Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN BAHAN ALAM


UNIVERSITAS TADULAKO
PERCOBAAN I
PEMBUATAN SIMPLISIA

DISUSUN OLEH :
NAMA

: MOH. AGUS SALIM

STAMBUK

: G 701 15 279

KELOMPOK : II (DUA)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Indonesia mempunyai beranekaragam tumbuhan obat yang dapat
dimanfaatkan untuk obat tradisional atau jamu yang sudah dikenal oleh
masyarakat luas. Tercatat lebih dari 80.000 jenis ganggang, lumut dan pakupakuan juga tumbuhan berbiji di Indonesia, belum lagi tanaman yang berasal dari
hutan yang banyak dieksploitasi manusia untuk pengobatan alternatif melalui
TOGA (tanaman obat keluarga). Sekarang ini masyarakat mulai mencari dan
membudidayakan TOGA secara intensif baik di lahan maupun pekarangan (Sri
Mulyani, 2007).
Tumbuh-tumbuhan berkhasiat obat telah berabad-berabad digunakan oleh
nenek moyang bangsa Indonesia dan memberikan hasil yang baik bagi
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan. Kebiasaan membuat jamu atau ramuan
herbal ini merupakan keanekaragaman budaya bangsa Indonesia yang diwariskan
leluhur secara turun temurun didasarkan pada pengalaman, tradisi, kepercayaan
yang ada dimasyarakat. Untuk menunjang keberlangsungan tradisi dalam
memanfaatkan tanaman obat secara optimal maka dilakukan penelitian tentang
penggunaan obat herbal dan telah membuktikan secara ilmiah bahwa obat herbal
dapat menjaga kesehatan, mempengaruhi metabolisme tubuh, dan memperbaiki
organ sehingga memiliki efek pengobatan yang efektif. WHO juga telah
merekomendasikan

penggunaan

obat

herbal

untuk

promotif,

preventif,

rehabilitative, dan kuratif, terutama untuk penyakit-penyakit yang sifatnya kronis,


degeneratif, dan kanker (Dalimartha S, 2001).
Penggunaan obat tradisional yang lebih dikenal dengan jamu, dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit tanpa harus membelinya dengan harga
mahal. Selain itu jamu juga memiliki efek samping yang lebih rendah bahayanya
dengan obat-obatan dari bahan kimia dan obat-obatan sintesis (Yohana dan
Novita, 2009).
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
Ada pun maksud dan tujuan praktikum ini untuk mengetahui cara
pembuatan simplisia pada tanaman daun jarak (Jatropha curcas)
1.3 Prinsip Percobaan
Pada percobaan ini dalam pembuatan simplisia dilakukan pengumpulan
bahan, sortasi basah, pencucian, perajangan/pengubahan bentuk, pengeringan,
sortasi kering.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Sub kelas

: Sympetable

Ordo

: Euphorbiales

Famili

: Euphorbiaceae

Genus

: Jatropha

Spesies

: Jatropha curcas

2.2 Morfologi Tanaman


Jarak pagar berbentuk pohon kecil atau belukat besar dengan tinggi tanaman
mencapai 5 meter dan bercabang tidak teratur. Batang berkayu, berbentuk
silindris, dan bergetah. Daun jarak pagar berupa daun tunggal, berwarna hijau
mudah sampai hijau tua, permukaa bawah lebih pucat daripada bagian atasnya.
Bunga berwarna kuning kehijauan , berupa bunga majemuk berbentuk
malai.buah berbentuk bunga kendaga, oval, berupa buah kotak, berdiameter 2-4
cm. berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika sudah matang. Biji

berbentuk bulat lonjong, berwarna coklat kehitaman dengan ukuran panjang 2


cm, tebal 1 cm, dan berat 0,4-0,6 gram/biji.
Tanaman jarak bisa diperbanyak dengan biji atau setek batang. Karakteristik
tanaman jarak yang berasal dari biji dan setek batang berbeda. Selain kedua cara
tersebut, tanaman jarak juga dapat diperbanyak melalui kultur jaringan (in-vitro).
Dengan cara ini kita dapat memperoleh bibit jarak dengan jumlah yang banyak
pada waktu yang bersamaan.
Jarak pagar akan tumbuh dan berproduksi optimal jika ditanam di lahan
kering dataran rendah yang beriklim kering, dengan ketinggian 0-500 meter dpl,
curah hujan 300-1000 mm per tahun, dan temperature lebih dari 200c. jarak
pagar dapat tumbuh di lahan marginal yang miskin hara, tetapi berdreinase dan
aerasi baik. Produksi optimal akan diperoleh dari tanaman yang ditanam di lahan
subur. Jenis tanah yang baik untuk tanamn jarak pagar adalah yang mengandung
pasir 60-90 % dan pH tanah 5,5-6,5. Produksi optimal juga bisa tercapai jika
tanaman dipupuk dengan dosis yang sesuai dan tersedia air pada musim kemarau.
Pemeliharaan yang baik dan teratur akan mengoptimalkan produktivitas
tanaman jarak. Karena itu, setiap kegiatan pemeliharaan harus dilakukan tepat
waktu. Kegiatan pemeliharaan yang harus dilakukan adalah pengendalian gulma,
pemeliharaan dreinase dan aerasi, pemangkasan cabang, pemupukan, pengairan,
dan pengendalian hama penyakit

2.3 Kandungan dan Manfaat


2.3.1 Kandungan Kimia
Pada tanaman biji jarak mengandung Minyak ricinic 40- 50 % dengan
kandungan glyceride dari ricinoleic acid, isoricinoleic acid, oleic acid, linolenic
acid, dan stearic acid. Juga mengandung ricinine, sejumlah kecil cytochrome C,
Lipase dan beberapa enzym. Disamping ricin D, dengan cara pemurnian
bertingkat didapat acidic ricin dan basic ricin, Daun jarak memiliki kandungan
Kaemferol-3-rutinoside, nicotiflorin, isoquercitrin, rutin, kaempferol, quercetin,
astragalin, reynoutrin, ricinine, vit.C 275 mg % Dan Ricinoleic acid 80%,
palmitic acid, stearic acid, linoleic acid, linolenic acid, dihydroxystearic acid,
triricinolein 68,2%, diricinolein 28%, monoricinolein 2,9%, nonricinolein
0,9%.
2.3.2 Manfaat Tanaman Jarak
a. Keputihan pada lidah bayi
Pada bayi yang sedang menyusui, biasanya terdapat keputihan yang
menempel pada langit-langit lidah. Hal ini menyebabkan sang bayi enggan
untuk menyusui dan berat badannya cenderung naik. Untuk mengatasinya kita
bisa memanfaatkan getah daun jarak pagar. Biasanya daun jarak yang baru
dipetik akan mengeluarkan getah pada tangkai daunnya. Oleskan getah itu
pada lidah bayi dan keputihan akan keluar bersama air liur.

b. Mengobati radang telinga


Radang telinga bisa terjadi karena Influensa yang mendadak ditandai suhu
badan naik, sakit dalam telinga, sedikit tuli seperti berdengung. Untuk
mengatasinya, ambillah setengah sendok makan Getah Jarak Pagar lalu
diteteskan sebanyak 6 tetes ke dalam telinga anak, sehari boleh dilakukan 6
kali sampai sembuh.
c. Obat Sakit Gigi Berlubang
Getah jarak bersifat antimikroba sehingga dapat mengusir bakteri seperti jenis
staphylococcus, Streptococcus dan Escherechia Coli dan dapat digunakan
untuk mengatasi sakit gigi karena gigi berlubang. Caranya dengan mengambil
getah jarak menggunakan kapas, kemudian ditempelkan pada gigi yang
berlubang. (Hariyono dan Soenardi, 2005).
d. Obat Sariawan
Patahkan tangkai dari pohon jarak yang baru dipetik, akan ada sedikit getah
yang keluar. Getah itulah yang langsung dioelskan di bibir yang sedang
sariawan. Bila getah belum keluar, pencet sedikit di ujung tangkainya
(Ditjenbun, 2007).

e. Perut Kembung dan Masuk angin


Bila bayi tiba-tiba mencret dan perutnya kembung akibat masuk angin,
ambillah beberapa lembar daun jarak pagar yang tua. Kemudian disiangi di
atas nyala api biar agak layu dan diolesi minyak kelapa, minyak telon atau
kayu putih. Setelah itu ditempelkan pada bagian bawah perut dan pinggang.
Biarkan beberapa jam, biasanya akan langsung terjadi pembuangan gas dan
zat yang tidak berguna dari dalam perut.
f. Susah BAB
Jika Anda mengalami susah buang air besar, petik 4 helai daun jarak pagar
yang segar karena berfungsi sebagai pencahar ringan. Cuci bersih, kemudian
kukus hingga layu dan di makan daunnya yang sudah di kukus selama 7 hari
berturutturut atau sampai penyakit sembelitnya berkurang atau hilang.
g. Koreng, Jamur, dan Gatal
Carilah minyak jarak pagar asli (biasa tersedia di tukang urut). Kemudian
dipanaskan terlebih dahulu. Setelah itu celup dengan kapas dan oleskan pada
bagian kulit yang sakit. Minyak biji jarak tidak boleh tertelan karena
mengandung racun yang berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia.

h. Luka dan Pendarahan


Obat Luka : 2 sendok teh Minyak Jarak Pagar, sendok the Belerang, sejari
tangan kayu Secang / Cendana, 2 Sendok makan Vaselin, semuanya
dipanaskan atau tumis dan aduk merata, dinginkan sebentar sebelum
dioleskan pada luka.
Luka baru berdarah bisa dihentikan langsung dengan Getah Pohon Jarak
Pagar karena bersifat Anti Mikroba seperti Bethadine untuk mengusir
Infeksi/Bakteri Staphylococcus, Streptococcus, dan Escherichia coli.
i. Obat Rematik
Ambil daun Jarak Pagar yang tua dan segar, di cuci bersih dan di tumbuk
halus dengan air secukupnya. Lumuri bagian tubuh yang terserang rematik
atau terkena exim, gatal, dsb. Atau bisa juga di compress dan biarkan selama
beberapa jam lalu dignti dengan yang baru.
j. Mengobati batuk dan Mengencerkan dahak
Ambillah akar pohon jarak secukupnya, kemudian dibersihkan dan direbus
dengan air 7 gelas sampai mendidih dan tersisa 2 gelas. Air rebusan tersebut
di minum pagi dan sore hari. Ulangi sampai 3 kali rebusan baru diganti akar
yang baru.

2.4

Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia
merupakan bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia
nabati, simplisia hewani dan simplisia pelican atau mineral.
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman.
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian
hewan atau zat-zat yang berguna dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni.
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan yang belum berupa zat kimia murni (Dirjen POM, 1985).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas simplisia kualitas simplisia
dipengaruhi oleh faktor bahan baku dan proses pembuatannya
a. Bahan baku simplisia
Berdasarkan bahan bakunya, simplisia dapat diperoleh dari tanaman
liar dan atau dari tanaman yang dibudidayakan. Jika simplisia diambil dari
tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa panen, dan galur (asal
usul, garis keturunan) tanaman yang dipantau. Sementara jika diambil dari
tanaman liar maka banyak kendala dan variabilitas yang tidak bisa
dikendalikan seperti asal tanaman, umur, dan tempat tumbuh.
b. Proses pembuatan simplisia

Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan. Adapun


tahapan tersebut dimulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah,
pencucian, pengeringan, sortasi kering, pengubahan bentuk, pengepakan,
dan penyimpanan (Alfi inayati, 2010).
2.5 Uraian bahan
a. Aquadest (Depkes RI, 1979 Halaman 96)
Nama resmi

: AQUADESTILLATA

Nama lain

: Air suling, Aquadest

Rumus kimia

: H2O

Berat molekul

: 18,02

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa.
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup.

b. Sukrosa (FI III : 762)


Nama resmi

: Sucrosum

Nama lain

: Sukrosa

RM/BM

: C12H22O11/342,30

Pemerian

: Hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau bentuk


kubus, atau serbuk hablur putih; tidak berbau, rasa manis,
stabil diudara. Larutannya netral terhadap lakmus.

Kelarutan

:Sangat mudah larut dalam air; lebih mudah larut dalam air
mendidih; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

kegunaan

: Sebagai sumber karbon.

c. Nipagin/ Methylis Parabenum (FI IV hal. 551)


Pemerian

: Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak


berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa
terbakar.

Kelarutan

: Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon


tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat.

Khasiat

: Preservatif atau pengawet. Kadar 0,12-0,18%

d. Glycerin/ Glycerolum (FI IV hal. 413)


Pemerian

: Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis,


hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak.
Higroskopis, netral terhadap lakmus).

Kelarutan

: Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut


dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan
dalam minyak menguap.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat.

Khasiat

: Pemanis, pembasah, dan pengental. Kadar 5-10%.

e. Asam sitrat (FI Edisi III : 50)


Nama Resmi

: ACIDUM CITRUCUM

Namaa

: Asam sitrat

Berat molekul

: 210,14

Rumus Molekul

: C6H8O7.H2O

Pemerian

: Hablur tidak berwarna atau serbuk putih, tidak berbau rasa


sangat

asam, agak gidroskopik, merapung dalam udara

kering ataau panas.


Kelarutan

: Larut dalam kurang satu bagian air dalaam 1,5 etanol


(95%) p dan sukar larut dalam eter.

Penyimpanan

: Dalam wadah tetutup baik

Khasiat penggunaan

: Zat tambahan

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
1.
2.
3.
4.
5.

Gunting
Pisau
Koran
Kain hitam
Baskom

3.1.2 Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Daun Jarak Pagar


Sukrosa
Nipagin
Gliserol
Asam sitrat
Aquadest

3.2 Cara Kerja Pembuatan Simplisia


Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia tergantung pada bagian tanaman yang
digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman saat panen, waktu panen, dan
lingkungan tempat tumbuh. Jika penanganan ataupun pengolahan simplisia tidak
benar maka mutu produk yang dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat
menimbulkan toksik apabila dikonsumsi.
Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan bahan-bahan asing yang tidak berguna
atau berbahaya dalam pembuatan simplisia Penyortiran segera dilakukan setelah

bahan selesai dipanen, bahan yang mati, tumbuh lumut ataupun tumbuh jamur segera
dipisahkan yang dimungkinkan mencemari bahan hasil panen.
Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi mikrobamikroba yang menempel pada bahan. Pencucian harus dilakukan dalam waktu yang
sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung
dalam simplisia. Pencucian harus menggunakan air bersih, seperti air dari mata air,
sumur atau PAM
Perajangan /Pengubahan bentuk
Pengubahan bentuk dilakukan bertujuan untuk memperluas permukaan sehingga
lebih cepat kering tanpa pemanasan yang berlebih. Pengubahan bentuk dilakukan
dengan menggunakan pisau tajam yang terbuat dari bahan steinles.
Pengeringan
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran
udara, waktu pengeringan (cepat), dan luas permukaan bahan. suhu pengeringan
bergantung pada simplisia dan cara pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan antara
suhu 30o-90o C.
Pengeringan dilakukan untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari suatu bahan
dengan menggunakan sinar matahari. Cara ini sederhana dan hanya memerlukan
lantai jemur. Simplisia yang akan dijemur disebar secara merata dan pada saat
tertentu dibalik agar panas merata. Cara penjemuran semacam ini selain murah juga
praktis, namun juga ada kelemahan yaitu suhu dan kelembaban tidak dapat
terkontrol, memerlukan area penjemuran yang luas, saat pengeringan tergantung
cuaca, mudah terkontaminasi dan waktu pengeringan yang lama. Dengan
menurunkan kadar air dapat mencegah tumbuhnya kapang dan menurunkan reaksi
enzimatik sehingga dapat dicegah terjadinya penurunan mutu atau pengrusakan

simplisia. Secara umum kadar air simplisia tanaman obat maksimal 10%.
Pengeringan dapat memberikan keuntungan antara lain memperpanjang masa
simpan, mengurangi penurunan mutu sebelum diolah lebih lanjut, memudahkan
dalam pengangkutan, menimbulkan aroma khas pada bahan serta memiliki nilai
ekonomi lebih tinggi.
Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan
sortasi adalah untuk memisahkan benda asing, seperti bagian-bagian yang tidak
diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013, http://www.cabi.org/. Diakses pada tanggal 25 Desember 2013.

Astuti VCY (2012). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kumis Kucing Terhadap
Penurunan Glukosa Darah Tikus Wistar yang DiInduksi Aloksan. Karya Tulis
Ilmiah: Fakultas Kedokteran Universitas DiPonegoro.
Departemen kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: direktorat
jendral pengawasan obat dan makanan dan makanan. 7.
Departemen Kesehatan RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat Dan Makanan
Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat tinggi. Bandung: Penerbit ITB.
Hal: 152-154.
Sastrohamidjojo. (1996). Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Suradikusumah, E. (1989). Kimia Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, IPB.

Syukur, C. (2002). Budi Daya Tanaman Obat komersial 72-73


Widyaningrum, H., dkk, (2011). Kitab tanaman obat nusantara. Media pressindo.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai