Anda di halaman 1dari 8

Buletin Peternakan Vol.

29 (2), 2005 rssN 0126-4400

FERMENTASI SUBSTR.AT PADAT PADA ONGGOK DENGAN I spergillus oryzael


EVALUASI KAIIDUNGAN PROTEIN DAII ASAM AMINO, KECERNAAN
DAN KETERSEDIAAN ENERGI PADAAYAM BROILER

Ali MursyidW. M'dan Zupirzal'

INTISARI

Penelitian bertujuan untuk mempelajari kandungan protein, asam amino, kecernaan, dan
ketersediaan energi pada onggok-fermentasi. Onggok difermentasi denganAspergillus oryzae secara
aerobik menggunakan metode fermentasi substrat padat selama 72 (OF-72) dan 144 jam (OF-144),
dan dilanjutkan inkubasi anaerobik selama 48 jam. Sampel OF-0, OF-72, dan OF-144 dianalisis
kandungan protein kasar, protein terlarut, asam amino, dan energi bruto. Duabelas ayam broiler umur
12 minggu dipuasakan selama 24 jam, kemudian 9 diantaranya diberi pakan-uji berupa onggok-non
fermentasi (OF-0), OF-72, dan OF-144 (masing-masing untuk 3 ayam), menggunakan teknik
pelolohan basah. Pasca pemberian pakan-uji, semua ayarn dipuasakan kembali seiama periode 2x24
jam dan ekskreta dikoleksi. Sampel ekskreta diukur kandungan protein teriarut dan energi bruto.
Variabel kecemaan yang diukur meliputi true digestibility of dry matter (TDDM), true digestibility of
soluble protein (TDSP) dan apparent metabolizable energl (AME). Data dianalisis menggunakan
ANOVApola searah yang dilanjutkan Duncan's Multiple Range Test.Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari OF-0 menjadi OF-72, kandungan protein kasar, protein terlarut, dan jumlah 14 asarn
aminomeningkatberturut-turutsebesarl9l,ll2,dan246Yo. DariOF-T2menjadiOF-144kandungan
nutrien relatif tidak berubah, kecuali protein terlarut dan beberapa asam amino yang masih meningkat
tajam. Nilai TDDM dan AME berubah tidak nyata dari OF-0 menjadi OF-72, kemudian menurun
nyata (P<0,05) pada OF-144. Nilai TDSP meningkat nyata (P<0,05) dari OF-0 menjadi OF-72,
kemudian menurun tidak nyata pada OF- 1 44.

(Kata kunci : Onggok, Fermentasi, Aspergillus oryzae, Kecemaan, Ketersediaan energi,


Broiler).

Buletin Peternakan 29 (2) :71 - 78,2005

'Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Veteran Bangun Nusantara, Sukoharjo.


'Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
7l
Buletin Peternakan Vol. 29 (2), 2005 ISSN 0126-4400

SOLID STATE - FERMENTATION ON CASSAVA POMACE WITII Aspergillus oryzaez


TIIE EVALUATION OF PROTEINS AND AMINO ACIDS CONIENT,
DIGESTIBILITY, AND BIOAVAILABILITY EI\IERGY
FORBROILERROASTERS

ABSTRACT

The
-- . 9ljective of the research was to know the content of proteins, amino acids, digestibility
and bioavailability energy on fermented-cassava pomace. Cassavi pomace was fermented aerobically
withAsperyillus oryzae using solid state-fermentation (SSF) method for 72 (OF-72) and la4 (OF-
144) hours, and then was followed by anaerobic incubation for 48 hours. The samples of OF-0, OF-72,
and OF-144 was measured for dry matter and crude protein content, soluble protiin, amino atids and
gross energy. Twelve Lohmdn strain broiler roosters of 12 weeks old were iasted for 24 hours, then
nine of them were fed with non-fermented cassava pomace (OF-0), OE-7zand OF-144 material-test
(each was done for three chicks) by using wet forced-feeding technique. After being force-fed, all
chicks were fasted and the excreta was collected for 2x24 hours period. The excredsamples were
measured for dry matter, soluble protein and gross energy content- Following the chemicafanalysis,
the true digestibility of drymatter (TDDM), true digestibility of soluble protein (TDSP) and apparent
metabolizablg gnggy (AME) were determined. Data was analyzed withone-wayANCiVA, foliowed
by Duncan's
Yrltipt" Range Test. The result of the research ihowed that, fromOF-o to 6F-72, the
percentage of c_rude protein, soluble protein and the total of 14 amino acids respectively increased into
l9l, ll2 and 246Yo. From OF-72 to OF-144, the nutrients content relatively unc-hanged, except
soluble protein and several amino acids were considerably increased. The value ofTDDM andAME
Y9t9 }9n:lignificantly changed from OF-O to OF-72, and then significantly decreased @<0.05) on
OF-144. The value of TDSP significantly increased (P<0.05) from OF-0 io OF-72, and then non-
significantly decreased on OF- I 44 .

(Key words: cassava pomace, Fermentation, Aspergiilus oryzae, Digestibility,


Bioavailability energy, Broiler).

Pendahuluan (Judoamidjojo et a1.,1992). Nutrien lain yang


harus diperhitungkan apabila onggok digunakan
Onggok adalah limbah padat berupa sebagai bahan pakan unggas adalah tingginya
ampas dari pengolahan ubikayu menjadi tapioka, serat kasar, rendahnya protein, rendahnya
yang apabila didiamkan dalam beberapa hari kecernaan (Fuslitbangnalq 1996), dan adanya
akan menimbulkan bau asam dan busuk yang senyawa anti-nutrisi (Suliantari dan Rahayr,
bersifat mencemari lingkungan @alihak, 1994). 1990). Perlakuan fermentasi mikrobiologik
Produksi ubikayu Indonesia menempati urutan dapat meningkatkan kandungan protein,
ke 4 terbesar setelah Nigeria, Brazil dan perbaikan kecernaan serta munculnya berbagai
Thailand. Pada tahun 2002, produksi ubi kayu asam amino, enzim dan vitamin Muljohardjo
Indonesia mencapai 16,9 juta ton dengan luas (1988), Haris dan Karmas (1989) dan
areal 1,27 juta ha, yang sebagian besar diserap Judoamidjojo et al. (1992).
industri tapioka, sehingga setiap tahun tidak Onggok merupakan limbah industri yang
kurang darj 1,2 juta ton onggok dihasilkan sangat potensial digunakan dalam solid-state
(Anonim, 2003). Nutrien utama onggok adalah
fermentation (SSF) (Djide, I 990; Judoamidjojo
karbohidrat yaifi 60-70% (Tisnadjaja, 1996), et al., 1992; Silalahi et al., I 993 ; Balitnak, 1994),
dengan komponen utama berupa pati serta mampu menghasilkan enzim ekstra seluler

72
Buletin Peternakan Vol. 29 (2), 2005 ISSN 01 26-4400

dan biomasa yang mengandung semua asam yang dimodifikasi dan 0,3 g NaNOr. pH
amino yang dibutuhkan hewan (Wainwright, disesuaikan menjadi sekitar 4 dengan larutan
1992). Aspergillus oryzae merupakan mikroba HCl. Inkubasi dilakukan selama 24 jam dalam
amilolitik (Djide, 1990; Terebizrlk et a1.,1996) erlenmeyer pada suhu kamar. Penggandaan
sekaligus selulolitik (Rapper and Fennel, 1977). dilalaikan dengan cara menginkubasikan 10%
Fermentasi dengan A. oryzae mampu (v/v) inokulum cair dalam medium cair.
meningkatkan protein sejati, menurunkan serat
kasar (Hanim et al., 1999) dan menghasilkan Inkubasi dan panen
beberapa vitamin seperti asam pantotenat, Sepuluh persen (v/w) inokulum cair
inositol, tiamin, piridoksin, biotin dan vitamin dicampurkan secara merata dengan substrat
B12 (Rapper and Fennel, 1977). Protein tepung onggok, kernudian ditebarkan (ketebalan 2 cm)
ubikayu meningkat dari 0,12 menjadi lTYo pada rak beralas strimin yang telah dicuci dengan
dengan fermentasi menggunakan Candida dete{en yang dilanjutkan dengan alkohoi 70%.
tropicalis (Balitnak, 1 994), sedangkan dengan A. Inkubasi aerobik dibuat dua macam yakni 72 dan
niger kandungan protein sejati onggok lM jarr, yang dilanjutkan inkubasi anaerobik
meningkat fantastis dari 2 menjadi 8% selama 48 jam. Pasca inkubasi anaerobik,
(Puslitbangnak, 1996), serta l.rurbenttk edible onggok-ferrnentasi dikeringkan di bawah sinar
protein dengan Rhizopus oryzae (Tanuwidjaja matahari sampai kadar air lebih kecil dat', l5Yo,
danAnah,1989). kemudian digiling dan disimpan dalam kantong
Penelitian ini bertujuan mempelajari: l) plastik tertutup. Onggok-fermentasi diambil
perubahan kandungan protein kasar, protein sampel dan dimasukkan dalam freezer untuk
terlarut, dan asam amino pada onggok yang keperluan analisis laboratorium.
diberi perlakuan fermentasi substrat padat
menggunakan -4,. oryzae; dan 2) ketersediaan Uji ketersediaan energi dan kecernaan
energi-termetabolis, kecernaan sejati bahan Pengukuran pada uji ini menggunakan
kering dan kecernaan sejati protein terlarut metode total koleksi. Dua belas ekor ayarr
onggok-fermentasi pada ayam broiler. broiler jantan umur 12 minggu secara acak
dimasukkan dalam kandang batere individual
Materi dan Metode yang di bawahnya telah dilengkapi dengan
penampung ekskreta. Percobaan menggunakan
Medium fermentasi rancangan acak lengkap pola searah (RAL)
Onggok kering giling dicampur dengan dengan tiga macam perlakuan pakan-uji berupa
air dengan perbandingan 1 : 1, dikukus selama 60 onggok non-fermentasi (OF-O), onggok-
menit, kemudian didinginkan sampai mencapai fermentasi 72 (OF-72), dan l44jam (OF-iaa).
suhu kamar. Selanjutnya onggok dicampur Setiap perlakuan digunakan 3 ekor ayam sebagai
secara merata dengan 1% (wlw) wea dan 0,lo/o ulangan.
(v/w) medium Czapek's yang dimodifikasi (5 g Mengacu pada Lessire (1990), semua
NaNOr, 1 g KrHPOo, 1 g KHrPOu, 0,5 g KCl, ayam dipuasakan selama 24 jam, mulai pukul
0,019 FeSOo.7HrO,0,5 g MgSOo.THrO dalam 09.00. Pukul 09.00 hari berikutnya, dilakukan
1000 ml akuades) berdasarkan bahan kering pelolohan basah pakan-uji yang sebelumnya
onggok. telah digiling halus, dicampur dengan air dengan
perbandingat l:2 sampai terbentuk pasta.
Inokulum Kuantitas pelolohan sekitar 80 g/ekor terhadap
Aspergillus oryzae diperoleh dari media sembilan ekor ayam. Tiga ekor ayam sisanya
agar miring koleksi Laboratorium Biotek- tidak diberi pakan sama sekali, untuk
nologi, Fakultas Teknologi Pertanian, UGM mengetahui protein endogen. Semua ayam
diinokulasikan ke dalam 100 ml medium yang dipuasakan lagi sambil dilakukan koleksi
mengandung I g glukosa, medium Czapek's ekskreta selama dua kali 24 jam. Ekskreta-

73
Buletin Peternakan Yol. 29 (2), 2005 ISSN 0126-4400

terkoleksi dikeringkan di bawah sinar matahari Kandungan asam amino diukur dengan
selama tiga hari, ditimbang untuk mengetahui teknik HPLC. Sampel bahan dihidrolisis dengan
kuantitas ekskreta, digiling, dibungkus dalam HCI 6N pada suhu 110"C selama 24 jam dan
plastik dan di masl/rrkanfre e z er. direaksikan dengan reagen ortho
Sampel ekskreta-terkoleksi dan pakan-uj i phetaldialdehyde (OPA) selama 5 menit,
diukur besarnya kandungan bahaakeing (dry kemudian diijeksikan pada rangkaian HPLC.
matter, DM), gross energ) (GE) menggunakan Perlakuan yang sama.dilakukan pada larutan
bom kalorimeter otomatis "Gallenkamp asam amino standar yang telah diketahui
Autobomb", dan protein terlarut menggunakan konsentasinya. Jenis asam amino ditentukan
metode Folin-Lowry. Penghitungan apparent dengan membandingkan waktu retensi dan profil
metabolizable enetgl (AME), true digestibility grafik serapan larutan sampel dengan larutan
of dry matter (TDDM) dan trae digestibility of asam amino standar pada HPLC. Konsentasi
soluble protein (TDSP) berturut-turut masing-masing asam amino sampel diperoleh
menggunakanrumus: denganrumus:

nuE= GEp4ran-uj,
flrA*rrslo . t,. tlI
[ffi).or***
\ zo asamamin"- tL?.],.
beratsampel(pg)

t*n*" - @Maorran -rr-**l] A: luas area puncak larutan sample; B=


ToTDDM = xlfi)
DMa*" luas area puncak larutan asam amino standar; C=
volume injeksi larutan sampel (l); D-
Er,o*" - <r*"*** - r**uor* )] konsentrasi larutan asam amino standar
zoTDSp - ,0, (moUml); E:tingkat pengenceran sampel (10
sPiot k"
ml); F: berat molekul asam amino (g/mol); K=
Keterangan: endogen berasal dari ekskreta- volume injeksi larutan asam amino standar (l).
terkoleksi ayam yang tidak diberi pakan-uji.
Ilasil dan Pembahasan
Analisis statistik
Untuk mengetahui perbedaan nilai AME, Protein dan asam amino
TDDM dan TDSP antara perlakuan OF-0, OF -72 Kandungan protein kasar, protein terlarut,
dan OF-1,+4 dilakukan analisis variansi RAL danl4 asam amino onggoknon-fermentasi (OF-
pola searah, yaLE dilanjutkan dengan uji 0), OF-72, dan OF- 144 terlihat pada Tabel I .
Duncan's (Gill, 1981). Persentase protein kasar, protein terlarut
dan jumlah 14 asam amino meningkat tajam
Analisisnutrien setelah onggok terfermentasi selama 72 jam,
Analisis kandungan air menggunakan kemudian terjadi peningkatan sedikit dengan
teknik pemanasan 105'C, sedangkan protein penambahanwaktu inkubasi menjadi
kasar menggunakan metode Kjeldahl (AOAC, 144 jam, kecuali protein terlarut yang masih
1990). Penentuan kandungan protein terlarut meningkattajam.
menggunakan metode Folin-Lowry dengan Peningkatan protein kasar, protein
larutan standar bovine serum album,n (BSA) terlarut dan jumlah 14 asam amino berturut-turut
yang ditera dengan spektrofotometer pada sebesar l9l, ll2, dan246Yo pada onggok yang
panjang gelombang 590 nm (Sudarmadji et a/., difemrentasiT2jam.
1e84).

74
Buletin Peternakan Vol. 29 (2), 2005 ISSN 0126-4400

Tabel 1. Kandungan protein dan jumlah 14 asam amino pada onggok yang diberi perlakuan
fermentasi substrat padat dengan lama inkubasiT2 jam dan 144 jam. (Content of proteins
and total of l4 amino acids in casscva pomace treated by solid-substratefermentation
for 0 (OF-|), 72 hours (OF-74, and 144 hours (OF-L44) incubation)

Perlakuan (Treatment)
Peubah (Yanable)
oF-0 oF-72 oF-144
Protein kasar (Crude protein) (%) 2,ll 6,13 6,41
Protein terlarut (Soluble protein) (%) 1,66 3,51 6,46
Jumlah 14 asam amno (Total of 14 amino acids) (Yo\ 0,68 2,3s 2.43

Peningkatan protein ini selaras dengan mengalami peningkatan yang tinggi kecuali
Balitnak (1994) yang memfermentasi tepung metionin. Hal ini sesuai dengan Jay (1986) dan
ubikayu, dan Puslitbangnak (1996) yang Ghanem et al. (1991) yang menyatakan bahwa
menemukan peningkatan kandungan protein produksi asam amino pada proses fermentasi
sejati pada fermentasi onggok dengan A. niger, cukup tinggi kecuali metionin. Peningkatan
dan Hanim et al. (1999) yang memfermentasi asam amino akibat proses femrentasi dilaporkan
bungkil inti kelapa sawit dengan A. oryzae. juga Cronk et al. (1977) yang disitasi Merican
Peningkatan protein dalam proses fermentasi dan Yeoh (I 989) dan Hrubant ( I 985).
dapat diakibatkan oleh terbentuknya protein sel Penambahan masa inkubasi dari, 77
tunggal (Jay, 1986; Mendoza et a1.,1994) dan menjadi 144 jammengakibatkan sebagian asam
asam amino (Hrubant, 1985; Ghanem et al., amino mengalami peningkatan yang cukup
199 1) selama mikroba mengalami pertumbuhan. tinggi, sebagian meningkat sedikit, bahkan ada
Respon fermentasi terhadap protein kasar yang menurun. Peningkatan yang cukup tinggi
danjumlah 14 asam amino menunjukkan bahwa dialami oleh fenilalanin dan lisin. Kandungan
72 jam pertama masa inkubasi, A. oryzae glutamat dan valin meningkat sedikit.
mengalami pertumbuhan cepat (fase logaritmik), Kandungan metionin, leusin dan arginin tidak
setelah itu laju pertumbuhan menurun mendekati mengalami perubahan, sedangkan treonin,
konstan (fase stasioner). Rachman (1989) dan alanin dan isoleusin sudah mengalami
Judoamidjojo et al. (1992) menyatakan bahwa penurunan.
pada saat fase pertumbuhan logaritmik, proses
ferrnentasi akan menghasilkan metabolit primer Kecernaan dan ketersediaan energi
seperti asam amino, glukosa dan senyawa Kecernaan bahan kering, protein dan
sederhana lain untuk rnemenuhi kebutuhan ketersediaan energi onggok dan onggok-
nutrien mitroba. Selanjutnya dilaporkan bahwa fermentasi yang dicobakan pada ayam broiler
setelah fase logarirmik akan dilanjutkan fase jantan dapat dilihat pada Tabel 2.
stasioner, dimana pada fase ini mulai dihasilkan Fermentasi menggunakan l. oryzae pada
metaboiit sekunder seperti antibiotik onggok secara nyata (P<0,05)
(Wainwright, 1992) yang dapat menekan laju mengakibatkan perubahan terhadap TDDM,
pertumbuhanmikroba. TDSP,danAME.
Profil 14 asam amino akibat proses Fermentasi selanna 72 jam (KTRL
fermentasi dengan A. oryzae dapat dilihat pada menjadi OF-72) rnengakibatkan perubahan yang
Gambarl. tidak nyata terhadap TDDM dan AME,
Proses fermentasi selama 72 jam sedangkan TDSP mengalami peningkatan nyata
mengakibatkan 14 macam asam amino (P<0,05). Penambahan lama inkubasi menjadi

75
Buletin Peternakan Vol. 29 (2), 2005 ISSN 0126-4400

0,30

0,25

0,20
.E ts
H 'ii
ris
H'= 0,15
uzs
<\
ro \o
O\ O\
0,10

0,05

0,00
Asp Thr Ser Ghr Gly Ala Val Met Ile I,eu Phe Lls Arg

-+ OF-0 --r- OF-72 + OF-144

Gambar 1. Profil 14 Asam amino pada onggok yang diberi perlakuan fermentasi substrat padat
dengan lama inkubasi 0 (OF-O), 72 (OF-72), dan 144 jam(OF-144). (Profile of 14 amino
acids in cassava pomace treated by solid-substratefermentationfor 0 (OF-|),
72 (OF-72), and 144 hours (OF-144) incubation).

Tabet2. TDDM, TDSP, dan AME onggok non-fermentasi (KTRL), OF-72, dan OF-lzM pada
ayam broiler jantan umur 12 minggu (TDDM, TDSP, and AME in non-fermented cassava
pomace (KTRL), OF-72, and (OF-I44) on l2 weela old of broiler roasters)

Variabel (Yariables) Pakan-ui i (materi al-t es t)


oF-72 oF-144
TDDM, % 73,70"
b
72,31 ' 60,55
0b
TDSP, % 41,67 72,15 ^ 58,53
u
2gg5 2952u 2393b
Superskrip pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) (means within the
same row with different superscript are significant dffirences ( P<0.05)).

76
Buletin Peternakan Vol. 29 (2), 2005
rssN 0126_4400
144 jam, TDDM dan AME mengalami TDDM dan AME tidak berubah dengan
penuunan nyata @<0,05), sedangkan TDSp
menurun secara tidak nyata. TDDM dan AME menumn setelah intu-basi
Secara statistik menunjukkan bahwa ditambah menjadi 144 jan, sedangkan msp
proses fennentasi selama 72 jam tidak mengubah
berubah.
kecernaan in vivo bahan kering (TDDM) dan
ketersediaan energi (AMEj Lagi ayam. ' Daftar Pustaka
Penurunan nyata TDDM dan AME te4aai
setelah inkubasi ditambah menjadi 144 jam.Hal Anonim. 2003. Produksi Tanaman padi dan
ini mungkin disebabkanjamur telatr banyak yang
membentuk spora. Seperti diketahui, iel jpora
Palawija di Indonesia. Biro Fusat
Statistik. Jakarta.
y^empunyai rigiditas yang tinggi (Hutagalung, AOAC. 1990. OffrcialMethods ofAnalysis. 15"
1977 yangdisitasi Sinurat et aI.,1995) sehingga
ed. Association of Official Analytical
menurunkan kecemaan maupun ketersediian Chemists. Washington, D.C
energi-termetabolis bagi ayam. Balitnak. 1994. Pemanfaatan Limbah pertanian
_ Peningkatan nyata kecernaan protein dan Limbah Pengolahan Tapioka/Sagu
!:fEryI GDSP) akibat proses fermentasi 72 jam sebagai Pakan Ternak. Warta penelitian
(KT.R! menjadi OF-72) selaras dengan dan Pengembangan pertani an, 4 : 7 .
Surisdiarto ( I 999) yang melaporfan Djide, N. 1990. Isolasi dan karakterisasi kapang
peningkatan kecemaan protein kasar pakan pemecah pati dari limbah pabrik tapioka:
ayam petelur akibat substitusi 100% bekatul kondisi optimum produksi
dengan fermentasi campuran onggok dan enzim
pemecah pati. Bulletin pascasarjana Seri
kororan, ayam. Zyla ei al. (2000) juga Sains,4:48-55.
melaporkan adanya penurunan viskoiitas Ghanem, K. M., A. H. El-Refai and M. A. El-
digesta dan ketersediaan fosfor bukan fitat pada
Gazaerly. 1991. protein-enriched
pakan berbasis gandum yang disuple*eot si feedstuff from beetpulp. World Joumal of
miselium j arrur A. n i g er. p enrtranan viskositas Microbiology and Biotechnology, 7: 355_
digesta merupakan indikasi menurunnya 371.
polisakarida bukan pati, suatu karbohidrat yang
tidak dapat dicerna ayam.
Gill, J. L. 1981. Design and Analysis of
Selanjuinya Experiments in TheAnimal and Medical
disebutkan bahwa miselium jamur kaya akin
enzim-enzim intraseluler dan membrane bound
Sciences. Volume l. Iowa State
University Press. Ames, Iowa.
yang dapat meningkatkan ketersediaan nutrien Hanim, C., Z. Bacbrudin, dan AliAgus. 1999.
pakan di saluran pencernaan. pada fermentasiT2
Evaluasi nilai nutrisi bungkil inti kelapa
jam, jamur dalam fase pertumbuhan cepat sawit yang difermentasi dengan jamur.
dengan sel berbentuk miselium.
Buletin Petern akan, 23 (2) : 8 I -87 .
Haris, R. S. dan E. Karmas. 1989. Evaluasi Gizi
Kesimpulan pada Pengolahan pangan. Terbitan ke_2.
PenerbitITB. Bandung.
Fermentasi onggok menggunakan l. Fkubant, G. R. 1985. Fermentative upgrading of
oryzae selama 72 jam mengakibatkan wastes for animal feeding. in wood, b. j. b.
kandungan protein kasar, protein ierlarut dan
jumlah 14 asam amino mengalami peningkatan
microbiology of fermented foods.
Elsevier Applied Science Fublishers,
berturut-turut sebesar l9l, ll2 dan 1qer . 2:113-131"
Penambahan inkubasi menjadi 144 jam tidak
Jay, J. M. 1986. Food Microbiology. 8s ed" Van
mengubah kandungan protein kasar, kecuali Noskand Rienhold. New york.
protein terlarut dan beberapa asam amino yang
Judoamidjojo, M.,A.A. Darwis, dan E. G. Said.
masih menunjukkan peningkatan yang tinggi.
1992. Teknologi Fermentasi. Rajawali
Pers. Jakarta.

77
Buletin Peternakan Yol. 29 (2), 2005 ISSN 0126-4400

Lessire. I 990. Effect ofthe feeding technique: ad Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1984.
libitum, dry or wet force feeding on the Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
metabolizable energy value of raw dan Pertanian. Penerbit Liberty.
materials forpoulfiy. Brit. Poult. Sci.,31: Yogyakarta.
785-743. Suliantari dan W. P. Rahayu. 1990. Teknologi
Mendoza, N. S., M. Arai, T. Kawaguchi, F. S. Fermentasi Biji-bijian dan Umbi-umbian.
Cubol, E. G. Panerio, T. Yoshida, and L. PAU-IPB.Bogor.
M. Jonson. 1994. Isolation of mannan- Surisdiarto, H. 1999. Penggunaan fermentasi
utilizing bacteria and the culture campuran onggok dan kotoran ayam
conditions for mannanase production. sebagai pengganti bekatul dalam pakan
World Joumal of Microbiology and ayam petelur. Buletin Petemakan, 23(l):
Biotechnology, 1 0( 1 ): 5I -54. Abstr. 7-14.
Merican, Z. and Q. L. Yeoh. 1989. Tapai Tanuwidjaja andAnah. I 989. Protein enrichment
Processing in Malaysia: ATechnology in of cassava solid waste by SSF. In
Transition. In K.H. Steinkraus. Howghee, A., Hen, N.B. and L.K. Kong
Industrialization of Indigenous (eds). Trends in Food Biotechnology.
Fermented Foods. Marcel Dekker Inc. p.osssdings of The 7" Word Congress of
NewYork. Food Science and Technolo gy. 25 -28.
Muljohardjo, M. 1988. Teknologi Pengawetan Terebiznik, M. R., A. M. R. Pilosof, and S.
Pangan. 3* ed. Terjemahan. UI Press. Moreno. 1996. Effective purification
Jakarta. procedure of Aspergillus oryzae alfa-
Puslitbangnak. 1996. Potensi ampas sagu amylase from solid state fermentation
fermentasi dan manfaatnya untuk unggas. cultures including concanavalin a-
Warta Penelitian dan Pengembangan sepharose. J. Biochemistry, 19 : 341 -3 54.
Pertanian, 2( I 8): 9- I 2. Tisnadjaja, J. L996. Pemanfaatan bahan berpati
Rachman, A. 1989. Pengantar Teknologi sebagai bahan baku dalam industri asam
Fermentasi. PAU-IPB. Bogor. sitrat. Warta Biotek, I (10): 3-5.
Rapper, K.B. and D.I. Fennel. 1977. The Genus Wainwright, M. 1992. An Introduction to Fungal
Aspergillus. Robert, E Krieger Publ. Co. Biotechnology. JohnWiley and Sons, Ltd.
HuntinSon,NewYork. Baffins Lane, Chichester.
Silalahi, M., D. Aritonang, J. D. Darma, Zyla, K., A. Wikiera, J. Koreleski, S.
Tresnawati, dan T. Haryati. 1993. Swiatkiewicz, J.Piironen, and D.R.
Pemanfaatan ampas singkong terfer- Ledoux. 2000. Comparison of the
mentasi dalam ransum babi. Bulletin efiicacies of a novel Aspergilllus niger
Peternakan, edisi kfiusus : I 85-l 93. mycelium with separate and combined
Sinurat, A. P., P. Setiadi, 4. fasmini, A. R. effectiveness of phytase, acid
Setioko, T. Purwadaria, I. P. Kompiang phosphatase, and pectinase in
dan J. Darma. 1995. Penggunaan dephosphorylation of wheat-based feeds
cassapro (singkong terfermentasi) untok fed to growing broilers. Poultry Sci.
itik petelur. Ilmu dan Petemaka4 8(2): 79:1434-1443.
28-31.

78

Anda mungkin juga menyukai