Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH ETILEN APEL DAN DAUN MANGGA PADA PEMATANGAN

BUAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca formatypica)

The Effect of Ethylene Apples and Mango Leaves on Maturation of Post-harvest


Kepok Banana (Musa paradisiaca formatypica)

Inti Mulyo Arti1*, Adinda Nurul Huda Manurung1


1
Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Teknologi Industri Universitas
Gunadarma. Jl. Margonda Raya No 100 Depok 16424. email:
inti_mulyo@staff.gunadarma.ac.id
*) Penulis Korespondensi

ABSTRAK

Produk hortikultura menghasilkan etilen untuk dimanfaatkan dalam berbagai


proses pada fase pemasakan dan pematangan buah. Fase pematangan buah terjadi pada
akhir fase perkembangan buah saat masih berada di pohon dan awal fase penuaan buah
setelah proses pemanenan. Keberadaan etilen perlu dikendalikan agar buah tetap segar
dan layak konsumsi. Gas etilen memiliki peran besar terhadap proses kematangan
(maturation) dan pemasakan (ripening) pada buah klimaterik seperti buah apel, pisang
dan mangga. Etilen dapat ditemukan pada organ-organ tumbuhan termasuk daun, batang,
buah dan akar. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh etilen yang dihasilkan
oleh apel merah dan daun mangga kering terhadap susut bobot dan warna dari pisang
kepok setelah dipanen. Hasil menunjukkan bahwa etilen pada apel merah memberikan
pengaruh yang lebih baik pada susut bobot dan warna yang merata pada pisang kepok
dibandingkan dengan etilen dari daun mangga kering dan kontrol. Pisang kepok yang
disimpan dengan daun mangga kering menghasilkan kenaikan susut bobot tertinggi
dengan kenampakan fisik pisang busuk, yang ditandai dengan warna coklat menghitam
pada bagian pangkal pisang dan warna kuning yang kurang merata pada kulit buah pisang.

Kata kunci: apel, bobot, daun, pisang, warna

ABSTRACT

Horticultural products produce ethylene for use in various processes in the


ripening and ripening phases of the fruit. The fruit ripening phase occurs at the end of
development phase when the fruit was still in the tree and the beginning of the fruit aging
phase after the harvesting process. The presence of ethylene needs to be controlled so
that the fruit remains fresh and suitable for consumption. Ethylene gas has a major role
in the maturation and ripening process in climatic fruits such as apples, bananas and
mangoes. Ethylene can be found in plant parts including leaf, stem and root organs. The
purpose of this study was to determine the effect of ethylene produced by red apples and
dried mango leaves on the weight and color losses of banana kepok after harvest. The
results showed that ethylene in red apples had a better effect on weight loss and even
color on Kepok bananas compared with ethylene from dried and control mango leaves.
Kepok bananas stored with dried mango leaves produced the highest of weight loss with
physical appearance of rotten fruit is marked with black brown at the base of the banana
and uneven yellow color on the peel banana.

Arti, Manurung, Pengaruh Etilen Apel… 77


https://doi.org/10.35760/jpp.2018.v2i2.2514
Keywords: apples, bananas, colors, leaves, weights

PENDAHULUAN dengan perubahan tekstur menjadi lunak,


Produk hortikultura berupa buah dan peningkatan kadar gula, penurunan kadar
sayuran dapat dipanen ketika telah pati dan perubahan produksi CO2 yang
menunjukkan tanda-tanda kematangan. meningkat secara tiba-tiba merupakan
Pisang kepok termasuk dalam produk salah satu tanda pola respirasi buah
hortikultura yang dipanen ketika sudah klimaterik (Widjanarko, 2012). Buah
mencapai indikator awal kematangan. klimaterik adalah buah setelah dipanen
Pisang biasanya langsung dipetik dalam mengalami laju respirasi yang terus
kondisi matang (maturation) dengan meningkat dan terjadi proses pematangan.
warna hijau pada kulit agar mencapai Buah setelah proses pemanenan
proses masak optimum ketika sampai di terus mengalami berbagai macam proses
tangan konsumen. Pemanenan buah yang katabolisme senyawa organik hingga
akan dipasarkan dengan jarak jauh menuju ke arah kerusakan atau
umumnya pada tingkat kematangan 75- pembusukan saat bahan perombakan telah
80% dengan ciri-ciri sudut pada pisang habis. Kerusakan buah tersebut dapat
masih tampak jelas, sedangkan untuk diakibatkan dari sifat buah-buahan yang
pemasaran jarak dekat dipanen dengan mudah rusak (perishable), kondisi
tingkat kematangan 85-90% dengan ciri- lingkungan yang tidak menguntungkan
ciri sudut buah telah berkembang penuh bagi daya simpan, juga akibat dari
meskipun sudut buah masih tampak nyata penanganan pasca panen yang kurang tepat
(Pantastico, 1993). Pisang barangan atau belum memadai (Jumeri et al, 1997).
biasanya dipanen sebelum tahap Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
kematangan dengan tingkat kematangan dalam penanganan panen dan pascapanen
tertentu dan berbagai pertimbangan buah antara lain suhu, kelembaban, laju
pemasaran (Murtadha et al, 2012). respirasi, etilen, kandungan nutrisi,
Pisang merupakan salah satu buah kandungan gula, kesegaran produk dan
yang tergolong dalam buah klimaterik keamanan pangan (Anonimous, 2013).
yang mengalami lonjakan kematangan Penanganan pascapanen menurut
meski telah melewati proses pemanenan. peraturan Menteri Pertanian Republik
Perubahan warna pada pisang diikuti Indonesia nomor 73/Permentan/

78 Jurnal Pertanian Presisi Vol. 2 No. 2 Desember 2018


OT.140/7/2013 merupakan rangkaian selulase dan klorofilase yang berperan
kegiatan setelah panen yang dilakukan dalam pelunakan dan pewarnaan yang
dalam tahapan dan waktu sesingkat tidak diinginkan oleh konsumen (Jumeri et
mungkin untuk menghantarkan produk al, 1997). Selain dapat mempercepat
hortikultura dari lahan produksi ke tangan proses pembusukan, etilen dapat diman-
konsumen dalam keadaan segar dengan faatkan sebagai agen yang dapat
meminimalisasi kontak fisik atau menstimulus pemasakan pada buah
perpindahan tangan. Rangkaian kegiatan klimaterik dan mendorong pembentukan
pada penangan pascapanen secara umum warna pada buah-buahan.
menurut peraturan tersebut meliputi Etilen merupakan salah satu
bongkar muat, penyejukan (pre cooling), senyawa volatil (mudah menguap) yang
penyembuhan luka (curing), perompesan dibebaskan pada waktu terjadi proses
(trimming), perbaikan warna (degreen- pematangan dan merupakan hormon yang
ing), penyortiran, pengeringan, pengke- dibutuhkan dalam proses pematangan
lasan, perlakuan, pengemasan, pelabelan, (Jumeri et al, 1997). Pengembangan warna
penyimpanan dan distribusi / pengang- ditingkatkan melalui stimulasi sintesis
kutan. Perbaikan warna merupakan pigmen dalam apel dan tomat atau
kegiatan memperbaiki warna buah yang penghancuran klorofil dalam pisang dan
hijau dan tidak merata menjadi warna jeruk (Saltveit, 1999).
kuning atau oranye secara merata dan Etilen yang diberikan dapat
cerah. Titik kritis dalam kegiatan menyeragamkan pematangan buah dan
degreening adalah pengaturan suhu ruang biasa disebut sebagai pemeraman. Selama
dan konsentrasi etilen sesuai dengan pematangan dalam buah-buahan klima-
karakter produk (Anonimous, 2013). terik termasuk pisang, etilen mengatur
Konsentrasi etilen yang diproduksi perubahan warna dan reduksi kadar
dari buah pascapanen dan laju respirasi klorofil, peningkatan karotenoid atau
yang tinggi dapat mempercepat proses antosianin, gula dan biosintesis senyawa
pembusukan pada buah-buahan. Produksi organik yang mudah menguap (VOC)
etilen berkontribusi pada munculnya (Iqbal et al, 2017).
tanda-tanda kerusakan dan etilen sangat Produksi etilen buah klimaterik
aktif memacu enzim-enzim hidrofobik pada saat ripening jauh lebih besar
seperti pektin esterase, amylase, invertase, dibandingkan dengan buah non-klimaterik

Arti, Manurung, Pengaruh Etilen Apel… 79


https://doi.org/10.35760/jpp.2018.v2i2.2514
seperti produksi etilen pada apel yakni mempunyai tekstur dan warna yang baik,
sekitar 25-2500 ppm sedangkan pada jeruk tetapi aromanya kurang disukai (Murtadha
sekitar 0.13 – 0.32 ppm (Widjanarko, et al, 2012). Penggunaan kalsium karbida
2012). Pada keadaan laju konstan, dapat membahayakan bagi kesehatan
produksi etilen buah apel adalah sebesar disebabkan adanya racun arsenic dan
10226 ppb dan pada buah pisang sebesar phosphorus yang terkandung di dalamnya
1415 ppb (Jumeri et al, 1997). Iqbal et al (Asif, 2012). Oleh karena itu, diperlukan
(2017) menyatakan bahwa etilen memiliki penelitian mengenai pengaruh etilen alami
peran penting dalam mengatur penuaan dari buah apel dan daun mangga kering
daun hingga 3 tahap dapat diidentifikasi pada mutu buah pisang kepok setelah
meliputi inisiasi, degradasi dan proses dipanen.
kematian. Gejala penuaan daun yang
paling umum adalah perubahan warna BAHAN DAN METODE
menjadi kuning yang disebabkan oleh Penelitian ini dilaksanakan di
degradasi klorofil. Etilen menyebabkan Laboratorium Dasar dan Menengah
kerusakan daun, memicu degradasi Program Studi Agroteknologi, Universitas
klorofil dan mempercepat penuaan Gunadarama selama bulan September –
(Gergoff et al, 2010). Etilen dapat berupa Desember 2017. Bahan-bahan yang
etilen alami yang diproduksi dari buah itu digunakan dalam penelitian ini adalah
sendiri atau etilen buatan berupa gas C4H4 buah pisang kepok, apel merah dan daun
terkompresi yang diencerkan ke udara mangga kering. Plastik LDPE bening
untuk mendukung pematangan buah berukuran 18 x 28 cm berkapasitas 1 kg,
(Saltveit, 1999). Etilen secara komersial dan solatip fresh fruit. Alat yang
digunakan untuk mendukung kemasakan digunakan diantaranya adalah pisau,
buah alpukat, pisang, manga, melon, buah timbangan digital, wadah, hand colour
kiwi, manga dan tomat (Saltveit, 1999). reader, desikator.
Konsumen dapat membedakan buah
matang dari pohon, mengalami pema- Metode Penelitian
sakan alami dan buah masak akibat Bahan utama penelitian berupa pisang
pemberian gas etilen buatan seperti karbit kepok dibersihkan dari kotoran kering.
(kalsium karbida). Buah yang Pisang yang telah bersih kemudian
dimatangkan dengan kalsium karbida dilakukan sortasi sesuai ukuran (sizing)

80 Jurnal Pertanian Presisi Vol. 2 No. 2 Desember 2018


dan warna agar seragam. Pisang Microsoft Excel 2010 dan dianalisis
dimasukan dalam plastik LDPE yang telah statistik deskristif.
diberi label perlakuan yakni kontrol
(pisang), pisang dengan apel merah dan HASIL DAN PEMBAHASAN
pisang dengan daun mangga kering. Susut Bobot
Pisang kontrol dan pisang lainnya dalam Susut bobot merupakan salah satu
kemasan dimasukan dalam ruang penyim- faktor yang mengindikasikan penurunan
panan dengan suhu ruang sebesar ± 27ºC mutu buah yang sebagian besar terjadi
dan kelembahan relatif ±58%. Setelah karena proses respirasi dan transpirasi.
dilakukan penyimpanan, pisang dianalisis Transpirasi merupakan faktor dominan
secara fisik berupa susut bobot dan warna. penyebab sosot bobot, yaitu terjadi
Perhitungan susut bobot menggunakan perubahan fisikokimia berupa penyerapan
formula yang digunakan oleh Wirasaputra dan pelepasan air ke lingkungan. Kehi-
et al (2017) yakni sebagai berikut langan air ini berpengaruh langsung
terhadap kerusakan tekstur, kandungan
A– B gizi, kelayuan dan pengerutan. Pening-
Susut bobot (%) = x 100
𝐴 katan susut bobot ditunjukkan pada
Keterangan:
Gambar 1, rerata presentase susut bobot
A = bobot buah hari pertama
menunjukkan peningkatan pada seluruh
B = bobot buah hari ke – n
perlakuan baik pada kontrol, apel merah
dan daun mangga kering. Penyusutan
Pengamatan terhadap warna meng-
bobot pada buah dan sayur tersebut terjadi
gunakan hand colour reader hingga mem-
karena proses respirasi dan transpirasi,
peroleh nilai dari L*, a* dan b* (Soewarno,
sehingga kandungan air dalam buah dan
1990). Keseluruhan data diambil sebanyak
sayur berkurang.
3 kali ulangan. Data diolah menggunakan

Arti, Manurung, Pengaruh Etilen Apel… 81


https://doi.org/10.35760/jpp.2018.v2i2.2514
3

2,5

2
Susut Bobot (%)
1,5

0,5

0
Hari ke 0 Hari ke 3 Hari ke 7
Kontrol 0 0,27 0,51
Apel Merah 0 0,52 1,55
Daun Kering 0 1,00 2,73

Gambar 1. Diagram Rerata Susut Bobot (%) Pisang Kepok pada hari ke 0, 3 dan 7

Menurut Siagian (2009), pening- respirasi dan transpirasi tidak hanya


katan laju respirasi akan menye-babkan menyebabkan penyusutan bobot, tetapi
perombakan senyawa seperti karbohidrat juga dapat menurunkan mutu dan
dalam buah dan menghasilkan CO2, energi menimbulkan kerusakan pada buah dan
serta air yang menguap melalui permukaan sayur (Hartuti, 2006).
kulit buah yang menyebabkan kehilangan Buah dan sayur akan tetap
bobot pada buah. Qonytah (2004) melakukan proses metabolik selama
mengemukakan bahwa jika produk segar penyimpanan dan pematangan yang
kehilangan airnya 10% dari bobot buah menyebabkan kehilangan air dan bahan
tersebut, maka buah tersebut tidak dapat organik lain sehingga terjadi susut bobot
dipasarkan lagi. buah. Penyusutan bobot terjadi setelah
Buah pisang dan tomat merupakan buah dan sayur dipanen. Laju penyusutan
buah klimakterik yang respirasinya akan bobot tersebut tergantung pada luas
terus meningkat seiring dengan semakin permukaan buah dan sayur, serta kondisi
matangnya buah tersebut sehingga lingkungan sekitar. Respirasi yang terjadi
mengakibatkan bobot buah mengalami pada buah merupakan proses biologis
penyusutan terutama ketika buah tersebut dimana oksigen diserap untuk membakar
telah mencapai puncak klimakteriknya bahan-bahan organik dalam buah untuk
(Rudito, 2005). Kehilangan air selama menghasilkan energi dan diikuti oleh
proses penyimpanan yang terjadi karena pengeluaran sisa pembakaran berupa gas

82 Jurnal Pertanian Presisi Vol. 2 No. 2 Desember 2018


karbondioksida dan air. Air, gas yang kematangan juga ditunjukkan dengan
dihasilkan, dan energi berupa panas akan adanya perubahan warna. Warna kulit
mengalami penguapan sehingga buah pisang kepok diukur berdasarkan tingkat
tersebut akan menyusut beratnya. kecerahan, kemerahan, kekuni-ngan dan
Kecepatan respirasi merupakan indikator kehijauan menggunakan hand color
terhadap aktivitas metabolisme jaringan, reader.
laju respirasi yang tinggi biasanya disertai
umur simpan yang pendek (Siagian, 2009). Intensitas Warna
Susut bobot pada perlakuan daun Warna merupakan komponen yang
manga kering memberikan prosentase sangat penting dalam menentukan kualitas
lebih besar dari perlakuan apel merah dan dan derajat penerimaan dari suatu bahan
kontrol. Hal ini diduga akibat dari pangan. Suatu bahan pangan yang dinilai
perbedaan kadar etilen dari apel dan daun enak dan teksturnya baik tidak tidak akan
mangga kering. Pengaruh etilen pada dimakan apabila memiliki warna yang
komoditas dipengaruhi oleh sensitifitas kurang sedap dipandang atau telah
komoditas terhadap etilen, konsentrasi menyimpang dari warna yang seharusnya.
etilen dan lama paparan etilen (Fauzi et al, Hasil pengamatan terhadap warna meliputi
2018). Pada buah apel yang termasuk buah nilai rerata L* tersaji dalam Gambar 2
klimakterik, etilen yang terbentuk sebesar sebagai berikut.
25 - 2500 µl/l dan dengan pemberian etilen Tingkat kecerahan buah pisang
0,1 -1,0 mikroliter per liter selama satu hari kepok pada Gambar 2 di atas menunjukkan
cukup untuk mempercepat pematangan peningkatan dari hari ke 0 hingga hari ke 7
pada buah yang termasuk kelompok seiring dengan perubahan warna pisang
klimakterik dengan besaran relatif tidak dari hijau gelap menjadi hijau kekuning-
tergantung pada konsentrasi etilen yang kuningan. Pada perlakuan pisang kontrol
digunakan namun sebaliknya, penggunaan dan pisang yang disimpan dengan apel
etilen pada buah yang bersifat non merah mengalami perubahan warna dari
klimakterik membe-rikan efek hijau pada hari ke 0 ke kuning cerah pada
peningkatan respirasi tergan-tung pada hari ke 3 kemudian berubah menjadi
besarnya konsentrasi etilen (Sudjatha & kuning merata pada hari ke 7.
Wisaniyasa, 2017). Tanda-tanda

Arti, Manurung, Pengaruh Etilen Apel… 83


https://doi.org/10.35760/jpp.2018.v2i2.2514
65

60

Tingkat Kecerahan
55

50

45

40

35

30
Hari ke 0 Hari ke 3 Hari ke 7
Kontrol 44,85 60,17 58,29
Apel Merah 40,2 53,41 51,16
Daun Kering 38,1 58,08 44,8

Gambar 2. Tingkat kecerahan pisang kepok selama penyimpanan pada hari ke-0, ke-3
dan ke-7

Kuning cerah dan warna hijau kuat yang dikatalisis oleh polifenol oksidase
yang memudar diduga memberikan dan peroksidase (Kamdee et al, 2009).
pengaruh pada peningkatan tingkat Hormon polifenol oksidase dan perok-
kecerahan pada hari ke 3. Warna kulit buah sidase akan berperan dalam proses
kuning dengan sedikit warna cokelat dari pematangan buah dalam fase klimaterik.
warna kuning cerah memberikan pengaruh Polifenol Oksidase (PPO) terdapat pada
pada penurunan tingkat kecerahan pada tumbuhan merupakan enzim yang
hari ke 7. Penurunan tingkat kecerahan mengandung tembaga dan bertanggung
pada perlakuan pisang yang disimpan jawab pada reaksi pencoklatan enzimatik
dengan daun mangga kering diduga akibat yang terjadi pada banyak tanaman dan
dari adanya warna coklat hitam pada sayuran (Unal et al, 2016). Aktivitas
bagian ujung buah pisang pada hari ke 7. antioksidan flavonoid dan kandungan total
Warna coklat kehitaman tersebut fenolik pada ekstrak kulit pisang cukup
merupakan tanda buah pisang mulai besar yakni 9,07 mg/g bk (Somaye et al,
mengalami kebusukan. 2002).
Tingkat kecerahan atau nilai L* Perubahan warna hijau menjadi
berkaitan erat dengan jumlah fenol yang warna kuning disebabkan oleh struktur
terdegradasi (Amiot et al, 1997). Senyawa klorofil yang rusak oleh perubahan pH
fenolik adalah substrat utama yang berpo- dalam cairan sel, proses oksidasi dan
tensi untuk reaksi kecoklatan (browning) aktifitas enzim klorofilase dan pemanasan

84 Jurnal Pertanian Presisi Vol. 2 No. 2 Desember 2018


(Widjanarko, 2012). Enzim mengkatalisasi Tingkat kecerahan berkaitan erat
hidroksilasi monofenol menjadi o-difenol dengan derajat warna kemerahan,
ke o-kuinon (Unal et al, 2016). Kuinon kekuningan, kehijauan yang muncul dari
yang terbentuk adalah zat yang reaktif, kulit buah pisang. Hasil pengamatan
yang biasanya bereaksi lanjut dengan terhadap warna meliputi nilai rerata derajat
kuinon lainnya, asam amino dan protein kemerahan dan kehijauan (a*) tersaji
untuk menghasilkan senyawa berwarna dalam Gambar 3 dan derajat kekuningan
gelap, menghasilkan pigmen bercak (b+) tersaji dalam Gambar 4 sebagai
berwarna coklat (Kamdee et al, 2009). berikut.

20
Derajat Kemerahan (a+) dan

15
10
Kehijauan (a-)

5
0
-5
-10
-15
-20
Hari ke 0 Hari ke 3 Hari ke 7
Kontrol -14,01 -5,59 0,39
Apel Merah -5,3 4,65 14,54
Daun Kering -5,85 -3,31 3,06

Gambar 3. Derajat Kemerahan (B+) dan Kehijauan (A-) Pisang Kepok Selama
Penyimpanan Pada Hari Ke-0, Ke-3 Dan Ke-7
Derajat Kekuningan

50
40
(b+)

30
20
10
0
Hari ke 0 Hari ke 3 Hari ke 7
Kontrol 29,52 28,35 46,71
Apel Merah 25,76 7,36 16,97
Daun Kering 29,42 23,61 31,11

Gambar 4. Derajat Kekuningan Pisang Kepok Selama Penyimpanan Pada Hari Ke-0,
Ke-3 dan Ke-7

Arti, Manurung, Pengaruh Etilen Apel… 85


https://doi.org/10.35760/jpp.2018.v2i2.2514
Perubahan warna terukur dengan adanya serangan patogen setelah proses
jelas pada perubahan nilai derajat pemanenan, antara lain oleh cendawan
kehijauan (a-) menuju derajat kemerahan jamur dan bakteri.
(a+) pada seluruh perlakuan yang tersaji
pada Gambar 3 di atas. Perubahan warna KESIMPULAN DAN SARAN
hijau ke merah tersebut diikuti dengan Etilen yang diproduksi oleh apel
nilai derajat kekuningan yang tampak merah mempengaruhi kematangan pada
berkurang pada hari ke 3 dan menguat pisang kepok berupa penurunan susut
kembali pada hari ke 7 pada Gambar 4. Hal bobot, kenampakan fisik dan perubahan
ini disebabkan adanya perubahan warna warna kulit pisang dari hijau ke kuning
dari hijau (klorofil) ke warna merah dan secara merata yang lebih baik dari pisang
kuning yang dapat berupa antosianin, control dan pisang yang disimpan dengan
xantofil, likopen, xaroten, dan zat warna daun mangga kering.
alami buah lainnya. Degradasi klorofil Pada penelitian lebih lanjut,
pada buah berhubungan erat dengan pengaruh etilen apel merah dan daun
sintesa atau munculnya pigmen karotenoid manga kering dapat diamati dari segi
dan pigmen antosianin dengan warna ungu organoleptik dan keamanannya secara
kemerah-merahan pada kulit buah mikrobiologis, terutama cendawan yang
(Widjanarko, 2012). muncul.
Pantastico (1986) menyatakan
bahwa kebanyakan buah tanda kemata- UCAPAN TERIMA KASIH
ngan pertama adalah hilangnya warna Ucapan terima kasih disampaikan
hijau karena kandungan klorofil buah yang kepada keluarga besar seluruh civitas
sedang masak lambat laun berku-rang. akademika program studi Agroteknologi,
Pigmen yang membentuk warna buah Fakultas Teknologi Industri dan
tomat terdiri dari karoten, likopen, xantofil Universitas Gunadarma.
dan klorofil. Warna bercak hitam atau
coklat pada kulit pisang dapat disebabkan DAFTAR PUSTAKA
oleh penyakit antraknosa yang secara Amiot JM, Fleuriet A, Cheynier V, Nicolas
J.1997. Phenolic compounds and
umum dapat menyerang buah pisang.
oxidative mechanisms in fruit and
Widjanarko (2012) menyatakan bahwa vegetables, in Tomas-Barberán, F.
A., Robins, R.J. (Eds.),
buah dan sayur mudah membusuk akibat
Phytochemistry of Fruits and

86 Jurnal Pertanian Presisi Vol. 2 No. 2 Desember 2018


Vegetagles. Proceedings of the in cv. Sucrier Banana. Postharvest
Phytochemical Society of Europe, Biology and Technology 52 (3):
Clarendon Press, Oxford, pp. 51- 288-293
85. Mahmudah, I. 2008. Memperpanjang
Anonimous, 2013. Pedoman Panen, Umur Simpan Buah Manggis
Pascapanen, dan Pengolahan Segar (Garcinia Mangostana L.)
Bangsal Pascapanen Hortikultura dengan Kombinasi Proses Pre-
yang baik. Peraturan Menteri Cooling, Pelilinan, Stretch Film
Pertanian Republik Indonesia Single Wrapping pada
Nomor 73/ Permentan/OT Penyimpanan Dingin 5ºC. Skripsi.
140/7/2013: 5-52 Fakultas Teknologi Pertanian,
Asif, M. 2012. Physico-chemical Institut Pertanian Bogor.
properties and toxic effect of fruit- Murtadha, A., Julianti, E., Suhaidi, I. 2012.
ripening agent calcium carbide. Pengaruh Jenis Pemacu
Ann Trop Med Public Health 5; Pematangan Terhadap Mutu Buah
150-156 Pisang Barangan (Musa
Fauzi, A.A., Kusumiyati, Mubarok, S., paradisiaca L.). J. Rekayasa
Rufaidah, F. 2018. Review Pangan dan Pert., 1 (1): 47-56
Beberapa Catatan Pemanfaatan 1- Pantastico, Er. B. 1986. Fisiologi Pasca
Methylcycloropene pada Krisan Panen, Penanganan dan
(Chrysanthemum morifolium Pemanfaatan Buah-buahan dan
Ram.). Jurnal Pertanian Terpadu 6 Sayuran Tropika dan Subtropika.
(1): 1-10 Yogyakarta: Gadjah Mada
Gergoff G, Chaves A, Bartoli CG. 2010. University Press.
Ethylene regulates ascorbic acid Qonytah. 2004. Kajian Perubahan Mutu
content during darkinduced leaf Manggis (Garcinia mangostana
senescence. Plant Sci 178:207–212 L.) dengan Perlakuan Pre-cooling
Hartuti, N. 2006. Penanganan Segar pada dan Penggunaan Giberelin Selama
Penyimpanan Tomat dengan Penyimpanan. Tesis. Sekolah
Pelapisan Lilin untuk Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Memperpanjang Masa Simpan. Bogor
Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Rudito. 2005. Perlakuan Komposisi
Bandung. Gelatin dan Asam Sitrat Dalam
Iqbal, N., Khan, N.A., Ferrante, A., Edible Coating yang Mengandung
Trivellini, A., Francini, A., Khan, Gliserol Pada Penyimpsnsn Tomat.
MIR. 2017. Review: Ethylene Role Program Studi Teknologi
in Plant Growth, Development and Pengolahan Hasil Perkebunan.
Senescence: Interaction with Other Politeknik Pertanian Negeri
Phytohormones. Journal Frontiers Samarinda.
in Plant Science, 8 (475); 1-19 Saltveit, M.E. 1999. Effect of Ethylene on
Jumeri, Suhardi, Tranggono. 1997. Pola Quality of Fresh Fruits and
Produksi Etilen, Respirasi dan Sifat Vegetables. Postharvest Biology
Sensoris Beberapa Buah pada and Technology 15: 2799-292
Kondisi Udara Terkendali. Siagian, H.F. 2009. Penggunaan Bahan
Agritech 17(3): 4-10 Penjerat Etilen Pada Penyimpanan
Kamdee, C., Ketsa, S., Doorn, W.G. V. Pisang Barangan dengan Kemasan
2009. Effect of Heat Treatment on Atmosfer Termodifikasi Aktif.
Ripening and Early Peel Spooting

Arti, Manurung, Pengaruh Etilen Apel… 87


https://doi.org/10.35760/jpp.2018.v2i2.2514
Fakultas Pertanian Universitas Unal, M.U., Karasahin, Z., Sener, A. 2016.
Sumatera Utara. Effect of Some Postharvest
Soewarno, S. 1990. Dasar-Dasar Treatmens on Physical and
Pengawasan dan Standarisasi Biochemical Properties of Anamur
Mutu Pangan. Penerbit Institut Bananas (Musa acuminate Colla
Pertanian Bogor. IPB Press. (AAA Group) During Shelf-life
Someya, S., Yoshiki, Y., Okubo, K. 2002. Period. GIDA 41 (2) : 69-76
Antioxidant Compounds from Widjanarko, S.B. 2012. Fisiologi dan
Bananas (Musa Cavendish). Food Teknologi Pasca Panen – Fisiologi
Chemistry 79 (3): 351-354 dan Handling Buah, Sayur, Bunga
Someya, S., Yoshiki, Y., Okubo, K. 2002. dan Herbal. UB Press. Malang
Antioxidant Compounds from Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan
Bananas (Musa Cavendish). Food Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Chemistry 79 (3): 351-354 Utama.
Sudjatha, W. dan Wisaniyasa, N.W. 2017. Wirasaputra, A., Mursalim, M., Waris, A.
Fisiologi dan Teknologi 2017. Pengaruh penggunaan zat
Pascapanen (Buah dan Sayuran). etefon terhadap sifat fisik pisang
Denpasar: Undayana University kepok (Musa Paradisiaca L).
Press Agritechno Unhas, 10(2): 89–98.

88 Jurnal Pertanian Presisi Vol. 2 No. 2 Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai