Anda di halaman 1dari 11

NUTRISI DAN PAKAN TERNAK RUMINANSIA

LAPORAN STUDY CASE

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Ir. Hartutik, MP., IPU., ASEAN Eng.

Oleh: Kelompok 4

Kanaya Nuranisya Rachman 215050101111236

Afida Azzahna Putri 215050101111241

Garindra Maulana Akbar 215050107111012

Ila Haque Faura Affandi 215050107111054

Haidar Ali 215050107111062

Almaradhifta Satriyapta Rasendriya 215050107111063

Faizah Mabrura 215050107111107

Rangga Dwipa Sasongko 215050107111108

Syifa Aslama Putri 215050107111110

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2022
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..ii

BAB I………………………………………………………………………………….

BAB II…………………………………………………………………………………

BAB III………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yang dialami
bahan makanan selama berada dalam alat pencernaan. Proses pencernaan makanan
pada ternak ruminansia relatif lebih kompleks dibandingkan proses pencernaan
pada jenis ternak lainnya. Perut ternak ruminansia dibagi menjadi empat bagian
yaitu retikulum (perut jala), rumen (perut beludru), omasum (perut bulu) dan
abomasum (perut sejati). Dalam studi fisiologi ternak ruminansia, rumen dan
retikulum sering dipandang sebagai organ tunggal dengan sebutan retikulorumen.
Omasum disebut sebagai perut buku karena tersusun dari lipatan sebanyak sekitar
100 lembar (Mindelwill, 2006).
Pada ternak ruminansia terdapat empat jenis mikroba yang menguntungkan
yaitu bakteri, protozoa, jamur (fungi), dan virus pada kondisi ternak yang sehat.
Dari keempat jenis mikroba tersebut, bakteri mempunyai jenis dan populasi
tertinggi. Mikroba rumen memiliki sifat saling ketergantungan dan berintegrasi satu
sama lainnya. Interaksi mikroba memberikan kestabilan dan adaptasi yang baik
dalam rumen. Mikroorganisme dalam rumen berperan untuk membantu proses
pencernaan dan pertahanan tubuh. Protein mikroba rumen merupakan biomassa
sumber utama nitrogen untuk ternak. Selain itu kondisi rumen sangat penting agar
proses pencernaan pakan di dalam rumen dapat optimal. Hal ini karena proses
pencernaan ruminansia tidak terlepas dari peran mikroba rumen yang sangat
membantu dalam proses pencernaan dan penyediaan zat makanan dan energi bagi
ternak ruminansia tersebut.
Ekosistem mikroba rumen sangat stabil dan dinamis. Pada ternak yang sehat
kontaminasi ekosistem seolah tidak terjadi, pada kenyataannya jutaan mikroba
dalam rumen banyak berasal dari pakan, air minum dan udara setiap harinya.
Ekosistem rumen dinamis, ketika rumen tidak mengalami perubahan pakan,
mikroba rumen dapat beradaptasi dengan pakan tersebut. Hal ini terjadi karena
mikroorganisme teradaptasi untuk terus hidup dalam rumen dan yang tidak mampu
beradaptasi akan tereliminasi (Kamra, 2005). Proses adaptasi mikroorganisme
rumen merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh dari ternak itu sendiri.
Mikroba rumen berperan sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan-serangan
toksik atau antinutrisi yang dihasilkan dalam proses pencernaan. Komposisi dan
populasi mikroba rumen ditentukan oleh jenis pakan yang dikonsumsi dan interaksi
antar mikroba rumen (Preston et al, 1987).
Proses pencernaan pada ruminansia sebagian besar merupakan kerja
mikroba rumen, sehingga pemberian pakan pada ruminansia harus pula
memperhatikan kebutuhan untuk mikroba rumen. Penggunaan suplemen dalam
ransum dapat menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas mikroba rumen. Penggunaan
buffer dapat menjaga pH rumen dan proses fermentasi tetap normal. Adanya agen
defaunasi pada ransum berkualitas rendah dapat mengontrol keberadaan
mikrofauna rumen sehingga meningkatkan populasi bakteri rumen. Asam amino
esensial berguna sebagai faktor tumbuh mikroba. Asam amino dan prekursornya
dapat diberikan melalui suplementasi. Pemberian probiotik dapat mengontrol
kondisi anaerob dalam rumen, sehingga meningkatkan populasi dan aktivitas
mikroba rumen. Pemberian mineral mikro bagi mikroba rumen dapat meningkatkan
aktivitas fermentasi di dalam rumen dan penambahan enzim dalam pakan dapat
menstimulasi degradasi pakan. Meningkatnya populasi dan aktivitas mikroba
rumen dapat meningkatkan kecernaan, meningkatkan konsumsi pakan dan akhirnya
meningkatkan produktivitas ternak.
Begitu pentingnya arti proses fermentasi mikroba dalam rumen bagi suplai
nutrisi ternak, sehingga optimalisasi pertumbuhan mikroba rumen merupakan
langkah strategis dalam upaya memaksimalkan pemanfaatan pakan. Proses
transformasi nutrien menjadi protein mikroba membutuhkan lingkungan dan
kondisi rumen yang optimal bagi pertumbuhan mikroba, antara lain tersedianya
berbagai zat nutrisi dalam jumlah, komposisi dan waktu yang tepat. Senyawa N,
karbohidrat, vitamin, mineral, ko-faktor dan berbagai faktor pertumbuhan
merupakan unsur pertumbuhan mikroba rumen, namun senyawa N dan karbohidrat
dibutuhkan dalam jumlah terbesar, dan harus tersedia secara simultan untuk
mendorong pertumbuhan mikroba dengan cepat.
1.2 Rumusan Masalah

1. Mengapa mikroba dalam rumen dapat hidup dengan cara kontinu atau
berkelanjutan dan tidak pernah habis
2. Bagaimana hubungan sistem pencernaan dengan kondisi rumen dan mikroba
yang hidup didalamnya?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mikroba dalam rumen dapat hidup dengan cara kontinu atau
berkelanjutan dan tidak pernah habis
2. Untuk mengetahui hubungan sistem pencernaan dengan kondisi rumen dan
mikroba yang hidup didalamnya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Struktur Bakteri


2.1.1 Bakteri Rumen
Bakteri adalah salah satu mikroba yang ada di dalam pencernaan
ruminansia. Bakteri rumen berjumlah kurang lebih 10¹º/ml cairan rumen.
Dalam rumen, populasi bakteri berkisar 1010 - 1012 sel per isi rumen. Bakteri
rumen dapat berbentuk berupa batang, bulat Panjang, dan bulat. Bakteri
rumen memiliki kurang lebih dari 200 spesies dan bermacam-macam
klasifikasi bergantung substrat yang digunakan. Bakteri merupakan mikroba
rumen yang paling banyak jenis dan populasinya dengan beragam
substratnya. Bakteri rumen hidupnya an-aerob atau tidak membutuhkan
oksigen untuk bertahan hidup. Sebagian bakteri rumen adalah fakultatif an-
aerob. Bakteri rumen dapat ditemukan pada phase cairan menempel di
partikel pakan dan di dinding rumen.
Terdapat macam-macam sumber dan produk akhir fermentasi bakteri
rumen, tergantung oleh spesies bakteri dan substrat yang difermentasi.
Perkembangbiakan bakteri dalam rumen tidak optimal jika mineral atau
suplai nitrogen dalam rumen terbatas. Setiap bakteri secara spesifik
membutuhkan sumber energi agar bisa melakukan fermentasi yang hasil
fermentasinya beragam. Delapan puluh dua persen mikroba rumen dapat
tumbuh dengan amonium (NH4+) sebagai sumber nitrogen dan 25 persen
NH4+ sebagai satu-satunya sumber nitrogen.

2.1.2 Klasifikasi Bakteri Rumen


1. Bakteri Selulolitik
2. Bakteri Amylolitik
3. Bakteri Pencerna Gula
4. Bakteri Lactilitik
5. Bakteri Penghasil Metan
6. Bakteri Ureolytic
7. Bakteri Pencerna Lipid
2.1.3 Karakteristik beberapa bakteri utama rumen
1. Bakteri Butyrivibrio fibrisolvens:
● Termasuk dalam gram negatif dan berdiameter 0,4 – 0,8µ
● Berbentuk batang dan bergerak atau motil.
● Hidup pada pH 6,5 – 7,2.
● Temperatur optimum 30 – 450 C (mati pada temperatur 200 C atau
500 C).
● Populasi dalam rumen berkisar : 10 6 –10 8 Cfu/g.
● Sumber nitrogen berasal dari amonia, asam amino, atau pepton.
● Produk akhir (end product) fermentasi adalah butirat, fumarat, asetat,
gas hidrogen.
● Sumber karbon selain pati juga berasal dari karbohidrat kompleks
seperti: xylan, hemiselulosa, selulosa, pektin dan dextrins sedangkan
karbohidrat sederhana seperti glukasa, fruktosa, maltosa, sukrosa dan
laktos

2. Bakteri Succinomonas amylolytica


● Termasuk dalam gram negatif.
● Hidup secara tunggal, berpasangan, berkelompok (yang sudah tua).
● Berbentuk oval pendek atau coccobacillus.
● Bergerak karena punya flagella.
● Hidup pada pH 6,5 – 6,8.
● Temperatur optimum 30 – 390 C (mati pada temperatur 220 C atau
450 C).
● Tidak menghasilkan hidrogen, format, butirat, laktat dan ethanol.

3. Bakteri Streptococcus bovis


● Bakteri ini bersama dengan Lactobacillus bertanggung jawab terhadap
terbentuknya laktat acidosis.
● Termasuk dalam gram positif.
● Hidup secara berpasangan dan seperti rantai.
● Berbentuk cocci.
● Populasi dalam rumen rata 10 7 - 10 9 per mililiter cairan rumen.
● Hidup pada pH 5 – 6
● Sumber karbon adalah asetat, valerat dan laktat.
● Doubling timenya kurang lebih 9 menit
● Sumber nitrogen berasal dari amonia.
● Sumber sulfur adalah cysteine dan sulfida.
● Perangsang tumbuh asetat.
● Bakteri ini penting untuk mencegah lactat acidosis.
● Sumber karbon adalah pati, dextrins, glukasa, maltose

2.2 Kondisi Rumen


Kondisi rumen berpengaruh bagi kecernaan ternak ruminansia. Peran
mikrobia rumen sangat membantu pencernaan dan penyediaan zat makanan dan
energi bagi ternak ruminansia. Kondisi rumen dipengaruhi oleh jenis pakan yang
diberikan dan proporsi yang diberikan. . Seluruh protein yang berasal dari pakan,
pertama kali dihidrolisis oleh mikroba rumen (Arora, 1989) menjadi peptida dan
asam-asam amino (Ranjhan, 1981). Dan beberapa asam amino dapat digunakan
oleh bakteri untuk sintesis protein. Konsentrasi NH3 hasil penelitian ini cukup baik,
karena menurut Satter dan Slayter (1974) cit. Nuswantara et al. (2006), konsentrasi
NH3 yang diperlukan untuk laju sintesis protein mikroba yang maksimum berkisar
antara 3-8 mg/100 ml cairan rumen. Menurut Church (1979), populasi protozoa
dalam rumen berkisar 10 5 -10 6 sel/ml isi rumen atau berkisar 40-50% dari
biomasa rumen dan tergantung dari pakan induk semang. Jika induk semang diberi
pakan berserat, maka jumlah protozoa berkisar 25-33% dari biomasa rumen (Orpin,
1984 cit. Soeharsono et al., 2010). Namun pada ruminansia muda belum ada
protozoa didalamnya. Tetapi Sebagian menyatakan bahwa protozoa tidak penting
bagi pencernaan ruminansia. Kemudian adanya bakteri pada rumen berasal dari
bahan pakan atau kontak dengan bahan lain yang mengandung bakteri. Menurut
Arora (1989), konsentrasi bakteri pada sapi dapat mencapai 21 x 10 9 per ml cairan
rumen. Populasi jamur cairan rumen berasal dari pakan yang mengandung serat
kasar tinggi contohnya Jerami. Jamur ini mempunyai peranan penting dalam
mencerna serat kasar (Van Soest, 1994), sehingga dapat meningkatkan konsumsi
pakan.

2.3 Sintesis Mikroba


Ketersediaan amonia dalam rumen sangat mempengaruhi populasi mikroba rumen
sehingga berpengaruh pula pada sintesis protein mikroba. Pengukuran sintesis
protein mikroba dimulai dengan pengujian secara in vitro. Sampel diinkubasi pada
suhu 39° C selama 3 jam. Sampel disentrifus dengan kecepatan 3.000 rpm selama
15 menit untuk mendapatkan supernatan. Supernatan disentrifus kembali dengan
kecepatan 8.000 rpm pada suhu ruang selama 15 menit untuk mendapatkan endapan
mikroba. Sintesis protein mikroba diukur menggunakan metode Lowry (Plumer,
1971). Langkah-langkah yang dilakukan yaitu: sampel hasil sentrifus ditambahkan
1 ml larutan NaOH 0,1 N, dihomogenkan. Sampel dimasukan ke tabung reaksi,
dipanaskan pada suhu 90° C selama 15 menit kemudian didinginkan pada suhu
ruang selama 10 menit. Sampel diambil 1 ml, ditambahkan 5 ml larutan Lowry B
kemudian divortex. Sampel didiamkan selama 10 menit pada suhu kamar.
Selanjutnya ditambahkan larutan Lowry A 0,5 ml, divortex, didiamkan selama 30
menit. Sampel dibaca menggunakan spektrofotometer digital dengan panjang
gelombang 700 nm. Sintesis protein mikroba yang optimal membutuhkan suplai
nitrogen dan asam organik. Suplai nitrogen berasal dari produksi amonia,
sedangkan asam organik akan terpenuhi dari produksi VFA yang merupakan hasil
fermentasi karbohidrat. Rendahnya konsentrasi amonia mengindikasikan bahwa
lebih banyak sumber nitrogen yang dimanfaatkan mikroba untuk mensintesis sel
tubuhnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan
makanan selama berada dalam alat pencernaan, Proses pencernaan ternak
ruminansia terjadi secara mekanis (di dalam mulut) dan secara fermentatif (oleh
enzim-enzim pencernaan). Organ pencernaan pada ternak ruminansia terdiri dari
mulut, rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus halus, sekum, kolon dan
rektum. Rumen memiliki ukuran yang paling besar yaitu 80 persen, retikulum 5
persen, omasum 7 persen dan abomasum 8 persen.

3.2 Saran
Perlu diadakannya praktikum secara luring agar mengetahui secara pasti bagaimana
keadaan rumen dan mikroba yang hidup di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ginting, S. P. (2005). Sinkronisasi degradasi protein dan energi dalam rumen untuk
memaksimalkan produksi protein mikroba. Wartazoa, 15(1), 1-10.
Haryanto, B. (2009). Inovasi teknologi pakan ternak dalam sistem integrasi
tanaman-ternak bebas limbah mendukung upaya peningkatan produksi daging.
Pengembangan Inovasi Pertanian, 2(3), 163-176.
Muslim, G., Sihombing, J.E., Fauziah, S., Abrar, A. and Fariani, A., 2014. Aktivitas
proporsi berbagai cairan rumen dalam mengatasi tannin dengan tehnik in vitro.
Jurnal Peternakan Sriwijaya, 3(1).
Oematan, Gustaf. (2019). MIKROBA RUMEN DAN AKTIFITAS BIOKIMIANYA.
Purbowati, E., Rianto, E., Dilaga, W. S., Lestari, C. M. S., & Adiwinarti, R. (2014).
Karakteristik cairan rumen, jenis, dan jumlah mikrobia dalam rumen sapi Jawa
dan Peranakan Ongole. Buletin Peternakan, 38(1), 21-26.
Qori’ah, A., Surono, S., & Sutrisno, S. (2016). Sintesis protein mikroba dan
aktivitas selulolitik akibat penambahan level zeolit sumber nitrogen slow release
pada glukosa murni secara in vitro. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan (Indonesian
Journal of Animal Science), 26(2), 1-7.

Anda mungkin juga menyukai