Anda di halaman 1dari 6

JNTTIP

Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan


Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan
Tersedia online di : jurnal.unpad.ac.id/jnttip
4(2):53-58, Juni 2022

PENGARUH PEMBERIAN MEDIA NUTRISI YANG BERBEDA


TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN, KONVERSI PAKAN
DAN DAYA HIDUP ULAT JERMAN (Zophobas morio)

The Effect of Giving Different Nutritional Media on Body Weight Gain, Feed
Conversion, and Viability of Superworm (Zophobas morio)

Fadhli Rohman1, Deny Saefulhadjar1, Sauland Sinaga1


1
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Kampus Jatinangor, Jl. Raya Bandung-Sumedang KM.21, Jatinangor, Sumedang, Jawa
Barat 45363

ABSTRAK
KORESPONDENSI
Ulat Jerman merupakan larva dari kumbang Zophobas morio
yang saat ini banyak dibudidayakan di Indonesia. Ulat Jerman
banyak dimanfaatkan sebagai pakan untuk beberapa hewan
Fadhli Rohman peliharaan seperti burung kicau, sugar glider, dan berbagai
macam reptile. Percobaan ini menggunakan metode
Fakultas Peternakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3600 ekor ulat
Universitas Padjadjaran Jerman terdiri dari 3 perlakuan dan 6 ulangan, sehingga di
dapat 18 unit percobaan dan setiap unit percobaan terdiri atas
200 ekor ulat Jerman. Perlakuan tersebut di antaranya P1 =
dedak, P2 = pollard, dan P3 = onggok. Data hasil pengamatan
dianalisis ragam dan perbedaan antara perlakuan dengan Uji
Jarak Berganda Duncan. Berdasarkan analisis statistik
menunjukkan bahwa pemberian media nutrisi berbeda nyata
terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan ulat
Jerman. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa pollard
email : merupakan media nutrisi terbaik bagi pertumbuhan ulat
fadhli15002@mail.unpad.a Jerman.
c.id
Kata Kunci: Ulat Jerman, media nutrisi, dedak, pollard,
onggok, bobot badan, konversi pakan, mortalitas

53
Rohman dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Juni 2022

ABSTRACT

Superworm are the larvae of the Zophobas morio beetle which is currently widely cultivated
in Indonesia. Superworm are widely used as feed for several pets such as chirping birds, sugar
gliders, and various reptiles. This experiment used a completely randomized design (CRD)
method with 3600 superworms consisting of 3 treatments and 6 replications, so 18
experimental units were obtained and each experimental unit consisted of 200 superworms.
The treatments included P1 = bran, P2 = pollard, and P3 = tapioca dregs. Observational data
were analyzed for variance and differences between treatments with Duncan's Multiple Range
Test. Based on statistical analysis showed that the provision of nutritional media was
significantly different to the consumption of rations, body weight gain of superworms. The
conclusion that can be drawn is that pollard is the best nutrient medium for the growth of
superworm.

Keywords: Superworm, nutrition media, bran, pollard, tapioca dregs, body weight gain, feed
conversion, mortality

PENDAHULUAN serangga ini adalah sejenis tepung asal biji-


bijian (Baker & Lochiavo, 1987).
Ulat Jerman (Zophobas morio) saat ini Media nutrisi yang sering dipakai oleh
sudah banyak dibudidayakan di Indonesia, peternak ulat Jerman adalah yang berasal dari
karena permintaanya yang cukup banyak. hasil samping industri pertanian yaitu dedak
Ulat Jerman sering digunakan sebagai pakan padi, pollard, dan onggok. Bahan-bahan
burung kicau, reptil, dan ikan karena nilai tersebut, dipilih karena harganya yang cukup
gizinya yang tinggi terutama protein (46 %) murah dan mudah didapatkan. Media nutrisi
dan lemak (42 %) (Finke, 2002). Selain diberikan pada sebuah wadah pemeliharaan
sebagai pakan, ulat Jerman juga bisa mulai dari fase kumbang (induk) sampai ulat
dijadikan sebagai bahan pembuatan minyak Jerman berumur panen. Selain itu, peternak
goreng dan makanan bagi manusia. juga menambahkan sayuran dan buah-
Konsumen menilai harga jual ulat buahan sebagai sumber air.
Jerman berdasarkan dari bobot badan yang Penelitian mengenai ulat Jerman sejauh
berkorelasi dengan pertumbuhan. Faktor ini masih megenai kandungan nutrisi yang
terpenting dalam pertumbuhan ulat Jerman terkandung di dalamnya. Media nutrisi yang
adalah nutrisi yang terkandung dalam pakan sering digunakan oleh peternak jarang diteliti
(Susrama, 2017). Pakan utama yang mengenai performa produksi seperti
digunakan dalam budidaya ulat Jerman biasa pertambahan bobot badan, efisiensi pakan
disebut media nutrisi. Media nutrisi selain dan daya hidup. Padahal hal itu sangat
sebagai pakan utama ulat Jerman, juga penting, mengingat kebutuhan media nutrisi
berguna juga untuk tempat berkembang biak pada budidaya ulat Jerman sangat besar.
induk ulat Jerman serta sebagai tempat hidup
hingga panen.
Media nutrisi pada ulat Jerman METODE PENELITIAN
berkaitan dengan makanan alami dari hewan
itu sendiri. Ulat Jerman merupakan salah satu Bahan dan Alat Penelitian
jenis serangga pemakan tumbuh-tumbuhan Penelitian ini menggunakan 3600 ekor
(fitofagus). Makanan alaminya adalah Ulat Jerman berumur 1 bulan. Ulat Jerman
seluruh bagian tanaman mulai dari buah, yang digunakan didapatkan dari pusat
bulir, daun, dan akar (Jumar, 2000). penampungan ulat UD Multi Cahaya
Makanan lainnya yang biasa dimakan oleh Kecamatan Bulak Kapal, Kota Bekasi, Jawa
Barat. Media nutrisi yang digunakan dalam

54
Rohman dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Juni 2022

penelitian ini adalah dedak padi, pollard, dan Pemeliharaan


onggok. Dedak padi diperoleh dari Tahap awal yang dilakukan adalah
penggilingan padi Desa Cileles, Jatinangor, adaptasi ulat pada media nutrisi yang akan
Sumedang. Pollard diperoleh dari KSU digunakan selama 7 hari. Total ulat yang
Tandangsari, Tanjungsari, Sumedang. digunakan dalam satu unit kotak adalah 200
Onggok diperoleh dari toko Kurnia Feed, Jl. ekor. Media nutrisi diberikan sebanyak 200
Sayang, Jatinangor, Kabupaten Sumedang. gram dalam satu wadah kotak dan diganti
Media nutrisi berbentuk pellet agar mudah setiap 7 hari sekali. Buah pepaya diberikan
diketahui jumlah sisa pakan dan feses (frass) setiap hari sebanyak 50 gram sebagai sumber
yang dihasilkan. Pembuatan media nutrisi airnya. Suhu dan kelembaban diukur tiga kali
menjadi pellet dilakukan di Mini Feedmill sehari yaitu pada pukul 07.00, 12.00 dan
Fakultas Peternakan Unpad Ciparanje, 20.00.
Sumedang, Jawa Barat. Pakan tambahan
yang diberikan adalah buah pepaya sebagai Pengumpulan Data
sumber air. Data dikumpulkan pada masa
Unit wadah pemeliharaan terdiri atas pemeliharaan selama 30 hari. Perhitungan
kotak kayu yang terdapat ram ukuran 60 PBB diperoleh dari penimbangan bobot awal
mesh. Ram kawat berfungsi untuk dan bobot akhir Ulat Jerman. Konsumsi
memisahkan feses dan sisa pakan ulat. Feses pakan diperoleh dengan menghitung sisa
akan terjatuh di bawah permukaan kotak, pakan dan penyusutan bobot pakan akibat
sementara sisa pakan akan tetap berada di penguapan. Total konsumsi pakan dan PBB
ram kawat. Wadah bejumlah 18 dan kemudian dibagi untuk mendapatkan hasil
diletakkan pada kandang berbentuk rak. konversi pakan (EP). Ulat Jerman yang mati
Kandang pada hari terakhir, juga dihitung untuk
Kandang digunakan sebagai tempat mengetahui nilai daya hidup. Daya hidup
penyimpanan wadah pemeliharaan. Kandang diperoleh dengan cara menghitung jumlah
berbentuk rak persegi panjang dengan ukuran Ulat Jerman yang hidup selama pemeliharaan
panjang, lebar, tinggi masing-masing 1,5 x 1 dibagi dengan jumlah awal dalam setiap
m x 1,2 m. Kandang berkerangka kayu, perlakuan.
bertutupkan ram kawat ukuran 0,5 cm.
Pelumas kendaraan bekas sebagai bahan Metode
pengisi alas kaki rak kayu, supaya terhindar Penelitian ini menggunakan metode
dari semut. Ruangan kandang dipasang Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
exhaust fan pada salah satu sisi dinding, agar 3600 ekor ulat Jerman terdiri dari 3 perlakuan
kondisi suhu dan kelembaban lingkungan dan 6 ulangan, sehingga didapat 18 unit
hampir menyerupai habitat asli Ulat Jerman. percobaan dan setiap unit percobaan terdiri
atas 200 ekor ulat Jerman. Perlakuan tersebut
Metode Penelitian meliputi P1 = Media nutrisi dedak, P2 =
Prosedur Media nutrisi pollard, dan P3 = Media nutrisi
Persiapan Pemeliharaan onggok. Data hasil pengamatan dianalisis
Persiapan dilakukan sebelum ragam dan perbedaan antara perlakuan
pemeliharaan dan pengambilan data dimulai. dengan Uji Jarak Berganda Duncan.
Persiapan yang dilakukan mencakup
penyediaan wadah pemeliharaan dan
kandang berbentuk rak. Kandang yang HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan adalah rak kayu yang ditutupi
dengan kawat agar tidak ada hewan lain yang Rataan suhu ruangan saat penelitian
masuk. pada pagi, siang dan malam hari secara
berturut turut yaitu 27,4; 27,6; 27,5oC dengan
kelembapan 78,7; 79,5; 79,7%. Rataan suhu

55
Rohman dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Juni 2022

dan kelembapan dalam penelitian ini tetap terjaga. Lokasi kandang terletak di
termasuk dalam kisaran yang mendukung tempat yang terdapat sinar matahari, supaya
kehidupan ulat Jerman berdasarkan beberapa ulat Jerman mendapatkan sinar matahari
hasil penelitian yang telah dilakukan. Selama yang cukup. Hasil penelitian secara ringkas
penelitian juga dilakukan penyemprotan air ditampilkan pada Tabel 1.
pada kotak penelitian supaya kelembapan

Tabel 1. Hasil Penelitian Pengaruh Pemberian Media Nutrisi yang Berbeda terhadap Produksi
Ulat Jerman
Peubah Perlakuan
Dedak Pollard Onggok
ab a
PBB (g/ekor) 0,39 0,49 0,22b
a a
Konsumsi Pakan 1,45 1,57 0,52b
(g/ekor)
Konversi Ransum 3,80 3,25 2,70
Daya Hidup (%) 100 100 100
Keterangan : huruf superscrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata
(P<0,05)

Rataan pertambahan bobot badan ulat Konversi ransum yang diperoleh


Jerman selama 30 hari penelitian adalah adalah sebesar 3,80 untuk media nutrisi
sebesar 0,39 g/ekor (media nutrisi dedak), dedak, 3,25 untuk media nutrisi pollard dan
0,49 g/ekor (media nutrisi pollard), dan 0,22 2,70 untuk media nutrisi onggok. Hasil ini
g/ekor (media nutrisi onggok). Berdasarkan secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05).
uji Duncan, media nutrisi dedak dan pollard Perhitungan konversi pakan merupakan
tidak berbeda, namun keduanya berbeda aspek yang penting untuk mengetahui tingkat
dengan PBB dari media nutrisi onggok. efisiensi pakan yang digunakan. Semakin
Media nutrisi pollard memberikan pengaruh rendah nilai konversi pakan maka akan
pertambahan bobot badan yang besar pada semakin efisien pakan tersebut dicerna oleh
ulat Jerman dikarenakan pollard tubuh. Nilai konversi yang paling rendah
mengandung protein kasar (PK) sebesar ditunjukkan oleh media nutrisi onggok,
16,69% dan energi metabolis (EM) 3755 namun nilai ini diperoleh karena jumlah
kkal, sedangkan dedak mengandung PK konsumsi yang rendah diikuti oleh
7,2O% dan EM 3422 kkal dan onggok pertambahan bobot badan yang rendah pula.
mengandung PK 1,86% dan 3272 kkal. Hasil Capaian PBB yang paling baik diperoleh
dari pollard ini tidak jauh berbeda dengan pada media nutrisi pollard, dengan nilai
penelitian yang menyatakan bahwa konversi ransum 3,25, namun konsumsinya
perlakuan limbah sayuran pasar pada media juga paling banyak.
pakan yang mengandung gross energi 4000 Hasil penelitian menunjukkan tidak
kkal/kg dan protein kasar 14% menghasilkan ada satu ekor pun ulat Jerman yang mati.
nilai tertinggi terhadap konsumsi pakan. Hasil penelitian pengaruh media
Hartiningsih dan Fitasari (2014) pemeliharaan terhadap pertumbuhan ulat
menambahkan bahwa level protein 14% Jerman pada persentase mortalitas
dengan EM lebih dari 4000 kkal/kg akan menunjukkan respon tidak berpengaruh
memberikan PBB yang baik pada ulat nyata (P>0,05). Hal ini dapat disimpulkan
Jerman. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa ketiga media nutrisi yang diteliti
Widyatmoko (1996) bahwa kandungan memiliki pengaruh yang baik terhadap daya
nutrisi protein dan energi metabolis yang hidup ulat Jerman. Umur ulat Jerman yang
cukup mengakibatkan pertumbuhan serangga dipelihara adalah umur 30-60 hari yang
seperti ulat Jerman lebih cepat. merupakan umur mulai memasuki fase

56
Rohman dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Juni 2022

molting atau pergantian kulit. Fase tersebut Insects. Di Dalam : Slansky Fjr.,
merupakan fase yang paling banyak Rodriguez JG, Editor. Nutritional
dipengaruhi dari media nutrisi yang Ecology of Insects Mites, Spiders, and
digunakan. Penelitian Hapsari dkk. (2013) Related Invertebrates. John Wiley &
menyatakan bahwa media nutrisi sekam padi Sons. New York. Hlm 321-344
menghasilkan persentase mortalitas yang Boozer, W.E. 2011. Insecticide susceptibility
cukup tinggi yaitu 24% pada jenis serangga of the adult darkling beetle,
seperti ulat Jerman. Hal ini disebabkan Alphitobius diaperinus (Coleoptera:
kandungan nutrisi pada sekam padi sangat Tenebrionidae).
rendah sehingga ulat mengalami kegagalan Dunford, J. C. & P. E. Kaufman. 2006.
pada proses molting. Lesser mealworm, litter beetle,
Selain media nutrisi yang berfungsi Alphitobius diaperinus
sebagai pakan bagi ulat Jerman, beberapa (Panzer)(Insecta: Coleoptera:
aspek lingkungan lain juga memengaruhi Tenebrionidae). EDIS.
daya hidup ulat Jerman. Pernyataan ini sesuai Finke, M. D., 2002. Complete Nutrient
dengan Subekti (2012) yang menyatakan Composition Of Commercially Raised
bahwa daya hidup serangga seperti ulat Invertebrates Used As Food For
Jerman, selain ketersediaan pakan juga Insectivores. Zoo Biol. 21(3): 269-285.
dipengaruhi oleh suhu udara, kelembaban Hartiningsih dan E.Fitasari. 2014.
udara, dan cahaya. Menurut Boozer (2011) Peningkatan Bobot Panen Ulat
kondisi suhu optimal bagi ulat Jerman yang Hongkong akibat Aplikasi Limbah
ideal berkisar antara 30-35oC. Dijelaskan Sayur dan Buah pada Media pakan
lebih lanjut oleh Dunford dan Kaufman yang Berbeda. Buana Sains volume 14
(2006) bahwa suhu dan kelembaban optimal No 1: 55-64.
berkisar antara 30-33oC dengan kelembapan Hapsari, D.G.P.L., A.M Fuah, dan
hingga 90%. Akan tetapi, Rueda dan Axtell Y.C.Endrawati. 2018. Produktivitas
(1996) menjelaskan bahwa ulat Jerman Ulat Hongkong (Tenebrio molitor)
masih dapat bertahan hidup pada kisaran pada Media Pakan yang Berbeda.
suhu 20oC hingga 38oC. Faktor-faktor Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi
lingkungan tadi direkayasa pada penelitian Hasil Peternakan 6.2: 53-59
ini, sehingga sesuai dengan kondisi optimal Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rieneka
yang kondusif untuk kehidupan ulat Jerman. Cipta. Jakarta.
Robinson (1998) menambahkan ulat Jerman Robinson. 1998. Introduction to Insect
merupakan hama butiran, sebagian besar Biology and Diversity. Ed ke-2. Oxford
hama butiran dapat hidup pada butiran yang Univ Pr, Oxford.
disimpan dengan kadar air 11,5-14. Rueda LM, Axtell RC. 1996. Temperature-
Dependent Development and Survival
Of The Lesser Mealworm, Alphitobius
KESIMPULAN Diaperinus. Medical and Veterinary
Entomology. 10: 80-86.
Media nutrisi pollard memberikan Saefulhadjar, D. 2005. Penentuan Kebutuhan
pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan Protein dan Energi untuk
bobot badan, konversi pakan, dan daya hidup Pertumbuhan Ulat Tepung (Tenebrio
ulat Jerman. Molitor L). [tesis] Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Susrama, I. Gede Ketut. 2017 Kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA Nutrisi dan Substansi dalam Pakan
Buatan Serangga (Artikel Ulasan). E-
Baker J.E., & Loschiavo S.R. 1987. Jurnal Agroekoteknologi Tropika
Nutritional Ecology Of Stored Product

57
Rohman dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Juni 2022

(Journal of Tropical Ransum Broiler dengan Beberapa


Agroecotechnology) : 310-318. Peubah [Studi Pemanfaatan Ulat Sutra
Widyatmoko, A. 1996. Keong Mas (Bombyx mori Linn)]. Skripsi. Institut
(Pomacea sp) dan Ampas Tahu dalam Pertanian Bogor, Bogor.

58

Anda mungkin juga menyukai