies diatur oleh BSN (1992) dalam aturan SNI dengan
nomor 01-2973-1992. Pada umumnya, cookies dibuat dengan menggunakan bahan-bahan
pengikat dan pelembut. Beberapa komponen yang sering digunakan dalam industri
pembuatan cookies antara lain, tepung terigu,air, gula, lemak, bahan pengembang, susu
bubuk, kuning dan putih telur. Komponen ini lah yang akan membentuk karakteristik
cookies selama proses pengolahan. Pemanfaatan bahan lokal untuk mensubstitusi tepung
terigu dalam proses pembuatan cookies sudah banyak dilakukan di antaranya cookies
dengan substitusi tepung umbi talas yang dilakukan oleh Yuliatmoko &Satyatama
(2012), jagung oleh Suarni (2009), substitusi dengan tepung sukun oleh Sukandar et al.
(2014), dan masih banyak lagi lainnya.
Cookies merupakan salah satu jenis makanan ringan yang memiliki kadar air kurang
dari 4% dan terbuat dari tepung, gula, dan lemak (Manley, 1998). Pengolahan cookies
dilakukan dengan cara pemanggangan menggunakan oven. Selama proses pemanasan
aktivitas antioksidan meningkat karena ketersediaan senyawa fenolik atau dengan
pembentukan senyawa baru, seperti melanoidin dibentuk oleh reaksi Maillard (Lemos et
al., 2012). Pada saat proses pemanggangan akan mempengaruhi kestabilan antosianin
karena menggunakan suhu diatas 100o C. Senyawa kalkon mampu terdegradasi sehingga
menjadi senyawa yang tidak berwarna seperti asam karboksilat yang tersubstitusi
senyawa karboksil aldehid (Jackman dan Smith, 1996). Selain itu gula pada adonan
cookies juga dapat mempengaruhi kestabilan antosianin seperti sukrosa memiliki efek
protektif terhadap antosianin dibaningkan fruktosa dan laktosa (Markakis, 1982).
Berbagai jenis cookies telah dikembangkan untuk menghasilkan cookies yang tidak
hanya enak tapi juga menyehatkan (Manley, 2000).

D. Tepung Kacang Kedelai


Menurut Wulan Joe (2011:3), Kedelai adalah salah satu tanaman polong - polongan
yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur, seperti kecap, tahu, dan
tempe. Orang China lah yang pertama kali menggunakan kacang kedelai sebagai bahan
makanan. Sekitar 1100 SM, kacang kedelai telah ditanam dibagian selatan tengah China
dan dalam waktu singkat menjadi makanan pokok bangsa China. Penyebaran kedelai di
kawasan Asia meliputi Jepang, Indonesia, Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia, Birma,
Nepal, dan India (Wulan Joe, 2011:2).
Dalam kelompok tanaman pangan di Indonesia, kedelai merupakan komoditas
terpenting ketiga setelah padi dan jagung, disamping sebagai bahan pakan dan industri
olahan. Kebutuhan akan kedelai terus meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat
tentang makanan sehat. Ketersediaan kedelai di Indonesia menjadi penting karena
hampir 90% digunakan untuk bahan pangan (Ir. Atman, 2014:2). Secara umum, produk
olahan kedelai terdiri dari dua kelompok yaitu produk makanan non fermentasi dan
fermentasi. Contoh produk hasil olahan non fermentasi tradisional yang terkenal adalah
tahu dan kembang tahu, sedangkan fermentasi tradisional adalah tempe dan kecap.
Contoh produk hasil olahan non fermentasi modern adalah tepung kedelai, daging tiruan,
dan minyak kedelai.
Tepung kedelai mentah mengandung enzim yang membantu ragi bekerja dalam
pengembangan roti dan sebagai pemutih pada tepung terigu. Penggunaan tepung kedelai
yang terlalu banyak pada pembuatan roti, akan menyebabkan rusaknya tekstur roti.
Ketika tepung kedelai dipanggang, enzim tersebut akan hancur dan tepung akan memiliki
rasa serta aroma yang lebih enak. Tepung kedelai panggang, dapat digunakan untuk
menambah rasa dan nilai gizi pada produk panggang seperti kue, roti, biscuit, dll.

Tabel 1. Kandungan Gizi Kacang Kedelai


Komposisi Zat Gizi Jumlah
Air (gr) 12,7
Energi (kal) 381
Protein (gr) 40,4
Lemak (gr) 16,7
KH (gr) 24,9
Serat (gr) 3,2
Abu (gr) 5,5
Kalsium (mg) 222
Fosfor (mg) 682
Besi (mg) 10,0

E. Jambu Biji
Jambu biji (Psidium Guajava L.) merupakan salah satu buah yang cukup dikenal.
Jenis buah ini belum banyak mendapat perhatian untuk dikembangkan potensinya
menjadi buah yang lebih bernilai komersial baik dalam kondisi segar maupun produk
olahan. Jambu biji mudah sekali diperoleh dan merupakan buah yang berkadar vitamin C
tinggi (Rismunandar, 1989).Jambu biji merah mengandung vitamin C yang merupakan
salah satu vitamin yang di perlukan oleh tubuh.
Kandungan vitamin C yang paling tinggi terdapat didalam buah jambu biji. Dalam
bahasa latin jambu ini dikenal dengan sebutan Psidium guajava, dan dalam bahasa
Inggris disebut Guava. Kandungan vitamin C dalam jambu biji lebih tinggi dari buah
jeruk, dalam 100 gram buah jambu biji ini mengandung 183,5 mg vitamin C, sedangkan
pada 100 gram buah jeruk terkandung 50-70 mg vitamin C. Selain itu setiap 100 gram
jambu biji juga mengandung Kalori 49 kal, Protein 0,9 gram, Lemak 0,3 gram,
Karbohidrat 12,2 gram, Kalsium 14 mg, Fosfor 28 mg, Besi 1,1 mg, Vitamin A 25 SI,
Vitamin B1 0,05 mg dan Air 86 gram.
Vitamin C yang terkandung dalam jambu biji memperbesar penyerapan zat besi oleh
tubuh, sehingga tubuh di harapkan dapat menyerap zat besi secara optimal dan
meningkatkan kadar hb dalam tubuh (Rhamnosa, 2008).Bagi penderita anemia
disarankan untuk mengkonsumsi buah jambu biji merah secara rutin, hal ini sangat baik
untuk meningkatkan kadar hemoglobin ( Prawirohardjo,2009).

Tabel 2. Kandungan Gizi Jambu Biji


Komposisi Zat Gizi Jumlah
Air (gr) 86,0
Energi (kal) 49
Protein (gr) 0.9
Lemak (gr) 0,3
KH (gr) 12,2
Serat (gr) 2,4
Abu (gr) 0,6
Kalsium (mg) 14
Fosfor (mg) 28
Besi (mg) 1,1
Vitamin C (mg) 87

F. Anemia
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang di sebabkan oleh kurangnya zat besi
dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang di
tandai dengan gambaran sel darah merah hipokrommikrositer, kadar besi serum (serum
iron=SI) dan transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding
Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta di tempat lain
sangat kurang atau tidak ada sama sekali (Ningrumwahyuni, 2009). Anemia defisiensi
zat besi merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia terutama bagi wanita. Wanita
memiliki resiko paling tinggi untuk menderita anemia terutama pada remaja putri usia
13-18 tahun dengan prevalensi 22,7%. Anemia merupakan penyakit dengan prevalensi
tinggi. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), 2 miliar penduduk
dunia mengidap anemia defisiensi zat besi.
Remaja putri lebih rentan terkena anemia defisiensi zat besi disebabkan oleh beberapa
hal, seperti remaja pada masa pertumbuhan membutuhkan zat gizi yang lebih tinggi ter-
masuk zat besi, adanya siklus menstruasi yang menyebabkan remaja putri banyak ke-
hilangan darah, selain itu banyaknya remaja putri yang melakukan diet ketat sehingga
asupan gizinya tidak seimbang.
Masalah gizi dapat di atasi bila remaja putri meningkatkan kebutuhan asupan zat besi
dalam makanan sehari-hari. Dokter spesialis gizi klinik dari Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Fiastuti Witjaksono mengatakan bahwa efektifitas penyerapan Fe
bersamaan dengan Vitamin C alami dari buah-buahan lebih baik dibandingkan
penyerapan Fe bersamaan dengan tablet Vitamin C dosis tinggi. Vitamin C yang terdapat
dari buah-buahan seperti Jambu biji yang kandungan Vitamin C nya sebesar 95/100 gr
dibandingkan dengan buah lainnya.
Anemia secara praktis didefinisikan sebagai kadar hematokrit kosentrasi Hb, atau
hitungan eritrosit dibawah batas normal (Prawirohardjo,2009). Adapun faktor-faktor
penyebab anemia antara lain kurang gizi( malnutrisi), kurang zat besi dalam diet,
malabsorbsi, kehilangan darah yang banyak(persalinan yang lalu dan haid).
BAB III
PROSEDUR PEMBUATAN

A. Alat

- Sotel - Baskom

- Kompor - Timbangan

- Ayakan tepung - Whisk

- Solet - Loyang

- Oven

B. Bahan
- Tepung Terigu protein rendah 100 gr - Kuning Telur 22,5 gr
- Tepung Kedelai 125 gr - Susu skim bubuk 10 gr
- Tepung Jambu Biji 25 gr - Baking powder ¼ sdt
- Margarin 75 gr - Garam ¼ sdt
- Gula pasir 75 gr - Vanilli ½ sdt

Formulasi

Resep
No Nama Bahan Asli Substitusi
(gram) (gram)
1 Tepung Terigu protein rendah 250 100
2 Tepung Kedelai - 125
3 Tepung Jambu - 25
4 Margarin 150 75
5 Gula pasir 100 75
6 Kuning Telur 22,5 22,5
7 Susu bubuk skim 10 10
8 Baking powder ¼ sdt ¼ sdt
9 Garam ¼ sdt ¼ sdt
10 Vanili ½ sdt ½ sdt
11. Tepung Maizena 20 -

C. Prosedur
1. Tepung Kedelai
o Siapkan kacang kedelai kering, cuci, rendam ± 30 menit
o Kukus dengan api kecil ±20 menit, dikeringkan dan kemudian sangrai
o Blender kacang kedelai yang telah disangrai
o Ayak tepung kedelai dengan ayakan
2. Tepung Jambu
o Kupas/ trimming dan cuci bersih bahan terlebih dahulu sebelum diolah.
o Timbang jambu
o Jambu diiiris tipis-tipis dan letakkan pada loyang, usahakan jangan saling
bertumpukan.
o Jemur sampai kering.
o Setelah kering, haluskan dengan blender
o Ayak tepung jambu dengan ayakan

3. Pembuatan Cookies
a. Ayak tepung terigu, tepung kedelai, tepung jambu biji, dan susu bubuk,lalu
campur jadi satu. Tambahkan baking powder, garam. Aduk rata. Sisihkan
b. Kocok dengan whisk kuning telur, margarin, dan gula halus hingga lembut
c. Masukkan campuran tepung ke dalam adonan margarin, aduk dengan solet
hingga tercampur rata
d. Bentuk adonan dan letakkan adonan yang telah terbentuk diloyang yang telah
diolesi mentega.
e. Panggang dalam oven dengan temperatur 150 - 160°C selama 25 menit
f. Angkat, dinginkan. Simpan dalam toples kedap udara
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Anna, Astuti, N. et al. (2015). PENGANEKARAGAMAN KUE KERING


BERBAHAN DASAR TEPUNG JAGUNG ( Zea Mays Sp ), 4, 75–83.
Hamil, I. (2017). TERHADAP PENINGKATAN KADAR HB PADA IBU HAMIL In
Influence Of Combination Red Guava And Honey To Increase Hb Level on Pregnant
Women Halimatus Saidah Program Studi Kebidanan ( DIV ) Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kadiri Jl Selomangleng No . 1 Pojok Mo, 0, 1–9.
Haninda, P., Rusdi, N., Oenzil, F., & Chundrayetti, E. (n.d.). Artikel Penelitian Pengaruh
Pemberian Jus Jambu Biji Merah ( Psidium Guajava . L ) Terhadap Kadar Hemoglobin
dan Ferritin Serum Penderita Anemia Remaja Putri, 7(1), 74–79.
Iden, S. (2016). Pengaruh Pemberian Jus Jambu Biji Merah Terhadap Kadar Hb Pada Remaja
Putri dengan Anemia Defisiensi Besi di Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi. Jurnal
Kesehatan Kartika, 11(1), 42.
Listiana, A. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia
Gizi Besi pada Remaja Putri di SMKN 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah. Jurnal
Kesehatan, 7(3), 455. https://doi.org/10.26630/jk.v7i3.230
Marlina, H., & Putriyana, W. (2015). PEMBERIAN TABLET Fe DAN JUS JAMBU BIJI
PADA REMAJA PUTRI GIVING A TABLET Fe AND GUAVA JUICE FOR YOUNG
WOMEN PENDAHULUAN Anemia defisiensi zat besi adalah menu - runnya kadar
hemoglobin ( < 12 mg / dl ) karena berkurangnya penyediaan zat besi sehingga pemb,
III, 7–12.
Sulistyowati. (2013). PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN MELALUI PEMBERIAN
KACANG KEDELAI PADA REMAJA PUTRI, 84, 487–492. Retrieved from
http://ir.obihiro.ac.jp/dspace/handle/10322/3933
Techinamuti, Novalisha dan Pratiwi, R. (2018). Review: Metode Analisis Kadar Vitamin C,
16(2), 309–315. https://doi.org/https://doi.org/10.24198/jf.v16i2.17547.g8765
Wijaya, H., & Aprianita, N. (2010). Kajian Teknis Standar Nasional Indonesia Biskuit SNI
01-2973-1992, 1–16.

Anda mungkin juga menyukai