Anda di halaman 1dari 8

UJIAN AKHIR SEMESTER

ILMU NUTRISI TERNAK KOOPERATIF

OLEH

YAMINSON NGGINA NJUKA


2011010004

PROGRAM STUDI PASCASARJANA


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020

1
1 Seorang peneliti menemukan fakta bahwa pakan yang diolah melalui proses
fermentasi, meningkatkan kualitas pakan dan ketika dicobakan kepada ternak
diperoleh hasil nilai cerna berbeda secara significant antara pakan yang
difermentasi dan tanpa fermentasi. Jelaskan mengapa demikian.

jawaban

Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk meningkatkan kecernaan bahan


pakan ternak, baik sebelum dikonsumsi maupun selama dalam saluran pencernaan,
hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan memanfaatkan probiotik (Hafsah, 2003). Effective
Microorganisms-4 (EM-4) adalah salah satu jenis probiotik yang merupakan kultur
campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman dan
ternak yang dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan
populasi mikroorganisme (Anonim, 2006). Menurut Higa (1980 dalam Sudarsana,
2000) penggunaan EM-4 dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan kualitas
produksi tanaman dan ternak. EM-4 terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam
laktat (Lactobacillus sp), khamir (Saccharomyces sp) serta Actinomycetes. Deptan
(1996) dan Subadiyasa (1997) menambahkan di dalam EM-4 juga terdapat jamur
fermentasi (peragian) yaitu Penicillium sp dan Aspergillus sp. Prinsip fermentasi
adalah mengaktifkan pertumbuhan mikroorganisme yang dibutuhkan, sehingga
membentuk produk baru yang berbeda dari bahan asal (Sabrina dkk., 2001). Menurut
Winarno dan Fardiaz (1980), bahan pakan yang mengalami fermentasi dapat
meningkatkan nilai gizinya jika dibandingkan dengan bahan asalnya.
2. 2. Perbedaan mekanisme pencernaan protein dan karbohidrat antara ternak
ruminansia dan monogastrik

Pencernaan Karbohidrat
Pakan ternak ruminansia sebanyak 60 -70% terdiri darikarbohidrat berupa
selulosa, hemiselulosa dan pati. Selulosa dan hemiselulosa tidak dicerna oleh enzim

2
yang dihasilkan ternak ruminansia, tetapi dicerna oleh enzim-enzim yang dihasilkan
oleh mikroba rumen (Tillman et al.,1991). Mikroba rumen memfermentasi dan
mengubah sejumlah besar komponen karbohidrat menjadi Volatile Fatty Acid(VFA)
yang menghasilkan energi dalam bentuk Adenosine Tri Phosphate(ATP). Tubuh atau
sel mikroba mengandung 40 -60% protein, karena itu sangat diperlukan energi yang
mudah tersedia berupa ATP untuk keperluan sintesa protein ( Preston dan Leng,
1987). Selain itu ATP tersebut digunakan untuk mempertahankan kelestarian
aktivitas mikroba itu sendiri.Pada tingkat pertama, pencernaan karbohidrat dalam
rumen dikatalisis oleh enzim ekstraseluler ( Tillman et al.,1991). Urutan pola
fermentasi dalam rumen adalah glukose, xylosa, pati dan selulosa ( Arora, 1995).
Karbohidrat mengalami fermentasi anaerob oleh mikroba rumen menjadi
VFA, gas metan dan karbon dioksida (CO2). VFA yang dihasilkan dalam rumen
terdiri atas : asam asetat sebanyak 63%, asam propionat 21%, asam butirat, asam
valerat dan lain-lainnya sebanyak 16%. Banyaknya VFA yang dihasilkan didalam
rumen sangat bervariasi antara 200-1500 mg/100 ml cairan rumen. Produksi VFA
sangat tergantung pada jenis ransum yang dikonsumsi (Mc Donald et al.,1988). VFA
mempunyai peran ganda yaitu sebagai sumber energi bagi ternak dan sumber
kerangka karbon bagi pembentukan protein mikroba ( Sutardi et al.,1983).
Peningkatan konsentrasi VFA mencerminkan peningkatan protein dan karbohidrat
pakan yang mudah larut (Davies, 1982). Pada fermentasi normal kadar VFA total
cairan rumen sekitar 70-130 mM ( Sutardi, 1980). Untuk menunjang pertumbuhan
mikroba rumen yang maksimal diperlukan kadar VFA sebesar 80-160 mM ( Sutardi,
1979). Lebih lanjut dijelaskan bahwa laju pertumbuhan mikroba dalam rumen
tergantung pada ketersediaan karbohidrat.
Pencernaan karbohidrat di dalam rumen berlangsung karena adanya enzim
yang dihasilkan oleh mikroba rumen, terutama fungi bekerjasama dengan bakteri
selulolitik dan amilolitik serta protozoa. Didalam rumen, partikel pakan yang
terutama berupa polimer karbohidrat, mengalami degradasi yang sangat intensif
menjadimonomer. Bentuk monomer tersebut oleh mikroba rumen difermentasi
3
menjadi piruvat melalui lintasan Embden Meyerhorf dan lintasan Pentosa
Posfat(Erwanto ,1995). Piruvat adalah bentuk produk intermedier yang segera
dimetabolis untuk membentuk produk utama pencernaan fermentatif dalam rumen
yaitu asam-asam lemak rantai pendek yang biasa disebut VFA.Asam asetat,
propionat, butirat, CO2, gas metan dan hidrogen adalah hasil akhir pencernaan
mikroba dan metabolis karbohidrat makanan ( Blexter,1969; Tillman et al., 1991).
Gas C02, gas metan dan hidrogen merupakan bentuk energi yang tidak bermanfaat
bagi ternak yang akan dikeluarkan dari dalam rumen melalui proses eruktasi. Selain
itu juga dihasilkan asam-asam lemak rantai cabang yaitu : iso butiratdan iso
valerat.Asetat adalah produk akhir utama dari pakan yang kaya serat kasar, sedangkan
pakan yang kaya akan pati menghasilkan propionat yang relatif lebih banyak (Arora,
1995).
Kecernaan protein
Protein adalah senyawa organik komplek yang mempunyai molekul tinggi
dan mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor serta nitrogen
(Tillman et al., 1991). Edey (1983), menyatakan bahwa kunci dari struktur protein
adalah asam amino, sehingga kualitas protein ditentukan oleh keseimbangan asam
amino. Ternak membuat protein jaringan tubuhnya terutama dari asam-asam amino
hasil pencernaan protein yang terdapat pada bahan pakan yang dimakan (Anggorodi,
1994). Sumber asam-asam amino untuk ternak induk semang juga berasal dari protein
yang lolos degradasi atau By Pass Protein, protein mikroba rumen yang tercerna dan
terserap dalam usus serta dari hasil fermentasi rumen (Mc Donald et al., 1995).
Perombakan protein oleh enzim proteolitik di dalam rumen menghasilkan peptida dan
asam-asam amino. Produk ini sebagian besar akan mengalami katabolisme lebih
lanjut (deaminasi) sehingga dihasilkan amonia (NH3). Kegiatandeaminasi asam-asam
amino menghasilkan amonia bersifat konstitutif, bahwa mikroba rumen akan terus
melakukan deaminasi terhadap asam amino, walaupun telah terjadi akumulasi amonia
yang cukup tinggi di dalam rumen (Sutardi, 1976). Lebih lanjut dijelaskan bahwa
sekitar 80% spesies mikroba rumen mampu menggunakan amonia sebagai sumber
4
nitrogen untuk sintesis protein. Bakteri rumen adalah pengguna amonia sebagai
sumber nitrogen yang paling efisien (Schaefer et al., 1980). Disamping dimanfaatkan
oleh mikroba rumen, amonia yang dihasilkan juga diserap oleh darah melalui dinding
rumen dibawa ke hati dan diubah menjadi urea. Beberapa urea ini mungkin
dikembalikan ke rumen melalui saliva dan juga langsung menembus dinding rumen,
tetapi sebagian besar dikeluarkan bersama urine dan kemudian dibuang ( Hungate,
1966).
Pencernaan Karbohidrat
pencernaan dan penyerapan karbohidrat Pencernaan karbohidrat mulai terjadi
di dalam mulut dan disempurnakan dalam lekukan duodenum, getah pankreas dan
garam empedu alkalis disekresikan pada bagian ini. Garam empedu menetralisir
suasana asam menjadi alkalis. Tiga macam enzim yaitu karbohidrase, protease dan
lipase disekresikan dari pancreas (Djulardi et al., 2006). Hidrolisis karbohidrat
menjadi monosakarida diabsorbsi oleh sel-sel absorbsi yang aktif melakukan proses
penyerapan. Hal ini diperlihatkan dari kemampuan sel-sel epitel untuk menyerap
secara selektif zat-zat seperti glukosa, galaktosa, dan fruktosa dalam konsentrasiyang
tidak sama. Glukosa diserap lebih cepat dari pada fruktosa. Setelah proses penyerapan
melalui dinding usus halus, sebagian besar monosakarida dibawa oleh aliran darah ke
hati. Di dalam hati, monosakarida mengalami proses sintesis menghasilkan glikogen,
oksidasi menjadi CO2 dan H2O, atau dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah ke
bagian tubuh yang memerlukan (Widodo, 2002).
Pencernaan Protein
Pencernaan protein pada unggas dimulai saat makanan dihaluskan dan
dicampur dalam ventriculus (Djulardi et al., 2006). Pencernaan tersebut dimulai
dengan kontraksi otot proventriculus yang mengaduk-aduk makanan dan
mencampurkan dengan getah pencernaan yang terdiri atas HCl dan pepsinogen.
Pepsinogen yang bereaksi dengan HCl berubah menjadi pepsin. HCl dan pepsin akan
memecah protein menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti polipeptida,
proteosa, pepton, dan peptida (Widodo, 2002). Penyerapan protein dimulai ketika
5
makanan masuk ke dalam usus. Mukosa usus terdiri atas lapisan otot licin, jaringan
ikat dan epitel kolumnar sederhana dekat lumen. Pada epitel pelapis terdapat banyak
sel goblet yang menghasilkan lendir dan sekresinya membantu melicinkan makanan.
Pada mukosa terdapat banyak vilusyang mengandung banyak pembuluh darah dan
pembuluh linfah kecil. Lapisan epitel akan menyerap air dan zat-zat makanan. Sel
absorpsi dari vilus merupakan tempat absorpsi asam amino. Secara umum asam
amino setelah diserap oleh usus halus akan masuk ke dalam pembuluh darah
(Widodo, 2002).
3. Fenomena yang terjadi di daerah tropis memperlihatkan bahwa laju
pertumbuhan dan umur tanaman pakan berkorelasi positif dengan nilai cerna dan
sampai pada fase tertentu berkorelasi negatif dengan nilai cerna. Uraikan
mekanisme demikian

jawaban

Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia, sehingga


untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia harus diikuti oleh peningkatan
penyediaan hijauan yang cukup baik dalam kuantitas maupun kualitas.Pertambahan
populasi ternak ruminansia menyebabkan peningkatan kebutuhan pakan hijauan.
Sumber pakan Corresponding umumnya dari padang rumput/padang
penggembalaanyang luasnya semakin lama semakin berkurang karena secara
bertahap telah terjadi perubahan fungsi dari padang rumput menjadi pemukiman
penduduk, kawasan industri,dan perkebunan. Keterbatasan areal yang digunakan
untuk penanamanhijauan makanan ternak mengakibatkanproduksi ternak menurun.
Manajemen pemanenan menyangkut interval dan tinggi pemanenan penting dalam
mengelola tanaman pakan untuk menghasilkan produksi dan kualitas nutrien yang
optimal bila digunakan sebagai hijauan pakan (Tarigan dkk.,2010). Umur tanaman
berpengaruh terhadap menurunnya kandungan protein, mineral, dan karbohidrat
mudah larut, sedangkan kandungan serat kasar meningkat. Umur panen merupakan
aspek yang erat hubungannya dengan fase pertumbuhan tanaman, yang mempunyai
6
relevansi yang akurat dengan produks dan nilai nutrien dan kecernaan. Penentuan
umur panen yang tepat sangat diperlukan untuk menjamin tingginya produksi
tanaman dengan nilai nutrien dan kecernaan yang memadai sebagai pakan ternak
(Koten dkk., 2012). Meningkatnya kematangan tanaman ditunjukkan dengan
meningkatnya proporsi dinding sel yang berpengaruh terhadap kecernaan bahan
organik in vitro(Surono dkk., 2003). Semakin tua umur tanaman, produksi bahan
keringnya tinggi tetapi kandungan nutriennya menurun (Webster dan Wilson, 1989).
Kandungan air tanaman akan menurun dengan semakin meningkatnya umur tanaman,
terutama pada saat biji terbentuk dan menjadi masak (Tillman dkk., 1998). Seiring
dengan pertumbuhan tanaman, proporsi komponen tercerna seperti karbohidrat
terlarut dan protein cenderung menurun dengan tajam (Whiteman, 1980).
4 Mengapa keseimbangan asam amino dan asam amino yang paling defisien
menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan ransum unggas

jawaban
Pada formulasi pakan, peternak harus tahu tentang komposisi nutrisi sesuai
dengan kebutuhan nutrisi ternak, seperti protein kasar, lemak, pati dan asam amino
(AA). AA essensial merupakan asam amino yang harus diperoleh dalam ransum
pakan ternak unggas AA esensial seperti lisin dan sulfur yang mengandung AA
(metionin dan sistein) harus mencapai tingkat yang cukup untuk memungkinkan
performa ternak unggas yang optimal. Oleh karena itu, kandungan AA essensial di
dalam bahan pakan ternak unggas sumer protein harus diketahui secara akurat.

Protein terdiri dari asam amino esensial dan non-esensial. Asam amino
esensial (lysine, methionine, valin, histidin, fenilalanin, arginine, isoleusin, threonine,
leusin, triptofan, glisine, tyrosine dan sistin) tidak dapat dibuat dalam tubuh sehingga
harus disediakan dalam ransum(Faradilla, 2015). Tingkat protein ransum sangat
berpengaruh terhadap pencapaian bobot badan ternak. Hal ini menunjukkan bahwa
protein berperan penting dalam pencapaian bobot karkas yang diinginkan. Jika
protein yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan akan berdampak pada
7
terganggunya proses pertumbuhan ternak. Apabila terjadi kelebihan protein kasar
maka protein akan diuraikan oleh tubuh ayam untuk dibuang bersama feses. Selain
itu, protein kasar yang terbuang bersama feses akan diuraikan oleh bakteri yang ada
di dalam feses menjadi amonia dan panas

5 Mengapa ternak ruminansia mampu bertahan dengan kualitas pakan yang


rendah dibandingkan dengan ternak monogastrik? Jelaskan

jawaban
Berbeda dengan ternak monogastrik, ruminansia memiliki sistem pencernaan
yang unik. Ruminansia memiliki organ pencernaan yang berkapasitas besar dengan
proses pencernaan yang merupakan serangkaian proses kompleks dan melibatkan
interaksi dinamis antar pakan, populasi mikroba dan ternak itu sendiri. Hal ini sangat
penting artinya bagi ruminansia yang sebagian besar pakannya berupa serat. Dengan
demikian ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan domba mampu
memanfaatkan pakan berkualitas rendah dengan kandungan serat kasar yang tinggi.

Pada ternak ruminansia proses pencernaan di dalam rumen sangat bergantung


pada populasi dan jenis mikroba yang berkembang dalam rumen, karena proses
perombakan pakan pada dasarnya adalah kerja enzim yang dihasilkan oleh mikroba
rumen. Melalui teknologi nutrisi, populasi mikroba tersebut dapat ditingkatkan
melalui pendekatan kecukupan nutrien untuk pertumbuhannya. oleh karena itu, usaha
memanfaatkan pakan serat disamping melalui pengolahan perlu juga diikuti dengan
usaha memacu pertumbuhan mikroba rumen melalui pemberian pakan tambahan dan
pendekatan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai