Anda di halaman 1dari 5

Nama: M.

Ma’Aruf Al fatih
NIM : 03031181924007

Mikrobiologi dalam Peternakan

Berbagai teknologi diperlukan untuk mempertahankan ketersediaan pakan,


meningkatkan kualitas pakan dan mengoptimumkan fungsi kerja rumen sehingga
produksi ternak di Indonesia dapat ditingkatkan . Teknologi dengan
memanfaatkan mikroorganisme untuk makanan manusia sudah dikenal sejak lama
dan di dalam pakan ternak sudah mulai diperkenalkan di Indonesia. Bentuknya
dapat berupa probiotik(bakteri, jamur, khamir atau campurannya), serta produk
fermentasi atau produk ekstrak dari suatu proses fermentasi seperti enzim (Wina,
2005).
Probiotik sendiri merupakan mikroba hidup yang memiliki pengaruh
menguntungkan bagi inang melalui modifikasi bentuk keterikatan dengan inang
atau komunitas mikroba lingkungan hidupnya sehingga dapat memiliki pengaruh
memperbaiki kecernaan makanan, melindungi dari serangan patogen seperti
E.coli, Salmonella, dan Clostridium (Priastoto dkk, 2016). Probiotik terdiri dari
beberapa komponen seperti bakteri gram positif, bakteri gram negatif, yeast, dan
kapang.
Pemberian probiotik pada saat ini sering digunakan pada hewan ternak
ayam, khususnya ayam broiler. Probiotik sendiri adalah makanan pelengkap
berupa mikroorganisme hidup yang memberikan keuntungan pada saluran
pencernaan inang. Mikroorganisme yang banyak digunakan sebagai probiotik
yaitu seperti strain Lactobacillus, Bacillussp., yeast, dan Saccharomyces
cereviceae.
Penelitian terkait pengaruh pemberian probiotik terhadap performa broiler
sudah dilakukan oleh Sartika (2017). Hasilnya menunjukkan pemberian probiotik
cair (Enterecoccus faecalis) kedalam air minum terhadap konsumsi pakan
menunjukkan optimalnya pemberian probiotik akan menekan daya cerna organ
pencernaan, sehinngga akan meningkatkan konsumsi pakan. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa secara umum manfaat penambahan probiotik adalah
membantu sistem pencernaan unggas, agar ungags lebih mudah mencerna dan
meningkatkan kapasitas daya cerna sehingga diperoleh zat pakan yang lebih
banyak untuk pertumbuhan maupun produksi. Hal ini juga disebabkan oleh
penggunaan mikroba probiotik yang menghasilkan enzim selulase yang mampu

1
memanfaatkan pakan berserat kasar tinggi dari limbah industri dan pertanian. Hal
tersebut dapat membantu dalam proses pencernaan sehingga serat kasar dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan jaringan dan bobot badan ternak
itu sendiri.

Enzim juga memiliki peran dalam peningkatan kinerja ayam broiler ini,
dimana enzim yang bekerja adalah enzim protease dan hemiselulose. Aktivitas
enzim protease pada usus halus dan pankreas meningkat secara nyata. Besarnya
peningkatan aktivitas enzim tersebut berbeda antara yang terjadi pada usus halus
dengan di pankreas. Aktivitas enzim meningkat sebesar antara 3 - 3,5 kali lebih
tinggi pada usus halus dan 4 - 4,5 kali lebih besar pada pankreas. Peningkatan
aktivitas enzim tampak jelas dipengaruhi oleh umur lewat rangsangan banyaknya
"chyme" yang ada. Banyaknya "chyme" berhubungan erat dengan jumlah
konsumsi, karena umur makin bertambah jumlah konsumsi (intake) juga
meningkat. Meskipun aktivitas enzim pencernaan pada umumnya dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain genetis, komposisi ransum,
dan intake (Suthama dkk, 1991), intake lebih berpengaruh terhadap produksi dan
aktivitas enzim pencernaan. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja dari enzim ini
adalah umur dari ayam boiler, karena terkait dengan jumlah produksi enzimnya.
Perubahan ransum menjadi "chyme" dalam saluran pencernaan dapat
menjadi rangsangan mekanis bagi dinding usus yang selanjutnya mempengaruhi
produksi enzim pencernaan. (O'Sullivan dkk, 1992) melaporkan bahwa aktivitas
tripsin pada ayam dengan bobot badan ringan lebih rendah jika dibandingkan
dengan pada ayam dengan bobot badan yang lebih tinggi. Hal itu menunjukkan
bahwa semakin muda umur ayam maka semakin rendah aktivitas enzim karena
konsumsi ransum semakin sedikit. sebagai perangsang dinding saluran
pencernaan.
Enzim Protease ini merupakan enzim yang mengubah Proteosa, pepton
dan polipeptida menjadi asam amino. Proteosa itu sendiri adalah suatu modifikasi
dari asam amino yang susunannya lebih sederhana daripada susunan asam amino
dalam Protein sehingga dapat lebih mudah diubah menjadi asam amino
penyusunnya. Untuk hemiselulosa sendiri merupakan senyawa prekursor
(pembentuk) selulosa. Hemiselulosa berfungsi sebagai pendukung dinding sel dan
berlaku sebagai perekat antar sel tunggal (perekat antar mikrofibril selulosa) yang
terdapat didalam batang pisang dan tanaman lainnya. Hemiselulosa menyerupai
selulosa. Dengan asam encer dihidrolisa menjadi mannose + galaktosa.
Hemiselulosa dapat dijumpai misal pada lendir tumbuhan, dimana hemiselulosa
ini berupa polisakarida yang berfungsi mengisi ruang antara serat-serat selulosa
yang ada di dalam dinding sel tumbuhan.
Hemiselulosa memiliki sifat non-kristalin dan bukan serat, mudah
mengembang, larut dalam air, sangat hidrofolik, serta mudah larut dalam alkali.
Kandungan hemiselulosa yang tinggi memberikan kontribusi pada ikatan antar
serat, karena hemiselulosa bertindak sebagai perekat dalam setiap serat tunggal.
Pada saat proses pemasakan berlangsung, hemiselulosa akan melunak, dan pada
saat hemiselulosa melunak, serat yang sudah terpisah akan lebih mudah menjadi
berserabut (Prasutiyo dkk, 2015). Adanya enzim hemiselulosa dapat mengurangi
waktu dan tenaga yang diperlukan untuk melunakkan serat selama proses mekanis
dalam air. Dengan peran kedua enzim tersebut yang saling membantu, nantinya
akan dapat meningkatkan menyerapan nutrisi pada pakan ternak ayam broiler.
Bentuk lain dari pemanfaatan mikrobiologi pada peternakan adalah
pemberian bakteri Butyrifibrio fibriosolvens pada pakan-pakan ternak. Bakteri B.
fibrisolvens merupakan spesies rumen yang paling versatil metaboliknya, hampir
semua strainnya dapat tumbuh pada karbohidrat sederhana (glukosa, selobiosa)
dan kompleks (selulosa, hemiselulosa, pati, pektin, manan) (Seno dkk, 2014).
Hasil fermentasi karbohidrat oleh bakteri Butyrifibrio fibriosolvens meliputi
asetat, format, laktat, butirat, H2 dan CO2. Bakteri Butyrifibrio fibrisolvens ini
termasuk kelompok bakteri mesophyl, yang dapat tumbuh dengan baik pada suhu
25oC – 40oC. Bakteri ini memiliki flagela, sehingga bersifat motil. Populasi B.
fibrisolvens cenderung meningkat bila proporsi konsentrat pakan juga meningkat.
Peranan bakteri B. fibrisolvens lebih dominan pada hidrolisis
hemiselulosa, sehingga dapat memecah menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Dalam kaitannya dengan produksi asam linoleat pada susu, asam linoleat
merupakan sebuah asam karboksilat dengan rantai karbon dan 18-cis dua ikatan
ganda, ikatan rangkap pertama terletak pada karbon keenam dari ujung omega.
Asam linoleat merupakan asam esensial yang tidak bisa diproduksi oleh tubuh,
sehingga perlu adanya bantuan mikroba. Mikroba yang bisa membantu produksi
asam linoleat antara lain Butyrifibrio Fibrisolvens, dimana bakteri ini
ditambahkan pada pakan-pakan ternak, sehingga bakteri tersebut akan
memproduksi asam linoleat yang tinggi. Contoh dari kegunaan dari asam linoleate
ini adalah susu sapi, dimana susu sapi yang memiliki kandungan asam linoleat
terkonjugasi dapat dipercaya bisa menambah kekebalan tubuh serta mengurangi
pertumbuhan pada tumor.
DAFTAR PUSTAKA

O'Sullivan, D., Dkk. 1992. Traits of Fluorescent Pseudomonas spp. Involved in


Suppression of Plant Root Pathogens. Microbiological Reviews. 662-
676. WARTAZOA. 173-186.
Prasutiyo, I. 2015. Degradation of Cornstalk’s Cellulose to Glucose Using
Hydrothermal Process With Combination Process of Pretreatment
Delignification Assisted Ultrasound. Fakultas Teknologi Industri dan
Rekayasa Sistem. Institut Teknologi Sepuluh November.
Priastoto, D., Dkk. 2016. Pengaruh Pemberian Probiotik Dari Mikroba Lokal
Terhadap Performa Ayam Petelur. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu.
80-85.
Sartika. 2017. Pengaruh Pemberian Probiotik Terhadap Performa Broiler.
Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Alauddin.
Seno, D.,& Brooker J. 2014. Perbandingan Pertumbuhan Butyrivibrio
fibrisolvens E14 Varian Sticky dan Loose. Current Biochemistry. 89-100.
Suthama, N., Dkk. 2012. Perkembangan Fungsi Fisiologis Saluran Pencernaan
Ayam Kedu Periode Starter. Majalah Ilmiah Peternakan. 1-10.
Wina, E. 2005. Teknologi Pemanfaatan Mikroorganisme Dalam Pakan Untuk
Meningkatkan Produktivitas Ternak Ruminansia di Indonesia: Sebuah
Review.

Anda mungkin juga menyukai