Email: slankers_dimmy@yahoo.com
Abstrak
Kata Kunci: kelinci, konsumsi, pertambahan bobot badan, efisiensi ransum, Indigofera sp.
Abstract
This research the effect of Indigofera sp leave mills on consumption, increased the
body weight and ration efficiency of New Zealand White crossbreed rabbit was conducted at
rabbit cages Livestock Production Laboratory Faculty of Animal Husbandary, Sumedang
1
Tepung Daun Indigofera sp.....................................................…….Mitra Halomoan Tambunan
from October 10 to November 21, 2014. The purpose of this research is to determine the
influence of giving Indigofera sp mills on consumption, increased the body weight and ration
efficiency of New Zealand White crossbreed rabbit. This research does experimental with
Complete Random Design with treatments consisted of five kinds the ration without
Indigofera sp mills (P0); ration the treatments with 10 percent Indigofera sp mills (P1); ration
the treatments with 20 percent Indigofera sp mills (P2); ration the treatments with 30 percent
Indigofera sp mills (P3); ration the treatments with 40 percent Indigofera sp mills (P4). Each
treatment was repeated four times. The alteration includes consumption, increased the body
weight and ration efficiency of New Zealand White crossbreed rabbit. The results can be
concluded that giving of Indigofera sp to 40 percent mills on increased the body weight and
ration efficiency of New Zealand White crossbreed rabbit .
Keywords : rabbit, consumption, increased the body weight, ration efficiency, Indigofera sp.
PENDAHULUAN
Kelinci merupakan ternak yang dapat menghasilkan daging karena mempunyai
potensi biologis yang besar antara lain dewasa kelamin yang cepat, selang beranak pendek,
litter size tinggi, laju pertumbuhan tinggi, pemeliharaan mudah, serta dapat dikembangbiakan
pada skala kecil dan besar untuk dijadikan usaha yang sangat prospektif, karena dapat
menghasilkan keuntungan yang besar untuk menutupi biaya produksinya, selain itu kelinci
dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah menjadi daging dengan
berkualitas tinggi.
Pertumbuhan pada kelinci dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor
lingkungan yang berpengaruh antara lain adalah jumlah, kualitas dan tata cara pemberian
pakan yang baik. Pakan merupakan faktor produksi yang mempengaruhi keberlangsungan
hidup ternak, sehingga asupan pakan yang memiliki kualitas baik akan memperoleh produksi
yang optimal. Kelinci termasuk hewan pseudoruminasia dengan sistem pencernaan
monogastrik yang membutuhkann protein dan serat kasar yang cukup dalam ransum. Serat
kasar dalam ransum berfungsi sebagai sumber energi dan menjaga kesehatan dan pencernaan
kelinci.
Saat ini pakan yang dijual di pasaran memiliki kualitas rendah, karena untuk
memperoleh kualitas pakan yang baik membutuhkan biaya yang relatif mahal. Untuk
mencapai kualitas pakan yang baik dan harga terjangkau oleh peternak perlu dicari bahan
pakan alternatif, salah satunya adalah hijauan Indigofera sp yang memiliki serat rendah,
protein tinggi dan mudah dibudidayakan. Indigofera sp merupakan tanaman leguminosa yang
mempunyai potensi sebagai bahan pakan sumber protein dengan kandungan nutrisi bahan
2
Tepung Daun Indigofera sp.....................................................…….Mitra Halomoan Tambunan
kering 89,47%, energi 3788 kkal/Kg, serat kasar 15,13%, protein kasar 22,30% -31,10%,
tetapi memiliki anti nutrisi (tanin) yang rendah sehingga aman untuk diberikan sebagai
sumber hijauan. Tanaman ini juga sangat toleran terhadap musim kering dan genangan air
sehingga bisa ditanam di wilayah Indonesia. Pemberian tepung daun Indigofera sp dalam
ransum diharapkan dapat berpengaruh baik pada efisiensi ransum serta pertambahan bobot
badan, dikarenakan kandungan gizi yang terkandung dalam Indogofera sp dapat memenuhi
kebutuhan hidup pada kelinci sehingga dengan dijadikannya bahan pakan alternatif dapat
menambah keragaman bahan pakan ternak juga berfungsi sebagai sumber protein pada
ransum kelinci.
Tujuan penelitian mengetahui pengaruh pemberian berbagai tingkat tepung daun
Indigofera sp dalam kelinci peranakan New Zealand White dan tingkat tepung daun
Indigofera sp dalam ransum yang memberikan konsumsi, pertambahan bobot badan dan
efisiensi ransum terbaik.
3
Tepung Daun Indigofera sp.....................................................…….Mitra Halomoan Tambunan
terbebas dari bibit penyakit yang menempel pada kandang, ransum, tempat pakan, dan tempat
minum dipersiapkan sehari sebelum kelinci dikandangkan.
(2) Persiapan Alat dan Bahan
Alat-alat yang akan digunakan untuk penelitian telah dipersiapkan satu hari sebelum
dimulai penelitian dan disimpan ditempat penelitian yang aman. Satu minggu sebelum
pelaksanaan penelitian,kelinci telah disediakan agar beradaptasi dengan lingkungan kandang
dan diberi ransum komplit tanpa penambahan tepung daun Indigofera sp selama satu minggu
sebelum penelitian berlangsung.
(3) Tahap Persiapan Ransum
Satu hari sebelum pelaksanaan penelitian ransum percobaan sudah tersedia. Tahap
persiapan ransum:
1. Bahan baku diperoleh dari KSU Tandangsari, Sumedang sedangkan rumput Gajah dan
tepung daun Indigofera sp diperoleh dari kebun Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran.
2. Diformulasi sesuai dengan hasil perhitungan.
3. Proses pelleting di Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak.
4. Penjemuran pellet.
3. Analisis Statistika
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari lima perlakuan yaitu ransum tanpa tepung daun Indigofera sp,
ransum dengan tepung daun Indigofera sp dengan taraf 10 persen, ransum dengan tepung
daun Indigofera sp dengan taraf 20 persen, ransum dengan tepung daun Indigofera sp dengan
taraf 30 persen, ransum dengan tepung daun Indigofera sp dengan taraf 40 persen dan empat
ulangan. Sehingga diperoleh 20 unit percobaan. Data yang diperoleh di analisis varians, dan
untuk membedakan antar perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan.
4
Tepung Daun Indigofera sp.....................................................…….Mitra Halomoan Tambunan
Rataan konsumsi ransum kelinci yang diberi perlakuan berbagai tingkat tepung daun
Indigofera sp berkisar antara (67,30±10,08)–(95,50±22,63) gram/ekor/hari. Rataan konsumsi
ransum kelinci terendah adalah 67,30 gram/ekor/hari ditunjukkan oleh kelinci yang diberi
ransum tanpa penambahan tepung daun Indigofera sp (R0) dan rataan konsumsi ransum
kelinci tertinggi adalah (95,50 ± 22,63) gram/ekor/hari yang ditunjukkan oleh kelinci yang
diberi ransum mengandung empat puluh persen tepung daun Indigofera sp (R4). Hasil analisis
sidik ragam menunjukan bahwa pemberian ransum dengan tepung daun Indigofera sp tidak
berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum. Hal ini disebabkan karena ransum yang
diberikan mempunyai kandungan protein kasar dan energi yang relatif sama walaupun ada
kecendrungan peningkatan konsumsi tetapi secara statistik konsumsi ini tidak berpengaruh
nyata. Banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum diantaranya bobot badan,
temperatur lingkungan, palatibilitas ransum, tingkat energi ransum, bentuk fisik ransum, fase
produksi dan umur ternak. Berdasarkan faktor faktor tersebut yang nampak terlihat berbeda
adalah bentuk fisik ransum.
Bentuk fisik ransum yang mengandung banyak Indigofera sp memberikan warna hijau
ketuaan, bau yang wangi dan memeliki bentuk pellet yang lebih kuat dan utuh, tetapi
nampaknya warna, bau, dan keutuhan tidak begitu berpengaruh terhadap konsumsi ransum
kelinci yang dicoba. Pada penelitian ini kandungan nutrisi berbeda jelas terlihat diserat kasar
karena semakin banyak Indigofera sp semakin tinggi serat kasar yang ada pada ransum,
walapun bentuk lebih bagus nampaknya kehadiran serat kasar berpengaruh nyata, sehingga
pakan yang dikonsumsi tetap.
Konsumsi ransum yang rendah diakibatkan oleh palatabilitas yang rendah begitupun
sebaliknya konsumsi ransum yang tinggi diakibatkan palatibilitas yang tinggi. Menurut
Church (1979) palatibilitas ransum tergantung pada bau, rasa, dan bentuk tekstur. Palatabilitas
tiap-tiap bahan pakan bervariasi dan kelinci tidak akan menemukan pakan yang palatable
5
Tepung Daun Indigofera sp.....................................................…….Mitra Halomoan Tambunan
ketika pertama kali diberi satu jenis bahan pakan (Sandford & Woodgates, 1979), dan bahan
pakan yang dicampur akan lebih palatable daripada satu jenis bahan saja.
Konsumsi pakan atau jumlah pakan yang dihabiskan oleh seekor ternak dapat dipakai
sebagai petunjuk untuk menentukan penampilan seekor ternak. Tinggi rendahnya kandungan
energi pakan akan mempengaruhi banyak sedikitnya konsumsi pakan (Kamal, 1997). Menurut
De Blass dkk (1981) bahwa konsumsi bahan kering ransum akan meningkat jika serat kasar
ransum meningkat. Kadar serat yang tinggi dalam ransum akan mempersingkat penahanan
(retensi) partikel ransum di dalam saluran pencernaan dan kemudian dengan cepat partikel
yang tidak dicerna dikeluarkan bersama feses keras, sehingga pada akhirnya memperbesar
kesempatan untuk mengkonsumsi ransum berikutnya (Cheeke dkk., 1986).
6
Tepung Daun Indigofera sp.....................................................…….Mitra Halomoan Tambunan
Tabel 2. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Perlakuan Terhadap Pertambahan Bobot
Badan
normal untuk daerah tropis, karena menurut Cheeke (1987) pertambahan bobot hidup kelinci
yang sedang tumbuh didaerah tropis dapat mencapai 10-20 gram/ekor/hari. Kelinci
mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada saat dalam kandungan sampai dewasa. Fase
percepatan dimulai pada umur 3 sampai 8 minggu, kemudian lambat setelah umur 9 minggu
dan setelah berumur 20 minggu tidak terjadi pertumbuhan (Rao dkk 1977). Fase percepatan (3
sampai 8 minggu) merupakan fase yang sangat rentan terhadap perubahan lingkungan dan
7
Tepung Daun Indigofera sp.....................................................…….Mitra Halomoan Tambunan
sangat tinggi angka kematiannya, karena itu pada fase ini diberi ransum berkualiatas yang
baik agar kemampuan pertumbuhannya maksimal.
Menurut Ali, dkk (2010) kebutuhan nutrien bagi ternak tergantung dari jenis ternak,
umur, bobot badan, fase tumbuh, produksi serta lingkungan pemeliharaan. Semakin besar
bobot badan, produksi dan pertumbuhan cepat maka kebutuhan nutrien lebih banyak.
Perbedaan jumlah kandungan nutrisi dalam masing-masing pakan perlakuan mempengaruhi
tingkat pertambahan bobot badan. Kandungan nutrisi dalam pakan dinilai masih memberikan
pengaruh yang cukup baik bagi pertambahan bobot badan kelinci. Menurut Risqiani dan
Arifah (2001) menyatakan bobot awal kelinci mempengaruhi bobot hidup kelinci, karena
ketika bobot awalnya lebih tinggi maka memungkinkan hasil bobot akhirnya lebih tinggi juga.
Perhitungan efisiensi ransum didasarkan pada ratio antara pertambahan bobot badan
dengan konsumsi ransumyang diamati setiap hari selama penelitian. Hasil pengamatan
mengenai pengaruh pemberian tepung daun Indigofera sp terhadap efisiensi ransum disajikan
pada Tabel 3. Rataan efisiensi ransum kelinci yang diberi perlakuan berbagai tingkat tepung
daun Indigofera sp berkisar antara (5,30 ± 0,23) – (7,78 ± 0,59) %. Rataan efisiensi ransum
kelinci terendah adalah (5,30±0,23) % ditunjukan oleh kelinci yang diberi ransum 10 persen
penambahan tepung daun Indigofera sp (R1) dan rataan efisiensi ransum kelinci tertinggi
adalah (7,78 ± 0,59) % yang ditunjukan oleh kelinci yang diberi ransum mengandung empat
puluh persen tepung daun Indigofera sp (R4). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan berpengaruh nyata terhadap efisiensi ransum. Untuk mengetahui pengaruh
perbedaan respon dalam perlakuan dilakukan uji jarak berganda duncan, yang hasilnya dapat
dilihat pada Tabel 3.
8
Tepung Daun Indigofera sp.....................................................…….Mitra Halomoan Tambunan
Tabel 3. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Perlakuan Terhadap Efisiensi Ransum
dikonsumsi oleh kelinci tersebut lebih sedikit namun dapat menghasilkan pertambahan bobot
badan yang tinggi, sedangkan antara R0, R1, R2, dan R3 berbeda nyata lebih rendah dari R4.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa efisiensi ransum berkaitan erat dengan
konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan. Nilai efisiensi yang rendah menunjukan
bahan makanan kurang efisien untuk diubah menjadi daging dan sebaliknya, nilai efisensi
yang semakin tinggi menunjukkan bahan makanan tersebut sangat efisien untuk diubah
menjadi daging. Hal ini membuktikan pemberian tepung daun Indigofera sp memberikan nilai
efisiensi ransum yang efisien pada taraf 40 persen. Dari hasil penelitian diatas bahwa efisiensi
ransum berkaitan erat dengan rataan pertambahan bobot badan harian dan konsumsi ransum
harian, pertambahan bobot badan harus dikaitkan dengan konsumsi ransumnya, besarnya
pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas ransum yang
dikonsumsinya (Cheeke, 1987).
Efisensi ransum adalah pertambahan bobot badan dibagi dengan rata-rata konsumsi
pakan. Hal ini membuat efisensi ransum dapat dijadikan salah satu kriteria untuk menentukan
kualitas ransum. Nilai efisiensi ransum yang rendah menunjukan bahwa pakan kurang efisien
9
Tepung Daun Indigofera sp.....................................................…….Mitra Halomoan Tambunan
untuk memberikan pertambahan bobot badan dan sebaliknya, nilai efisiensi yang semakin
tinggi menunjukan bahwa pakan efisien untuk memberikan pertambahan bobot badan.
Cheeke (1987) menyatakan bahwa kandungan energi ransum mempengaruhi efisiensi
penggunaan ransum yakni dengan semakin tinggi kandungan energi dalam ransum akan
menurunkan konversi pakan dan meningkatkan efisiensi pakan. Selain itu, efisiensi pakan
juga dipengaruhi oleh kecernaan pakan. Nilai kecernaan pakan yang tinggi, akan memberikan
nilai pertambahan bobot badan yang tinggi, kemudian akan berakibat pada efisiensi pakan.
Nilai perbedaan efisiensi ransum akan mempengaruhi nilai ekonomis dari ternak dan pakan
tersebut.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik, dapat disimpulkan bahwa
kandungan daun Indigofera sp dalan ransum pada taraf 40 persen memberikan pertambahan
bobot badan dan efisiensi ransum terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Usman dan Badriyah. 2010. Intensifikasi Pemeliharaan Kelinci Penghasil Daging
Menggunakan Limbah Industry Tempe dan Onggok Terfermentasi Dalam Pakan
Komplit. Dosen Fakultas Peternakan. Universitas Islam Malang.
Cheeke, P. R., M. A. Grobner dan N. M. Patton. 1986. Fiber digestion and utilization in rabbit.
J. Appl. Rabbit Res. 9 (1): 25-29
___________., 1987. Rabbit Feeding and Nutrition. Academic Press, Inc. Orlando.
Church, D.C. 1979. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminant. Vol : 1 Second Edition.
John Wiley and Sons. New York.
De Blass, J. C., E. Perez, M. J. Fraba, J. M. Rodriguez, & J. F. Galvez. 1981. Effect ofdiet on
feed intake and growth of rabbits from weaning to slaughter. J. Anim. Sci. 52: 1225-
1232.
Gaspersz, V. 1995. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan.Edisi ke-1. Tarsito. Bandung.
10
Tepung Daun Indigofera sp.....................................................…….Mitra Halomoan Tambunan
Sandford, J. C. & F. C. Woodgates. 1979. The Domestic Rabbit. 3rd Ed. Granada Publishing
London
Rao, D. R., G. R. Sunki, W. M. Jhonson, & C. P. Chen. 1977. Postnatal growth of New
Zealand White rabbit. J. Anim. Sci. 44(6): 1021-1025.
Rizqiani, Arifah. 2001. Performa Kelinci Potong Jantan Local Peranakan New Zealand White
Yang Diberi Pakan Silase Atau Ransum Komplit. Departemen Ilmu Nutrisi Dan
Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institute Pertanian Bogor.
11