Anda di halaman 1dari 12

NAMA: MERI SURYA NINGSIH

NIM: B1D022129
KELAS: 4B1

KLASIFIKASI PERAN MIKROBA RUMEN


keberadaan dan peran mikroba rumen seperti protozoa, bakteri, fungi dan berbagai spesies yang
berperan di dalam pencernaan ternak ruminansia. Peran masing-masing mikroba rumen seperti
protozoa rumen dengan ordo Entodiniomorphida merupakan populasi protozoa terbanyak. Peran
protozoa juga sangat penting di dalam proses fermentasi bahan pakan di dalam rumen. Peran
protozoa juga diuraikan pada degradasi dinding sel tanaman. peran bakteri rumen serta interaksi
antara protozoa dan bakteri dalam proses fermentasi. Mikroba lain yang juga merupakan
penghuni rumen adalah fungi, mycoplasma dan bacteriophage dalam rumen. Diantara ketiga
mikroba ini peran fungi sangat penting di dalam meningkatkan kecernaan serat kasar sebagai
sumber energi dalam rumen. menguraikan tentang interaksi antara protozoa, bakteri dan fungi
yang merupakan interaksi mikroorganisme yang sangat kompleks. mengetahui mikroorganisme
penting yang ada dalam rumen dan peran masing-masing mikroba tersebut dalam proses
fermentasi. Interaksi antara ketiga mikroba rumen tersebut sangat penting namun belum jelas
karena interaksi mikroorganisme tersebut sangat kompleks.
Mikroba Rumen
Mikroba yang terdapat dalam rumen dibagi menjadi empat jenismikroorganisme anaerob,
yaitu bakteri, protozoa, fungi dan mikroorganismelainnya seperti virus. Penghuni rumen yang
fungsional paling penting adalah bakteri, dalam 1 ml getah rumen terkandung 10 sampai 10 sel
dan merupakan 5-10% massa kering isi perut besar (Schlegel, 1994). Jumlah protozoa dalam
rumenlebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah bakteri yaitu sekitar 10 sel/ml.Ukuran
tubuhnya lebih besar dengan panjang tubuh berkisar antara 20-200mikron, oleh karena itu
biomassa total dari protozoa hampir sama dengan biomassa total bakteri (McDonald et al., 2002)
Mikroba rumen memiliki peran yang sangat penting bagi ternak karenamereka dapat
memanfaatkan nutrisi tanaman secara efisien sebagai sumber energi(Das dan Qin, 2012). Pakan
hijauan dan bahan berserat sebagai pakan basal bagiruminansia akan difermentasi oleh mikroba
rumen sehingga menghasilkan asamlemak terbang sebagai sumber energi dan pasokan rantai
karbon serta sebagianmengandung substansi tanin kondensasi untuk proteksi protein
terhadapfermentasi rumen (Ali, 2012).
Ternak ruminansia tidak dapat menghasilkan enzimyang digunakan untuk mendegradasi
polisakarida dalam dinding sel tanaman,namun mereka memiliki organisme yang hidup di dalam
rumen yaitu bakteri, jamur dan protozoa yang akan muncul beberapa minggu setelah lahir
(Jakober danMcAllister, 2009).Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktifitas
populasimikroba rumen adalah temperatur, pH, kapasitas buffer, tekanan osmitik,kandungan
bahan kering dan potensial oksidasi reduksi (Dehority, 2004).
Pola pertumbuhan bakteri dan protozoa rumen dipengaruhi oleh pola fermentasi yang
ditunjukkan oleh proporsi molar VFA dan pH rumen. mikroba rumen membantu ternak
ruminansia dalam mencerna pakan yangmengandung serat tinggi menjadi asam lemak terbang.
KEBERADAAN DAN PERAN MIKROBA RUMEN PADA TERNAK RUMINANSIA Di
keberadaan dan peran mikroba rumen seperti protozoa, bakteri, fungi dan berbagai spesies yang
berperan di dalam pencernaan ternak ruminansia. Peran masing-masing mikroba rumen seperti
protozoa rumen dengan ordo Entodiniomorphida merupakan populasi protozoa terbanyak. Peran
protozoa juga sangat penting di dalam proses fermentasi bahan pakan di dalam rumen. Peran
protozoa juga diuraikan pada degradasi dinding sel tanaman. Di dalam bab II ini diuraikan pula
peran bakteri rumen serta interaksi antara protozoa dan bakteri dalam proses fermentasi. Mikroba
lain yang juga merupakan penghuni rumen adalah fungi, mycoplasma dan bacteriophage dalam
rumen. Diantara ketiga mikroba ini peran fungi sangat penting di dalam meningkatkan kecernaan
serat kasar sebagai sumber energi dalam rumen. Bagian akhir bab II ini akan menguraikan
tentang interaksi antara protozoa, bakteri dan fungi yang merupakan interaksi mikroorganisme
yang sangat kompleks. Setelah membaca bab II ini mahasiswa dan pembaca akan mengetahui
mikroorganisme penting yang ada dalam rumen dan peran masing-masing mikroba tersebut
dalam proses fermentasi. Interaksi antara ketiga mikroba rumen tersebut sangat penting namun
belum jelas karena interaksi mikroorganisme tersebut sangat kompleks. 24 2. 1. Tiga Kelompok
Utama Mikroorganisme Rumen Energi tersimpan dan terbarukan dengan jumlah melimpah di
dunia adalah selulosa yang merupakan penyusun serat kasar pada tanaman. Selulosa merupakan
simpanan energi terbaharui yang jumlahnya melimpah di dunia, akan tetapi pemanfaatannya
untuk manusia masih terbatas. Mikroorganisme terutama bakteri, protozoa, fungi anaerob yang
menghuni rumen ternak ruminansia, memegang peranan penting untuk menggali sumber daya
ini. Kapasitasnya untuk menghasilkan dan menggunakan enzym selulase, yaitu enzym yang tidak
bisa dihasilkan oleh binatang lain yang derajatnya lebih tinggi, melengkapinya dengan
kemampuan untuk menghancurkan dan memanfaatkan selulosa, dan melalui pencernaan
fermentasi dalam rumen untuk membuat VFA (volatile fatty acids = asam lemak mudah terbang)
dan asam amino yang dapat membuat ternak kita menghasilkan daging, susu, wool, bulu, kulit
dan tenaga kerja. Tiga kelompok utama mikroorganisme rumen (bakteri, protozoa ciliata dan
fungi) berinteraksi satu dengan lain dalam rumen sedemikian rupa yang pada hakikatnya tidak
selalu menghasilkan atau membuat produktifitas ternak menjadi efisien. Akhir-akhir ini peneliti
telah mengakui dan melihat pentingnya peranan spesies unik yaitu fungi dalam kolonisasi utama
pada bagian tanaman dan peran protozoa sebagai pemangsa terbesar dari bakteri dan zoospora
fungi. Semua ini merupakan tantangan bagi peneliti dan peternak untuk mencari jalan
memanipulasi eko-sistem yang kompleks ini untuk memaksimalkan proses fermentasi yang
efisien. Sebagai contoh mengoptimalkan produksi protozoa dari sumber NPN dan mengurangi
hilangnya energi sebagai 25 panas dan gas methan terutama gas methan telah diakui sebagai
salah satu gas “rumah kaca” yang tidak diinginkan. Dibawah ini akan diuraikan keberadaan dan
peran ketiga mikroba terkait dalam ekosistem rumen. 2.2. Protozoa Rumen Banyak dan berbagai
jenis protozoa hidup di dalam rumen. Mereka dibagi dalam dua yaitu jenis Flagelata dan Ciliata,
tetapi hampir semuanya / mayoritas adalah protozoa jenis ciliata. Jenis Ciliata ini tidak patogen
dan anaerob. Jumlah ciliata ini antara 105 -106 per mililiter isi rumen, pada ternak sehat. Sejak
jenis ciliata ini diketemukan sekitar 1843, berbagai taxonomi, morpologi, fisiologi dan penelitian
nutrisi pada jenis ciliata ini telah dilakukan. Hasilnya, didapatkan bahwa ciliata ini memegang
peranan sebagai sumber nitrogen dan membuat keseimbangan asam amino dalam makanan
ternak inang (Hungate, dalam Ogimoto dan Imai, 1981). Jenis ciliata ini jumlahnya meningkat
dua kali lipat dalam waktu satu hari melalui pembelahan sel dalam rumen. Hampir dalam jumlah
yang sama peningkatan jumlah ciliata yang mengalir ke bagian belakang saluran pencernaan
ternak inang dan dicerna dalam abomasum dan usus halus sebagai makanan yang mengandung
N. Telah dihitung bahwa berat ciliata dalam rumen sekitar 2% dari berat isi rumen (Hungate,
1955). Misalnya sapi dengan berat isi perut 100 kg, kurang lebih 2 kg berat ciliata dipergunakan
sebagai sumber zat makanan oleh ternak inang. Selulosa yang dicerna oleh ternak inang dicerna
sebagian oleh ciliata rumen, terutama jenis/spesies ciliata yang besar dan menghasilkan VFA.
Ciliata rumen juga memakan/mencerna bakteri rumen dan menurunkan 26 kecepatan pencernaan
zat tepung oleh bakteri dalam rumen (Hungate, dalam Ogimoto dan Imai, 1981) Di lain pihak,
ciliata ini dikatakan mempunyai organisasi yang paling sangat kompleks, dan merupakan
kelompok tertinggi yang dapat dibedakan yang telah mempunyai hubungan spesies diantara
organisme monoseluler. Oleh karena itu kelompok ini menarik perhatian secara phylogenetical.
Ciliata rumen termasuk kelompok Ophryoscolecidae mempunyai struktur yang sama dengan
kelompok metazoa seperti mempunyai mulut, oesophagus, perut (stomach), rektum dan anus dan
bahkan mempunyai rangka (skeleton) dan sistem saraf. Sejak diketahuinya komposisi ciliata
dalam jumlah yang berbedabeda tergantung pada kondisi makanan yang diberikan dan kondisi
fisiologis dari ternak inang, komposisi ciliata telah dipergunakan sebagai indeks dari kondisi
rumen. Akan tetapi, taxonomi dari ciliata ini saat ini masih inkonsisten dan perbedaan pendapat,
masalah ini telah dikemukakan oleh berbagai peneliti. Tambahan lagi taxonomi flagelata yang
hidup pada rumen dan peranannya masih sedikit diketahui. Ciliata yang diketemukan pada
rumen dibagi kedalam tiga ordo, Prostomatida, Trichostomatida dan Entodiniomorphida. Dari
ketiga ordo tersebut jumlah yang pertama dan kedua relatif sedikit sebaliknya ciliata yang
termasuk entodiniomorphida merupakan bagian penyusun terbanyak dari ciliata rumen, dan baik
jumlah, spesies dan frequensi penampakannya sangat tinggi. Jenis ciliata ini (entodiniomorphida)
mempunyai 7 (tujuh) famili dan hanya Ophryoscolecidae diketemukan pada rumen. Famili
lainnya merupakan penghuni saluran pencernaan kuda, tapir, gajah, badak, kuda nil, babi hutan
dan orang hutan (Ogimoto dan Imai, 1981). 27 Simbiose yang terjadi/ada diantara ternak inang
dan mikrooganisme yang hidup di dalam rumennya, menyebabkan ruminansia dapat
memanfaatkan pakan yang mengandung ligno-selulose. Semua penelitian yang menyangkut
mekanisme yang terjadi dalam pencernaan rumen seharusnya dipandang sebagai hubungan
antara “ternak-pakan-mikroorganisme rumen” (Jouvany, 1988). Semua makanan yang
sebenarnya diberikan kepada kedua konsumen yaitu mikroorganisme rumen dan ternak inang.
Pemanfaatan bahan-bahan makanan ini akan terjadi dalam usus halus atau rumen sesuai dengan
kapasitas degradasi dari perut besar utamanya pada rumen. Tahun 1966, (Yodder et al. dalam
Ogimoto dan Imai, 1981) menunjukkan bahwa penambahan protozoa hidup ke dalam campuran
bakteri sangat meningkatkan pemecahan selulosa pada penelitian in vitro. Dewasa ini diketahui
bahwa protozoa (ciliata) rumen menghasilkan enzym yang mempu menghidrolisa karbohidrat
dinding sel. Bauchop (1988) menyatakan kebanyakan rumen protozoa adalah ciliata, holotrichs
dan entodiniomorphs, disamping jenis flagelata yang jumlahnya sangat sedikit. Dinyatakan
bahwa 62–70%, carboxymethyl celulase dihasilkan oleh protozoa rumen (Coleman, 1985a,
1985b). Beberapa ciliata seperti Epidinium ecaudatum, Eremoplastron bovis, Endiplodinium
maggii, Opryoscolex caudatus, Ostracodinium obtusum bilolum mempunyai enzym yang mampu
menghidrolisa selulosa kristal. Sebaliknya ciliata jenis Entodinium tidak dapat memproduksi
enzym tersebut (lihat Jouvany, 1988) secara lebih detail). Menurut Preston dan Leng (1987),
protozoa terdapat dalam rumen biri-biri dan sapi (ruminansia). Pada ternak yang diberi ransum
berserat (yang rendah kadar gula larut) tapi kepadatan populasinya rendah (kurang dari 28
100.000/ml) sedangkan pada pakan yang mengandung tepung yang tinggi atau gula
kepadatannya dapat mencapai 4.000.000/ml cairan rumen. Pakan juga menentukan spesies
protozoa dalam rumen tetapi sedikit diketahui faktor yang menentukan keseimbangan spesies
protozoa atau biomassanya. Dengan demikian protozoa dibagi secara garis besar menjadi dua
yaitu Entodineomorph kecil (sebagian besar spp Entodinia), dan protozoa Holotrich besar
(utamanya Isotricha atau spesies Dasytricha. Jenis Isotricha terdapat pada ternak yang diberi
tepung daun atau pakan dasar berserat, sedangkan Dasytricha utamanya dilaporkan terdapat pada
ternak yang diberi pakan gula / pakan berserat (tebu) dan pada rumput pasture segar, yang
biasanya kombinasi karbohidrat larut dan tak larut. Bila populasi protozoa tinggi, terdiri dari
70% biomassa organisme cairan rumen dan bakteri terdiri hanya 30%nya
Menurut Preston dan Leng (1987) ada beberapa jalan dimana protozoa lebih memilih tinggal
pada rumen yaitu: 1. Sequestrasi (berkumpul) pada partikel-partikel besar. Tampaknya protozoa
tertarik pada konsentrassi tinggi karbohidrat larut yang kadang-kadang setelah ternak makan,
yang tampaknya dekat dengan partikel pakan yang besar. Bauchop (1988) membuktikan
kesimpulan ini melalui mikroskop electron bahwa protozoa melekat pada partikel besar.
Diperlihatkan bahwa Epidinium spp atau Dasytricha spp melekat pada bagian akhir batang
tanaman pada pakan cerna (digesta) rumen. 2. Sequestrasi (sequestration) dimana protozoa
berkumpul pada dinding rumen. Abe et al. (1981) menemukan kumpulan holotrich pada dinding
reticulum sapi yang berpuasa selama satu hari. Ini merupakan penemuan yang sangat menarik
yang menyarankan bahwa terdapat “komunikasi” antara protozoa: mengapa mereka berkumpul
dalam jumlah/kelompok yang begitu padat? Barangkali sekresi kimia tertentu yang 30
dikeluarkan oleh protozoa mengakibatkan pengelompokkan protozoa seperti apa yang terjadi
pada paramesium yang hidup bebas (Peres Miravete, 1973) 3. Peningkatan kepadatan populasi
protozoa. Protozoa yang telah menyimpan tepung atau gula menjadi padat populasinya dan
tinggal dalam rumen. Penelitian menunjukkan sampel yang diambil melalui kanula rumen
mempunyai konsentrasi protozoa yang lebih rendah dari yang diambil campuran isi rumen
setelah pemotongan ternak (Minor et al., 1977). 4. Tertahannya protozoa dalam bolus. Pada saat
ruminasi bolus yang mengandung bakteri, protozoa dan partikel pakan diregurgitasi ke
oesophagus dan secara reflex terperas pada saat bergerak ke mulut. Cairan dan partikel kecil
yang terpisah dalam proses ini ditelan dan segera masuk reticulum dan cepat pindah ke
abomasum. Protozoa karena ukurannya besar adanya cilia dan lengket/melekat pada partikel
yang lebih besar tampaknya tertahan pada bolus bila ditelan akan masuk ke rumen dan kembali
masuk dan merupakan pergerakan digesta melalui rumen. 2.2.1. Fermentasi oleh Protozoa
Hungate (1966) menyatakan bukti adanya fermentasi oleh protozoa rumen didapat pada saat
Entodiniomorph dibiakan secara in vitro dan diuji secara manometris. Carbondioxida, hidrogen
dan volatile acid adalah sebagai produk fermentasi (Hungate, 1946a dalam Hungate, 1966).
Hidrogen juga merupakan produk dari Isotricha yang didapat langsung dari rumen. Holotrich
yang dipisahkan dari isi rumen 31 membentuk asam acetat, butirat dan asam laktat sebagai
produk utama fermentasi, dengan sedikit asam propionat. Rata-rata kecepatan fermentasi
endogenous kurang lebih 30% dari kecepatan fermentasi pada gula. Fermentasi oleh Epidinium
ecaudatum membentuk karbondioksida, hidrogen, asam asetat dan butirat dan sedikit asam
format, propionat dan asam laktat. Epidinium caudatum membentuk karbondioksida, hidrogen
dan asam asetat, butirat sebagai produk utama, dengan sedikit asam propionat, format dan asetat.
2.2.2. Pengaruh Protozoa pada Degradasi Dinding Sel Tanaman Semua penelitian in vitro, in
sacco dan in vivo menunjukkan bahwa keberadaaan protozoa tidak mempunyai efek atas
meningkatkan kecernaan penyusun dinding sel dan rumen, dan utamanya in vivo. Inokulasi
defaunasi rumen dengan protozoa tidak menyebabkan pengurangan pencernaan dinding sel.
Bukti-bukti yang ada pada saat ini menunjukkan bahwa ciliata rumen mempunyai peran didalam
pemecahan polysakarida dinding sel tanaman (Williams, 1988). Kesimpulan tersebut dicapai
dengan menggunakan hasil penelitian biokimia, media mikroskopis dan penelitian defaunasi.
Protozoa menempati dan menghancurkan jaringan tanaman dalam rumen telah diteliti dengan
mikroskop elektron. Kedua group ciliata rumen segera menyerang partikel tanaman dan
bertahannya dalam rumen dibantu oleh fragmen (sequestration) dalam bahan tanaman.
Epidinium spp. telah diamati dan menyatu dengan bagian tanaman yang rusak dalam digesta
rumen (Bauchops and Clarke, 1970). Diketemukan adanya degradasi yang luas pada bagian
dinding tipis 32 parenchym, mesophil, kelopak batang dan epididimis. Sebagai kelanjutan
perlekatan oleh rongga mulut pada serat tanaman, enzym ekstraseluler dikeluarkan dan sebagian
bagian tanaman akan dicerna. Proses pencernaan serat tanaman dicerna intraseluler. Beberapa
penelitian telah mengukuhkan bahwa beberapa jenis Entodiniomorphid mampu mencerna dan
menggunakan dinding sel tanaman dan mensintesa bahan polisakarida dari selulosa. Hungate
(1943) menyimpulkan bahwa Endiplodinium, Polyplastron dan Eremoplastron spp adalah jenis
yang selulolytic sedangkan jenis Entodiniomorphid caudatum dan Holotricha, Dasytricha dan
Buetschlia tidak mampu mencerna selulosa. Adanya kemampuan beberapa jenis protozoa rumen
ini untuk memecah dan memanfaatkan dinding sel yang terbuat dari selulosa secara lebih rinci
diuraikan oleh Williams (1988). Perkembangan hasil penelitian selanjutnya masih menunjukkan
adanya beberapa perbedaan pandangan terhadap keberadaan protozoa rumen. Pengaruh protozoa
dengan penelitian in sacco harus diinterpretasikan dengan sangat hati-hati, terutama metode yang
dipergunakan oleh peneliti sangat bervariasi. Terutama, telah diketahui ukuran lubang kain nylon
yang dipakai, penempatan substrat/bahan dalam kantong, luas kantong, ratio berat substrat, dan
perlakuan terhadap kantong setelah dikeluarkan dari rumen (pencucian, perlakuan fisik,
pembekuan sebelum pencucian) semua ini mempengaruhi hasil. Beberapa peneliti melaporkan
bahwa protozoa mempunyai dampak positif yang lebih besar pada pencernaan tepung selulosa
dari daun alfalfa dibanding dengan jerami gandum atau dinding sel rumput timothy.
Penelitian selama 6 tahun yang dirancang untuk menyelidiki pengaruh menghilangkan protozoa
rumen biri-biri dan sapi menganjurkan bahwa upaya menghilangkan protozoa dari rumen terkait
dengan peningkatan ketersediaan protein untuk dicerna dan penyerapan dari usus halus.
Pengaruh tersebut telah dibuktikan pada kondisi ternak laboratorium dan digembalakan (Bird
dan Leng, 1983). Selanjutnya dikatakan walaupun protozoa normalnya ada pada rumen domba
dan sapi tetapi nilai nutrisi bagi ternak inang masih diperdebatkan. Dari berbagai hasil penelitian
yang dilaporkan dalam literatur menyarankan “mempertahankan populasi protozoa dalam rumen
tampaknya mengurangi jumlah protein yang tersedia untuk dicerna oleh ternak inang terutama
sejak protozoa tampaknya lebih memilih bertahan didalam rumen dan juga menelan bakteri”
(Coleman, 1975). Pada penelitian terdahulu yang telah dilaporkan membandingkan ternak yang
tidak dan yang mengandung protozoa dalam rumennya yang diberikan hijauan berkualitas baik
dan konsentrat. Penelitian ini menyimpulkan tidak ada respon yang menguntungkan dari
defaunasi. Tampaknya pendapat yang menyatakan protozoa yang tertahan dalam rumen
menyarankan bahwa respon positif dari defaunasi akan memberikan hasil bila ternak ruminansia
diberi pakan berkadar protein rendah. Penelitian dari Coleman (1975) dan dari Weller dan
Pilgrim (1974) yang pertama kali mengidenfikasi bahwa keberadaan protozoa dalam rumen
memberikan dampak tidak baik pada produksi ruminansia. Coleman (1975) sangat jelas
menunjukkan bahwa protozoa memakan bakteri, sedangkan Weller dan Pilgrim (1974)
menemukan adanya indikasi bahwa protozoa memilih tinggal didalam rumen. Kedua hasil 34
penelitian ini pertama kali mengidentifikasikan bahwa protozoa menurunkan efisiensi
pertumbuhan mikroba dalam rumen dan selanjutnya menurunkan ketersediaan protein bakteri
untuk ternak (Leng, 1976). Dus, kehadiran / keberadaan protozoa dalam rumen diperkirakan
mengurangi ratio protein-energi zat makanan yang diserap oleh ternak. Leng (1988)
menyimpulkan bahwa hasil penelitiannya dengan mempelajari dinamika protozoa dengan
menggunakan radio isotop (protozoa yang diberi label 14C-choline) adalah sintesa protozoa yang
terus menerus dalam rumen dengan jumlah yang bertahan dimana 60- 80% protozoa mengalami
lysis dan keluarnya protozoa dari rumen dalam bentuk digesta adalah 20-40%. Jumlah protozoa
sebenarnya yang hilang dalam rumen tergantung dari faktor jenis makanan, kecepatan keluarnya
digesta, berapa kali diberi makan dan jenis protozoa. 2.3. Bakteri Rumen 2.3.1. Umum Pada
ternak ruminansia, rumennya mengandung 1010 -1012 bakteri per gram isi rumen. Bakteri
rumen (flora) adalah bakteri anaerob dan mayoritas terdiri dari dua jenis bakteri yaitu fakultatif
anaerobic dan aerobic dalam jumlah sedikit. Bakteri anaerob ini dibagi kedalam tiga bentuk
umum yaitu: bentuk coccus, cylindris (batang) dan bentuk spiral yang disebut spirilla.
Berdasakan sifat morphologis dan karakteristik permukaan selnya, bakteri rumen dibagi
kedalam: 1). Bakteri gram positif (+), dimana struktur muka selnya disusun oleh lapisan
peptidoglycan tebal dan membran cytoplasma; 2). Bakteri gram negatif (- ) mempunyai dinding
sel disusun oleh lapisan peptidoglycan tipis dan lapisan luar membran dan lapisan dalam
membran (membran 35 cytoplasma); 3). Mycoplasma yang mempunyai struktur lapisan sel 3
unit membran. Bakteri pada kondisi ternak normal merupakan bagian terbesar dari massa
mikroba dalam rumen (Preston dan Leng, 1987). Selanjutnya dikatakan ada beberapa kelomppok
bakteri yang berbeda termasuk : o Bakteri yang bebas di dalam media cair (biasanya 30% dari
total). o Bakteri yang melekat pada partikel pakan (sekitar 70% dari total) o Bakteri yang
menempel pada garis epithel rumen o Bakteri yang melekat pada protozoa (terutama penghasil
methan) Bakteri terpenting untuk pencernaan serat kasar adalah Ruminococcus flavefaciens,
Ruminococcus albus, Bacterioides succinogenes dan Butyrivibrio fibrisolvens.
Telah dilaporkan oleh Dogiel (1947) ciliata rumen adalah pemakan bakteri. Diduga bakteri yang
tercerna dipergunakan sebagai sumber N ciliata. Dengan elektron mikroshop beberapa bakteri
yang telah dimakan dapat dilihat di dalam vacuola ciliata. Imai dan Ogimoto (1978) menyatakan
sejumlah bakteri melekat pada permukaan ciliata rumen. Jumlah bakteri yang melekat pada
setiap ciliata berbeda menurut species ciliata tersebut. Jumlah bakteri yang paling banyak yang
melekat pada permukaan Eudiplodinium maggii yang merupakan ciliata yang terbesar.
Sebaliknya jumlah bakteri yang paling sedikit diketemukan pada permukaan Epidinium
ecaudatum. Secara rata-rata 250 bakteri melekat pada permukaan satu cialata. Sehingga sekitar
107 -108 bakteri melekat pada permukaan 105 ciliata, yang terdapat didalam 1 ml isi rumen.
Jumlah bakteri ini merupakan bagian 1-10% dan jumlah bakteri normal dalam rumen.
Kebanyakan bakteri melekat diidentifikasi sebagai 37 Streptococcus bovis dan Ruminococcus
albuss disamping itu Methano brevibacter ruminantium juga diketemukan pada permukaan
ciliata. Pencernaan makanan oleh ternak ruminansia adalah langkah awal dari sederetan kejadian
kompleks yang meliputi kolonisasi, fermentasi, pertumbuhan, perbanyakan dan kematian dari
mikroba. Jumlahnya yang sangat besar dari bakteri, fungsi dan protozoa yang terdapat dalam
rumen meyakinkan bahwa kolonisasi sangat cepat untuk memulainya suatu proses degradasi
(Bauchop, 1988) bagian yang tidak larut. Menurut Coleman (1988) protozoa Entodiniomorphid
yang terdapat dalam rumen, menelan bakteri, kadang-kadang sangat selektif dan membunuh,
mencerna beberapa bakteri dengan melepas hasil pencernaan ke dalam media. Selenomonas
ruminantum dan Butyrivibrio fibrisolums cenderung dimakan dan dicerna dengan cepat oleh
banyak spesies protozoa sedangkan sebaliknya terjadi dengan Escherichia coli dan Bacteriodes
ruminicola. Semua jenis protozoa memangsa campuran berbagai jenis bakteri rumen tetapi tidak
semua spicies mencerna bakteri dengan melepas hasil/produk pencernaannya. Kehadiran
protozoa jenis ciliata di dalam rumen selalu menurunkan jumlah bakteri sebanyak 50-90% dan
walaupun belum ada kesepakatan umum pada “apakah ada dampak selektif pada individu
spesies”, jumlah bakteri selulolitik barangkali meningkat dan jumlah bakteri amylolytic menurun
pada faunasi dengan Entodinium spp. Aktifitas protozoa menelan bakteri, membunuhnya dan
melepaskan produk pencernaan, yang tersedia untuk pertumbuhan bakteri yang masih ada,
berarti terdapat perputaran yang cukup dari karbon dan N (nitrogen) bakteri. Jumlah ini 3–4 kali
dari jumlah protozoa yang 38 keluar rumen setiap hari. Bakteri yang diketemukan di dalam
Entodinium candatum adalah tidak spesifik untuk protozoa tersebut tetapi mencerminkan bakteri
yang diketemukan disekitarnya. Pada kebanyakan kondisi dua mahluk yang paling penting dalam
sistem ini adalah protozoa ciliata dan bakteri. Protozoa menelan bahan makanan dan bakteri.
Protozoa makan bakteri pada saat yang sama yaitu pada saat bakteri sedang menyerang bahan
makanan. 2.3.2. Pengaruh Protozoa terhadap Kepadatan Populasi Bakteri In vivo Suatu
penelitian dimana domba sejak lahir bebas ciliata dan diberi makan (hay dan konsetrat) ketika
diinokulasi dengan ciliata rumen, jumlah bakteri kecil menurun dari 36×109 menjadi 14×109
/ml. Jumlah bakteri yang besar dan oval kurang dipengaruhi tetapi jumlah Oscillospira menurun
dari 150×105 /ml menjadi kurang dari105 /ml dalam waktu satu minggu sementara jumlah
protozoa meningkat (Eadie dan Hobson, 1962) Coleman (1988) melaporkan secara luas tentang
hasil-hasil penelitiannya selama 20 tahun terutama interaksi antara protozoa-bakteri di dalam
rumen. Ia menyimpulkan bahwa protozoa Entodiniomorphid rumen menelan bakteri, kadang-
kadang secara selektif dan membunuh serta mencerna beberapa jenis bakteri tersebut dengan
melepaskan produk cernanya ke media. Selanjutnya dikatakan Selenomonas ruminatum dan
Butyrivibrio fibrislovens cenderung dimakan dan dicerna dengan cepat oleh banyak spesies
protozoa, sedangkan kebalikannya terjadi pada Escheria coli daan Bacterioides ruminocola.
Selanjutnya dikatakan keberadaan protozoa ciliate dalam rumen selalu mencerminkan 39 jumlah
bakteri antara 50-90%, namun belum ada kesepakatan universal akan adanya efek selektif
terhadap spesies tertentu. Argyle dan Foster (1988) menyatakan bahwa biri-biri yang dipelihara
dalam kondisi bebas protozoa selama 9 bulan mempunyai volume cairan rumen yang lebih
banyak dan kecepatan pengenceran yang lebih lambat dibandingkan dengan biri-biri control
(mengandung protozoa pada rumennya). Sedangkan biri-biri yang rumennya dihuni oleh
Epidinium ecaudatum mempunyai nilai diantara kedua nilai tersebut. Kepadatan bakteri
selulolitik tidak berbeda pada cairan rumen antara biri-biri yang bebas protozoa dan yang dihuni
kembali oleh protozoa, tetapi ternak yang mengandung hanya Epidinium spp, mempunyai
densitas bakteri yang lebih rendah tetapi nyata lebih tinggi kandungan bakteri selulolitik.
Selanjutnya dikatakan kepadatan bakteri pada partikel digesta paling tinggi pada biri-biri tanpa
protozoa dan terendah pada biri-biri yang mengandung hanya epdinium spp. Kepadatan bakteri
selulolitik pada partikel pada partikel digesta tertinggi pada ternak yang mengandung protozoa
dan terendah pada ternak yang bebas protozoa. Disimpulkan bahwa ciliata protozoa
mempengaruhi populasi bakteri baik yang melekat ataupun bebas pada partikel digesta. 2.4.
Fungi, Mycoplasma, dan Bakteriophage dalam Rumen 2.4.1. Fungi rumen Beberapa spesies
fungi diketemukan di dalam rumen (Bauchop, 1979 a,b). Peranan fungi dalam pencernaan
mikroba atau lingkungan lain belum jelas. Beberapa fungi tidak berfungsi tapi hanya kebetulan
lewat bersama makanan yang dimakan. Akan tetapi phycomyceteous fungi rumen yang anaerob
sebagai penyusun bagian terbesar dari mikrobiota 40 rumen pada ternak ruminansia yang diberi
pakan yang berserat (Bauchop, 1979b), mempunyai peran penting dalam proses pencernaan
ternak ruminansia. Spesies fungi yang diisolasi dari rumen biri-biri termasuk di dalamnya
Neocallimastix frontalis, Piramonas communis dan Sphaeromonas communis (Orphin, 1975)
tetapi masih ada banyak lagi yang telah diketemukan. Jenis fungi ini mencerna berbagai struktur
penyusun tanaman. Preston dan Leng (1987) menyatakan asumsi yang berdasar adalah fungi
memecah hemiselulosa-lignin kompleks dan melarutkan lignin tetapi fungi ini sebenarnya tidak
menghancurkan lignin (degrade lignin). Proses ini memberi peluang pada serat yang secara fisik
dilindungi oleh lignin difermentasi oleh bakteri rumen. Bahan makanan yang masuk rumen
segera dihuni oleh koloni mikroba dalam jumlah besar yaitu, protozoa dan bakteri. Bagian
tanaman epidermis yang rusak dan bagian yang terpotong adalah bagian pertama yang diserang
oleh mikroba. Protozoa menyerang bagian tanaman tertentu dan mencerna langsung jaringan
tanaman (Epidinium) atau masuk kedalam jaringan yang sudah rusak untuk mencari
bagian/substrat yang larut (Dasythrichor/Isotricha). Bagian tanamam menyediakan rumah bagi
fungi rumen anaerobic. Dengan enzym fibrolytic dan merambatnya serta masuknya rhizoidal ke
jaringan tanaman, fungi ini mempunyai alat kelengkapan yang merupakan sumbangan besar
dalam pencernaan serat. Dengan demikian fungi anaerob mempunyai semua sifat yang
dibutuhkan untuk berperan nyata dalam pencernaan ruminansia (Bauchop, 1988). Gordon dan
Philips (1988) menyatakan bahwa fungi anaerob yang terdapat pada rumen termasuk genera
Neocalimastix, Piromonas dan Sphaeromonas dapat mempergunakan 41 berbagai karbohidrat
sebagai satu-satunya sumber karbohidrat yang dapat difermentasi. Semua jenis selobiosa yang
dapat difermentasi seperti selobiosa, fruktosa, gentibiosa, glukosa, laktosa dan xylan. Jenis
Neocalimastix juga menggunakan selulosa, inulin, maltosa, rafinosa, tepung, sukrosa dan xylosa.
Sebagai tambahan, jenis Sphaeromonas menggunakan xylosa tetapi tidak bisa untuk selulosa
murni, sedangkan Iromonas menggunakan berbagai jenis gula dan polisakarida. Produk akhir
dari fermentasi glukosa dan selulosa oleh fungi anaerob adalah acetat, formate, D(-)lactate,
ethanol, CO2 dan H2. Jadi fungi anaerob mampu menyumbangkan kemampuan mencerna
karbohidrat dalam rumen, tetapi tingkat kemampuan ini relatif dibanding dengan bakteribakteri
rumen lain, namun demikian hal ini belum dapat dipastikan / ditentukan. Jenis fungi
Neocalimastix ada tiga yaitu Neocalimastix frontalis yang menghasilkan zoospora berambut
banyak (poly flagellata) dari satu spora yang didukung cabang yang besar, rhizoid yang
berbentuk filamen (benang). Dewasa ini dikenal jenis Neocalimastix frontalis PN1,
Neocalimastix patriciarum dan N.R1. Untuk mengisolasi jenis fungi anaerob ini banyak
diuraikan dan dengan rinci oleh Theodorau dan Trinci (1988). Pemakaian antibiotika disamping
untuk menekan jumlah protozoa dan perangsang pertumbuhan, juga dilaporkan membatasi
pertumbuhan jenis fungi yang berbeda. Bernalier et al. (1988) dalam penelitian in vitro
melaporkan penggunaan ionosphore antibiotika (cationomycin, monensin dan lacalocid)
menghambat pertumbuhan beberapa jenis fungi yang berbeda. Kemampuan menghambatnya
berbeda menurut jenis dan konsentrasi antibiotika. Dalam penelitiannya dipergunakan jenis 42
Neocalismatix sp, Piromonas communis dan Sphaeromonas communis sp. Dari ketiga jenis
antibiotika dengan dua dosis yaitu 0,1mg/l dan 0,5ml/l. Pengukuran biomassa (ug protein/ml).
Pada konsenrasi 0,1mg/l antibiotika mempunyai sedikit efek pada pertumbuhan Neocalismastix.
Pertumbuhannya akan lebih ditekan pada konsentrasi 0,5 mg/l pada monensin dan lasalocid dan
catiomycin.
DAFTAR PUSTAKA Abe, M., T. Iriki, N. Tobe and H. Shibni. 1981. Sequestration of holotrich
protozoa in the reticulo rumen of cattle. Applied Environmental Microbiology 41:758-765. Abou
Akkada, A.R. and Howard, B.H. 1962. The Biochemistry of rumen protozoa: the nitrogen
methabolism of entodinium. Biochem. J. 82:313-320 Abreu, A.J.E, Carnela, C.F., Lascano, T.E.,
Diaz, M. , Kreuzer and Hess, H.D. 2004. Effect of Sapindus saponaria Fruits on Ruminal
Fermentation and Duodenal Nitrogen Flow of Sheep Fed a Tropical Grass Diet With and Without
Legume. J. Anim. Sci. 82: 1392-1400 Alberto N.; Laredo M.A; Cuesto A; Anzola H and Leon J.
C. 1992. Enterolobium cyclocarpum as dietary alternative to eleminate protozoa from the rumen.
Livestock Research for Rural Development Vol. 4 No.1, 1992 Argyle, J.L. and R.J. Foster. 1988.
Effect of ciliate protozoa on rumen bacterial population. In: The Role of protozoa and Fungi in
Ruminant Digestion. Rditors:J.V. Nolan, R.A. Leng and D.I. Demeyer. Prenambul Books,
Armidale NSW 2351, Australia Barry, T.N. 1988. Condensed Tannins: Their Role in Ruminant
Protein and carbohidrate Digestion and Possible Effect upon the Rumen Ecosystem. In The Role
of Protozoa and Fungi in Ruminat Digestion. Editor: J.V. Nolan; R.A. Leng, D.I Demeyer
Penambul Book. Armidale, NSW 2351-Australia. 76 Bauchop,T and Clarke, R.T.J. 1970.
Applied and Environmental Microbiology. 32: 417 Bauchop, T (1979a). Applied and
Environmental Microbiology 37:1217 Bauchop, T (1979b). Applied and Environmental
Microbiology 38 : 148 Bauchop, T (1985). Rumen anaerobic fungi and utilization of fibrous
feed. In: Biotechnology in the Animal Production Industries in Australia. Univ of New England,
Armidale, Australia Bauchop, T. 1988. Colonization of Plant Fragments by Protozoa and Fungi.
In The Role of Protozoa and Fungi in Ruminat Digestion. Editor : J.V. Nolan; R.A. Leng, D.I
Demeyer Penambul Book. Armidale, NSW 2351-Australia. Becker E.R. and Everett R.C. , 1930.
American Journal of Higyene 11:362 Bernalier, A., Bogaert, C., Fonty G. and Jouvany, S.P.
1988. Effect of ionosphore antibiotics on anaerobic rumen fungi. In The Role of Protozoa and
Fungi in Ruminat Digestion. Editor: J.V. Nolan; R.A. Leng, D.I Demeyer Penambul Book.
Armidale, NSW 2351- Australia. Bird S.H., and Leng, R.A. 1978. British Journal of Nutrition.
40: 163 Bird S.H., and Leng, R.A. 1983. The influence of the absence of rumen protozoa on
ruminant production. In Recent Advances in Animal Nutrition in Australia. The University of
New England, Armidale, NFW 2351, Australia. Bird, S.H. (1988). Production from ciliate-free
ruminants. In The Role of Protozoa and Fungi in Ruminat Digestion. Editor: J.V. Nolan; R.A.
Leng, D.I Demeyer Penambul Book. Armidale, NSW 2351- Australia. 77 Brenchaar, C.,
McAllister, T.A., and Chwinard, P.Y. 2008. Digestion, Ruminal Fermentation, Ciliate Protozoal
population, and Milk Production from Dairy Cows fed Cinnamaldehyde, Caebracho Condensed
tannin, or Yucca schidigere Saponin Extracts. J. Dairy Science 91: 4765 - 4777 Burggraaf W. and
Leng R.A. 1980. New Zealand Journal of Agricultural Research. 23: 287 Chang, K.J. , C.S.
Stuwart, D. Dunsdale and J.W. Costerton. 1984. Election microscopy of bacteria involved in the
digesta of plant cell wall. Animal Feed Science and technology 10: 99-120 Clarke R.T.J. 1977. In
Microbial Ecology of the Gut p. 251. Clarke R.T.J. and Bouchop, T. Editors. New York.
Academic Press. Coleman, G.S. 1975. In Digestion and Metabolism in the Ruminants p. 149
(I.W. McDonald and A.C.I Warner-Editor) University of New England, Australia Coleman, G.S.
1985a. Journal of Agric. Science. Canbridge 104:349 Coleman, G.S. 1985b. Journal of Agric.
Science. Canbridge 105:39 Coleman, G.S. (1988). Protozoal-Bacterial Interaction in The Rumen.
In The Roles of Protozoa and Fungi in Ruminat Digestion. Editor : J.V. Nolan; R.A. Leng, D.I
Demeyer Penambul Book. Armidale, NSW 2351-Australia. Demeyer , D.I 1988.
Interdependance des effects de la defauntion sur l’activitie muralytique, le volume et la vitesse de
reneuvellement du contenu du rumen. Resultats preliminaries et hypothese. Repro. Nut. Dev.28:
161-162 Dogiel, V.A. 1947. Quart. J. Microscop. Sci. 88:337-343 78 Doughherty, R.W. ,
Mullenox, G.H., and Allison, M.J. 1964. Physiological Fenomena Associated with Eructation in
Ruminants. In: Physiology of Digestion in the Ruminants ( R.W. Doughherty, Ed) Butterworth,
London Eadie J.M., and P.N. Hobson. 1962. Nature. London 193-503 Eadie M.J., and Gill J.C,
1971. Britis Journal of Nutritions. 26: 155 Erwanto, 1995. Optimalisasi Sistem Fermentasi
Rumen melalui Suplementasi Sulfur, Defaunasi, Reduksi Emisi Methan dan Stimulasi
Pertumbuhan Mikroba pada Ternak Ruminansia. Disertasi Doktor, Program Pasca sarjan, IPB.
Bogor. Gordon, G.L.R. and Philips, M.W. 1988. Comparative Fermentation Properties of
Anaerobic Fungi from the Rumen. In the Role of Protozoa and Fungi in Rumnant Digestion.
Editor: J.V. Nolan; R.A. Leng, D.I Demeyer Penambul BOOK. Armidale, NSW 2351- Australia.
Habib, G. and Leng, R.A. 1986. Proceeding of the Australian Society of Animal Production
16:223 Hanim, C., Yusiati, L.M., and Alim, S. 2009. The Effect of Saponin as defaunating Agent
on in vitro Rumen Fermentation of King Grass and Rice Bran. The 1st International Seminar and
the 7th Biennial Meeting of Indonesian Nutrition and Feed Science Association (AINI). The
University of Jendral Soedirman Purwokerto, 18-19 Juli 2009. Hungate, R.E. 1966. In The
Rumen and Its Mycrobes. Academic Press Inc. 111 Fith Avenue. New York. Hungate, R.E. 1943.
Biol. Bull. 84:157-163 79 Hungate, R.E. 1955. In “Biochemistry and Physiology of Protozoa”
(S.H. Hutner and A. Lwoff, Eds), Vol.2, pp. 159-200. Academic Press New York Imai dan
Ogimoto . 1978. Japaness Journal of Veterinary Science 40: 9 Ivan,M., Koenig, K.M.,
Teferdegne, B., newbold, C.J., Entz, T., Rode, I.M and Ibrahim M. 2004. Enterolobium
cyclocaprum Foliage on the Population Dynamics of Rumen Ciliata Protozoa in Sheep. Small
Rum. Res. 52: 81-91 Jalaludin 1994. Uji Banding Gamal dan Angsana sebagai Sumber Protein,
Daun kembang Sepatu dan Minyak Kelapa sebagai Agen Defaunasi dan Suplementasi Analog
Hidroksi Methionin dan Amonium Sulfat dalam Ransum Pertumbuhan Sapi Perah Jantan.
Thesis. Program Pasca Sarjana, IPB. Bogor Jouvany, J.P (1988). Effects of Diets on Population
of Rumen Protozoa in Relation to Fibre Digestions. In the Role of Protozoa and Fungi in
Ruminant Digestion. Editor: J.V. Nolan; R.A. Leng, D.I Demeyer Penambul Book. Armidale,
NSW 2351-Australia. Kayouli, C., Demeyer, D.I., Van Nevel, C.J and Dendooven, R. 1984.
Animal Food Science and Technology. 10: 165 Koenig, K.M; Ivan, M; Teferedegne, B.T;
Mohgair, D.P; Rode, M.L; Ibrahim, I.M; and New Bold, C.J. 2007. Effect of Dietary
Enterolobium cyclocarpum on microbial Protein Flow and Nutrient Digestibility in Sheep
Maintained Fauna Free, with total mixed Fauna or with Entodinium caudatum mono fauna. The
British Journal of Nutrition; 98 (3) 504-516. Klieve, A.V; T. Bauchop and J.F. Hudman. 1988.
Rumen Bacteriophage. In the Role of Protozoa and Fungi in Ruminant 80 Digestion. Editor: J.V.
Nolan; R.A. Leng, D.I Demeyer Penambul Book. Armidale, NSW 2351-Australia. Leng, R.A.
1976. In From Plant to Animal Production. Review in Rural Science No.2, p.85. Editor T.M.
Sutterland, Mc William, J,R. And R.A. Leng. University of new England- Australia. Leng, R.A.
1988. Dynamics of Protozoa in the Rumen. In the Role of Protozoa and Fungi in Ruminant
Digestion. Editor: J.V. Nolan; R.A. Leng, D.I Demeyer Penambul BOOK. Armidale, NSW 2351-
Australia. Leng, R.A., S.H. Bird, A. Klieve, B.S. Choo, F.M. Ball, G. Asefa, P. Brumby, V.D.
Mudgal, U. B. Chaandhry, S.U. Haryono and N Hendratno. 1992. The potential for tree forage
supplements to manipulate rumen protozoa to enhance protein to energy ratios in ruminants fed
poor quality forage. In Legume Trees and other Fodder Trees as protein Source for Livestock.
FAO Animal Production and health paper 102 (Ed. A Speedy and P.I. Pugliese). FAO Rome, Italy
pp 177-191. McNabb, W.C., Delow, D.W., Nolan, J.V. and Barry, T.N. 1988. Effect of Partial
Defanation with Teric GN-9 Upon Rumen Metabolism in Sheep Fed Fresh Ryegrass / Clover
Herbage. In the Role of Protozoa and Fungi in Ruminant Digestion. Editor: J.V. Nolan; R.A.
Leng, D.I Demeyer Penambul Book. Armidale, NSW 2351- Australia Minor, S., N.A. MacLeod,
T.R. Preston and R.A. Leng. 1977. Studies on digestion in different sections of the intestinal tract
of bulls fed sufarcane / urea with different supplement. Tropical Animal Production 2: 13-174 81
Newbold,C.J., El Hasan, S.M., Wang J.M., Ortega, M.E, and J.Walace. 1997. Influence of
Foliage from African Mulipurpose Trees on Avtivity of Rumen Protozoa and Bacteria. Br. J.
Nutr. 78: 237-249 Nolan, J.V; Leng, R.A. and Demeyer, D.I. (1988). The Role of Protozoa and
Fungi in Ruminant Digestion. Proc: of an International Seminar Held at The University of New
England, Armidale, Australia. Odenyo, A.A., P.O. Osuji and O. Karanfie. 1997. Effec of
multipurpose Tree (MPT) Supplements on ruminal ciiata protozoa. Anim. Feed Sci. Techno. 67:
169-180 Ogimoto, K and Imai, S. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Japan Scientific
Societies. Press. Tokyo. Orpin, C.G, and Letcher, A.J. 1984. Animal Feed Science and
Technology. 10:145. Orpin, C.G. 1975. Studies on Rumen Flagellata Neocalismatix frontalis. J.
General Microbiology 91: 249-269 Peres Miravete, A. 1973. Behavior of Microorganisms.
Plenum Press. London Pounden, W.D. and Hibbs, J.W. 1950. Journal Dairy Science. 33:639
Prayuwidiyati, M. 2002. Suplementasi Amonium Sulfat dan Defaunasi Rumen untuk
Optimalisasi Ransum berbahan dasar Limbah Tanaman Tebu. Laporan Penelitian. Penelitian
Dosen Muda DiktiJakarta Prestone, TR dan R.A. Leng (1987). Matching Ruminant Production
Systems with available Resources in the Tropics and Sub Tropic. Penambul Books. Armidalle
POB 512. 82 Purser, D.B., and Moir, R.J. 1959. Australian Journal of Agricultural Research.
10:555 Schlink, A.C., Gordon, G.L.R., Phillips, M.W. and Sutterland, S. 1988. Effect of Rumen
Modified and Formaldehyde – Treated Casein on Microbial Populations of Cattle Fed Sorghum
hay. In the Role of Protozoa and Fungi in Ruminant Digestion. Editor: J.N. Nolan, R.A. Leng,
D.I. Demeyer. The University of New England, Armidalle NSW 2350, Australia. Sentana Putra.
2009. Perbaikan mutu pakan yang disuplementasi zengasetat dalam upaya meningkatkan
populasi bakteri dan protein mikroba di dalam rumen, kecernaan bahan kering dan nutrient
ransum sapi perah bunting. Http:// e-journal. Unud.ac.id. Diakses 3/8-2009 Soetanto, H. 1988.
Studies on the Role of Rumen Anaerobic Fungi and Protozoa in Fiber Digestion. M.Rur, Sc.
Thesis. University of New England Armidalle- Australia. Subrata, A., L.M. Yusiati, dan A. Agus.
2005. Pemanfaatan Tanin Ampas Teh terhadap Efek Defaunasi, Parameter Fermentasi Rumen
dan Sintesis Protein Mikroba secara In Vitro. Http://ojs.lib.unair.ac.id. Diakses 11 Agustus 2009
Suharti S., A. Kurniawati, D.A. Astuti dan E. Wina. 2010. Microbial Population and
fermentataion on Characteristics response to Sapindus rarak Minreal Block Suplementation.
Media Peternakan. Desember 2010. Hal 150-154 Sutardi T. 1995. Peningkatan Efisiensi
Penggunaan Pakan. Dikemukakan dalam Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. 83 Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Cisarua. Bogor, 7- 8 Nopember 1995. Tarmidi, A.R.
2009. Penggunaan Ampas Tahu dan Pengaruhnya pada Pakan Ruminansia. Http://
pustaka.unpad.ac.id. Diakses 11 Agustus 2009 Teredegne, B.F., Mc Intosh, P.O. O Suji, A.
Odenya, R.J. Walace and C.J. Newbold. 1999. Influence of foliage from different accesions of
the subtropical leguminous Tree Sesbania sesban on ruminal protozoa in Ethiopian and Scott on
sheep. Anim Sci. Tech . Feed 70: 11-20 Thalib, A. 2009. Uji efektivitas saponin buah Sapindus
rarak sebagai inhibitor mikroorganisme secara in vitro pada sistem pencernaan rumen.
Http://peternakan.litbang. deptan.go.id. Diakse 3 Agustus Theodorau, M.K., and Trinci, A.P.J.
1988. Procedures for the Isolation and Culture of Anaerobic Fungi. In the Role of Protozoa and
Fungi in Ruminant Digestion. Editor: J.N. Nolan, R.A. Leng, D.I. Demeyer. The University of
New England, Armidalle NSW 2350, Australia. Ulyatt, M.J. 1982. Plant Fibre and Regulation of
Digestion in the Ruminants. In: Fibre in Human and Animal Nutrition. Royal Society of New
Zealand, Bulletin 20: 103-107 Watson, M.J. and Mottram, M.S. 1988. Influence of Avoparcin on
Protozoal Number in Ruminal Fluid of Sheep Given Pelleted Diets. Weller, R.A. and Pilgrim,
A.F. 1974. British Journal of Nutrtition 32: 31 Whitelaw, F.G., Eadie, M.J., Mann, S.O., and
Reid, R.S. 1972. British Journal of Nutrition. 24: 425 84 William, A.G. 1988. Metabolic
Activities of Rumen Protozoa. In the Role of Protozoa and Fungi in Ruminant Digestion. Editor:
J.N. Nolan, R.A. Leng, D.I. Demeyer. The University of New England, Armidalle NSW 2350,
Australia. Wina, E ; Muetzel, S and Becker, K. 2005. The Impact of Saponin or Saponin –
containing Plant Materials on Ruminan Production. J. Agric. Food. Chem. 53: 8093- 8105. Wina,
E., Muetzel, S and Becker, K. 2006. Effect of Daily and Interval Feeding of Sapindus rarak
Saponins on Protozoa, Rumen Fermentation parameters and Digestibility in Sheep. Asian-Aust.
J. Anim. Sci. Vol 19 No 11: 1580-1587

Anda mungkin juga menyukai