Anda di halaman 1dari 17

Peningkatan Nilai Nutrisi Tepung Azolla Melalui Fermentasi

Naskah Publikasi

Oleh : Hany Handajani

Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang Juni, 2007

Abstrak Penelitian yang akan dilaksanakan bertujuan untuk Menguji pengaruh fermentasi tepung azolla dengan menggunakan berbagai macam jenis mikroba terhadap kualitas tepung azolla dan mendapatkan jenis mikroba yang tepat dalam fermentasi tepung azolla sehingga didapatkan kualitas tepung azolla yang tertinggi. Metode yang digunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap. Penelitian ini menggunakan 3 perlakuan dengan 4 kali ulangan.

Perlakuan dari penelitian ini adalah : A = fermentasi tepung azolla dengan jamur Rhizophus sp, B = fermentasi tepung azolla dengan bakteri selulolitik dan C = fermentasi tepung azolla dengan EM4 Kesimpulan penelitian pendahuluan tanaman azolla dari BBI Punten lebih berkualitas. Dari hasil fermentasi sementara fermentor yang

memungkinkan dari jamur tempe (Rizophus sp)

Key word : Azolla, fermentasi, nilai nutrisi

Abstract This research was conducted for evaluate the effect of azolla mill fermentation with many kind of microbes to azolla mill quality and to have the exact microbes, so thaat has the highest quality of azolla mill. The experiment method was used in this activity and the datas were analised in Completely randomised design. That were three treatmen and each has four repetition. The treatment were Rhizopus fermentor (A), Sellulolitic bacteria fermentor (B) and EM4 fermentor (C). The conclution, Azolla weed from Punten has higest quality, and more than others. The Rhizophus sp was the possible fermentor.

Key word: Azolla, fermentation, nutrition value

Pendahuluan Latar Belakang Tanaman Azolla merupakan tanaman air yang dapat ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 2200 m dpl. Azolla banyak terdapat di perairan tenang seperti danau, kolam, rawa dan persawahan. Selama ini Azolla merupakan gulma air pada danau, rawa dan kolam ikan karena dalam waktu 3 4 hari dapat memperbanyak diri menjadi dua kali lipat dari berat segarnya, sehingga permukaan kolam dengan waktu singkat tertutup dengan Azolla. Permukaan kolam yang tertutup dengan azolla akan mengurangi intensitas cahaya matahari masuk dalam badan air kolam, sehingga akan mengurangi aktifitas fotosintesis mikroalga/fitoplankton yang ada dalam kolam. Hal ini akan mengakibatkan kandungan aksigen terlarut dalam kolam menjadi rendah. Dalam bidang pertanian tanaman Azolla banyak dimanfaatkan sebagai pupuk hijau karena kandungan Nitrogennya tinggi. Azolla yang merupakan gulma air ternyata mempunyai potensi yang cukup tinggi, karena pada Azolla kering kandungan protein cukup tinggi sekitar 19,54% (Handajani, 2006) sampai 28,12% (Handajani 2000) dengan

kandungan asam amino essensial yang lengkap (Lumpkin dan Plucknet, 1982). Dari potensi ini azolla dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan. Kandungan protein yang tinggi dari tanaman Azolla belum dapat menggambarkan secara pasti nilai gizi yang sebenarnya. Protein yang

berkualitas tinggi adalah protein yang memiliki nilai kecernaan yang tinggi dan dapat menyediakan semua asam amino essensial dalam perbandingan yang menyamai tubuh ikan. Nilai kecernaan suatu protein memberikan gambaran tentang persentase protein makanan yang dapat dicerna. Dari hasil penelitian Handajani (2006) kandungan serat kasar tepung azolla sebesar 23,06%. Tepung Azolla dimanfaatkan sebagai salah satu penyusun pakan ikan Nila Gift dengan hasil daya cerna protein ikan berkisar 55,51% - 67,68%. Disamping itu dari hasil penelitian Haetami dan

Sastrawibawa (2005) nilai daya cerna ikan Gurami terhadap pakan yang menggunakan tepung azolla berkisar 58,70% - 67,90%. Nilai daya cerna ini

belum maksimal karena pakan yang diberikan tidak tercerna dengan baik, hal ini disebabkan kandungan serat kasar yang cukup tinggi pada tepung azolla. Dari beberapa hasil penelitian tersebut perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan nilai gizi dari tepung azolla. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tepung azolla adalah dengan memanfaatkan jasa mikroba dalam proses fermentasi.

Perumusan Masalah Tanaman azolla mempunyai potensi yang tinggi untuk dijadikan bahan penyusun pakan ikan, kerena kandungan proteinnya tinggi dan komposisi asam amino essensialnya lengkap. Tetapi dengan potensi yang ada tanaman azolla belum dapat dikatakan berkualitas untuk bahan penyusun pakan ikan, karena kandungan serat kasarnya tinggi. Sehingga perlu dilakukan percobaan untuk meningkatkan nilai gizi dari tanaman azolla. Dari uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana kualitas tepung azolla setelah difermentasi dengan berbagai macam mikroba , apakah ada peningkatan kualitas atau ada pengaruhnya ? 2. Pada fermentasi jenis mikroba mana yang dapat menghasilkan kualitas tepung azolla yang tertinggi ? Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan bertujuan untuk : 1. Menguji pengaruh fermentasi tepung azolla dengan menggunakan berbagai macam jenis mikroba terhadap kualitas tepung azolla 2. Mendapatkan jenis mikroba yang tepat dalam fermentasi tepung azolla sehingga didapatkan kualitas tepung azolla yang tertinggi Manfaat penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas tepung azolla (penurunan serat kasar), sehingga tepung azolla benar-benar dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusun pakan ikan.

Dalam jangka panjang dapat menggantikan tepung kedelai (100%) dalam pakan ikan, sehingga dapat menurunkan biaya oprasional budidaya ikan, khususnya biaya pengadaan pakan.

Tinjauan Pustaka Potensi Azolla sp Sebagai Sumber Protein Seperti karbohidrat dan lemak, protein mengandung karbon, hydrogen dan oksigen, akan tetapi selain itu juga mengandung nitrogen. Protein merupakan molekul yang sangat besar, terbentuk dari beberapa asam amino esensial yang terikat bersama. Hingga kini telah dikenal 25 macam asam amino dan beberapa diantaranya merupakan asam amino esensial yang tidak dapat disintesis dalam tubuh manusia untuk mencukupi kebutuhannya. Faktor yang menentukan kualitas protein antara lain nilai kecernaan dan susunan asam amino esensialnya. Protein yang memiliki kualitas yang tinggi adalah protein yang memiliki nilai kecernaan yang tinggi dan dapat menyediakan semua asam amino esensial dalam perbandingan yang menyamai kebutuhan manusia. Nilai kecernaan suatu protein memberikan gambaran tentang persentase protein makanan yang dapat dicerna oleh tubuh. Hasil analisis proksimat (Tabel 1) dan kadar asam amino dalam jaringan tanaman Azolla sp (Tabel 2). Dari Tabel tersebut terlihat bahwa tanaman Azolla sp memiliki kandungan protein yang tinggi dengan komposisi asam amino esensial yang lengkap. Tabel 1. Analisis Proksimat Azolla sp
Komponen - Protein (%) - Lemak (%) - BETN - Serat Kasar (%) - Abu (%) -P - Ca Handajani (2006) 19,54 8,8 36,12 23,06 12,48 Lumpkin & Plucknet (1982) 24 - 30 3 3,3 50,25 9,1 10,5 0,5 0,9 0,4 1,0

Tabel 2. Kandungan Asam Amino Azolla sp


Asam Amino - Treonine - Valine - Methionine - Isoleucine - Leucine - Phenilalanine - Lysine - Histidine - Arginine - Tryptophan - Asam Aspartat - Asam Glutamat - Serine - Proline - Glysine - Alanine - Cystine -Tyrosine Protein (% berat kering) Sumber : Lumpkin dan Plucknet (1982) g/100 g Protein 4,40 6,75 1,88 5,38 9,05 5,64 6,45 2,31 6,62 2,01 9,39 12,72 4,10 4,48 5,72 6,45 2,26 4,10 23,42

Fermentasi Fermentasi adalah proses perubahan substrat pada kondisi aerob maupun anaerob oleh aktifitas enzim yang dihasilkan mikroorganisme. Fermentasi adalah reaksi oksidasi yang menggunakan senyawa organic baik sebagai oksidan maupun sebagai reduktan (donor electron) (Fardiaz, 1992) Menurut Soetanto (1995), factor penentu dalam proses fermentasi antara lain suhu, aerasi, atau pengadukan, aktifitas mikroba, waktu fermentasi, tipe dan kualitas bahan pakan yang difermentasi. Wibowo (1998), menyatakan bahwa semua proses fermentasi

membutuhkan media untuk pertumbuhan berupa bahan organic. Bahan pakan yang difermentasi mempunyai nilai nutrisi yang baik karena mikroba mampu

memecah komponen yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna. Fermentasi bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan kualitas protein, mempertahankan nilai nutrisi selama penyimpanan dan menghilangkan zat anti nutrisi (Sudaryani, 1994) Prinsip fermentasi di dalam rumen dalam pengelolaan bahan pakan asal limbah pertanian atau peternakan dengan melakukan fermentasi di lambung ternak atau hewan yang lainnya dan untuk memenuhi kebutuhan nitrogen sebagai sumber protein kasar dapat dipenuhi dengan menambah urea (Winarno, 1988). Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam proses fermentasi yaitu : 1. Oksigen, organisme membutuhkan oksigen untuk pertumbuhan 2. Nilai pH, untuk fermentasi pH diatur dan dijaga sekitar 6 7 3. Suhu, suhu optimum untuk pertumbuhan mikroba sekitar 28oC 30oC 4. Substrat, kebutuhan organisme akan substrat berbeda, ada yang memerlukan substrat lengkap dan substrat sederhana (Suwaryono, 1988)

Fermentasi Sebagai Alternatif Peningkatan Nilai Nutrisi Suatu Bahan Pakan Munawarah (1995) mengatakan fermentasi merupakan perubahan kimia yang disebabkan oleh aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau mikroba. Sujono (2001) menambahkan bahwa mikroba yang mampu melakukan proses fermentasi pada substrat adalah kapang, khamir, dan bakteri. Fermentasi dapat berlangsung dalam suasana aerob maupun

anaerob. Teknologi fermentasi telah membuka lembaran baru dalam upaya manusia untuk memanfaatkan bahan-bahan yang murah harganya menjadi produk yang lebih bernilai. Setiap fermentasi didasari oleh adanya proses enzimatis dan tergantung pada metabolisme mikroorganisme, ditegaskan pula oleh Judoamidjojo, et.al., (1992) bahwa bahan utama yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya suatu proses fermentasi adalah berbagai jenis

mikroorganisme dengan berbagai enzim yang dihasilkan.

Proses fermentasi dikarenakan adanya sejumlah sel dengan karakteristik yang sama dibiakkan pada kondisi terkontrol, mampu menghasilkan enzim, antibiotika, zat kimia organik atau protein sel tunggal. Protein sel tunggal adalah protein dari mikroorganisme yang dapat berkembang melalui proses fermentasi atau proses fotosintesis. Dengan adanya enzim yang dihasilkan dalam proses fermentasi akan menguntungkan, sehingga dapat

memperbaiki nilai nutrisi dan meningkatkan pertumbuhan serta daya cerna nutrisi pakan (Winarno, 1991) Inokulum sebagai starter fermentasi dapat menggunakan spora kapang Rhizopus sp dengan media pembawa seperti tepung beras atau yang lain dalam bentuk kering. Selama dalam proses fermentasi akan terjadi perubahan pada komponen dari bahan substrat oleh beberapa enzim yang dihasilkan oleh kapang pada saat pertumbuhan. Disamping perubahanperubahan tersebut Rhizopus sp juga mampu melakukan sintesis beberapa vitamin yang larat dalam air seperti Rhiboflavin, asam pantotenat, niasin dan vitamin B12 yang kadarnya dapat meningkat selama berlangsungnya proses fermentasi (Sujono, 2001). Hasil penelitian Handajani (2004), pemanfaatkan bekatul fermentasi pada pakan ikan Nila sebagai substitusi tepung kedelai dapat digunakan sebesar 60% bekatul fermentasi dan 40% tepung kedelai. Nilai daya cerna yang dihasilkan sebesar 93,34%, daya cerna ini sudah cukup tinggi, karena pakan yang diberikan dapat tercerna dengan baik. Hasil penelitian Purnomohadi (2006), peranan bakteri selulolitik pada fermentasi jerami padi dengan konsentrasi 30% dapat meningkatkan mutu jerami padi. Peningkatan mutu jerami padi ditandai dengan penurunan kadar Bahan Kering dari 91,29% menjadi 81,53%, peningkatan kadar Protein Kasar dari 4,1% menjadi 9,01%, dan penurunan Serat Kasar dari 37,10% menjadi 31,17%.

Jamur Rhizopus oligosporus Rhizopus oligosporus merupakan salah satu kapang dari genus Rhizopus sp. Yang paling sering ditemukan pada tempe dan termasuk

kelompok kapang karena memiliki hifa yang bersekat dan membentuk miselium. Rhizopus oligosporus banyak dikenal di Indonesia dan merupakan kapang terbaik dibandingkan spesies yang lain dengan cirri-ciri yaitu : tumbuh dengan cepat pada suhu 30 42oC, membentuk miselium seperti kapas, tumbuh sempurna setelah 18 20 jam, tidak dapat memfermentasi sukrosa, memiliki aktifitas proteolitik yang tinggi, dan lipolitik akan membentuk amina setelah fermentasi selama 48 72 jam, menghasilkan antioksidan yang kuat dan menghasilkan aroma dan flavor yang spesifik (Sudharmadji, 1989). Hasil penelitian Rotib (1994) dengan melakukan fermentasi bungkil kedelai memakai Rhizopus sp, mampu meningkatkan kandungan protein kasar bungkil kedelai dari 41% menjadi 55% dan meningkatkan asam amino sebesar 14,2%, sehingga diduga dapat dipakai untuk alternative sebagai sebagai bahan pemicu pertumbuhan.

Bakteri Selulolitik Rumen ternak ruminansia merupakan bagian perut paling depan dengan kapasitas paling besar. Rumen berfungsi sebagai tempat penampungan makanan yang dikonsumsi untuk sementara waktu. Makanan dalam rumen bercampur dengan lender yang disebut dengan saliva yang bersifat basa. Setelah beberapa saat dtampung, makanan dikembalikan lagi ke dalam mulut untuk dikunyah. Proses ini berlangsung beberapa kali terutama bila jenis makanan memiliki kandungan serat kasar tinggi. Pengunyahan kembali makanan yang berasal dari rumen dikenal dengan istilah memamah biak, yang tidah umum dilakukan oleh ternak lain (Wahyudi dan Hendraningsih, 2006). Rumen mengandung berjuta-juta mikroba yang menggunakan campuran makanan dan air sebagai media hidupnya. Mikroba inilah yang

sesungguhnya memiliki enzim-enzim pencerna serat kasar, sehingga serat kasar pakan dapat rirombak menjadi senyawa-senyawa sederhana seperti asam-asam lemak, amonia, glukosa, vitamin, mineral yang langsung dapat diserap oleh ternak melalui dinding rumen. Biomassa sel mikroba dalam

rumen beserta produk hasil metabolismenya merupakan sumber nutrisi bagi ternak ruminansia. Sel-sel mikroba yang telah mati akhirnya dicerna oleh sel inang sebagai sumber protein hewani yang dikenal dengan sebutan protein mikroba. Pakan dengan kandungan protein 6% meningkat menjadi 13,5% setelah difermentasi menggunakan bakteri selulolitik rumen (Wahyudi, 1999)

EM4 (Effective Microorganisme) Mikrooorganisme efektif merupakan suatu kultur campuran berbagai mikroorganisme yang bermanfaat (terutama bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, dan jamur) yang dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah, sehingga diharapkan dapat memperbaiki kesehatan dan kualitas tanah yang selanjutnya akan mampu meningkatkan produksi dan pertumbuhan. EM4 tidak mengandung zat yang membahayakan maupun mikroorganisme hasil rekayasa genetik karena EM4 mengandung kultur campuran berbagai mikroba yang terdapat dalam lingkungan alami yang bersifat menguntungkan. Dalam penerapannya EM4 ini dapat mempercepat proses fermentasi pada pembuatan kompos, memperbaiki komposisi dan jumlah

mikroorganieme pada perut ternak sehingga pertumbuhan dan produksi ternak meningkat, meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tambak (anonim, 1997)

Metode Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan dalam waktu 2 bulan. Tempat penelitian di Laboratorium Nutrisi Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang.

Materi dan Alat Penelitian Materi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

Tanaman azolla yang sudah dijadikan tepung azolla. Jamur Rhizophus sp atau Rhizophus oligosporus Bakteri selulolitik berasal dari Rumah Potong Hewan Malang EM4

Peralatan penelitian yang akan digunakan adalah seperangkat alat analisis proksimat seperangkat alat mikrobiologi

Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Penelitian ini menggunakan 3 Perlakuan dari penelitian ini adalah : A = fermentasi tepung azolla dengan jamur Rhizophus sp B = fermentasi tepung azolla dengan bakteri selulolitik C = fermentasi tepung azolla dengan EM4 Prosedur penelitian 1) Kultur jamur Rhizophus sp Menyiapkan kentang sebanyak 0,5 kg yang sudah dibersihkan dan kemudian menambahkan air sebanyak 1 liter serta 20 gram larutan glukosa langsung direbus selama 30 menit. Proses perebusan selesai bahan-bahan tersebut disaring dan menambahkan 15 gram agar-agar diaduk sampai homogen, setelah itu media yang sudah jadi dituangkan ke dalam cawan petri. Selanjutnya mengukusnya selama 30 menit. Setelah media mengalami pembekuan langsung dilakukan penanaman jamur Rhizophus sp yaitu dengan cara membiakan spora ragi tempe pada media PDA dan masukan media PDA tersebut dalam inkubator dengan suhu 37oC selama 2 hari. Setelah itu jamur akan tampak kehitam-hitaman yang menunjukkan bahwa jamur siap dipanen dan pemanenan ini dilakukan dengan cara mengambil spora dan perlakuan dengan 4 kali ulangan.

mencampurnya dengan tepung beras sebagai media tumbuh sementara 2) Pembuatan tepung azolla terfermentasi dengan Rhizophus sp

Menyiapkan tepung azolla sebanyak 200 gram sebanyak 3 kali. Selanjutnya mencampur tepung azolla dengan air sebanyak 30% dari berat tepung azolla, mengaduk hingga homogen, mengukus tepung azolla selama 30 menit dan mendinginkannya kemudian diatas tepung azolla tersebut ditaburkan jamur Rhizophus sp sebanyak 2% dari berat tepung azolla dan mengaduknya hingga homogen. Setelah itu memasukkan tepung azolla yang sudah dicampur dengan jamur Rhizophus ke dalam kantong plastik yang sudah dilubangi. Setelah itu diletakkan didalam inkubator dengan suhu 37oC, setelah 2 - 3 hari tepung azolla tersebut diangkat dan dikeringkan 3) Isolat bakteri selulolitik dari cairan rumen : Untuk mendapatkan bakteri selulolitik dilakukan pemurnian bahan dari cairan rumen yang baru disembelih. Bakteri selulolitik kemudian dikembangkan untuk digunakan sebagai inokulum. Cara pembuatan inokulum adalah : o Stok bakteri pada media miring ditambah aquadest steril 5 ml, divorstek selama 1 menit untuk membuat suspensi bakteri dari media miring tabung untuk selanjutnya dituang pada 45 ml media cair Czapek Modification. o Inkubasi dengan suhu kamar pada sacker selama 2 hari o Suspensi bakteri 50 ml pada media cair Czapek Modification dimasukkan ke dalam 450 ml media cair Carboxil Metil Cellulose (CMC) yang telah ditambah Malt Ekstrak o Inkubasi dengan suhu kamar selama 2 hari 4) Pembuatan tepung azolla terfermentasi dengan bakteri selulolitik Suspensi bakteri selulolitik yang sudah siap diinokulasikan pada tepung azolla sebanyak 3% dari berat tepung azolla. Tepung azolla yang difermentasi sebanyak 200 gram ( 3 kali). Tepung azolla yang diberi bakteri selulolitik dicampurkan hingga homogen kemudian dimasukkan dalam plastik. Setelah itu diletakkan didalam inkubator dengan suhu 37oC, setelah 2 - 3 hari tepung azolla tersebut diangkat dan dikeringkan 5) Pembuatan tepung azolla terfermentasi dengan EM4

Tepung azolla yang digunakan sebanyak 200 gram (3 kali) dicampur secara homogen dengan EM4 sebanyak 10% dari berat tepung azolla. Kemudian dimasukkan dalam kantong plastik. Setelah itu diletakkan didalam inkubator dengan suhu 37oC, setelah 2 - 3 hari tepung azolla tersebut diangkat dan dikeringkan 6) Sebelum diberi perlakuan tepung azolla di analisis proksimat 7) Setelah selesai perlakuan dilakukan analisis proksimat tepung azolla

Variabel yang diamati Untuk mengukur kualitas tepung azolla, variabel yang diamati : Kadar Serat Kasar (SK) Kadar Bahan Kering (BK) Kadar Protein Kasar (PK)

Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (anova). Apabila hasil analisis menunjukkan perbedaan akan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Hasil Penelitian Hasil uji analisa proksimat yang dihasilkan pada tepung azolla dari Biotek dan BBI Punten yang belum di fermentasi diperoleh data: 1. Bahan Kering No 1 2 Kode Berat A 2.0083 B 2.0120 Cwn Kosong 19.4432 25.1891 Cwn + Isi 21.2535 27.0756 bk 90.14 93.76 Air 9.86 6.24

2. Bahan Organik No 1 2 Kode Berat A 2.0147 B 2.0064 Cwn Kosong 13.5229 19.4132 Cwn + Isi 14.6134 20.1509 Abu 54.13 36.77 BO 45.87 63.23

3. Lemak Kasar No Kode Berat Tbg Kosong Tbg + Isi LK

1 2

A B

2.0145 2.0418

36.9673 36.9975

37.0110 37.0958

2.17 4.81

4. Protein Kasar No Kode Berat 1 A 0.2072 2 B 0.2046 5. Serat Kasar No 1 2 Kode Berat A 2.0145 B 2.0418

ml Contoh ml Blanko 21 26.9 18.6 26.9

PK 24.93 35.52

Krts Kosong 1.0426 0.9456

Krts + Isi 1.9569 1.7381

SK 45.39 38.81

Abu Serat Kasar No 1 2 Kode Berat A 1.9569 B 1.7381 Cwn Kosong 27.6710 28.2441 Cwn + Isi 28.4202 28.6509 Abu 38.29 23.40 SK 7.10 15.41

Hasil Analisis Proksimat (%) Kode BK Air Abu 90.14 9.86 54.13 A 93.76 6.24 36.77 B

BO 45.87 63.23

PK 24.9298 35.5164

LK 2.17 4.81

SK 7.10 15.41

Total 98.19 98.74

Dari Hasi uji analisa proksimat yang dihasilkan pada tepung azolla dari Biotek dan BBI Punten yang belum di fermentasi dapat di bedakan bahan tepung azolla yang memiliki kandungan protein terbaik adalah tepung Azzola dari BBI punten. Hasil dari analisa kandungan bahan kering (BK) tepung azolla yang berasal dari BIOTEK sebesar 90.14% (9.86 % kadar air), BBI Punten sebesar 93.76% (6.24% kadar air). Pada uji kandungan Bahan Organik (BO) tepung azolla yang berasal dari BIOTEK sebesar 45.87% (54.13% kadar abu), BBI Punten sebesar 63.23% (36.77% kadar abu). Jadi kandungan BO yang terbaik adalah sebesar 63.23% yang berasal dari BBI Punten. Uji kandungan Lemak Kasar (LK) tepung azolla yang berasal dari BIOTEK sebesar 2.17% lebih rendah dari tepung azolla yang berasal BBI Punten sebesar 4.81%.

Pada uji kandungan Proteik Kasar (PK) tepung azolla yang berasal dari BIOTEK sebesar 24.93%, BBI Punten sebesar 35.52%. Jadi kandungan PK yang terbaik adalah sebesar 35.52% yang berasal dari BBI Punten Untuk hasil uji Serat Kasar (SK) tepung azolla yang berasal dari BIOTEK sebesar 7.10%, BBI Punten sebesar 15.41%. Jadi kandungan SK yang terbaik adalah sebesar 15.41% yang berasal dari BBI Punten. Dari hasil analisa proksimat bahan pakan yang berasal dari tepung azolla maka untuk bahan tepung azolla yang difermentasi menggunakan azolla yang berasa dari BBI Punten Batu. Proses fermentasi tepung azolla yang dilaksanan mengggunakan 3 (tiga) fermentor yaitu EM4, Bakteri Selulitik dan Jamur Tempe (Rhizopus sp). Dalam proses fermentasi dilakukan selama 7 hari, karena pada hari ke 7 bakteri dan jamur sudah tumbuh dan memfermantasi tepang azola sehingga kandungankandungan penyusun pada tepung azolla berubah sesuai yang diharapkan. Adapun metode kerja proses fermentasi pada tepung azolla adalah sebagai berikut: 1. Fermentasi Menggunakan EM4 Menimbang tepung azolla sebanyak 100g Menyiapkan fermentor (EM4) sebanyak 10 ml EM4 dilarutkan pada 1 liter air. Mencampur tepung azolla dengan larutan EM4 dengan ukuran 100 g tepung azolla dicampur larutan EM4 sebanyak 30% dari berat tepung azolla (30 ml air) Diaduk hingga merata dan selanjutnya didiamkan selam 7 hari pada suhu kamar 290C 2. Fermentasi Menggunakan Bakteri Selulitik 3. Fermentasi Jamur Tempe (Rhizopus sp) Menimbang tepung azolla sebanyak 100g Menyiapkan fermentor (Jamur Tempe) sebanyak 2 % dari berat tepung azolla.. Mencampur tepung azolla dengan air dengan ukuran 100 g tepung azolla dicampur air sebanyak 30% dari berat tepung azolla (30 ml air)

Diaduk hingga merata dan selanjutnya direbus selam 30 menit dengan suhu 1000C Campurkan Jamur tempe hingga merata, dan selanjutnya didiamkan selam 7 hari pada suhu kamar 290C.

Daftar Pustaka Handajani, H, 2000. Peningkatan kadar protein tanaman Azolla microphylla dengan mikrosimbion Anabaena azollae dalam berbagai konsentrasi N dan P yang berbeda pada media tumbuh. Laporan Penelitian IPB. Bogor Handajani, H, 2004. Pengaruh Pemberian Bekatul Terfermentasi Dengan Rhizopus sp Sebagai Penyusun Pakan Ikan Terhadap Produktivitas Ikan Nila. Lembaga Penelitian UMM. Malang Handajani, H, 2006. Pemanfaatan Tepung Azolla sebagai penyusun pakan ikan terhadap pertumbuhan dan daya cerna ikan Nila gift. Lembaga Penelitian UMM. Malang Lumpkin, T.A and D.L. Plucknet, 1982. Azolla a green manure: Use abd Management in Crop Production. Westview Tropical Agriculture Series Munawaroh, 1995. Pengaruh Pemberian Hasil Fermentasi eceng Gondok Sebagai Campuran Pakan Ikan Terhadap Daya Cerna Ikan Nila Merah. Universitas Brawijaya. Malang Purnomohadi, M. 2006. Peranan Bakteri Selulolitik Cairan rumen Pada Fermentasi Jerami Padi Terhadap mutu Pakan. Jurnal Protein Vol 13 No 2, Juli 2006. Malang Sujono, 2001. Tampilan Produksi Semen Ayam arab yang diberi Pakan Mengandung Berbagai Aras Bekatul Terfermentasi dengan Rhizopus oligoporus. Desrtasi Program Pasca Sarjana. Universitas Airlangga. Surabaya. Wahyudi, A. 1999. Optimasi Media Kultur Fermentasi Mikroba Selulolitik Rumen Terhadap Nilai Protein Kasar. Lembaga Penelitian UMM. Malang. Wahyudi, A. dan Hendraningsih, L. 2006. Probiotik (Konsep, Penerapan, dan Harapan). Buku Ajar. Fakultas Peternakan-Perikanan UMM. Malang

Rencana Penelitian Selanjutnya

Setelah didapatkan jenis mikroba yang sesuai untuk memfermentasi tepung azolla, akan dilanjutkan penelitian : Mencari konsentrasi mikroba yang telah didapat dan waktu fermentasi yang tepat untuk tepung azolla untuk miningkatkan kualitasnya. Jika memungkinkan sampai mengukur kandungan asam amino tepung azolla terfermantasi II. Tepung azolla hasil fermentasi dengan kualitas yang baik diujikan pada formulasi pakan ikan dengan tingkat substitusi yang berbeda (mensubtitusi tepung kedelai) III. Jika tingkat substitusi tepung azolla terfermentasi dapat mencapai 90% 100% (mensubstitusi tepung kedelai) , dapat dilanjutkan untuk menguji tepung azolla sebagai substitusi tepung ikan I. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan 1 1. Persiapan bahan 2. Analisis awal tepung azolla 3. Proses fermentasi 4. Analisis akhir tepung azolla 5. Analisis data penelitian 6. Penulisan laporan penelitian 7. Seminar hasil 7. Pengumpulan laporan penelitian 2 Bulan ke 3 4 5

XXXX XX XXXX XX XXX XXXX X X

Rencana Biaya Penelitian Bahan dan peralatan penelitian - Pembuatan tepung azolla 10 kg @ Rp. 5.000 - Pengadaan dan pemeliharaan bakteri selulolitik - Pengadaan EM4 - Pengadaan Rhizophus sp - Analisis proksimat 39 sampel @ Rp. 35.000 - Pembuatan laporan Rp. 50.000 Rp. 300.000 Rp. 100.000 Rp. 150.000 Rp. 1.365.000 Rp. 100.000 ____________ Total Rp. 2.065.000 (dua juta enam puluh lima ribu rupiah)

Anda mungkin juga menyukai