Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No.

1, April 2018 (Hal 57 – 73)

Hasil Penelitian

PROFILE OF GROWTH AND PERCENTAGE OF ORGAN WEIGHT


INTERNAL MICE (Mus musculus L.) MALE GIVING MORINGA LEAF
EXTRACT (Moringa oleifera Lamk.)

Yuningsih M. Mboro1, Alfred O. M. Dima2, Vinsensius M. Ati2


1
Researcher at Faculty of Science and Engineering Undana
2
Lecturer at Faculty of Science and Engineering Undana

ABSTRACT

The research was carried out to determine the effect of intake of extract moringa on growth
and percentage of organ weight in male mice. This study used completely randomized design
consisting of four treatments and six replications. The concentration of moringa leaf extract
used consisted of 0%, 10%, 20%, and 30%. The parameters measured include feed intake,
body weight gain, ration conversion, and percentage of organs weight in male mice. The
results showed that intake of moringa leaf extract had significant (p0,000) on ration
consumption, body weight gain and percentage of kidney weight and spleen. While for
conversion of ration and percentage of weight of liver and heart organs, statistically intake of
moringa leaf extract had no significant effect on ration conversion (p>0,146), percentage of
liver weight (p>0,139) and heart (p>0,069). The concentration of moringa leaf extract at 30%
level showed the best growth.

Key Words : Moringa oleifera L., Mus musculus L.,growth, internal organs

57
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 57 – 73)

Hasil Penelitian

Mencit adalah salah satu hewan mineral, dan air) (Soeparno, 1992 dalam
model yang sangat penting digunakan di Muliani, 2011).
Laboratorium sebagai obyek penelitian di Kelor (Moringa oleifera Lamk.)
bidang biologi dan kedokteran, karena termasuk tanaman yang memiliki banyak
memiliki keunggulan antara lain siklus khasiat dan bermutu tinggi dibandingkan
hidup pendek, mudah dalam penanganan, dengan tanaman lain, sehingga masyarakat
pengadaan hewan tidak sulit dan dapat di pedesaan memanfaatkannya sebagai
dipelihara dalam kandang yang terbuat sayuran lokal, pengobatan tradisional,
dari bahan relatif lebih murah. pakan ternak dan dikembangkan menjadi
Pertumbuhan yang lebih cepat pada waktu produk pangan modern, seperti tepung
mencit masih muda, sejak terjadinya kelor, kerupuk kelor, dan teh daun kelor.
pembuahan sampai lahir dan mendekati Ekstrak daun kelor berfungsi sebagai
dewasa. Jenis kelamin jantan memiliki antibiotik dan antimikroba, sehingga dapat
tingkat pertumbuhan lebih tinggi meningkatkan pencernaan dalam tubuh.
dibandingkan dengan betina, karena Selain itu, daun kelor berperan dalam
konsumsi ransum mencit betina lebih bidang kesehatan seperti anti tumor, anti
banyak digunakan untuk mempersiapkan inflamasi, anti hipertensi, dan menurunkan
dewasa kelamin. Pertumbuhan merupakan kadar glukosa darah (Anonim, 1989).
proses yang kompleks tidak dapat Dilihat dari nilai gizinya kelor adalah
didefinisikan secara sederhana, karena tanaman super nutrisi, artinya seluruh
tidak hanya meliputi peningkatan ukuran bagian dari tanaman tersebut bisa
tubuh saja tetapi juga peningkatan berat dimanfaatkan baik dari akar, batang, buah,
badan, komposisi tubuh termasuk dan daun. Komposisi kimia daun kelor
perubahan komponenkomponen tubuh yaitu: kalori 205 kal, protein 27,1 g, lemak
seperti otot, tulang, dan organ (Moriwaki, 2,3 g, karbohidrat 38,2 g, kalsium 2003
1994). mg, fosfor 204 mg, dan air 7,50%. Daun
Faktor yang memengaruhi kelor tergolong superior dalam hal
pertumbuhan terdiri atas kandungan gizi kandungan gizinya, karena mengandung
ransum, jenis kelamin, umur hewan, berat protein tinggi, asam amino esensial,
sapih, dan lingkungan. Peningkatan bobot vitamin, dan mineral. Asam amino seperti
badan relatif lebih cepat apabila ransum leusin yang berperan aktif dalam
yang dikonsumsi oleh ternak memiliki pembentukan sel tubuh dan dipergunakan
kandungan gizi tinggi, untuk mempercepat dalam sintesis produk ternak seperti
pertambahan bobot badan. Adanya pertumbuhan dan produksi susu. Daun
peningkatan berat badan tersebut kelor sebagai gerakan sadar gizi untuk
digunakan sebagai kriteria untuk mengatasi masalah malnutrisi di Indonesia,
mengukur pertumbuhan. Salah satu syarat melengkapi nutrisi bagi pertumbuhan bayi,
yang digunakan sebagai bahan baku pakan dan meningkatkan produksi ASI untuk ibu
adalah ketersediaan melimpah dan menyusui (Amzu, 2014).
memiliki kandungan nutrisi yang baik
(protein, karbohidrat, vitamin, lemak,

58
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 57 – 73)

Hasil Penelitian

Marhaeniyanto (2015), Tahap berikutnya pembuatan ekstrak,


memanfaatkan daun kelor untuk proses pembuatan ekstrak daun kelor
meningkatkan produksi ternak kelinci new mengacu pada cara kerja Farika (2014),
zealand white. Penelitian Marhaeniyanto yang dimodifikasi. Proses pembuatan
ini menggunakan perlakuan serbuk daun ekstrak daun kelor menggunakan metode
kelor dengan konsentrasi yang berbeda maserasi. Daun kelor yang dijadikan
yaitu 10%, 20%, dan 30% dan sampel adalah bagian daun yang segar,
membuktikan penggunaan serbuk daun tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda
kelor pada level 30% dapat digunakan yaitu diambil daun ketiga dan keempat
sebagai feed supplement karena dibawah pucuk. Kemudian dianginkan di
memberikan pengaruh terbaik pada ruangan yang tidak terkena langsung
pertambahan berat badan kelinci mencapai cahaya matahari. Dioven dalam inkubator
19,83 g/ekor/hari. Penelitian tentang dengan suhu 60 oC selama 12 jam. Daun
pengaruh penambahan tepung daun kelor kelor yang sudah kering dihaluskan
dalam pakan pada pertambahan berat menggunakan blender sampai halus untuk
badan ayam broiler, babi, dan kelinci memudahkan proses ekstraksi. Serbuk
sudah diteliti oleh Marhaeniyanto (2015); daun kelor ditimbang sebanyak 100 gram
Sjofjan (2008); dan Syukron (2014). lalu ditambahkan 800 ml aquades steril dan
Namun, penelusuran mengenai pengaruh diaduk hingga tercampur rata. Campuran
asupan ekstrak daun kelor pada ini didiamkan selama 1x24 jam. Dilakukan
pertumbuhan dan persentase bobot organ penyaringan dengan menggunakan kertas
dalam mencit belum cukup tersedia. Oleh saring. Residu kemudian dimaserasi lagi
karena itu, perlu diteliti pada profil dalam 800 ml aquades steril. Filtrat yang
pertumbuhan dan persentase bobot organ dihasilkan digabung dan dievaporasi
dalam mencit (Mus musculus L.) jantan menggunakan rotary evaporator dengan
yang mendapat asupan ekstrak daun kelor suhu 50 oC untuk memisahkan ekstrak dan
(Moringa oleifera Lamk.). pelarut. Hasil evaporasi ditempatkan pada
beacker glass yang berbeda dan siap
MATERI DAN METODE digunakan.
Selanjutnya, mencit ditempatkan
Prosedur Kerja dalam kandang sesuai dengan perlakuan
Tahapan awal penelitian yaitu dan diaklimasi selama satu minggu diberi
persiapan kandang mencit, berupa wadah pakan BR-II dan air minum. Setelah
plastik dan diberi tutup kawat sebanyak 24 diaklimasi mencit ditimbang untuk
kamar percobaan dilengkapi dengan mendapatkan data awal berat badan.
wadah pakan dan botol minum. Alas Sebelum diberikan perlakuan, mencit
kandang menggunakan sekam padi dipuasakan selama 4 jam. Pemberian
sebanyak 20 g pada masingmasing perlakuan ekstrak daun kelor diberikan
kandang penelitian. Pakan yang diberikan sekali dalam sehari dan dilakukan setiap
pada mencit adalah pakan standar jenis BR hari pada pagi sebelum diberikan pakan.
II. Selanjutnya, mencit diberi perlakuan secara

59
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 57 – 73)

Hasil Penelitian

oral dengan aquades dan pakan BR-II (P0) Cara pembedahan berdasarkan cara kerja
sebagai kontrol, P1 dengan pemberian dari Wicaksono (2015) antara lain: Kapas
ekstrak daun kelor (10%)  pakan BR-II, dibasahi dengan kloroform dan
P2 dengan pemberian ekstrak daun kelor dimasukkan kapas tersebut ke dalam wadah
(20%)  pakan BR-II, P3 dengan tertutup. Selanjutnya dimasukkan mencit
pemberian ekstrak daun kelor (30%)  ke dalam wadah berisi kapas kloroform,
pakan BR-II. Volume larutan ekstrak daun ditutup rapat dan dibiarkan beberapa menit
kelor diberikan dengan menggunakan sampai mencit mati. Posisikan mencit pada
gavage sebanyak 0,5 ml. papan bedah menggunakan jarum pentul.
Pemberian pakan sebanyak 10 Dilakukan pembedahan mulai dari bagian
dilakukan dua kali perut ataupun uterus menggunakan gunting
pemberian pada pagi pukul 09.00 WITA bengkok. Ruang dada dibuka dengan
dan sore hari pukul 17.00 WITA. memotong tulang rusuk pada bagian
Pengukuran bobot badan dilakukan sternum. Diambil dan dipisahkan
penimbangan seminggu sekali. Penentuan masingmasing organ menggunakan
bobot organ dalam dilakukan pada akhir gunting lurus (organ yang diambil hati,
pemeliharaan, ditimbang mencit pada jantung, ginjal, dan limpa). Di cuci organ
akhir pemeliharaan kemudian dibedah dan yang ingin diamati dengan aquades
ditimbang bagian hati, jantung, ginjal, dan berulang-ulang sampai bersih dari darah
limpa. kemudian dibungkus dengan kertas saring
sampai kering. Selanjutnya ditimbang
bagian organ yang diamati.

Variabel yang diukur dalam penelitian


1. Konsumsi ransum (KR) dapat dihitung berdasarkan rumus dengan modifikasi sebagai
berikut:

Keterangan:
KR  Konsumsi ransum
Awal  Berat total ransum yang diberikan diawal )
Sisa  Berat total ransum sisa yang dikonsumsi )

60
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 57 – 73)

Hasil Penelitian
2. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) dapat dihitung berdasarkan rumus dengan
modifikasi sebagai berikut:

Keterangan:
PBBH  Pertambahan bobot badan harian
BB Akhir  Penimbangan bobot badan setelah 7 hari
BB Awal  Penimbangan bobot badan sebelum 7 hari

3. Konversi Ransum dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
PBB  Pertambahan bobot badan

4. Persentase Bobot Organ Dalam dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
PBOD  Persentase bobot organ dalam

Analisis Data Rataan konsumsi ransum tertinggi


Data hasil penelitian diolah ditunjukkan pada level ekstrak daun kelor
menggunakan analisis ragam (ANOVA) 30% (4,742) diikuti secara berurutan 20%
dengan menggunakan Software Minitab (4,613), 10% (4,411), dan 0% (4,156).
version 16 (Barbara et al, 2014). Jika Secara grafis rataan konsumsi ransum
perlakuan berpengaruh pada pengamatan, mencit jantan selama 5 minggu
maka dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 2.
dan Torrie, 1995). Hasil analisis ragam memperlihatkan
pemberian asupan ekstrak daun kelor
HASIL DAN PEMBAHASAN memberikan pengaruh nyata (p0,000)
pada konsumsi ransum mencit jantan.
Pengaruh Perlakuan pada Konsumsi
Ransum Mencit Jantan
Hasil penelitian menunjukkan rataan
konsumsi ransum mencit jantan berkisar
4,1584,742 g/ekor/hari.

61
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 57 – 73)

Hasil Penelitian

4.613±0,08c 4.742±0,06d
5 4.158±0,06a 4.411±0,02b
4.5
Konsumsi Ransum

4
3.5
(g/ekor/hari)

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 10 20 30
Level Ekstrak Daun Kelor (%)
Superskrip yang berbeda menyatakan berbeda nyata (p0,000)

Gambar 1. Rataan konsumsi ransum mencit jantan selama pemeliharaan

Hasil uji Duncan menunjukkan level Rataan konsumsi ransum mencit


perlakuan asupan ekstrak daun kelor jantan dalam penelitian ini masih dalam
sebanyak 0%, 10%, 20%, dan 30% kondisi normal, karena berdasarkan
berbeda nyata. Hasil tersebut menunjukkan pernyataan Dasril (2006) menjelaskan
rataan konsumsi ransum mengalami bahwa mencit dapat mengkonsumsi ransum
peningkatan seiring dengan semakin tinggi sebanyak 36 g/ekor/hari. Dalam penelitian
penambahan asupan ekstrak daun kelor ini, penggunaan asupan ekstrak daun kelor
yang diberikan. Kondisi ini menunjukkan dengan level 30% merupakan asupan
penambahan ekstrak daun kelor dapat terbaik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
meningkatkan selera makan mencit jantan peningkatan konsumsi ransum tertinggi
yang ditunjukkan dengan ransum yang berkisar 4,742 g/ekor/hari. Tingginya
diberikan selalu habis, menghasilkan feses konsumsi ransum diduga karena ekstrak
dalam jumlah banyak dan diduga adanya daun kelor mengandung senyawa aktif
keseimbangan nutrisi dalam saluran yang membantu laju pencernaan menjadi
pencernaan diantaranya asam amino lebih lancar, sehingga mendorong laju
bersumber dari daun kelor dan ransum pengosongan dalam saluran pencernaan
Krisnadi (2015) menyatakan kelor dan berdampak pada tingkat konsumsi
mengandung senyawa aktif diantaranya ransum.
treonin dan scordinin yang mempunyai Dewi (2014) menyatakan bahwa
fungsi membantu penyerapan zat ekstrak daun kelor mengandung senyawa
makanan, meningkatkan pencernaan, dan fitokimia yaitu scordinin yang memiliki
selera makan. Kebutuhan nutrisi fungsi sebagai antimikroba dan
merupakan perangsang utama untuk antioksidan. Adanya antimikroba tersebut
disampaikan ke hipotalamus sebagai pusat mampu membunuh mikroba yang
rasa lapar, sehingga ketidakseimbangan merugikan dalam saluran pencernaan,
nutrien pada pakan akan memengaruhi sehingga mikroba yang menguntungkan
konsumsi pakan (Wilson dan Kennedy, dapat meningkat.
1996).

62
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 57 – 73)

Hasil Penelitian

Dengan demikian peluang Artinya untuk mendapatkan pertambahan


penyerapan nutrisi dalam saluran bobot badan yang terbaik dapat
pencernaan lebih optimal dan mampu menggunakan asupan ekstrak daun kelor
memacu peningkatan pertumbuhan mencit. pada level 30 % dengan rataan
Apabila pertumbuhan mengalami pertambahan bobot badan mencapai 0,500
peningkatan akan menyebabkan kebutuhan g/ekor/hari. Hal ini berarti pada level
makanan juga semakin bertambah untuk ekstrak daun kelor 30% diduga memiliki
menunjang pertumbuhan maka efeknya kandungan protein yang cukup memenuhi
dalam mengkonsumsi ransum akan kebutuhan sehingga protein secara tidak
mengalami peningkatan. Anggrodi (1985) langsung mampu memacu pertambahan
menjelaskan semakin cepat pertumbuhan bobot badan mencit. Selain itu, senyawa
maka semakin besar juga kebutuhan zat aktif dalam ekstrak daun kelor dalam hal
makanan untuk memenuhi kebutuhan ini scordinin diduga mampu berinteraksi
hidup pokok. dengan usus, sehingga lapisan pertahanan
Pengaruh Perlakuan pada Pertambahan luar usus semakin kuat dan bersifat sebagai
Bobot Badan Mencit Jantan zat yang dapat memacu pertumbuhan
Hasil penelitian (gambar 2) karena mampu mengikat protein dan
menunjukkan rataan pertambahan bobot menguraikannya dalam tubuh, sehingga
badan mencit jantan berkisar 0,4380,500 protein terserap lebih banyak dan dapat
g/ekor/hari. Rataan pertambahan bobot merangsang pertambahan bobot badan dari
badan tertinggi ditunjukkan pada level mencit.
ekstrak daun kelor 30% (0,500) diikuti Simamora (2011) menyatakan
secara berurutan 20% (0,466), 10% lapisan pertahanan luar usus berperan
(0,451), dan 0% (0,438). Secara grafis untuk mengurangi kerusakan pada mukosa
rataan pertambahan bobot badan mencit usus, sehingga penyerapan sari-sari
jantan selama pemeliharaan dapat dilihat makanan di usus meningkat. Kondisi
pada Gambar 3. Hasil analisis ragam tersebut menyebabkan penyerapan nutrisi
memperlihatkan pemberian asupan ekstrak yang dilakukan oleh tubuh dapat terlaksana
daun kelor memberikan pengaruh nyata dengan baik, sehingga menghasilkan
(p0,000) pada pertambahan bobot badan pertambahan bobot badan lebih tinggi. Hal
mencit jantan. ini dikarenakan perkembangan dari
Hasil uji Duncan menunjukkan level jaringanjaringan tubuh dan pendepositan
perlakuan asupan ekstrak daun kelor lemak banyak dilakukan oleh tubuh mencit
sebanyak 0%, 10%, 20% berbeda nyata jantan.
dengan perlakuan 30%. Sedangkan
perlakuan level ekstrak daun kelor 0% dan
20% menyatakan berbeda tidak nyata
dengan level ekstrak daun kelor 10%.

63
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 57 – 73)

Hasil Penelitian

0.6
0.500±0.01c
Pertambahan Bobot Badan
0.451±0.01ab 0.466±0.02b
0.5 0.435±0.03a
0.4
(g/ekor/hari)

0.3
0.2
0.1
0
0 10 20 30
Level Ekstrak Daun Kelor (%)
Superskrip yang berbeda menyatakan berbeda nyata (p0,000)

Gambar 2. Rataan pertambahan bobot badan mencit jantan selama pemeliharaan

Menurut Makkar and Becker (1996), Pengaruh Perlakuan Pada Konversi


jumlah protein yang terkandung di dalam Ransum Mencit Jantan
daun kelor mencapai 27%. Tingginya Hasil penelitian menunjukkan rataan
besaran sumbangan protein dari daun kelor konversi ransum mencit jantan berkisar
menyebabkan hasil pertambahan berat 9,489,89. Rataan konversi ransum
badan lebih tinggi dari kontrol. Beberapa tertinggi ditunjukkan pada level ekstrak
unsur asam amino yang terkandung dalam daun kelor 20% (9,89±0,47) diikuti secara
daun kelor seperti scordinin, metionin, dan berurutan 10% (9,77±0,37), 30%
sistin mampu merangsang pertumbuhan, (9,48±0,31), dan 0% (9,48±0,26). Secara
menaikkan berat badan, dan meningkatkan grafis rataan konversi ransum mencit jantan
energi. Sarwatt et al (2004) menyatakan selama pemeliharaan dapat dilihat pada
penambahan ekstrak kelor memiliki retensi Gambar 4. Hasil analisis ragam
N lebih tinggi sebagai akibat terjadi memperlihatkan pemberian asupan ekstrak
proteksi protein dan akan lebih banyak daun kelor tidak berpengaruh (p>0,146)
asam amino yang terserap oleh tubuh pada konversi ransum mencit jantan.
untuk dipergunakan dalam sintesis produk
ternak seperti pertambahan bobot badan
dan produksi susu.

64
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 57 – 73)

Hasil Penelitian

15

Konversi Ransum
9.482±0,2 9.778±0,3 9.893±0,4 9.485±0,2
10

0
0 10 20 30
Level Ekstrak Daun Kelor (%)

Gambar 3. Rataan konversi ransum mencit jantan selama pemeliharaan


Secara statistik asupan ekstrak daun kelor tidak berpengaruh (p>0,146) pada konversi
ransum mencit jantan.

Tidak adanya pengaruh nyata Menurut Muharlien (2005),


disebabkan oleh senyawa yang terkandung berkurangnya jumlah mikroba mampu
dalam daun kelor ternyata bukan hanya memberikan nilai konversi terbaik dengan
mempunyai sifat anti bakteri dan jamur cara menghambat laju pertumbuhan bakteri
yang dapat memberi efek dalam dalam saluran pencernaan. Dengan
meningkatkan kerja organ pencernaan demikian menyebabkan daya penyerapan
tetapi juga memiliki kandungan nutrien nutrisi oleh tubuh lebih optimal untuk
yang dapat mendukung pertumbuhan yang pertambahan bobot badan.
optimal. Meskipun secara statistik tidak Panda (2007) membuktikan
berpengaruh nyata, namun secara empiris penggunaaan zeolit pada performan mencit
terdapat perbedaan antara perlakuan, dapat jantan dengan bobot badan awal berkisar
dilihat pada perlakuan yang tidak 19,6025,90 g/ekor dapat memberikan
mendapatkan ekstrak daun kelor mampu konversi ransum terbaik mencapai
menunjukkan konversi ransum terbaik 4,788,86, karena mencit efisien dalam
karena jumlah ransum yang dibutuhkan penggunaan ransum. Dalam penelitian ini,
oleh mencit sedikit tetapi mampu penggunaan perlakuan pada level ekstrak
menghasilkan pertambahan bobot badan daun kelor 30% merupakan level yang
yang baik. optimal dalam memberikan nilai konversi
Penggunaan ekstrak daun kelor ransum yang baik, ditunjukkan melalui
menunjukkan nilai konversi ransum tinggi, pertambahan bobot badan yang tertinggi
tetapi ketika level ekstrak daun kelor maka memberikan indikasi bahwa mencit
dinaikkan pada level 30% akan lebih efektif dan efisien dalam
berpengaruh pada penurunan nilai konversi memanfatkan nutrisi dari ransum dan
ransum. Menurunnya nilai konversi ekstrak daun kelor dalam hal ini kadar
ransum disebabkan oleh ekstrak daun kelor protein secara optimal untuk pembentukan
mempunyai sifat antimikroba yang mampu jaringan tubuh kemudian secara nyata
mengurangi jumlah mikroba yang meningkatkan efisiensi penggunaan ransum
merugikan dalam saluran pencernaan. yang diberikan selama pemeliharaan.

65
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 57 – 73)

Hasil Penelitian

Penggunaan ekstrak daun kelor pada Pengaruh Perlakuan pada Persentase


level 20% memiliki rataan konversi Bobot Hati dan Jantung Mencit Jantan
ransum tertinggi dibandingkan perlakuan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan level ekstrak daun kelor 10% dan rataan persentase bobot hati mencit jantan
30%. Artinya pada level ekstrak daun berkisar 6,186,45%. Rataan persentase
kelor 20% menunjukkan tingkat efisiensi bobot hati tertinggi ditunjukkan pada level
pakan rendah. Kondisi ini diduga ekstrak ekstrak daun kelor 10% (6,45) diikuti
daun kelor mengandung senyawa fitokimia secara berurutan 20% (6,35), 0% (6,23),
antioksidan dan antibiotik menyebabkan dan 30% (6,18). Sedangkan rataan
mencit lebih banyak makan tetapi tidak persentase bobot jantung berkisar
diimbangi dengan kenaikkan berat badan. 0,590,68%. Rataan bobot jantung
Hal ini berarti mencit tidak efisien dalam tertinggi ditunjukkan pada level ekstrak
memanfaatkan ransum dan nutrien yang daun kelor 0% (0,68) diikuti secara
bersumber dari ekstrak daun kelor untuk berurutan 30% (0,68), 20% (0,65), dan
memaksimalkan pertambahan berat badan. 10% (0,59). Secara grafis rataan persentase
Card dan Neisheim (1972) menjelaskan bobot hati dan jantung mencit jantan dapat
nilai konversi ransum tinggi berarti jumlah dilihat pada Gambar 5. Hasil analisis
ransum yang dibutuhkan untuk menaikkan ragam memperlihatkan pemberian asupan
bobot badan semakin meningkat dan ekstrak daun kelor tidak berpengaruh pada
efisiensi ransum semakin rendah. persentase bobot hati (p>0,139) dan
Syukron (2014) menyatakan kelor jantung (p>0,069) mencit jantan.
mengandung beberapa nutrien antara lain
protein, asam amino, lemak, dan
karbohidrat dengan demikian kecukupan
nutrien untuk kebutuhan dalam berbagai
status fisiologis ternak dapat tercapai.

hati jantung
Jantung Mencit Jantan (%)
Persentase Bobot Hati dan

8 6.45
6.230 6.353 6.186
6
4
2 0.683 0.596 0.656 0.680
0
0 10 20 30
Level Ekstrak Daun Kelor (%)

Gambar 4. Rataan persentase bobot hati dan jantung mencit jantan.


Secara statistik asupan ekstrak daun kelor berpengaruh tidak nyata pada persentase hati
(p>0,139), jantung (p>0,069).

66
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 57 – 73)

Hasil Penelitian

Tidak adanya perbedaan pengaruh gangguan dan berakibat pada pertumbuhan


nyata disebabkan oleh ekstrak dari daun hati.
kelor belum menstimulisir fungsi organ. Ressang (1984) menyatakan bahwa
Hal ini berarti pencekokkan ekstrak daun gangguan gizi pada hati, dapat
kelor tidak mengganggu kinerja hati dan mengakibatkan atrofi umum sehingga hati
tidak menimbulkan adanya kelainan pada dapat mengecil hingga separuhnya atau
jantung tetapi dapat menjaga kenormalan sepertiganya, pengecilan disebabkan
rasio bobot hati dan jantung mencit jantan. karena selsel dan lobuli hati beratrofi dan
Menurut Ressang (1984), salah satu menimbulkan hati menjadi lebih keras
kelainan hati secara fisik ditandai dengan karena parenkimnya mengalami pengecilan
adanya perubahan warna, pembengkakan, tetapi jaringan ikat tidak berkurang,
pengecilan pada salah satu lobi atau tidak sehingga menimbulkan hati mengecil
adanya kantong empedu. ataupun membesar tergantung daya
Persentase bobot hati mencit jantan regenerasi pada sel-sel hati.
pada penelitian ini hampir sama dengan Peningkatan bobot hati yang
yang dilaporkan Nurliani (2014) ditunjukkan pada level ekstrak daun kelor
membuktikan penggunaan pliek  bumbu 10% mengindikasikan kondisi hati yang
masak tradisional pada rasio bobot hati lebih sehat. Hal ini didasarkan dengan tidak
mencit secara umum memberikan adanya tanda-tanda kelainan hati secara
persentase bobot hati pada kisaran normal fisik seperti terlihat warna hati yakni merah
yaitu 6,96%. Dijelaskan bahwa hati kecokelatan dan tidak terlihat bintik-bintik
merupakan organ masak dini yang putih yang ditunjukkan pada hati mencit
pertumbuhan saat mencapai dewasa adalah jantan saat diamati. Dalam penelitian ini,
konstan. Berat hati juga dimungkinkan penggunaan level ekstrak daun kelor 10%
berhubungan dengan umur dan kondisi sudah dapat memberikan persentase bobot
tubuh ternak. Hal ini menunjukkan bahwa hati mencit terbaik mencapai 6,45%,
persentase bobot hati dalam penelitian ini karena level ekstrak daun kelor 10% sudah
termasuk dalam kisaran normal karena cukup efektif merangsang sel-sel lobuli hati
tidak melebihi dari rata-rata berat normal. untuk melakukan regenerasi secara cepat
Secara empiris dapat dilihat ekstrak sehingga bobot hati relatif meningkat dan
daun kelor dapat meningkatkan berat mampu menjaga kenormalan fungsi hati
spesifik hati mencit jantan, tetapi ketika dalam pengaliran empedu dapat berjalan
level ekstrak daun kelor dinaikkan 30% dengan sempurna dan melakukan
akan berpengaruh pada penurunan bobot fungsinya sebagai organ pencernaan
spesifik hati mencit jantan. Hal ini berarti aksesoris. Hal ini disebabkan oleh aktivitas
semakin dinaikkan level ekstrak daun antioksidan yang menghambat oksidasi
kelor dapat mengurangi produksi enzim dengan mengikat radikal bebas yang sangat
dalam mensintesis protein, sehingga reaktif, akibatnya kerusakan sel hati
jaringan otot hati mengalami penyusutan. terhambat.
Kondisi ini diduga kurangnya asupan gizi Persentase bobot jantung pada
yang tidak membantu metabolisme hati penelitian ini, termasuk pada kisaran
menyebabkan selsel hati mengalami normal karena tidak terlihat adanya

67
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 57 – 73)

Hasil Penelitian

pembesaran atau pengecilan jantung pada Dalam penelitian ini, penggunaan level
setiap perlakuan. Hal tersebut memberikan ekstrak daun kelor 30% sudah efektif
indikasi bahwa ekstrak daun kelor tidak mempertahankan kenormalan fungsi
mengakibatkan kelainan metabolisme yang jantung mencit jantan mencapai 0,68%.
memengaruhi ukuran dan kondisi jantung Kondisi ini diduga pertambahan berat
mencit jantan. badan mencit yang tinggi didukung oleh
Secara empiris, dapat dilihat ekstrak suplai nutrisi yang bersumber dari ekstrak
daun kelor memberikan hasil rataan daun kelor dan adanya konsumsi ransum
persentase bobot jantung yang tidak yang banyak mengakibatkan jantung
berbeda jauh bila dibandingkan dengan berkembang, karena volume dan
penelitian lain. Mencit yang tidak konsentrasi darah yang berfungsi
mendapatkan ekstrak daun kelor (0%) dan mengedarkan sarisari makanan ke seluruh
yang mendapat level asupan ekstrak daun tubuh mengalami kenaikan sehingga
kelor 30% menunjukkan rataan persentase berakibat pada rasio jantung.
bobot jantung tertinggi (0,68%). Hal ini Menurut Ressang (1984) menyatakan
disebabkan oleh aktivitas mencit yang jantung relatif besar, besar jantung
memadai sehingga jantung membesar tergantung pada jenis, umur, besar dan
menyebabkan kontraksi otot dari jantung aktivitas hewan. Dengan semakin berat
semakin kuat dalam menstimulisir fungsi jantung maka aliran darah yang masuk
organ. Meningkatnya rataan persentase maupun keluar jantung akan semakin besar
bobot jantung disebabkan karena umur dan efek tersebut akan berdampak pula
mencit mencapai dewasa, sehingga diduga pada berbagai metabolisme dalam tubuh
terjadi penambahan jaringan otot jantung ternak. Soetanto (2004), ekstrak daun kelor
dan sistem sirkulasi dapat berjalan normal telah dibuktikan memiliki khasiat sebagai
dalam mengangkut nutrisi ke seluruh antioksidan digunakan sebagai upaya
bagian jaringan tubuh yang membutuhkan pencegahan terhadap hepatoksisitas, serta
akibatnya memicu penambahan mencegah peningkatan kadar enzim faal
endokardium dan jaringan otot jantung. hepar (AST/ALT) dan kerusakan struktur
Hal ini menyebabkan bobot jantung ikut hepar (steatosis, hidropik dan inflamasi).
bertambah. Pengaruh Perlakuan pada Persentase
Riyantie (2001) membuktikan Bobot Ginjal dan Limpa Mencit Jantan
penggunaan pakan secara adlibitum Hasil penelitian menunjukkan bahwa
memberikan persentase bobot jantung rataan persentase bobot ginjal mencit
terbaik dengan kisaran 0,620,79% dari jantan berkisar 0,750,98%. Rataan
bobot badan mencit jantan. Penggunaan persentase bobot ginjal tertinggi
ekstrak daun kelor 50% pada ayam broiler ditunjukkan pada level ekstrak daun kelor
memberikan hasil persentase bobot jantung 10% (0,98) diikuti secara berurutan 30%
terbaik mencapai 0,63% (Analysa, 2007). (0,92), 0% (0,89), dan 20% (0,75).
Sedangkan Sajidin (2000) menyatakan Sedangkan rataan persentase bobot limpa
standar berat jantung berada dalam kisaran berkisar 0,701,05%.
0,6% dari bobot badan.

68
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 57 – 73)

Hasil Penelitian

Rataan persentase bobot limpa tertinggi


ditunjukkan pada level ekstrak daun kelor
0% (1,05) diikuti secara berurutan 20%
(0,82), 30% (0,81), dan 10% (0,70). Secara
grafis rataan persentase bobot ginjal dan
limpa mencit jantan dapat dilihat pada
Gambar 6. Hasil analisis ragam
memperlihatkan pemberian asupan ekstrak
daun kelor memberikan pengaruh nyata
(p0,000) pada persentase bobot ginjal dan
limpa mencit jantan.

Ginjal Limpa
1.2 1.056±0.06c
0.980±0.01c 0.920±0.03bc
Persentase Bobot Ginjal dan

1
Limpa Mencit Jantan (%)

0.893±0.04b 0.823±0.04b 0.813±0.0b


0.8 0.710±0.00a 0.753±0.02a
0.6
0.4
0.2
0
0 10 20 30
Level Ekstrak Daun Kelor (%)
Superskrip yang berbeda menyatakan berbeda nyata (p=0,000)

Gambar 5. Rataan persentase bobot ginjal dan limpa mencit jantan

Hasil uji Duncan menunjukkan Riyantie (2001) membuktikan


persentase bobot ginjal pada perlakuan penggunaan ransum 60% pada mencit
level ekstrak daun kelor 10% dan 20% jantan menunjukkan persentase bobot
berbeda nyata dengan yang tidak diberi ginjal normal berkisar 0,91%. Dalam
level ekstrak daun kelor (kontrol). Pada penelitian ini, penggunaan level ekstrak
perlakuan level ekstrak kelor sebanyak daun kelor 10% sudah dapat meningkatkan
0%, 10%, dan 30% berbeda tidak nyata. bobot ginjal mencit jantan tertinggi
Sedangkan persentase bobot limpa pada mencapai 0,98%. Hal ini berarti pada level
perlakuan dengan level ekstrak daun kelor ekstrak daun kelor 10% sudah cukup
10%, 20%, dan 30% berbeda nyata dengan efektif menstimulisir fungsi organ dengan
yang tidak diberi ekstrak daun kelor baik sehingga glomeruli dalam ginjal
(kontrol). Sedangkan pada asupan ekstrak membesar karena adanya cairan yang
daun kelor level 20% dan 30% tersimpan untuk metabolisme.
menyatakan berbeda tidak nyata. Meningkatnya bobot ginjal, diduga adanya
senyawa aktif berupa antioksidan yang

69
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 57 – 73)

Hasil Penelitian

terkandung dalam daun kelor mampu Secara grafis penggunaan perlakuan yang
menetralisir radikal bebas sehingga tidak diberi ekstrak daun kelor (kontrol)
pertumbuhan terjadi dengan optimal menunjukkan persentase bobot limpa
karena tidak ada zat toksik yang merusak tertinggi mencapai 1,05±0,06%.
jaringan dalam tubuh. Dengan demikian Meningkatnya persentase bobot limpa
bagian organ mencit jantan ikut bertambah diduga pakan mengandung zat antinutrisi
besar. yang menyebabkan pembengkakan
Menurut Hermana (2008), sehingga fungsi limpa terganggu dan sel-
peningkatan bobot ginjal akibat adanya sel tidak mampu beregenerasi dengan
senyawa metionin dalam daun kelor demikian menimbulkan kontraksi yang
berfungsi melindungi reaksi perusakan berlebihan yang menyebabkan limpa
jaringan tubuh melalui proses oksidasi dan kehilangan banyak darah karena tidak ada
saponin merangsang kerja ginjal menjadi senyawa aktif yang membantu dalam
lebih aktif. Kenaikan rasio ginjal mencegah kerusakan organ tersebut.
diakibatkan karena daya regenerasi dari Ressang (1984) menjelaskan salah
ginjal seperti yang diungkapkan oleh satu fungsi limpa adalah membentuk zat
Grimu (2011), ginjal sebagai penghasilkan limfosit yang berhubungan dengan
urin yang merupakan jalur utama ekskresi pembentukan antibodi. Limpa akan
toksikan, mempunyai volume aliran darah melakukan pembentukan sel limfosit untuk
yang tinggi dan membawa toksikan membentuk antibodi apabila ransum
melalui sel tubulus serta mempunyai daya mengandung zat antinutrisi maupun
regenerasi tinggi. penyakit. Salah satu fungsi limpa sebagai
Riyantie (2001) membuktikan tempat cadangan darah. Pengeluaran darah
penggunaan ransum 50% memberikan dari limpa disebabkan oleh kontraksi alat
rasio bobot limpa mencit jantan terbaik tubuh yang ditimbulkan oleh stress,
dengan kisaran 0,74% dari bobot badan. kekurangan zat asam (kenaikan CO2, gerak
Dalam penelitian ini, penggunaan level badan, dan kehilangan banyak darah)
ekstrak daun kelor 20% sudah cukup sehingga dapat meningkat fungsi tersebut,
efektif mempertahankan kenormalan maka rasio organ bertambah. Hal ini juga
fungsi limpa mencit jantan dengan bobot terjadi karena organ sedang aktif
limpa mencapai 0,82%. Hal ini berarti melakukan fungsinya terutama yang
penggunaan level 20% sudah optimal berhubungan dengan sistem imunulogi.
menunjukkan bobot limpa tertinggi Penggunaan asupan ekstrak daun
diantara semua perlakuan ekstrak daun kelor memberikan pengaruh baik pada
kelor. Hal ini diduga daun kelor persentase bobot ginjal dan limpa mencit
mengandung senyawa aktif yang mampu jantan. Hal ini diduga adanya kinerja zat
meningkatkan kinerja organ dan mencegah aktif dalam daun kelor yang cukup
kerusakan limpa, sehingga tubuh secara berperan dalam meningkatkan kinerja
langsung menghasilkan senyawa alanin bagian organ dalam untuk peningkatan
dalam membantu limpa untuk melakukan metabolisme dan penyerapan nutrisi yang
fungsinya. baik serta ketahanan tubuh mencit terhadap
stres sehingga memicu pertumbuhan.

70
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 57 – 73)

Hasil Penelitian

Menurut Analisa (2007) menjelaskan Analysa. 2007. Efek Penggunaan Tepung


bahwa zat aktif dalam daun kelor Daun Kelor (Moringa oleifera)
mempunyai aktifitas antibakteri dan Dalam Pakan Terhadap Berat
antioksidan yang diharapkan mampu Organ Dalam, Glukosa Darah dan
meningkatkan kinerja organ dalam dan Kolesterol Darah Mencit. Skripsi.
mencegah kerusakan organ dalam. Zat Fakultas Peternakan Universitas
antioksidan menjaga struktur makro Brawijaya. Malang
molekul dasar biologis yang secara nyata Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak
mampu menghambat oksidasi zat yang Unggas. Fakultas Peternakan,
mudah teroksidasi serta menangkal radikal Institut Pertanian Bogor. Bogor
bebas oksigen reaktif jika berkaitan Anonim a. 1989. Departemen Kesehatan
dengan penyakit. RI. 1989. Materia Medika Indonesia
PENUTUP Jilid V. Departemen Kesehatan
Simpulan Republik Indonesia. Jakarta [10
1. Penggunaan ekstrak daun kelor Agustus 2016]
berpengaruh pada konsumsi ransum, Amalia. 2009. Pengaruh Ekstrak Pegagan
pertambahan bobot badan tetapi tidak (Centella asiatica. (Urban)
berpengaruh pada konversi ransum Terhadap Efek Sedasi pada Mencit
mencit jantan. BALB/C. Skripsi. Fakultas
2. Penggunaan ekstrak daun kelor Kedokteran Universitas Diponegoro.
berpengaruh pada persentase bobot Semarang
ginjal dan limpa tetapi tidak Amzu, E. 2014. Gerakan Membangun
berpengaruh pada persentase bobot hati Kampung Konservasi Kelor
dan jantung mencit jantan. (Moringa oleifera) Upaya
3. Konsentrasi ekstrak daun kelor dengan Mendukung Gerakan Nasional
level 30% memberikan pengaruh Sadar Gizi dan Mengatasi
terbaik pada pertumbuhan mencit Malnutrisi di Indonesia. Jurnal
jantan. Risanah Kebijakan pertanian dan
lingkungan Vol 01(2): 8691.
DAFTAR PUSTAKA Armissaputri, N. K., dkk. 2013. Perbedaan
Bobot dan Persentase Bagian-
Adel, S. 2012. Pengaruh Pemberian bagian Karkas dan Non Karkas
Ekstrak Buah Terong Kuning Pada Itik Local (Anas Plathyrincos)
Terhadap Reproduksi Mencit and Itik Manila (Cairina moschata).
Betina. Skripsi. Fakultas Sains dan Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1086-
Teknik Jurusan Biologi UNDANA. 1094.
Kupang Barbara, F. R. A. R. Thomas. Jr. and L. J.
Brian. 2014. Minitab 16.
Pennsylvania State University

71
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 57 – 73)

Hasil Penelitian

Dasril, R. 2006. Pengaruh Pemberian Marhaeniyanto, dkk. 2015. Pemanfaatan


Zeolit Dalam Ransum Terhadap Daun Kelor Untuk Meningkatkan
Performans Mencit (Mus musculus) Produksi Ternak Kelinci New White.
Lepas Sapih. Skripsi. Fakultas Jurnal Ps Peternakan Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Pertanian Universitas Tribhuwana
Bogor. Bogor Tnggadewi Buana Sains Vol 15 No
Dewiyeti, S dan Saleh Hidayat. 2015. 2:119-126.
Ekstrak Daun Kelor Sebagai Manafe, G. P. T. J. M. 2010. Pemberian
Penurun Kadar Glukosa Darah Ekstrak Kasar Jarum Tiram Putih
Mencit Jantan Hiperglikemik. Jurnal (Pleurotus ostreatus) dan Daun
Penelitian Sains JPS MIPA UNSRI Kelor (Moringa oleifera) Sebagai
Palembang Vol 17(2): 7 −7 . Suplemen untuk Peningkatan Sekresi
Farika, E.Y. 2014. Ekstrak Daun Kelor Air Susu pada Mencit (Mus
(Moringa oleifera) Sebagai musculus). Skripsi. Jurusan Biologi,
Pengendali Argulus sp Pada Ikan Fakultas Sains dan Teknik
Komet (Carassius auratus). Jurnal Universitas, Nusa Cendana Kupang.
Imu dan Kesehatan Hewan Vol 2:1- Kupang
11. Moriwaki, K. 1994. Genetiv in wild mice
Grimu. 2011. Pengaruh Pemberian Sari its Apllication Tobiomedical
Buah Mengkudu (Morinda citrifolia. Research Tokyo. Karger Bogor.
L) Pada Minyak Jelantah Bimoli Bogor
Terhadap Pertumbuhan dan Muliani, H. 2011. Pertumbuhan Mencit
Morfologi Organ Dalam Mencit (Mus musculus) Setelah Pemberian
Betina (Mus musculus). Skripsi. Biji Jarak Pagar. Jurnal Jurusan
Jurusan Biologi Universitas Nusa Biologi F. MIPA UNDIP Buletin
Cendana Kupang. Kupang Anatomi dan FisiologiVol. XIX (1):
Hermana. 2008. Pemberian Tepung Daun 44-54.
Salam (Syzgium polyanthum Nurliana, dkk. 2014. Stabilitas Mikrob
(Wight) Wap.) Dalam Ransum Usus, Histologi Hati dan Ginjal
Sebagai Bahan Antibakteri Mencit Setelah Pemberian Ekstrak
Eschericha coli Terhadap Organ Pliek u Bumbu Masak Tradisional
Dalam Ayam broiler. Skripsi Aceh. Jurnal Veteriner September
Fakultas Peternakan Institut 2014 Vol. 15 No.3:370-379 ISSN :
Pertanian Bogor. Bogor 1411 – 8327.
Krisnadi, A, D. 2015. Kelor Super Nutrisi Panda, R. 2007. Pengaruh Taraf
Edisi Revisi 2015. Assosiasi Petani Penambahan Zeolit Dalam Ransum
Moringa Indonesia Terhadap Performa Produksi Mencit
Makkar, H.P.S. and Bekker, K. 1997. Lepas Sapih Hasil Litter size
Nutrient and Antiquality Factors in Pertama. Skripsi. Fakultas
Different Morphological Parts of Peternakan Instituti Pertanian Bogor.
Moringa oleifera tree. J. Agric. Sci. Bogor
128: 311 – 322.

72
Jurnal Biotropikal Sains Vol. 15, No. 1, April 2018 (Hal 57 – 73)

Hasil Penelitian

Rahman, L. 2014. Pengaruh Jenis Sjofjan, O. 2008. Efek Penggunaan Tepung


Kelamin Terhadap Persentase Daun Kelor Dalam Pakan Terhadap
Beberapa Bagian Non Karkas Penampilan Produksi Ayam Broiler.
(Offal) Kambing Kacang Yang Seminar Nasional Teknologi
Dipelihara Secara Intensif. Skripsi. Peternakan dan Veteriner. Brawijaya
Fakultas Peternakan, Universitas Steel, R. G. dan Torrie, J. H. 1995. Prinsip
Hasanuddin Makassar dan Prosedur Statistika Pendekatan
Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Biometrik Edisi ke-2. PT Gramedia.
Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta (diterjemakan oleh B.
Jakarta Sumantri)
Ressang, A. A. 1984. Patologi Causus Syukron, M. dkk. 2014. Potensi Serbuk
Veteriner. Edisi II. N. V. Percetakan Daun Kelor Sebagai Anthelmintik
Bali, Denpasar Terhadap Infeksi Ascaris Summ dan
Riyantie, N. 2001. Pengaruh Defisiensi Feed Suplement pada Babi. Jurnal
Pakan Terhadap Perubahan Ilmu dan Kesehatan Hewan Vol
Beberapa Berat Organ Tikus Betina 2(2):89  96.
Dewasa (Rattus.sp). Skripsi. Wahyu, J. 1985. Ilmu Nutrisi Unggas.
Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Gadja Mada Universty Press.
Kedokteran Hewan Institut Yogyakarta
Pertanian Bogor. Bogor Wicaksono, H. S. 2015. Struktur Hati
Rizqiani, dkk. 2011. Performa Kelinci Mencit (Mus musculus L.) Setelah
Potong Jantan Lokal Percinata New Pemberian Ekstrak Daun Kaliandra
White Yang diberi Pakan Silase Merah (Calliandra calothrsus
atau Pellet Ransum Komplit. Meissn.) Jurnal Simbiosis III
Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi Jurusan Biologi FMIPA Universitas
dan Teknologi Pakan Institut Udayana Vol III (1):258-268.
Pertanian Bogor Widyaningrum, dkk. 2005. Pengaruh
Simamora, N. 2011. Performa Produksi Pemberian Ekstrak Daun Papaya
dan Karakteristik Organ Dalam Terhadap Tampilan Produksi Ayam
Ayam Kampung Umur 12-16 Broiler. Jurnal indon. Trop anim
Minggu yang Diinfeksi Cacing agric 30 (4) 224-228.
Ascaridia Gallidan Disuplementasi
Ekstrak Daun Jarak Pagar
(Jatropha Curcas Linn). Skripsi.
Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor

73

Anda mungkin juga menyukai