DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGASUH :
PRODI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
MEDAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Mengingat umur simpan buah pepaya dan buah jeruk lemon yang tidak
panjang, maka penanganan pasca panen terhadap hasil produksi buah tersebut
perlu dilakukan untuk mempertahankan mutu dan kualitas buah. Penanganan
pasca panen buah maerupakan faktor perlakukan secara khusus yang perlu
diperhatikan agar mutu buah dapat dipertahankan hingga sampai kepada
konsumen. Salah satu cara yang dapat dilakukan pada penanganan pasca panen
buah pepaya dan lemon adalah dengan menggunakan metode pelilinan, dengan
menggunakan lilin lebah. Metode pelilinan merupakan usaha untuk mencegah
terjadinya respirasi yang berdampak kepada kerusakan mutu buah. Pelapisan lilin
pada permukaan buah dapat mencegah terjadinya penguapan air sehingga dapat
memperlambat kelayuan, laju respirasi dan mengkilatkan kulit buah sehingga
menambah daya tarik bagi konsumen serta dapat memperpanjang umur simpan
dan kesegarannya.
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Buah pepaya merupakan buah klimakterik dan memiliki kulit tipis yang
menyatu langsung pada daging buah. Buah pepaya saat pascapanen umumnya
memiliki masa simpan yang singkat dan cepat mengalami penurunan mutu akibat
adanya proses respirasi, transpirasi, dan produksi etilen yang relatif tinggi. Secara
umum, buah pepaya sangat berpotensi untuk diekspor. Selain itu, permintaan
pasar pepaya dalam negeri saat ini semakin meningkat. Hal ini berbanding
terbalik dengan masa simpan yang sangat singkat dan perubahan mutu buah yang
sangat nyata. Penanganan pascapanen yang tepat sangat dibutuhkan dalam
memperlambat perubahan mutu buah pepaya.
Buah jeruk lemon setelah dipetik masih melakukan proses fisiologis yaitu
respirasi dan transpirasi yang menyebabkan perubahan kandungan zat-zat dalam
buah. Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-
senyawa organik (substrat) menjadi CO2, H2O dan energi. Sedangkan transpirasi
adalah proses kehilangan air melalui penguapan. Substrat yang penting dalam
respirasi meliputi karbohidrat, beberapa jenis gula seperti glukosa, fruktosa, dan
sukrosa; asam organik; dan protein. Buah jeruk lemon termasuk non klimaterik,
sebaiknya panen dilakukan sebelum akhir fase kemasakan buah agar daya
simpannya lebih lama. Adanya respirasi menyebabkan buah menjadi masak dan
tua yang ditandai dengan proses perubahan fisik, kimia, dan biologi antara lain
proses pematangan, perubahan warna, pembentukan aroma, pengurangan
keasaman, pelunakan daging buah dan pengurangan bobot. Bila proses respirasi
berlanjut terus, buah akan mengalami kelayuan dan akhirnya terjadi pembusukan
yang sehingga zat gizi hilang.
2.3 Pelilinan
Beberapaa jenis buah secara alami dilapisi oleh lilin yang berfungsi
sebagai pelindung terhadap serangan fisik, mekanik, dan mikrobiologis. Pelapisan
lilin pada buah-buahan sebenarnya adalah menggantikan dan menambah lapisan
lilin alami yang terdapat pada buah yang sebagian besar hilang selama
penanganan karena lapisan lilin yang menutupi pori-pori buah dapat menekan
respirasi dan transpirasi sehingga daya simpan buah lebih lama dan nilai jualnya
lebih baik. Manfaat lainnya adalah meningkatkan kilau dan menutupi luka atau
goresan pada permukaan kulit buah sehingga penampilannya menjadi lebih baik.
Sugar ester blend (KD-112) merupakan salah satu bahan pelapis organik
buah yang terbuat dari campuran gula ester yang digunakan untuk menghambat
proses 11 perubahan mutu fisik dan kimia buah. KD-112 berwarna kuning
kecoklatan dengan kelembapan 14 19%. KD-112 sudah banyak digunakan pada
perusahaan-perusahaan. KD-112 atau sugar ester blend adalah salah satu bahan
pelapis buah yang telah digunakan sebagai pelapis buah untuk mempertahankan
mutu dan masa simpan buah. KD-112 ini diharapkan dapat menggantikan lilin
alamiah yang telah hilang. Dengan aplikasi KD-112 maka lilin alamiah yang
hilang tersebut digantikan oleh pelapis buah KD-112 untuk memberi penghambat
fisik untuk menekan pertukaran O2 dan CO2 pada kulit buah yang terus berjalan
selama masa simpan. Selain itu, struktur kulit yang tipis pada buah pepaya dapat
mengakibatkan risiko kehilangan air lebih tinggi apabila lilin alamiah buah telah
hilang. Pelapisan buah dengan KD-112 ini akan menjadi penghambat fisik
terhadap hilangnya air melalui transpirasi pada buah. Oleh karena itu, secara
umum efek yang dapat diharapkan dengan aplikasi KD-112 adalah terhambatnya
perubahan mutu buah selama masa simpan karena adanya penurunan respirasi,
dan penurunan susut bobot karena terhambatnya kehilangan air dari sel apidermis
dan bukaan lainnya pada permukaan kulit buah. Tipisnya struktur kulit buah
pepaya dan hilangnya lilin alamiah pada kulit diharapkan KD-112 7% sudah
cukup sebagai penghambat fisik terhadap pertukaran O2 dan CO2 serta hilangnya
air melalui transpirasi pada buah, sehingga buah pepaya mendapatkan efek
menguntungkan dalam memperlambat perubahan mutu selama masa simpannya.
KD-112 14% diduga ketebalannya lebih tebal dibandingkan dengan KD-112 7%,
karena pori-pori kulit buah tertutup secara keseluruhan sehingga buah mengalami
respirasi anaerob yang mengakibatkan buah justru mudah membusuk.
Pelilinan terhadap buah jeruk segar pertama kali dikenal sejak abad 12-13
oleh bangsa Cina, tetapi pada saat itu tanpa memperhatikan adanya efek-efek
respirasi dan tranpirasi sehingga lapisan lilin yang terbentuk terlalu tebal,
mengakibatkan respirasi anaerob (fermentasi) dan menghasilkan jeruk yang
masam dan busuk. Oleh karena itu, pelilinan harus diupayakan agar pori-pori kulit
buah tidak tertutupi sama sekali agar tidak terjadi kondisi anaerob di dalam buah.
Sebaliknya, jika lapisan lilin terlalu tipis hasilnya kurang efektif mengurangi laju
respirasi dan transpirasi. Dibandingkan dengan pendinginan. aplikasi lilin kurang
efektif dalam menurunkan laju respirasi sehingga pelilinan banyak dilakukan
untuk melengkapi penyipanan dalam suhu dingin.
Lilin yang digunakan dapat berasal dari berbagai sumber seperti tanaman,
hewan, mineral maupun sintetis. Kebanyakan formula lilin dipersiapkan dengan
satu atau lebih bahan seprti beeswax, parafin wax, carnauba wax (secara alami
didapat dari carnauba palm) dan shellac (lilin dari insekta). Syarat lilin yang
digunakan : tidak mempengaruhi bau dan rasa buah, cepat kering, tidak lengket,
tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, tipis, tidak mengandung racun, harga
murah dan mudah diperoleh. Syarat komoditi yang dilapisi adalah segar (baru
dipanen) dan bersih, sehat (tidak terserang hama/penyakit), dan ketuaan cukup.
Lilin yang banyak digunakan adalah lilin lebah yang diemulsikan dengan
konsentrasi 4 – 12%. Air yang digunakan tidak boleh menggunakan air sadah
karena garam-garam yang terkandung dalam air tersebut dapat merusak emulsi
lilin. Aplkasinya dapat dilakukan dengan, penyemprotan, pencelupan, atau
pengolesan. Sebenarnya pelilinan buah-buahan itu tidak mengandung racun
karena menggunakan lilin lebah dan konsentrasinya pelilinannya sedikit sekali.
Yang paling dikuatirkan buah-buahan itu rawan kandungan pestisida kemudian
terlapisi lilin sehingga pestisidanya masih menempel pada buah. Kandungan
pestisida inilah yang sangat berbahaya bila sampai termakan, bisa menyebabkan
banyak penyakit diantaranya kanker, leukimia, tumor, neoplasma indung telur dll.
BAB III
METODE
3.1.1 Alat
Handphone
Alat tulis
Laptop
3.1.2 Bahan
Pelaksanaan praktikum pelilinan buah dilakukan pada hari selasa 9 Juni 2020.
Dilaksanakan secara online dan dilakukan pengamatan dari perbagai sumber yang
ada.
4.1 Hasil
Pada gambar pertama,posisi pepaya masih baru saja dipetik dari pohon dan
dibiarkan sebentar sebelum proses lebih lanjut.
Pada gambar kedua,yaitu proses pelilinan setelah proses sebelumnya selesai
seperti pembersihan meliputi pencucian dan yang lain,sortasi.
Pada gambar ketiga,yaitu posisi pepaya yang telah siap atau hasil yang di semprot
dengan lilin.
Pada gambar pertama jeruk lemon belum diberikan perlakuan pelilinan dan masih
di kumpukan setelah dipanen dari lapang.
Pada gambar kedua adalah setelah dilakukan pelilinan yaitu dapat dilihat dari
warna kulit yang mengkilap dan sudah siap dipasarkan.
4.2 Pembahasan
Sugar ester blend (KD-112) merupakan salah satu bahan pelapis organik buah
yang terbuat dari campuran gula ester yang digunakan untuk menghambat proses
11 perubahan mutu fisik dan kimia buah. KD-112 berwarna kuning kecoklatan
dengan kelembapan 14 19%. KD-112 7% sudah cukup sebagai penghambat fisik
terhadap pertukaran O2 dan CO2 serta hilangnya air melalui transpirasi pada
buah, sehingga buah pepaya mendapatkan efek menguntungkan dalam
memperlambat perubahan mutu selama masa simpannya.
Lilin yang banyak digunakan adalah lilin lebah yang diemulsikan dengan
konsentrasi 4 – 12%. Lilin lebah atau Beeswax merupakan lilin murni yang
terbentuk dari sarang lebah yang berasal dari lebah Apis Mellifera. Lilin lebah
digunakan untuk mencegah penguapan, mempertahankan kesegaran dalam waktu
yang cukup lama, mecegah kelayuan, serta memperindah kulit buah. Air yang
digunakan tidak boleh menggunakan air sadah karena garam-garam yang
terkandung dalam air tersebut dapat merusak emulsi lilin. Aplkasinya dapat
dilakukan dengan, penyemprotan, pencelupan, atau pengolesan. Sebenarnya
pelilinan buah-buahan itu tidak mengandung racun karena menggunakan lilin
lebah dan konsentrasinya pelilinannya sedikit sekali.
BAB IV
KESIMPULAN
http://digilib.unila.ac.id/24534/16/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAH
ASAN.pdf
https://core.ac.uk/download/pdf/288107704.pdf