RUMEN
ILMU NUTRISI DAN FISIOLOGI RUMINANSIA
PARALEL 04
A. BAKTERI
Bakteri merupakan biomassa terbesar di dalam rumen, terdapat sekitar50% dari total
bakteri hidup bebas dalam cairan rumen dan sekitar 30-40%menempel pada partikel
makanan. Beberapa jenis bakteri dari spesiesMicrococcus, Staphylococcus, Streptococcus,
Corynebacterium, Lactobacillus,Fusobacterium dan Propionibacteriun ditemukan
menempel pada epitel dindingrumen, disamping itu terdapat spesies bakteri methanogen
yang hidup menempel pada protozoa (Dehority, 2004)
B. PROTOZOA
Protozoa dalam rumen adalah organisme uniseluler yang memiliki peran penting dalam
pencernaan pakan pada hewan ternak ruminansia. Mereka termasuk dalam kelompok
mikroba rumen dan biasanya ditemukan dalam jumlah besar di dalam rumen hewan
seperti sapi dan domba. Protozoa dalam rumen memiliki kemampuan untuk menghasilkan
enzim pencernaan, terutama enzim selulase, yang membantu dalam penguraian serat
kasar seperti selulosa dan hemiselulosa yang terdapat dalam pakan hijauan. Beberapa
spesies protozoa yang umum ditemukan dalam rumen termasuk Entodinium,
Diplodinium, dan Isotricha.
Peran utama protozoa dalam rumen adalah memecah serat kasar menjadi bentuk yang
lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna oleh hewan ternak. Mereka juga
berkontribusi dalam menghasilkan nutrien, seperti asam lemak volatil, yang digunakan
sebagai sumber energi oleh hewan ternak. Selain itu, protozoa dalam rumen juga
membantu menjaga keseimbangan mikroba dalam ekosistem rumen.
C.FUNGI
Fungi dalam rumen merupakan mikroorganisme yang hidup di dalam sistem pencernaan hewan
ruminansia, seperti sapi dan domba. Mereka membantu dalam pemecahan serat-selulosa dari
makanan yang dimakan oleh hewan tersebut, sehingga memungkinkan hewan untuk mencerna
makanan yang sulit dicerna secara efisien. Jamur/fungi anaerob sangat berperan penting dalam
komunitas mikrobarumen. Fungi/jamur akan memecah bahan makanan yang sulit dicerna dalam
mikroba rumen, selain itu fungi/jamur sangat berperan dalam degradasi serat yang terkandung
dalam pakan (Kostyukovsky et al , 1995).
Fungi/jamur memiliki kemampuan memecah jaringan tanaman lebih baik daripada protozoa dan
bakteri(Nagpal et al , 2010).Kebanyakan jamur mampu memfermentasi pati dan glikogen, selain
polisakarida pada dinding sel. Konsentrasi tertinggi jamur dalam rumen akan menurun melalui
abomasum ke usus kecil, namun meningkat dalam usus besar.Fungi/jamur memiliki pengaruh yang
besar pada aktivitas fibrolytic rumen, berkurangnya jumlah populasi jamur menyebabkan penurunan
degradasi serat pakan, akibatnya konsumsi pakan mengalami penurunan, terutama ketika pakan
memiliki kualitas yang buruk (Mouldet al,2005).
1. Bakteri Rumen:
- Fibrobacter: Mendegradasi serat tanaman.
- Ruminococcus: Terlibat dalam pencernaan selulosa.
- Butyrivibrio: Menghasilkan asam lemak rantai pendek.
- Prevotella: Terlibat dalam degradasi karbohidrat kompleks.
2. Protozoa Rumen:
- Entodinium: Menguraikan selulosa dan menghasilkan asam lemak.
- Diplodinium: Berperan dalam degradasi serat dan fermentasi.
3. Fungi Rumen:
- Neocallimastix: Mendegradasi serat tanaman, khususnya lignin.
- Piromyces: Terlibat dalam penguraian selulosa dan hemicellulose.
PEMBAGIAN KELOMPOK MIKROBA DALAM RUMEN
BESERTA FUNGSINYA
Mikroba dalam rumen meliputi bakteri, protozoa, dan fungi. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok
utama: mikroba penguraian serat, mikroba penguraian protein, dan mikroba penguraian karbohidrat.
Pencernaan Karbohidrat: Karbohidrat kompleks seperti selulosa dan hemiselulosa diurai oleh bakteri
pengurai serat dalam rumen menjadi bentuk yang lebih sederhana seperti glukosa.
Fermentasi: Bakteri dan protozoa menggunakan glukosa dan senyawa karbohidrat lainnya sebagai
sumber energi untuk melakukan fermentasi. Proses fermentasi ini menghasilkan asam lemak rantai
pendek, seperti asetat, propionat, dan butirat, serta gas metana.
Sintesis Protein Mikroba: Bakteri dalam rumen menggunakan asam amino yang dihasilkan dari
penguraian protein pakan untuk membangun protein mikroba baru. Protein mikroba ini kemudian
akan dicerna oleh hewan ternak setelah keluar dari rumen.
Sintesis Vitamin: Mikroba dalam rumen juga mensintesis beberapa vitamin B kompleks, seperti
vitamin B12 dan riboflavin, yang penting untuk kesehatan hewan ternak.
Sintesis Asam Lemak Volatil: Bakteri dalam rumen juga menghasilkan asam lemak volatil melalui
fermentasi asetat, propionat, dan butirat. Asam lemak volatil ini kemudian diserap oleh dinding
rumen dan digunakan sebagai sumber energi oleh hewan ternak.
FAKTOR KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MIKROBA
DALAM RUMEN
Kelebihan Pertumbuhan Mikroba dalam Rumen:
Ketersediaan Nutrien: Nutrien yang mencukupi dari pakan hijauan yang dikonsumsi oleh
hewan ternak memungkinkan pertumbuhan mikroba yang optimal dalam rumen.
Kondisi Lingkungan yang Ideal: pH rumen yang stabil dan kondisi lingkungan lainnya yang
mendukung pertumbuhan mikroba, seperti suhu yang optimal dan ketersediaan air, sangat
penting untuk pertumbuhan mikroba yang optimal.
Fermentasi yang Efisien: Proses fermentasi yang efisien memastikan bahwa bahan pakan
diuraikan dengan baik dan nutrien yang dihasilkan dapat diserap oleh hewan ternak.
FAKTOR KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MIKROBA
DALAM RUMEN
Kekurangan Pertumbuhan Mikroba dalam Rumen:
Kurangnya Nutrien: Ketersediaan nutrien yang terbatas dalam pakan hijauan dapat
menghambat pertumbuhan mikroba dalam rumen.
Perubahan Pola Makan: Perubahan pola makan yang tiba-tiba atau tidak teratur dapat
mengganggu keseimbangan mikroba dalam rumen dan menghambat pertumbuhan mereka.
Stres Lingkungan: Stres lingkungan, seperti suhu ekstrem atau kekurangan air, dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam rumen.
Gangguan Kesehatan: Gangguan kesehatan pada hewan ternak, seperti infeksi atau gangguan
pencernaan, juga dapat mengganggu pertumbuhan mikroba dalam rumen.
Memastikan kondisi lingkungan yang optimal dan menyediakan pakan yang berkualitas
merupakan kunci untuk mendukung pertumbuhan mikroba yang sehat dalam rumen hewan
ternak.
TERIMA KASIH