Anda di halaman 1dari 5

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

TAKE HOME EXAM


BIOLOGI TERAPAN

Disusun Oleh :
Anisa Puteri
1111016100069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014

Latar Belakang Masalah


Dalam upaya pemenuhan gizi masyarakat terutama untuk protein terdapat pada
sumber hewani. Usaha peternakan sangatlah memiliki andil besar untuk hal ini. Dalam
peternakan, kualitas dan kuantitas merupakan hal yang penting menjadi perhatian dalam
proses produksi dan hasil produksi ternak sendiri. Pakan mrupakan hal penting dalam
menetukan hasil produksi ternak baik dalam kualitas maupun kuantitas.
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat pada saat ini
dan diiringi oleh kesadaran dari masyarakat untuk mengkonsumsi protein yang bersumber
dari hewani, maka dunia peternakan harus meningkatkan produktivitasnya guna memenuhi
permintaan akan produk peternakan tersebut. Upaya peningkatan produk peternakan ini
memaksa para peternak untuk memenuhipermintaan dari konsumen tersebut, sehingga
dengan segenap upaya dunia peternakan menggunakan teknis yang serba praktis dan instan
terhadap ternak, yang dapat meningkatkan produksi dari ternak seperti penggunaan obatobat kimia yang langsung atau tidak langsung dapat meninggalkan residu pada tubuh
ternak.
Pakan yang biasa digunakan para peternak sekarang adalah pakan yang dicampur
dengan zat tambahan berupa zat kimia untuk membuat pakan lebih tahan lama dan tidak
rusak selama masa penyimpanan dan distribusinya.
Namun penambahan zat kimia tersebut dapat meninggalkan residu pada hewan
ternak sehingga menurunkan kualitas dari hewan tersebut. Untuk itu diperlukan pakan yang
memiliki antibakteri terhadap bakteri pathogen yang membuat pakan tidak tahan lama dan
berbahaya bagi hewan. Di Indonesia memiliki beragam rempah-rempah yang ternyata
memilki antibiotic yang dapat membuat pakan lebih tahan lama dan meminimalisir
pertumbuahan bakteri, diantaranya adalah bawang putih, Kini, dikembangkan pakan ternak
dengan campuran antibiotic yang berasal dari bawang putih sebagai solusi peningkatan
kualitas dan kuantitas produksi ternak.

Tujuan
Produk pakan anti bakteri ini bertujuan untuk membuat pakan lebih tahan lama dalam
penyimpanan dan meminimalisir terkontaminasinya pakan dengan bakteri pathogen.
.
Sasaran
Peternak , Masyarakat.

Manfaat dan Kegunaan


Pakan antibakteri ini digunakan untuk hewan ternak sebagai solusi alternatif dalam
pemenuhan kebutuhan produksi dengan peningkatan mutu kualitas dan kuantitas.

Landasan Teori dan Kerangka Konseptual


Pakan merupakan aspek penting dalam peternakan. Pakan merupakan penentu kualitas dan
kuantitas dan hewan ternak.Selama ini ada tiga bentuk pakan yang dikenal para peternak,
yaitu : 1). tepung (mash), bentuk ini yang lama digunakan di Indonesia. 2). butiran lengkap
(pellet), bentuk ini telah mendapat perlakuan teknis dari bentuk mash dan sangat digemari
oleh ternak. 3). butiran lengkap terpecah (crumble), ransum ini bentuk butiran tetapi kecilkecil, sama halnya dengan pellet, pakan ini juga digemari oleh ternak. Ransum bentuk mash
kurang digemari oleh ternak bila dibandingkan dengan ransum bentuk pellet dan crumble,
akan tetapi ransum mash lebih mudah diserap usus ayam yang menyebabkan efesiensi lebih
baik dan dapat digunakan untuk semua umur.
Selain bentuk pakan, penyimpanan juga turut andil dalam mendukung keberhasilan
bisnis beternak, karena salah satu fungsi penyimpanan adalah menjaga stabilitas
ketersedian pakan yang cukup dan aman untuk dikonsumsi ternak. Pakan yang sudah jadi
(siap konsumsi) pada umumnya telah mengalami perubahan baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Kadar air sebagai salah satu contoh perubahan kuantitatif. Pakan yang stabil
dengan kadar air tertentu dapat berubah stabilitasnya apabila lingkungan tempat dan lama
(waktu) penyimpanan yang tidak mendukung. Penyimpanan yang terlalu lama merupakan
penyebab utama pakan menjadi keras dan menggumpal serta memungkinkan untuk
bertumbuh kembangnya jamur, kapang dan mikroorganisme lain, sehingga bisa
menurunkan kualitas pakan, seperti contoh kasus yang terjadi pada pakan pabrik
(komersial). Biasanya pakan buatan pabrik telah mengalami penyimpanan, mulai dari
gudang, pengangkutan (transportasi) sampai berakhir ditangan peternak(konsumen).
Penyimpanan adalah usaha untuk melindungi bahan pangan dari kerusakan yang
disebabkan berbagai hal, antara lain serangan hama seperti mikroorganisme, serangga, tikus
dan kerusakan fisiologis atau biokemis (Damayanthi dan Mudjanjanto, 1995). Adapun
Tujuan dari penyimpanan itu sendiri adalah untuk menjaga dan mempertahankan mutu
komoditi yang disimpan dengan cara menghindari, mengurangi dan menghilagkan berbagai
faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas komoditi (Soesarsono, 1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ransum selama penyimpanan adalah faktor fisik
seperti temperatur, kelembaban relatif, dan komposisi udara ruang penyimpanan. Faktor
biologis seperti kutu, bakteri, kapang dan binatang pengerat (Hall, 1970). Suhu
penyimpanan lebih tinggi dari suhu optimum akan mempercepat metabolisme dan
mempercepat terjadinya proses pembusukan. Suhu rendah dapat memperlambat aktivitas
metabolisme dan menghambat pertumbuhan mikroba. Selain itu juga, mencegah terjadinya
reaksi kimia dan hilangnya kadar air dari bahan pangan (Ishak dan Amrullah, 1985).
Penyimpanan yang melebihi waktu tertentu dan dalam kondisi yang kurang baik,
dapat menyebabkan kualitas pakan mengalami penurunan. Jenis kerusakan bisa terjadi
adalah kerusakan fisik, biologis dan kimiawi. Jamur merupakan salah satu penyebab
terbatasnya daya simpan dan faktor yang mempengaruhi tumbuhnya jamur diantaranya
adalah kadar air, suhu serta kelembaban. Kadar air sangat berhubungan dengan

perkembangan kapang yang bisa tumbuh dalam bahan pakan dan menghasilkan senyawa
toksik yang sangat berbahaya jika dikonsumsi oleh ternak. (Syamsu, 2002).
Untuk mengatasi hal tersebut , maka ditemukanlah solusi untuk perbaikan dan
penyempurnaan pakan ternak yakni dengan penambahan bawang putih sebagai antibakteri
untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Hasil pertanian seperti bawang putih
dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan manusia, bahan baku dalam bidang industri
dan bahan pakan ternak. Bawang putih yang mengadung scordinin dan alisin, di mana
scordinin berperan dalam memberikan kekuatan dan pertumbuhan tubuh. Alisin dikenal
mempunyai daya antibakteri yang kuat, banyak yang membandingkannya dengan penisilin.
Peneliti IPB menunjukkan bahan aktif temulawak (curcumin), jahe (gingerol) dan bawang
putih (allicin) mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Oleh Sri Suharti, peneliti muda
dari Depertemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor (IPB), ketiga bahan tersebut diuji kemampuan antibakterinya pada S. typhimurium.
Kemudian mengkombinasikannya sebagai antibakteri. Sri juga menguji kemungkinannya
sebagai imunostimulan serta pemacu performas pada ayam pedaging dan pemberian serbuk
bawang putih 5% dalam ransum ayam pedaging dapat menurunkan konsumsi ransum.
Bawang putih dengan konsentrasi 2,5% dalam ransum dapat meningkatkan konversi
ransum, meningkatkan karkas serta menurunkan koloni bakteri S.typhimurium dalam feses
tetapi tidakmempengaruhi kadar imunoglobulin darah (Sri Suharti, 2002).
Hasil penelitian tersebut meunjukkan bahwa penambahan bawang putih pada pakan
ternak meningkatkan kualitas ternak dengan menambahkan performa yaitu berta bobot
badan hewan serta menekan angka kematian dengan meningkatkan sistem imunitas ternak.
Denagn begitu , peningkatan kualitas pakan pada hewan ternak maka akanmeningkatkan
kualitas serta kuantitas hewan ternak itu sendiri sehingga dapat memaksimalkan
pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat.
Metode dan Rancangan Kegiatan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan produksi adalah :
1. Konsumsi ransum (g/ekor)
Dihitung berdasarkan jumlah ransum yang diberikan dikurangi dengan sisa ransum
pada akhir minggu. Penimbangan dilakukan setiap minggu selama penelitian.
2. Pertambahan bobot badan (g/ekor)
Diukur dengan menimbang bobot badan setiap minggunya kemudian dikurangi
dengan bobot badan minggu sebelumnya.
3. Konversi Ransum
Dihitung berdasarkan perbandingan antara ransum yang dikonsumsi dengan
pertambahan bobot badan setiap minggu.
4. Income Over Feed Cost (IOFC)
Yaitu pendapatan yang diperoleh dari berat badan ternak (bobot akhir dikalikan
dengan harga ternak/kg) dikurangi dengan biaya pakan (total konsumsi dikali harga
pakan).

Rancangan Kegiatan Produksi :


1. Pembuatan bubuk bawang putih yaitu kunyit dicuci kemudian di bersihkan setelah
itu di iris tipis-tipis.
2. Irisan bawang putih ditutup plastik hitam kemudian di jemur dibawah sinar
matahari/di ovenkan dengan suhu 40-60oC selama 24-52 jam sampai kering.
Bawang putih digiling sampai halus sehingga didapatkan serbuk bawang putih agar
mudah tercampur dengan bahan pakan. Kemudian kalsium propionat dan bawang
putih dicampur dengan ransum basal sesuai dengan perlakuan.
3. Jumlah ransum sebanyak 40 kg kemudian di bagi menjadi 40 kemasan dengan satu
kemasan 1 kg, dengan menggunakan plastik klip. Diletakkan di atas papan dengan
tinggi + 7 cm dari lantai didalam ruangan sesuai dengan metode penyimpanan
peternak pada umumnya.
Daftar Pustaka
Natsir,M.H, dkk. INOVASI PRODUKSI ADITIF PAKAN ALAMI MELALUI
TEKNOLOGI PROTEKSI MIKROENKAPSULASI DENGAN MICROWAVE OVEN
TERMODIFIKASI SEBAGAI PENGGANTI ANTIBIOTIK PADA UNGGAS.
Malang : Universitas Brawijaya, 2013.
Saleh, Eniza dkk. Pemberian Tepung Bawang Putih (Allium sativum L.) dalam
Ransum terhadap Performas Itik Peking Umur 18 Minggu (The Usage of
Garlic (Allium sativum L.) Powder in Feed on Performance of Peking Duck 18
Weeks of Age. Sumatera Utara : USU, 2006.

.
Suharno, B. dan Nazaruddin. Ternak Komersial. Jakarta : Penebar Swadaya, , 1994
Suharti, Sri. Pusat Kajian Makanan Minuman dan Obat Tradisonal. Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan. Bogor : Fakultas Peternakan Institut Pertanian, 2002.
Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Ternak Unggas. Yogyakarta : UGM Press. 1992

Anda mungkin juga menyukai