Anda di halaman 1dari 7

https://www.ilmuternak.com/2015/02/jenis-dan-peran-mikroba-rumen.

html
Ternak Ruminansia merupakan hewan yang mempunyai lambung depan yang terdiri dari
Retikulum (perut jala), Rumen (perut handuk), Omasum (perut kitab), dan lambung sejati ,
yaitu Abomasum (perut kelenjar). Proses pencernaan di dalam lambung depan terjadi secara
mikrobial. Mikroba memegang peranan penting dalam pemecahan makanan (Cole, 1962).
Sedangkan di dalam lambung sejati terjadi pencernaan enzimatik karena lambung ini
mempunyai banyak kelenjar . Menurut Chuticul (1975) rumen merupakan tempat pencernaan
sebagian serat kasar serta proses fermentatif yang terjadi dengan bantuan mikroorganisme,
terutama bakteri anaerob dan protozoa. Di dalam rumen karbohidrat komplek yang meliputi
selulosa, hemiselulosa dan lignin dengan adanya aktifitas fermentatif oleh mikroba akan
dipecah menjadi asam atsiri, khususnya asam asetat, propionat dan butirat (Ranjhan dan
Pathak, 1979).
Menurut (Aurora, 1989), rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong
yang menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi mikroba. Isi rumen pada ternak
ruminansia berkisar antara 10-15% dari berat badan ternak tersebut . Kondisi dalam rumen
adalah anaerobik dan mikroorganisme yang paling sesuai dan dapat hidup serta ditemukan di
dalamnya. Tekanan osmosis pada rumen mirip dengan tekanan aliran darah. Temperatur dalam
rumen adalah 32-42°C, pH dalam rumen kurang lebih tetap yaitu sekitar 6,8 dan adanya
absorbsi asam lemak dan amonia berfungsi untuk mempertahankan pH (Aurora, 1989). Proses
pencernaan dalam rumen ini sangat bergantung pada species-species bakteri dan protozoa yang
berbeda dan saling berinteraksi melalui hubungan simbiosis.
Ada tiga macam mikroba yang terdapat di dalam cairan rumen, yaitu bakteri, protozoa
dan sejumlah kecil jamur . Volume dari keseluruhan mikroba diperkirakan meliputi 3,60% dari
cairan rumen (Bryant, 1967) . Bakteri merupakan jumlah besar yang terbesar sedangkan
protozoa lebih sedikit yaitu sekitar satu juta/ml cairan rumen. Jamur ditemukan pada ternak
yang digembalakan dan fungsinya dalam rumen sebagai kelompok selulolitik (Mc Donald et
al., 1988). bakteri merupakan biomassa mikroba yang terbesar di dalam rumen, berdasarkan
letaknya dalam rumen, bakteri dapat dikelompokkan menjadi :
a. Bakteri yang bebas dalam cairan rumen (30% dari total bakteri).
b. Bakteri yang menempel pada partikel makanan (70% dari total bakteri) .
c. Bakteri yang menempel pada epithel dinding rumen dan bakteri yang menempel pada
protozoa (Preston dan Leng, 1987).
Adanya mikroba dan aktifitas fermentasi di dalam rumen merupakan salah satu
karakteristik yang membedakan sistem pencernaan ternak ruminansia dengan ternak lain.
Mikroba tersebut sangat berperan dalam mendegradasi pakan yang masuk ke dalam rumen
menjadi produk-produk sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba maupun induk
semang dimana aktifitas mikroba yang tinggi tersebut sangat tergantung pada ketersediaan
nitrogen dan energi (Offer dan Robert, 1996). Kelompok utama mikroba yang berperan dalam
pencernaan tersebut terdiri dari bakteri, protozoa dan jamur yang jumlah dan komposisinya
bervariasi tergantung pada pakan yang dikonsumsi ternak (Preston dan Leng, 1987).
Mikroba rumen membantu ternak ruminansia dalam mencerna pakan yang
mengandung serat tinggi menjadi asam lemak terbang (Volatile Fatty Acids = VFA’s) yaitu
asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam valerat serta asam isobutirat dan asam
isovalerat. VFA’s diserap melalui dinding rumen dan dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh
ternak. Sedangkan produk metabolis yang tidak dimanfaatkan oleh ternak yang pada umumnya
berupa gas akan dikeluarkan dari rumen melalui proses eruktasi (Barry et al., 1977). Namun
yang lebih penting ialah mikroba rumen itu sendiri, karena biomas mikroba yang meninggalkan
rumen merupakan pasokan protein bagi ternak ruminansia. Sauvant et al. (1995) menyebutkan
bahwa 2/3 – 3/4 bagian dari protein yang diabsorbsi oleh ternak ruminansia berasal dari protein
mikroba. Kualitas pakan yang rendah seperti yang umum terjadi di daerah tropis menyebabkan
kebutuhan protein untuk ternak ruminansia sebagian besar dipasok oleh protein mikroba
rumen. Soetanto (1994) menyebutkan hampir sekitar 70 % kebutuhan protein dapat dicukupi
oleh mikroba rumen.
Produk akhir fermentasi protein akan digunakan untuk pertumbuhan mikroba itu sendiri
dan digunakan untuk mensintesis protein sel mikroba rumen sebagai pasokan utama protein
bagi ternak ruminansia. Menurut Aurora (1989) sekitar 47% sampai 71% dari nitrogen yang
ada di dalam rumen berada dalam bentuk protein mikroba.

JENIS-JENIS MIKROBA DAN PERANANNYA


Yokoyama dan Johnson (1988), mengklasifikasikan bakteri menjadi 8 kelompok didasarkan
pada jenis bahan yang digunakan dan hasil akhir fermentasi. Berikut contoh-contoh species
bakterinya:
1. Bakteri Selulolitik
Bakteri yang mempunyai kemampuan untuk memecah selulosa dan mampu bertahan
pada kondisi yang buruk pada saat makanan yang mengandung serat kasar yang tinggi. Contoh
: Bacteroides sussinogenes (bentuk batang), Ruminococcus albus (bentuk bulat).
2. Bakteri Proteolitik
Mempunyai kemampuan untuk memecah protein, asam amino dan peptida lain menjadi
amonia (Orskov, 1982). Contoh : Bacteroides ruminocola, Selenomonas ruminantium .
3. Bakteri Methanogenik
Merupakan bakteri yang dapat mengkatabolisasi alkohol dan asam organik menjadi
methan dan karbondioksida (Tjandraatmaja, 1981). Contoh: Methanobacterium formicium,
Methanobrevibacter ruminantium.
4. Bakteri Amilolitik
Merupakan bakteri yang dapat memfermentasikan amilum . Bakteri jenis ini relatif lebih
tahan terhadap perubahan pH dibandingkan dengan bakteri selulolitik, dapat bekerja pada pH
5,7-7,0 (Orskov, 1982). Contoh: Clostridium lochheaddii, Streptococcus bovis, Bacteroides
amylophilus
5. Bakteri yang memfermentasikan gula
Bakteri yang memfermentasikan amilum, sebagian besar mampu memfermentasikan
gula sederhana . Contohnya : Eurobacterium ruminantium, Lactobacillus ruminus.
6. Bakteri Lipolitik
Merupakan bakteri rumen yang dapat menghidrolisis lemak menjadi gliserol dan asam
lemak. Hal ini dapat berlangsung karena adanya enzim lipase yang dapat memecah lemak
(Tamminga dan Doreau, 1991). Contohnya : Anaerovibrio livolytica, Veillonella alcalescens.
7. Bakteri pemanfaat Asam
Contohnya : Selonomonas dan Veillonella alcalescens.
8. Bakteri Hemiselulotitik
Hemiselulosa adalah karbohidrat yang terdapat dalam tanaman yang tidak larut dalam
air tetapi larut dalam asam dan alkali. Hemiselulosa ini terdapat dalam tanaman yang menjadi
pakan temak dalam jumlah besar. Contohnya : Ruminococcus sp, Butyrivibrio fibriosolvens.
Serta ditambah beberapa contoh spesies protozoa dan jamur diantaranya :
a. lsotricha intestinalis (memfermentasi gula, pati dan pektin)
b. Dasytricha ruminantium (pencerna pati, maltosa, dan glukosa)
c. Entodinium caudatum dan Diplodinium sp
Sedangkan jamur Neocalimastik sp dan Orpinomyces kelompok fungsi selulolitik
(Winugroho et al., 1997)

Sumber : Ini saya rangkum dari Lokakarya Fungsional Non Peneliti tahun 1997 milik
bapak Suwandi dengan judul Peranan Mikroba Rumen Pada Ternak Ruminansia serta dari blog
jajo66.wordpress.com/2009/01/28/peran-mikroba-rumen-pada-ternak-ruminansia/. Maaf
apabila dalam penulisan daftar pustakanya tidak lengkap dan kurang benar karena admin blog
tersebut tidak menuliskan sumbernya. Berikut ini saya sertakan Daftar Pustaka :
Aurora, S .P. 1989 . Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia Srigondo, B (ed), Gajah Mada University
Press.
Barry, Thomson, and Amstrong. 1977. Peran Mikroba Rumen pada Ternak
Ruminansia. http://Jajo66.wordpress.com. Diakses Tanggal 06 April 2010
Bryant, M .P. 1967 . Microbiology of the Rumen In Sweeson, M.J. 1970. Duke,s physiology of the
Domestic Animal, Cornell University Press, London.
Chutikul, K. 1975. Ruminant (Buffalo) Nutrition, in The Asiatic Water Buffalo, Proceeding of an
International Syimposium heald at khon kaen. Thailand, March 31 - April 6. Food and Fertilizer
Tecnology Centre, Taipei, Taiwan.
Cole, H .H. 1962. Introduction to livestock Production, W .H. Freeman and Co, San Fransisco .
Mc Donald, P. Edwards, R.A. Greenhalq, J.F.D. 1988. Animal Nutrition. 4 th ed Longman Scientific
and tehnical, Hongkong.
Offer, Y. and Robert. 1996. Peran Mikroba Rumen pada Ternak
Ruminansia. http://Jajo66.wordpress.com. Diakses tanggal 06 April 2010.
Orskov, O .R. 1982. Protein Nutrition In Rument, Academic Press London.
Preston and Leng. 1987. Matching Ruminant Produktion Systems With Available Resource in the
Tropik and Sub Tropik Penambul Books Armidale. New South Wales, Australia.
Ranjhan, S.K. and Pathak, N.N. 1979. Management and Feeding of Buffalo, Vikas Publ House put,
New Delhi.
Sauvant, Dijkstra, and Martens. 1995. Peran Mikroba Rumen pada Ternak Ruminansia.
http://Jajo66.wordpress.com. Diakses tanggal 06 April 2010.
Soetanto, 1994. Peran Mikroba Rumen pada Ternak Ruminansia. http://Jajo66.wordpress.com. Diakses
Tanggal 06 April 2010.
Tamminga S., Doreau M. (1991): Lipids and rumen digestion. In: Jouany J.P. (ed.): Rumen Microbial
Metabolism and Ruminant Digestion. INRA, Paris. 151–160.
Winugroho, M., Yantyati. W., Suharyono, Typuk Artiningsih, Yeni. W. dan Cornelia Hendratno.
1995/1997. Laporan Riset Unggulan Terpadu Ill . Balitnak Ciawi Bogor.
Yokoyama, M. T. and Johnson, K.A. 1988. Microbiology of The Rumen and Intestin . Prentice Hall.
New Jersey.

JENIS DAN FUNGSI MIKROBA DI DALAM RUMEN


http://aderizkiharahap.blogspot.com/2013/10/jenis-dan-fungsi-mikroba-di-dalam-rumen.html
Pencernaan merupakan proses perubahan yang bersifat mekanis dan kimia yang
terjadi dalam saluran pencernaan sampai zat-zat makanan dapat dimanfaatkan oleh tubuh.
Perubahan tersebut dapat berupa penghalusan pakan menjadi partikel yang lebih kecil atau
penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Pencernaan pakan
pada ruminansia terjadi secara mekanis di dalam mulut yang bertujuan memperkecil ukuran
partikel pakan, fermentasi oleh mikroba dalam rumen dan secara kimiawi oleh enzim-enzim
yang dihasilkan oleh organ-organ pencernaan pasca rumen.
Lambung ruminansia terdiri atas empat bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum dan
abomasum. Masing-masing bagian memiliki peran dan fungsi yang khusus. Rumen
ruminansia terdapat mikroba (bakteri dan protozoa) yang memiliki kemampuan untuk
merombak zat pakan secara fermentatif sehingga menjadi senyawa yang berbeda dengan
bahan asal. Hasil fermentasi inilah yang menjadi sumber energi utama. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa proses fermentasi berlangsung sebelum usus halus, sehingga dapat
disajikan ke usus halus dalam bentuk yang mudah diserap.
Keuntungan yang diperoleh dengan adanya proses fermentasi yaitu bakteri rumen
dapat memanfaatkan senyawa NPN menjadi protein tubuh; mikrobia rumen dapat
mendegradasi selulosa dan hemiselulosa yang tidak dapat dicerna oleh hewan untuk
dimanfaatkan sebagai sumber energi; produk fermentasi dapat disajikan dalam bentuk yang
mudah dicerna dan diabsorpsi (Sutardi, 1978); dapat menampung pakan dalam jumlah besar
dan pakan dapat diubah menjadi partikel yang lebih kecil; bakteri dalam rumen dapat
mensintesis vitamin B dan K.
Bakteri-bakteri yang bertanggung jawab dalam proses fermentasi membentuk asetat,
propionat, butirat, CO2 dan H2. Spesies bakteri metanogenik akan menggunakan CO2, H2 dan
format untuk membentuk gas metana. Beberapa spesies memproduksi amonia dan asam
lemak terbang berantai cabang dari asam-asam amino tertentu dan beberapa mikroba
mengeluarkan urease untuk memecah urea sehingga menjadi amonia dan CO2 (Arora, 1995).
Kelestarian proses fermentasi dalam rumen dipengaruhi oleh pH rumen yang
dipertahankan oleh saliva agar tidak berubah, kondisi rumen anaerob, suhu rumen konstan,
rumen yang berkontraksi akan menambah kontak antara enzim dan substrat, laju
pengosongan rumen diatur sedemikian rupa sehingga setiap saat selalu ada isinya. Saliva
yang disekresikan oleh ruminansia memiliki fungsi sebagai bufer sehingga larutan dalam
rumen mempunyai pH konstan, menstabilkan jumlah cairan dalam rumen dan konsentrasi ion
dalam rumen serta gerakan retikulo-rumen yang teratur sehingga memungkinkan kelancaran
proses pencernaan dan kondisi anaerob memungkinkan pertumbuhan mikrobia.
Proses pencernaan zat makanan pada ternak ruminan sangat unik dengan adanya
peran mikroba rumen dalam molekul zat makanan dari ransum yang telah dikonsumsinya.
Sebagian besar lemak yang masuk ke rumen akan dihidrolisa oleh mikroba rumen untuk
selanjutnya dimetabolisasi menjadi bagian lemak tubuh mikroba tersebut. Mikroba rumen
memiliki kandungan asam lemak yang berbeda-beda tergantung kepada jenis atau macam
mikroba. Dengan demikian dapat diketahui bahwa mikroba rumen memiliki kemampuan
untuk mencerna lemak didalam rumen, pertama memecahkan (hidrolisis) lemak menjadi
asam-asam lemak dan gliserol, kedua penambahan atom-atom hydrogen ke ikatan rangkap
asam-asam lemak tidak jenuh sehingga menjadi asam lemak jenuh (hidrogenasi)
JENIS MIKROBA RUMEN
1.Bakteri Rumen
a. BakteriSelulolitik
Bakteri ini menghasilkan enzim yang dapat menghidrolisis ikatan glukosida ,sellulosa
dan dimerselobiosa. Sepanjang yang diketahui tak satupun hewan yang mampu memproduksi
enzim selulase sehingga pencernaan selulosa sangat tergantung pada bakteri yang terdapat di
sepanjang saluran pencernaan pakan. Bakteri selulolitik akan dominan apabila makanan
utama ternak berupa serat kasar. Contoh bakteri selulolitik antara lain adalah
Bacteriodes succinogenes
Ruminicoccus flavefaciens
Ruminicoccus albus
Cillobacterium cellulosolvens
b. Bakteri Hemiselulolitik
Hemiselulosa berbeda dengan selulosa terutama dalam kandungan pentosa, gula
heksosa serta biasanya asam uronat. Hemiselulosa merupakan struktur polisakarida yang
penting dalam dinding sel tanaman. Mikroorganisme yang dapat menghidrolisa selulosa
biasanya juga dapat menghidrolisa hemiselulosa. Meskipun demikian ada beberapa spesies
yang dapat menghidrolisa hemiselulosa tetapi tidak dapat menghidrolisa selulosa. Contoh
bakteri hemiselulolitik antara lain:
Butyrivibrio fibriosolven
Bacteriodes ruminicola
c. Acid Utilizer Bacteria (bakteri pemakai asam)
Beberapa janis bakteri dalam rumen dapat menggunakan asam laktat meskipun jenis
bakteri ini umumnya tidak terdapat dalam jumlah yang berarti. Jenis lainnya dapat
menggunakan asam suksinat, malat dan fumarat yang merupakan hasil akhir fermentasi oleh
bakteri jenis lainnya. Asam format dan asetat juga digunakan oleh beberapa spesies,
meskipun mungkin bukan sebagai sumber enersi yang utama. Asam oksalat yang bersifat
racun pada mamalia akan dirombak oleh bakteri rumen, sehingga menyebabkan ternak
ruminansia mampu mengkonsumsi tanaman yang beracun bagi ternak lainnya sebagai bahan
makanan. Beberapa spesies bakteri pemakai asam laktat yang dapat dijumpai dalam jumlah
yang banyak setelah ternak mendapatkan tambahan jumlah makanan butiran maupun pati
dengan tiba-tiba adalah :
Peptostreptococcus bacterium
Propioni bacterium
Selemonas lactilytica
d. Bakteri Amilolitik
Beberapa bakteri selulolitik juga dapat memfermentasi pati, meskipun demikian
beberapa jenis bakteri amilolitik tidak dapat menggunakan/memfermentasi selulosa. Bakteri
amilolitik akan menjadi dominan dalam jumlahnya apabila makanan mengandung pati yang
tinggi, seperti butir-butiran. Bakteri amilolitik yang terdapat di dalam rumen antara lain:
Bacteriodes amylophilus
Butyrivibrio fibrisolvens
Bacteroides ruminicola
Streptococcus bovis

e. Sugar Untilizer Bacteria (bakteri pemakai gula)


Hampir semua bakteri pemakai polisakarida dapat memfermentasikan disakarida dan
monosakarida. Tanaman muda mengandung karbohidrat siap terfermentasi dalam konsentrasi
yang tinggi yang segera akan mengalami fermentasi begitu sampai di retikulo-rumen.
Kesemua ini merupakan salah satu kelemahan/kerugian dari sistem pencernaan ruminansia.
Sebenarnya gula akan lebih efisien apabila dapat dicerna dan diserap langsung di usus halus.
f. Bakteri Proteolitik
Bakteri proteolitik merupakan jenis bakteri yang paling banyak terdapat pada saluran
pencernaan makanan mamalia termasuk karnivora (carnivora). Didalam rumen, beberapa
spesies diketahui menggunakan asam amino sebagai sumber utama enersi. Beberapa contoh
bakteri proteolitik antara lain:
Bacteroides amylophilus
Clostridium sporogenes
Bacillus licheniformis
g. Bakteri Methanogenik
Sekitar 25 persen dari gas yang diproduksi didalam rumen adalah gas methan. Bakteri
pembentuk gas methan lambat pertumbuhannya. Contoh bakteri ini antara lain:
Methanobacterium ruminantium
Methanobacterium formicium
h. Bakteri Lipolitik
Beberapa spesies bakteri menggunakan glycerol dan sedit gula. sementara itu
beberapa spesies lainnya dapat menghidrolisa asam lemak tak jenuh dan sebagian lagi
dapat menetralisir asam lemak rantai panjang menjadi keton. Enzim lipase bakteria dan
protozoa sangat efektif dalam menghidrolisa lemak dalam chloroplast. Contoh bakteri
lipolitik antara lain:
Anaerovibrio lipolytica
Selemonas ruminantium var. Lactilytica
Bakteri Ureolitik

2. PROTOZOA RUMEN
Sebagian besar protozoa yang terdapat didalam rumen adalah cilliata meskipun
flagellata juga banyak dijumpai. Cilliata ini merupakan non pathogen dan anaerobic
michroorganism. Pada kondisi rumen yang normal dapat dijumpai ciliata sebanyak 105 -106
perml isi rumen. Dari hasil serangkaian studi, diperoleh informasi bahwa ciliata diduga
mempunyai peranan sebagai sumeber protein dengan keseimbangan kandungan asam amino
yang lebih baik dibandingkan dengan bakteri sebagai makanan ternak ruminansia. Selain itu
ciliata/protozoa juga menelan partikel-partikel pati sehingga memperlambat terjadinya
fermentasi. Sepanjang hanya spesies tertentu dari ciliata ini yang mampu mencerna selulosa
dengan hasil akhir berupa asam lemak terbang (VFA). Meskipun telah lama dipelajari, ciliata
masih merupakan organisme yang rumit untuk diidentifikasikan secra tegas, karena
organisme ini tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan hewan bersel tunggal lainnya.
Ciliata rumen dapat dibedakan menjadi 3 ordo yaitu:
Ordo Prostomatida
Ordo Trichostomatida
Ordo Entodiniomorphida

3. JAMUR RUMEN
Sampai dengan tahun 1977 jamur rumen masih belum banyak menarik perhatian para
ahli untuk menelitinya. Clarke (1977) misalnya dalam salah satu bab yang berjudul ‘”The Gut
and Its Microorganisms” hanya menyebut ragi (yeast) dan kapang (moulds) sebagai jamur
dan dijumpai rumen. Demikian pula disebutkan bahwa kedua jenis jamur tersebut hanya
lewat/singgah (=transients) di saluran pencernaan hewan ruminansia. Hal ini dibuktikan
bahwa pembiakan kedua jenis jamur tersebut dengan simulator kondisi di dalam rumen tidak
menghasilkan pertumbuhan.

https://www.academia.edu/10008188/Mikroba_Rumen

Anda mungkin juga menyukai