Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

C. Deskripsi
Bahan ajar ini berisikan materi yang berkaitan dengan penggunaan tanaman
pepaya yang dapat dipergunakan untuk pemeliharaan ternak khususnya
pencegahan kasus kecacingan dan jenis tanaman yang jika dimakan oleh ternak
dapat memunculkan gejala penyakit.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Kompetensi Dasar
Setelah selesai pembelajaran, peserta dapat menjelaskan penggunaan
tanaman pepaya yang dapat dipergunakan untuk pengobatan kecacingan
dalam pemeliharaan ternak dan jenis tanaman yang jika dimakan oleh ternak
dapat memunculkan gejala penyakit.

2. Indikator Keberhasilan
Setelah selesai berlatih peserta dapat:
a. Menjelaskan penggunaan tanaman pepaya sebagai obat kecacingan pada
ternak;
b. Menjelaskan jenis tanaman yang tidak boleh dimakan oleh ternak.
BAB II
Herbal Untuk Ternak

Masyarakat Indonesia yang hidup di daerah kepulauan yang akses


transportasi dan informasinya terbatas, sejak dulu telah beradaptasi menggunakan
sumber daya alam yang tersedia untuk pengobatan hewan peliharaannya. Di
wilayah yang susah terjangkau, pelayanan kesehatan hewan oleh instansi
berwewenang sering terkendala oleh sifatnya yang temporer, sehingga kurang
dirasakan manfaatnya oleh peternak. Oleh karena itu, dalam upaya
mempertahankan kelangsungan usahanya, sebagian peternak berupaya
menemukan berbagai jenis pengobatan tradisional dengan pengalaman “trial and error”
selama berulang-ulang (Dharmawan, 2017). Dalam kondisi alami, secara naluri alami
hewan mencari dan memakan tanaman herbal untuk mengobati penyakit tertentu.
Kondisi alami adalah kondisi alam liar, misalnya di hutan. Untuk hewan yang
dipelihara untuk diambil manfaatnya baik daging, susu maupun telur karena tidak
dapat mencari sendiri tanaman, bisa diantisipasi dengan cara pemberian tanaman
herbal. Pengobatan herbal tradisional, apakah herbal India, Ramuan China, herbal
barat atau herbal Afrika secara umum menggunakan keseluruhan dari bagian
tanaman herbal. Akar, biji, dan daun digunakan secara bersamaan supaya lebih
efektif. Penggunaan ramuan herbal juga dikombinasikan dengan jenis tanaman
herbal lain, supaya kandungan bahan aktifnya lebih lengkap dan lebih efektif.

2.1 Kelebihan Menggunakan Herbal untuk Ternak

Penelitian tentang penggunaan herbal untuk hewan ternak sudah semakin


meningkat. Tujuannya adalah mengurangi jumlah penggunaan antibiotik dalam
peternakan unggas dan mamalia. Akhir-akhir ini penggunaan antibiotik sudah
banyak digantikan oleh probiotik, prebiotik dan juga herbal untuk menjaga performa
pertumbuhan hewan ternak. Herbal adalah pemacu pertumbuhan alami dan aman
dikonsumsi oleh manusia dan hewan ternak (kambing, sapi dan domba) selama
menggunakan metode pengolahan dan jumlah pemberian yang tepat. Selain itu
penggunaan herbal juga tidak menimbulkan residu pada suatu produk peternakan
dan dari beberapa penelitian juga menunjukkan penggunaan herbal menggunakan
biaya yang lebih murah dibanding obat kimia.
2.2 Penggunaan Pepaya Untuk Obat Ternak

Produktivitas ternak dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang sesuai


dengan kualitas dan kuantitasnya, juga sangat dipengaruhi oleh kesehatan ternak.
Salah satu penyakit yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas ternak adalah
penyakit cacing. Penyakit ini dapat menurunkan bobot badan dan mengganggu
reproduksi ternak (Dinas Pertanian, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Bintan,
2012). Salah satu tanaman obat yang mempunyai daya antelmintik selain tanaman
alang-alang, nenas, lemtoro, bawang putih, adalah pepaya (Carica papaya L.).
Tanaman pepaya merupakan tanaman yang sudah dikenal oleh masyarakat
karena bernilai gizi tinggi dan mempunyai manfaat mulai dari akar, daun, bunga,
getah dan bijinya. Seluruh bagian ini dapat digunakan untuk kesehatan hewan
maupun manusia (Yuniati, 1995). Tanaman pepaya banyak ditemukan di daerah
beriklim tropis, salah satunya dapat ditemukan tumbuh subur di daerah Flores
(NTT). Penelitian tentang pemanfaatan biji pepaya telah banyak dilakukan.
Pemakaian serbuk biji pepaya muda dapat dicampurkan dalam ransum ternak
sebagai antelmintik karena mengandung alkaloid (karpain) (Hornick et al., 1978)
yang dapat merusak Ascaris spp, Enterobius vermicularis dan Trichuris spp.
Buah pepaya memiliki papain yang tidak hanya mampu menganalisis protein
dalam tubuh, tetapi juga mendorong metabolisme tubuh yang sempurna dan dengan
cepat akan menghapus kelebihan lemak. Bahkan, pada buah pepaya yang masih
mengkal, enzim ini memiliki dua kali lipat lebih banyak dibandingkan pepaya yang
sudah matang. Kandungan enzim papain yang terdapat pada buah pepaya terbukti
efektif dapat memberantas bakteri yang ada serta meninggalkan sel yang sehat
untuk berkembang dan memperbaiki sel kulit yang mati, bahkan menjaga kesegaran
kulit. Kandungan jumlah vitamin C pada buah ini pun 48 kali lebih banyak bila
dibandingkan buah apel. Bagian dari pepaya yang dapat dipergunakan untuk obat
hewan diantaranya yaitu daun, getah buah dan biji buah. Di dalam biji pepaya muda
terkandung beberapa zat aktif seperti glikosida, alkaloid karpain, benzyl-
isothiocianate (BITC) dan enzim papain yang telah terbukti dapat membunuh cacing
dan menghambat daya berembrio telur cacing Ascaridia galli. Berikut ini adalah
gambar bagian buah pepaya yang dapat dimanfaatkan untuk mengobati kecacingan.
Gambar 1. Bagian buah daun pepaya yang dapat dimanfaatkan untuk
mengobati kecacingan.

Pengolahan daun, getah buah dan biji buah sebagai obat yaitu dengan cara:

Daun pepaya
Penggunaan daun pepaya sebagai obat cacing yaitu dengan memakai daun pepaya
sebanyak 2 sd 3 lembar. Pilih daun yang tidak terlalu muda atau tidak terlalu tua.
Kemudian daun dihaluskan dan ditambah sedikit air lalu diperas. Hasil perasan daun
pepaya ini yang dipakai sebagai obat cacing. Berikan 2 -3 sendok makan dengan
frekuensi pemberian sebanyak 3 kali seminggu (Riswandi, 2019).

Getah Buah Pepaya


Getah papaya paling banyak dan paling baik kualitasnya adalah dari buah papaya
yang masih muda. Getah buah pepaya mengandung papain, Kimo papain A, Kimo
papain B, papaya peptidase, pektin, D-galaktase dan L-arabinose. Penyadapan
getah pepaya dapat dilakukan dengan cara:

 Buah pepaya muda yang masih menggantung dipohon, ditoreh membujur dengan
sedalam 1-5 mm dengan jarak torehan 1 – 2 cm.
 Waktu penyadapan pukul 06.00-08.00, diulang 4 hari sekali pada buah yang
sama.
 Setiap 100 ml getah yang tertampung ditambah dengan 2 tetes larutan Natrium
Bisulfit 30 % untuk mencegah oksidasi.
 Selanjutnya dijemur dibawah sinar matahari atau dioven pada suhu 30 – 60 0C
sampai kering.
 Getah yang sudah kering dihaluskan menjadi serbuk.

Penggunaan serbuk getah pepaya sebagai obat cacing yaitu dengan dosis
(takaran) yang diberikan adalah 1,2 gram/ kg BB, setiap minggu 3 kali pemberian.
Serbuk getah pepaya di campur dengan air dengan perbandingan 1 : 5 (1 bagian
serbuk dan 5 bagian air) diaduk hingga berbentuk suspensi. Suspensi tersebut
diminumkan atau dicampur melalui makanan.

Biji Buah Pepaya

Pembuatan serbuk biji pepaya dan biji pinang bertujuan untuk mengobati penyakit
cacing pada ternak. Serbuk biji pinang dan buah pepaya dengan cara
pembuatannya yaitu: biji papaya dan biji pinang dikeringkan lalu disangrai dalam
wajan dan dikeringkan kemudian diblender atau digiling. Pembuatan ekstrak biji
pepaya dan biji pinang dilakukan dengan cara sebanyak 5 gram serbuk dikeringkan
kemudian dilarutkan dalam cairan air 100 % dan dimasak sampai panas suam kuku
sekitar 70°C. Setelah itu dicekokan ke dalam mulut sapi yang terinfeksi cacing
berturut-turut selama dua hari. (Ahmad, S.N.2014)

BAB III
Tanaman Yang Tidak Boleh Dimakan Ternak
3.1. Tanaman berbahaya untuk hewan ternak.
Berikut ini adalah beberapa jenis-jenis tanaman berbahaya untuk ternak yang
perlu dihindari apabila diberikan dalam bentuk segar. Perlu pemanasan untuk
menghidari keracunan.

1. Kacang Tanah

Kacang tanah atau bungkil kacang tanah sebagai limbah industri sering
dimanfaatkan untuk makanan penguat bagi ternak, utamanya sapi. Kacang tanah
atau bungkil kacang tanah dalam situasi tertentu dapat mengakibatkan keracunan
akibat dari daya kerja aflatoksin. Dalam situasi tertentu dapat menjadi racun karena
kacang atau bungkil kacang tersebut telah ditumbuhi jamur Aspergillus flavus.
Gejala klinis akibat pengaruh dari racun jamur Aspergillus flavus pada kebanyakan
hewan antara lain adalah kecepatan pertumbuhannya berkurang dan nafsu makan
juga berkurang. Keracunan yang hebat dapat menyebabkan kekejangan dan
kemudian hewan akan ambruk.

2. Lantana (Pohon bunga Telekan)

Lantana memiliki banyak spesies, tetapi yang paling banyak dijumpai adalah
Lantana camara. Lantana termasuk jenis tanaman perdu, berbatang kasar,
bercabang banyak, permukaan daun kasar dan tepi daun bergerigi. Warna mahkota
beragam, antara lain merah, kuning, ungu dan putih.
Gejala klinis pada sapi yang keracunan lantana antara lain adalah jaundice
yang berat, fotosensitisasi, dermatitis nekrotik berat terutama di bagian tubuh yang
paling banyak terkena sinar matahari atau berwarna lebih pucat seperti pada cuping
telinga, punuk, bagian atas moncong dan punggung.
Ternak kehilangan nafsu makan, diare, gelisah, ambruk, dan akhirnya mati
dalam beberapa hari dengan kondisi tubuh yang sangat kurus. Apabila makan
tanaman lantana dalam jumlah banyak, maka sapi akan mati karena gastroenteritis
sebelum terjadi fotosensitisasi.

3. Jarak (Ricinus communis)


Tanaman ini disebut juga Palma Christi, yang dapat meracuni darah.
Tanaman ini ditamukan hampir disetiap daerah tropis. Tanaman ini termasuk jenis
tanaman semak yang dapat tumbuh sampai pada ketinggian 3 meter. Tanaman ini
berdaun lebar dan memiliki 3 atau 5 jari. Bunganya kecil-kecil dan berwarna kuning.
Bijinya bulat ada kalanya direndam atau direbus untuk dimakan orang bagi yang
biasa memakannya. Ampas dari biji jarak tersebut mengandung banyak substansi
beracun karena mengandung toksalbumin yang disebut risin. Gejala klinis pada sapi
yang secara tidak sengaja makan pakanan yang tercampur bahan mengandung risin
dapat mengalami kematian dengan gejala kejang-kejang.

4. Bakung (pohon bunga lily)

Bakung termasuk dalam keluarga Liliaceae. Hampir semua jenis bakung


adalah beracun dan tidak mudah dicerna. Tanaman jenis ini banyak tumbuh di
padang penggembalaan sehingga secara tidak sengaja dapat termakan oleh ternak.
Umbi bakung sering lebih banyak mengandung racun daripada bagian tanaman
yang berada di atas tanah. Hewan yang termasuk rentan adalah sapi dan babi. Babi
sering terkena racun bakung karena kebiasaannya makan umbi-umbian dengan
cara menggali tanah menggunakan moncongnya.
Gejala klinis pada ternak yang keracunan bakung terlihat gejalanya
bervariasi, tergantung banyaknya bakung yang dimakan. Glikosida atau alkaloid
merupakan bahan pokok racun yang berakibat pada jantung dan sistem saraf. Bila
hanya sebagian kecil yang termakan, maka akan terlihat gejala saraf. Tetapi bila
sebagian besar termakan, maka yang timbul adalah gejala jantung sebelum sempat
menunjukkan gejala saraf. Sapi yang keracunan sering muntah-muntah, diare, dan
kemudian mati karena berhentinya fungsi jantung. Pada uji pascamati yang sering
terlihat adalah gastroenteritis.

5. Oleandra

Oleandra adalah jenis tanaman perdu yang sering ditemukan di pedesaan.


Tanaman ini juga sering ditanam sebagai tanaman hias karena memiliki bunga yang
indah. Pohon oleandra dapat tumbuh tinggi mencapai 4 meter. Pada akarnya sering
tumbuh tunas yang banyak dan bercabang. Bunganya berwarna merah-jambu yang
terdapat pada akhir dari cabangnya. Daunnya tebal berwarna hijau tua berbentuk
seperti tombak, pucuknya runcing. Tulang-tulang daun terlihat jelas dan sangat
beracun. Gejala klinis yang dapat diamati pada sapi yang mengalami keracunan
tanaman ini adalah kejang, diare, dan kolik. Pemeriksaan secara patologi anatomi
menunjukkan gastroenteritis akut.

6. Ubi Kayu (Casava)

Ubi kayu, cassava atau singkong banyak ditanam di berbagai tempat di


Indonesia. Ubi kayu banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan bagi
masyarakat, bahkan di beberapa tempat manjadi bahan makanan pokok pengganti
beras. Daun ubi kayu mengandung sianida yang beracun. Oleh karena itu jika akan
dimanfaatkan untuk bahan sayur harus diolah dengan cara yang benar agar efek
toksiknya hilang, misalnya dengan dipanaskan.
Kandungan sianida pada daun ubi kayu bervariasi, tergantung pada jenisnya.
Daun ubi kayu yang segar memiliki kandungan sianida yang cukup banyak. Cara
menetralisasi kandungan sianida tersebut dapat dilakukan dengan dijemur sebelum
diberikan kepada ternak. Gajala klinis akibat keracunan daun ubi kayu ini terutama
pada sapi adalah gejala kejang-kejang, mulut keluar buih keputihan, mata menjadi
juling, pernafasan sesak, denyut jantung meningkat, dan bila mengalami keracunan
yang berat dapat mengakibatkan kematian.

7. Rumput segar / yang terkontaminasi oleh pestisida


Ternak kambing sebaiknya tidak digembalakan terlalu pagi karena pada
waktu tersebut larva cacing biasanya dominan berada di permukaan rumput yang
masih basah. Guna memutus siklus hidup cacing, sebaiknya sistem penggembalaan
dilakukan secara bergilir. Artinya kambing tidak terus-menerus digembalakan di
tempat yang sama. Pada padang penggembalaan juga dapat ditaburkan copper
sulphate untuk mencegah perkembangan larva cacing.
Pemberian rumput hijauan segar sangat tidak dianjurkan pada ternak
kambing yang dipelihara secara intensif. Sebaiknya rumput dilayukan terlebih dahulu
sebelum diberikan pada kambing guna menghindari termakannya larva cacing yang
menempel pada rumput. Hijauan dapat dicacah pada sore hari agar larva dan cacing
dewasa yang mati dan hijauan dapat diberikan keesokan harinya.

Gejala klinis yang teramati meliputi hiperlakrimasi (keluar cairan dari mata
yang berlebihan) dan bintik putih pada bola mata, kekurusan, lemah dan mudah
terjatuh

Anda mungkin juga menyukai