Anda di halaman 1dari 31

SISTEM PENCERNAAN RUMINANSIA DENGAN BANTUAN MIKROBA

RUMEN

(Paper Landasan Ruminologi)

Oleh

Meilita Imelda

1914241008

DOSEN PENGAMPU :

PROF. Dr.Ir. Muchtar, M.S

NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN TERNAK

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan piper ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga piper ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami
berdasarkan fungsi dan jenisnya.

Harapan saya semoga piper ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi piper ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Piper ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
masih kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan piper
ini.

Tanggamus, 22 April 2021

Penulis

2
Table of Contents
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... 2

I.PENDAHULUAN ............................................................................ Error! Bookmark not defined.

1.1Latar Belakang ............................................................................ Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Piper ............................................................................................................................. 6

II. PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 7

III. KESIMPULAN ....................................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA

3
I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.1.1 Mikroba Rumen

Ternak ruminansia termasuk dalam ordo Artiodactyla (hewan mamalia berkuku genap) dan sub
ordo Ruminantia. Ternak ruminansia merupakan ternak yang berbeda dengan ternak non
ruminansia atau ternak lainnya. Hal yang membedakan yaitu ternak ruminansia mempunyai
lambung jamak sedangkan ternak non ruminansia mempunyai lambung tunggal. Lambung
ruminansia terdiri atas empat bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Selain itu,
ternak ruminansia memiliki mikro-organisme di dalam rumen. Mikroorganisme inilah yang
membantu pencernaan ternak ruminansia dalam memecah pakan agar dapat diserap dan
digunakan oleh tubuh. Ternak ruminansia dapat mencerna serat kasar karena adanya simbiosis
antara inang (ruminansia) dengan mikroorganisme rumen.

Pada ternak ruminansia, baik ruminansia besar (sapi dan kerbau) maupun ruminansia kecil
(kambing dan domba), terdapat rumen dengan berbagai jenis mikroba di dalamnya. Mikroba ini
disebut mikroba rumen. Fungsi dari mikroba rumen ini adalah untuk mem-fermentasi pakan
dengan kandungan selulosa di dalamnya atau pakan yang berserat tinggi. Kemampuan mikroba
rumen dalam pendegradasian pakan menjadi bentuk yang lebih sederhana sehingga mudah
dicerna dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ternak dan juga mikroba di
dalamnya ini merupakan salah satu keuntungan adanya mikroba rumen dalam sistem pencernaan
ternak ruminansia.

Berdasarkan fungsi dan jenisnya masing-masing, mikroba yang paling banyak terdapat dalam
rumen diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu bakteri, protozoa dan fungi/jamur. Peranan bakteri
di dalam rumen yaitu sebagai perombak serat kasar seperti selulosa dan hemiselulosa dan peran
dari fungi di dalam rumen yaitu sebagai awal jalan membuka dinding sel yang sudah tercerna
serta peranan dari protozoa yaitu berkontribusi dalam proses pencernaan dan pemecahan materi
organic di dalam rumen

4
1.1.2. Pencernaan Dan Metabolisme Karbohidrat

Metabolisme adalah sejumlah proses yang meliputi sintesis dan perombakan dalam organisme
hidup (Tillman dkk., 1991). Sapi perah membutuhkan nutrien utama yaitu karbohidrat, protein
dan lemak sebagai bahan bakar pembentukan energi untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok
dan produksi susu (Frandson, 1996). Karbohidrat yang dimakan oleh ruminansia khususnya sapi
perah dapat berupa karbohidrat non-struktural (pati) dan karbohidrat struktural (selulosa dan
hemiselulosa).

Selulosa hanya dapat dicerna oleh ternak ruminansia, karena pada ternak ruminansia terdapat
bakteri selulolitik yang dapat mencerna selulosa (Anggorodi, 1995). Sekitar 75% karbohidrat
dalam ransum ruminansia berasal dari hijauan berbentuk serat kasar, 60 - 75% akan tercerna
dalam proses pencernaan fermentatif di rumen. Masing-masing jenis karbohidrat akan
menghasilkan produk fermentasi rumen yang spesifik (Suwandyastuti dan Rimbawanto, 2015).
Selulosa hanya dapat dirombak menjadi selobiosa oleh mikroorganisme rumen (Anggorodi,
1995). Selobiosa kemudian dihidrolisis menghasilkan glukosa (Tillman dkk., 1991). Secara
biokimiawi propionat dibentuk melalui 2 cara yaitu jalur reduksi langsung (tidak acak) yang
melibatkan siklus acrylate dan jalur asam dicarboxylate (acak) melalui interaksi mikroorganisme
rumen yang melibatkan pembentukan oksaloasetat dan suksinat (Cerrilla dan Martinez, 2003).
Jalur asam 5 dicarboxylate (acak) melibatkan suksinat sebagai produk antara yang tidak
terakumulasi rumen, Propionibacteria dan Veillonela alcalescens mengubah suksinat menjadi
propionat, sedangkan jalur reduksi langsung (tidak acak) mengubah laktat menjadi propionat
dengan bantuan Clostridium propionicum dan Propionibacteria elsdenii melalui siklus acrylate
(Arora, 1989).

Pemecahan karbohidrat di dalam rumen terjadi melalui dua tahap yaitu pemecahan karbohidrat
menjadi glukosa dan pemecahan glukosa menjadi piruvat yang kemudian diubah menjadi asam
lemak. Karbohidrat difermentasikan oleh mikroorganisme menjadi piruvat di dalam rumen.
Asam piruvat yang dihasilkan akan diubah menjadi volatil fatty acids (VFA), yang terdiri dari
asam asetat, asam propionat dan asam butirat (Russel dan Gahr, 2000).

5
Metabolisme energi dalam ternak ruminansia dipengaruhi oleh VFA (Tillman dkk., 1991).
Produksi VFA pada ruminansia mutlak memerlukan sumber karbohidrat yang ada di dalam
ransum, karena bahan ini merupakan sumber energi yang potensial yang menstimulir
pembentukan propionat (Arora, 1989). Kecernaan karbohidrat kompleks di dalam rumen yang
cukup tinggi akan menghasilkan produk fermentasi yang bersifat ketogenik sehingga
menghasilkan asam asetat dan butirat, sedangkan fermentasi senyawa glukogenik di dalam
rumen akan menghasilkan produk fermentasi utama berupa asam propionat (Suwandyastuti dan
Rimbawanto, 2015). Asam propionat diabsorbsi dari rumen ke sirkulasi portal dan dibawa ke
hati, kemudian asam propionat di dalam hati akan mengalami oksidasi (Tillman dkk., 1991)

1.1.3. Asam Lemak Yang Mudah Menguap


Komponen volatil merupakan kelompok senyawa-senyawa volatil yang berpengaruh terhadap
karakteristik flavor komoditas dan penerimaannya secara keseluruhan oleh konsumen karena
pengaruhnya terhadap karakteristik aroma.

Tahap asidogenesis pada awal fermentasi menghasilkan produk berupa asam. Asam lemak yang
mudah menguap (volatile fatty acids) yang dihasilkan oleh bakteri pembentuk asam apabila
terlalu tinggi konsentrasinya akan menyebabkan pH di dalam digester menurun dan
menyebabkan kondisi beracun di dalam digester. Asam lemak tersebut akan menghalangi atau
bahkan 4 menghentikan proses fermentasi. Oleh karena itu kecepatan produksi volatile fatty
acids di dalam digester diupayakan agar lebih rendah dari pada kecepatan bakteri methanogen
untuk mengubah volatile fatty acids menjadi metana.

B. Rumusan Masalah

1. apa yang dimaksud dengan mikroba rumen dan bagaimana kehidupan mikroba rumen ?

2. bagaimana cara pencernaan dan metabolisme karbohidrat pada ternak ruminansia?

3. apa itu asam lemak yang mudah menguap ?

6
C. Tujuan Paper

1. dapat menjelaskan mikroba rumen dan kehidupan mikroba rumen;

2. dapat menjelaskan cara pencernaan dan metabolisme karbohidrat pada ternak ruminansia;

3. dapat menjelaskan itu asam lemak yang mudah menguap;

7
II. PEMBAHASAN

A.MIKROBA RUMEN

Bakteri rumen pada rumen pedet (pre-ruminan) sangat berbeda dengan bakteri yang ada pada
ternak yang sudah dewasa (ruminan). Pada saat lahir, keadaan rumen steril (tidak ada mikroba),
namun saat berumur satu hari sudah banyak ditemukan bakteri aerob dalam jumlah yang banyak.
Bakteri tersebut mulai ada saat pedet memulai memasukan sesuatu kedalam mulutnya, sebab
benda atau materi yang berada di luar sudah pasti terkontaminasi oleh mikroba yang ada di alam.
Bakteri aerob, bukan tipe bakteri yang umum ditemukan pada ternak ruminan dewasa. Kecepatan
perubahan jumlah dan tipe bakteri yang berkembang di rumen pedet tergantung pada manajemen
pemberian pakan.

Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Mikroba rumen dapat
dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa dan fungi (Czerkawski, 1986). Kehadiran
fungi di dalam rumen diakui sangat bermanfaat bagi pencernaan pakan serat, karena dia
membentuk koloni pada jaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus dinding
sel tanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen. 1. Bakteri
Bakteri anaerob merupakan biomassa mikroba yang paling besar di dalam rumen. Meskipun
pada saat pedet lahir dengan kondisi rumen yang steril, koloni bakteri akan sangat cepat
terbentuk.

Pada domba dan pedet, Escherichia coli akan ditemukan di dalam seluruh daerah saluran
pencernaan 8 jam setelah pedet dilahirkan, dan lactobacilli serta streptococci 24 jam setelah lahir
(Fonty et al., 1987). Bakteri Cellulolytic ada dalam isi rumen saat pedet berumur 4 – 5 hari.
Lokasi bakteri di dalam rumen ada tiga yaitu, terkumpul pada pakan dan jaringan lepas, pada
zona/phase liquid, serta melekat pada dinding rumen (lapisan epitel). Disamping itu juga, ada
beberapa bakteri yang melekat pada protozoa sehingga ada bakteri yang bisa ditemukan di dalam
protozoa. Hampir semua jenis bakteri yang ada di dalam rumen adalah bakteri anaerob, termasuk
bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, sporeformers dan non-sporeformes, dan motile dan
nonmotile yang terdiri dari berbagai jenis spesies yang dapat diklasifikasikan berdasarkan
substrat utama yang digunakan, karena sulit mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya.

8
Keberadaan persentase jenis mikroba yang berkembang di rumen sangat dipengaruhi oleh jenis
pakan, sebab jenis pakan ini akan mempengaruhi produksi metabolit dalam rumen seperti , VFA,
NH 3 , CH4, pH dan lain-lainnya. Apabila ternak diberikan pakan konsentrat maka akan
berkembang bakteri yang berhubungan dengan starch/amilum yaitu Bakteri Amilolitik dan dapat
dipastikan pH rumen akan turun karena adanya asam laktat hasil fermentasiibawah. Sebaliknya
bila diberikan pakan hijauan/serat maka akan berkembang bakteri selulolitik. Cakra ( 1996)
mendapatkan bahwa mineral buffer NaHCO3 dan Na2CO3 dapat mengatasi penurunan pH
rumen sebagai akibat pemberian pakan konsentrat..

Adanya mikroba dan aktifitas fermentasi di dalam rumen merupakan salah satu karakteristik
yang membedakan sistem pencernaan ternak ruminansia dengan ternak lain. Mikroba tersebut
sangat berperan dalam mendegradasi pakan yang masuk ke dalam rumen menjadi produk-produk
sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba maupun induk semang dimana aktifitas
mikroba tersebut sangat tergantung pada ketersediaan nitrogen dan energi (Yan Offer dan Robert
1996). Kelompok utama mikroba yang berperan dalam pencernaan tersebut terdiri dari bakteri,
protozoa dan jamur yang jumlah dan komposisinya bervariasi tergantung pada pakan yang
dikonsumsi ternak (Preston dan Leng 1987).

Mikroba rumen membantu ternak ruminansia dalam mencerna pakan yang mengandung serat
tinggi menjadi asam lemak terbang (Volatile Fatty Acids = VFA’s) yaitu asam asetat, asam
propionat, asam butirat, asam valerat serta asam isobutirat dan asam isovalerat. VFA’s diserap
melalui dinding rumen dan dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh ternak. Sedangkan produk
metabolis yang tidak dimanfaatkan oleh ternak yang pada umumnya berupa gas akan dikeluarkan
dari rumen melalui proses eruktasi (Barry, Thomson dan Amstrong 1977). Namun yang lebih
penting ialah mikroba rumen itu sendiri, karena biomas mikroba yang meninggalkan rumen
merupakan pasokan protein bagi ternak ruminansia. Sauvant, Dijkstra dan Mertens (1995)
menyebutkan bahwa 2/3 – 3/4 bagian dari protein yang diabsorbsi oleh ternak ruminansia berasal
dari protein mikroba.

9
Kualitas pakan yang rendah seperti yang umum terjadi di daerah tropis menyebabkan kebutuhan
protein untuk ternak ruminansia sebagian besar dipasok oleh protein mikroba rumen. Soetanto
(1994) menyebutkan hampir sekitar 70 % kebutuhan protein dapat dicukupi oleh mikroba rumen.
Namun Orskov, Hughes-Jones dan McDonald (1981) menyatakan bahwa untuk memperoleh
hasil produksi yang tinggi, khususnya pada fase fisiologi tertentu, misalnya pada masa
pertumbuhan awal, bunting dan awal laktasi, pasok protein mikroba belum mencukupi
kebutuhan ternak, sehingga ternak memerlukan tambahan pasok protein dari pakan yang lolos
fermentasi di dalam rumen.

Produk akhir fermentasi protein akan digunakan untuk pertumbuhan mikroba itu sendiri dan
digunakan untuk mensintesis protein sel mikroba rumen sebagai pasok utama protein bagi ternak
ruminansia. Menurut Arora (1989) sekitar 47 sampai 71 persen dari nitrogen yang ada di dalam
rumen berada dalam bentuk protein mikroba.

Faktor-faktor yang Mengurangi Pertumbuhan Mikroba


• Perubahan ransum yang cepat
- Butuh waktu 3-4 minggu agar mikroba stabil
• Pakan dalam jumlah yang dibatasi
• Beri makan banyak lemak tak jenuh
- Bakteri tidak menggunakan lemak untuk energi
• Beri makan banyak karbohidrat non-selulosa
- Menyebabkan asidosis rumen

Faktor yang Mempromosikan Mikroba


Pertumbuhan
• Asupan bahan kering maksimal
• Fraksi karbohidrat dan protein yang seimbang
- Bakteri membutuhkan energi dan N untuk asam amino perpaduan
• Perubahan ransum bertahap
- Pertahankan pH rumen

10
• Jaga ketersediaan pakan setiap saat
Penarikan Mikroba
• Diagram persamaan dan perbedaan
antara tiga mikroba di dalam rumen
- Contoh perbandingan
• Euakariota versus prokariota
• Gambarlah masing-masing
• Tunjukkan bagaimana protista hidup dari bakteri, lepas dari bakteri
memberi makan, dll.

B.PENCERNAAN DAN METABOLISME KARBOHIDRAT DALAM RUMEN

Karbohidrat merupakan komponen utama dalam ransum ternak ruminansia. Jumlahnya mencapai
60 -75 persen dari total bahan kering ransum. Dalam makanan kasar, sebagian besar karbohidrat
terdapat dalam bentuk selulosa dan hemiselulosa, sedangkan dalam konsentrat umumnya
karbohidrat terdapat dalam bentuk pati. Karbohidrat merupakan sumber energi utama untuk
pertumbuhan mikroba rumen dan ternak induk semang.

Karbohidrat dalam pakan dapat dikelompokkan menjadi karbohidrat struktural (fraksi serat) dan
karbohidrat non struktural (fraksi yang mudah tersedia). Selulosa dan hemiselulosa termasuk
dalam karbohidrat fraksi struktural (fraksi serat) yang merupakan komponen utama dari dinding
sel tanaman. Sering Sellulosa dan Hemisellulosa ini berikatan dengan lignin sehingga menjadi
sulit dicerna oleh mikroba rumen. Lignifikasi tanaman akan meningkat seiring dengan
meningkatnya umur tanaman. Untuk itu penggunaannya dalam ransum ternak ruminansia
memerlukan pengolahan terlebih dulu guna merenggangkan ikatan lignoselulosa atau
lignohemisellulosa sehingga lebih fermentabel dalam rumen.

Selulosa adalah kelompok polisakarida yang mempunyai berat molekul tinggi, berantai lurus
dimana banyak terdapat dalam bentuk ikatan 1- 4 unit glukosa dan biasanya terdapat dalam
bentuk kristal, sedangkan hemiselulosa terdiri dari rantai lurus silosa dan sejumlah arabinosa,
asam uronat dan galaktosa. Ternak ruminansia mampu memanfaatkan selulosa dan hemiselulosa

11
( karbohidrat struktural = fraksi serat) disebabkan oleh adanya mikroorganisme dalam rumen
yang membantu proses fermentasi, sehingga karbohidrat struktural tersebut dirombak menjadi
produk yang dapat dicerna dan dapat diserap oleh usus halus. Kecernaan selulosa dan
hemiselulosa ( karbohidrat struktural ) dalam rumen biasanya lebih rendah dibanding karbohidrat
non struktural. Tapi ini sangat tergantung pada beberapa faktor seperti sifat faktor fisik tanaman,
pengolahan dan frekuensi pemberian makanan. Kecernaan selulosa dan hemiselulosa ini juga
bisa dipengaruhi oleh suplai nutrien lain seperti nitrogen, asam amino dan asam lemak berantai
cabang yang penting untuk pertumbuhan bakteri selulolitik.

 Jalur Fermentsi Karbohidrat dalam Rumen

Proses pencernaan karbohidrat dalam rumen merupakan proses yang komplek. Karbohidrat yang
komplek (selulosa, hemiselulosa, pati dan pectin) akan mengalami dua tahap pencernaan yaitu
pencernaan oleh enzim ekstraseluler dan enzim intraseluler mikroba. Tahap pertama karbohidrat
yang masuk rumen akan difermentasi oleh enzim ektraseluler menghasilkan monomernya berupa
oligosakarida, disakarida dan gula sederhana. Tahap kedua monomer itu
difermentasi/metabolisme lebih lanjut oleh enzim intraseluler membentuk piruvat melalui
lintasan Embden-Meyerhoft dan pentosa fosfat. Piruvat adalah produk intermedier yang segera
dimetabolisasi menjadi produk akhir berupa asam lemak berantai pendek yang sering disebut
dengan Volatil Fatty Acid ( VFA ) yang terdiri dari : asam asetat, asam propionat dan asam
butirat dan sejumlah kecil asam valerat. Secara skematis jalur fermentasi karbohidrat dalam
rumen dapat dilihat pada gambar 1.

o Fermentasi Piruvat dalam Rumen

Piruvat yang dihasilkan dalam proses fermentasi karbohidrat dalam rumen akan dimetabolisasi
lebih lanjut menjadi produk-produk seperti dibawah ini.

Produksi asam laktat

12
Laktat dalam rumen dibentuk dari piruvat melalui enzym NAD linked laktat dehidrogenase.
Piruvat + NADH2 → Laktat + NAD

Enzim ini ditemukan pada bakteri Selenomonas, Megasphaera laktobasilus, dan Streptokokus
spp.

o Pembentukan Asetil CoA

Asetil Coa yang diperlukan untuk berbagai reaksi selanjutnnya dibentuk melalui beberapa reaksi
yaitu:

Produksi acetyl CoA melalui pyruvate–ferredoxin oxidoreductase

Pyruvate + CoASH → 2-α-lactyl-TPP-CoA Enzyme → 2- Hydroxyethyl-TPP-

CoA + FD → Acetyl CoA + FDH2 + CO2

Produksi acetil CoA dan asam format melalui pyruvate-formate lyase.

Pyruvate + CoASH →Acetyl CoA + Formate

Produksi acetyl CoA and formate melalui reduksi CO2

Pyruvate + CoASH → Acetyl CoA + CO2

CO2 + XH2 → Formate + X

Produksi VFA dalam Rumen

Produksi Asam Asetat

Terdapat dua jalur utama untuk produksi asam asetat.

Phosphotransacetylasedanasetat kinase

– Phosphotransacetylase : Asetil KoA + Pi → Asetil ~ P + CoASH

13
– Asetat kinase : Asetil ~ P + ADP → Asetat + ATP

AsetilKoAlyasediidentifikasi hanya terjadi padaanaerobikprotozoa

– Asetil KoA + ADP + Pi → ATP + Asetat + CoASH

Secara keseluruhan jalur pembentukan asetat dapat dilihat pada Gambar

2.Produksi Butirat

Pembentukan butirat dalam rumen melalui 6 tahap reaksi.

a) Acetylacetyl CoA thiolase

 2 Acetyl CoA → Acetylacetyl CoA + CoASH

b) β-hydroxybutyrate dehydrogenase

 Acetylacetyl CoA + NADH2 → β-hydroxybutyrl-CoA + NAD

c) Enoyl-CoA dehydratase

 β-hydroxybutyrl-CoA → Crotonyl CoA + H20

d) Butyrl CoA dehydrogenase

 Crotonyl CoA + NADH2 → Butyrl CoA + NAD

e) Phosphate butyrl transferase

 Butyrl CoA + Pi → Butyrl-P

f) Butyrate kinase

 Butyrl∼P + ADP → Butyrate + ATP

14
-Produksi Asam Propionat

Asam Propionat dalam rumen dibentuk melalui dua jalur reaksi yaitu jalur suksinat dan jalur
akrilat.

-Pemanfaatan produk fermentasi Karbohidrat

Fermentasi karbohidrat dalam rumen untuk membentuk Volatil Fatty Acid (VFA) atau asam
lemak terbang menghasilkan kerangka karbon (C) untuk sintesis sel mikroba dan membebaskan
sejumlah energi dalam bentuk Adenosin Tri Phospat (ATP), CO2 ( Carbon diokside) dan CH4
(gas methan). Energi dalam bentuk ATP digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan
pertumbuhan mikroba rumen. Pertumbuhan mikroba rumen proporsional terhadap jumlah ATP
yang yang dihasilkan dari katabolisme energi. Maksimum sintesis sel mikroba yang dihasilkan
dalam rumen mendekati 25 gram per mol ATP.

Proses fermentasi karbohidrat dalam rumen menghasilkan energi dalam bentuk VFA mencapai
80 persen dan 20 persen merupakan energi yang terbuang dalam bentuk produksi gas C02, CH4
dan energi dalam bentuk ATP. Energi dalam bentuk ATP hanya 6.2 persen dari total energi yang
hilang . Hanya energi dalam bentuk ATP inilah yang digunakan oleh mikroba rumen untuk
pertumbuhannya, sedangkan VFA merupakan by produk atau hasil sampingan dari aktivitas
mikroba rumen. Dari uraian ini jelas bahwa mikroba rumen memproduksi VFA bukan untuk
kepentingannya terutama tetapi sebagai ―elektron sink‖ dalam menjaga potensial redoks dalam
rumen agar tetap layak bagi pertumbuhan mikroba rumen.

Gas hasil fermentasi berupa CO2, H2 (hidrogen) dan CH4 ( Methan ) dikeluarkan dari rumen
melalui proses eruktasi. Pada ternak kambing produksi gas CO2 sekitar 90 liter dan gas CH4
sekitar 30 liter perhari. Stoikiometri reaksi fermentasi pakan karbohidrat dalam rumen
menghasilkan tiga produk utama dapat disederhanakan menjadi:

C6H1206 + 2H20 ————— 2CH3COOH + 2C02 + 4H2

C6H1206 + 4H2 ————— 2CH3CH2COOH+ 4H20

15
C6H1206 ————— CH3(CH2)2COOH + 2C02 + 2H2

4H2 + C02 ————— CH4+ 2H2O

Dari Stoikiometri reaksi tersebut diatas dapat dilihat bahwa proses sintesis asam asetat dan asam
butirat menghasilkan gas hidrogen. Sebaliknya pada sintesis asam propionat gas H2 (hidrogen)
digunakan. Gas hidrogen dan CO2 merupakan prekursor utama sintesis gas metan yang
sesungguhnya tidak bermanfaat untuk ternak. Maka dari itu proses fermentasi dalam rumen yang
mengarah pada sintesis asam propionat akan lebih menguntungkan karena produksi CH4 bisa
ditekan dan akan meningkatkan efsiensi penggunaan energi pakan.

Jumlah komponen utama VFA (asetat, propionat, dan butirat) yang terbentuk dalam rumen serta
proporsi relatifnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor makanan seperti komposisi
ransum, terutama rasio antara hijauan dan konsentrat, bentuk fisik makanan, tingkat konsumsi,
frekuensi pemberian pakan dan tipe fermentasi sebagai akibat perbedaan populasi mikroba yang
berkembang sebagai pengaruh langsung dari zat makanan yang diberikan. Menurut Forbes dan
France (1993) konsentrasi VFA total dalam cairan rumen umumnya berkisar antara 70 – 130
mM. Nisbah asam asetat, asam propionat dan asam butirat pada pakan dengan kandungan
hijauan /serat yang tinggi adalah 70 : 20 :10. Tingginya konsentrasi asetat dalam cairan rumen
sangat erat kaitannya dengan tingginya proporsi hijauan atau pakan serat yang dikonsumsi.
Sebaliknya jika proporsi konsentrat dalam ransum meningkat maka konsentrasi asam asetat akan
turun dan konsentrasi asam propionat akan meningkat namun proporsi asam asetat hampir selalu
lebih banyak. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa ransum dengan hijauan/pakan serat
tinggi akan menghasilkan nisbah asetat : propionat lebih tinggi dibanding ransum yang proporsi
konsentratnya tinggi.

VFA ( asetat, propionat, dan butirat) merupakan sumber energi utama bagi ternak dan punya
fungsi penting dalam metabolisme zat makanan. Sumbangan energi yang berasal dari VFA ini
dapat mencapai 60 – 80 persen dari kebutuhan energi ternak rumiansia. Sebahagian besar VFA
diserap langsung dari reticulorumen dan masuk kedalam aliran darah, hanya 20 persen saja yang
masuk ke omasum dan abomasum dan diserap disini. Asam butirat dalam rumen sebelum diserap
terlebih dulu dirubah menjadi beta hidroksi butirat dan bersama dengan asam asetat masuk

16
kedalam peredaran darah dalam bentuk badan-badan keton yang nantinya dalam jaringan tubuh
digunakan sebagai sumber energi dan untuk sintesis lemak tubuh. Asam propionat setelah masuk
dalam peredaran darah dibawa ke hati. Di hati asam ini diubah menjadi glukosa. Sebagian
glukosa disimpan di hati sebagai glikogen hati dan sebagian lagi menjadi alfa gliserolfosfat
untuk digunakan sebagai koenzim pereduksi dalam sintesa lemak tubuh, sebagai sumber energi,
dan dalam tubuh disimpan sebagai glikogen otot.. Oleh sebab itu asam propionat disebut juga
asam yang bersifat glukogenik karena dapat dikatabolisme menjadi glukosa atau sebagai sumber
glukosa tubuh . Asam lemak glukogenik dapat dipakai sebagai konstanta yang dinamakan
sebagai non glukogenik ratio (NGR) yang secara sederhana dirumuskan sebagai berikut:

NGR = (Asetat + Butirat + Valerat) / (Propionat + Valerat)

Nilai NGR ini berhubungan erat dengan produksi gas metan dalam rumen. NGR tinggi akan
menyebabkan produksi gas metan dalam rumen juga tinggi.

o Penyerapan Asam Lemak Terbang (VFA)

Asam Lemak Terbang atau VFA yang dihasilkan didalam rumen dan merupakan sumber energi
bagi ternak ruminansia, akan diserap sebagian besar dalam retikulum (75 %) kemudian masuk
kedalam darah. Sebagian lagi akan diserap oleh abomasum dan omasum ( 20 % ) dan usus halus
( 5 % ). Penyerapan VFA sangat dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi VFA dalam cairan
rumen dengan konsentrasi VFA yang terdapat di dalam sel-sel epitel atau darah. Laju penyerapan
VFA pada rumen meningkat sejalan dengan penurunan pH cairan rumen dan Panjang pendeknya
rantai aton C dari VFA. Semakin panjang rantai atom C nya maka semakin cepat laju
absorbsinya, sehingga urutan absorbsinya adalah asam butirat, asam propionat dan asam asetat.
Asam butirat pada rumen akan diserap melalui dinding rumen untuk masuk ke dalam darah guna
dikonversi menjadi β-hidroksibutirat, sedangkan asam propionat akan dikonversi menjadi asam
laktat. Hal ini terjadi karena peran enzim-enzim tertentu yang ada di dalam sel-sel epitel rumen.
β-hidroksibutirat dapat digunakan sebagai sumber energi bagi sejumlah jaringan, seperti otot
kerangka dan hati.

17
o Produksi Gas Methan

Metan merupakan produk sampingan dalam proses fermentasi karbohidrat/ gula secara an-aerob.
Metan merupakan energi yang terbuang. Bakteri Metanogen akan menggunakan H2 yang
terbentuk dari konversi asam piruvat menjadi asam asetat, untuk membentuk metan dan juga dari
dekomposisi format, atau metanol. Dalam pembentukan metan oleh mikroorganisme, terlibat
pula peran Asam Folat dan Vitamin B12.

Untuk mengurangi pembentukan metan disarankan :

Menambahkan asam lemak tidak jenuh ke dalam ransum. Menggunakan feed additive seperti
choloform, chloral hidrat dan garam

tembaga.

Produksi gas (CH4, CO2 dan H2) yang berlebihan dari ternak akan menimbulkan penyakit bloat.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi VFA di dalam Rumen

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi VFA didalam Rumen antara lain adalah :

Makanan serat (sumber hijauan) yang tinggi dalam ransum akan memproduksi lebih banyak
asam asetat dari pada asam propionat sehingga lebih sesuai untuk ternak sapi perah guna
menghasilkan produksi susu dengan kadar lemak tinggi.

Makanan pati (biji-bijian/ konsentrat) yang tinggi dalam ransum akan memproduksi lebih banyak
propionat dan ini sesuai dengan ternak untuk tujuan penghasil daging ( sapi potong ).

Rasio antara konsentrat dan hijauan pakan.

Bentuk fisik atau ukuran partikel pakan.

Jumlah intake atau konsumsi.

18
Frekuensi pemberian pakan.

Faktor lain yang mempengaruhi VFA adalah : volume cairan rumen yang berhubungan dengan
saliva dan laju aliran air di dalam darah.

Konsentrasi VFA rumen diatur oleh keseimbangan antara produksi dan penyerapan. Konsentrasi
meningkat setelah makan, sehingga akibatnya pH menurun.

Puncak fermentasi : 4 jam setelah makan (jika hijauan ditingkatkan), namun lebih cepat ( lebih
dari 4 jam) jika konsentrat ditingkatkan

pH rumen normal ( untuk pertumbuhan mikroba optimal ) : 6.0 – 7.0 ; yang dipertahankan oleh
kapasitas saliva dan penyerapan VFA.

Faktor-faktor yang juga mempengaruhi produksi VFA ini antara lain adalah Konsentrasi VFA itu
sendiri didalam rumen

o Metabolisme VFA di dalam Jaringan Tubuh Ternak.

Volatil Fatty Acid ( VFA ) yang diserap dari retikulorumen melalui jaringan, akan mengalami
oksidasi dan perombakan menjadi energi ternak melalui biosintesa lemak atau glukosa. Jumlah
setiap VFA yang digunakan tersebut berbeda-beda menurut jenisnya. 50 persen asam asetat
dioksidasi di jaringan tubuh sapi perah sedangkan 2/3 asam butirat dan asam propionat akan
mengalami oksidasi. Metabolisme asam propionat dan butirat terjadi di hati, 6 persen asam asetat
dimetabolisasikan di jaringan perifer (otot dan adiposa) dan hanya 20 % yang di metabolis di
hati. Pada ternak laktasi asam asetat, digunakan untuk sintesis lemak air susu diambing.

o Proses Oxidasi VFA dan Penghasilan ATP

Asam Propionat sebagai sumber energi :

ada 2 jalur oksidasi yang dilalui oleh asam propiona yaitu :

19
Oksidasi setelah propionat dikonversi menjadi glukosa melalui Jalur

Glukonegenesis. Disini di hasilkan 17 mol ATP/ mol asam propionat

Oksidasi langsung asam propionat dimana akan dihasilkan 18 mol ATP/mol asam propionat.

Asam Butirat sebagai sumber energi :

Asam Butirat di konversi menjadi β-hidroksibutirat yang menghasilkan 2 mol ATP

Asam Asetat sebagai sumber energi :

Asetat + CoA + ATP ——- CH3CO-CoA (AsetilCoA) + PP + H2

(dihasilkan 10 mol ATP/ mol Asetat)

Disarnping scbagai sumber energy, asam lernak rantai cabang dari VFA bersama-sama dengan
N-anwn~a digunakan dalam sintesis protein, sehingga VFA ini dapat dikatakan sebagai
prekursor sintesis protein mikroba.

o Pencernaan Karbohidrat di dalam Usus Ruminansia

Karbohidrat tercerna ( pati, selulosa dan hemi selulosa) dan polisakarida selluler dari mikroba
yang lolos dari fermentasi rumen, akan masuk ke dalam usus sebagai digesta, jumlahnya 10-20
% dari karbohidrat yang dicerna. Jumlah selulosa atau pati yang tahan dari degradasi rumen,
dipengaruhi oleh pakan itu sendiri atau prosesing. Misalnya pati dari jagung giling dapat dicerna
20 % nya di usus halus oleh enzim yang sama dengan monogastrik. Pencernaan pati di usus
halus akan menghasilkan energi yang dapat digunakan oleh induk semang lebih efisien daripada
didegradasi oleh mikroba rumen, dimana akan hilang sebagai CH4 atau panas. Selulosa,
hemiselulosa dan pati yang lolos dari usus halus difermentasi juga di dalam cecum menjadi
VFA, CO2 dan CH4 dengan jalur yang sama dengan di dalam rumen. VFA yang terbentuk di
cecum ini (ruminan atau kuda) di serap masuk ke dalam sirkulasi darah dan digunakan di
jaringan, seperti yang terjadi di dalam rumen.

20
Metabolisme Glukosa Pada Ruminansia

Glukosa dicerna / difermentasi di retikulorumen. Glukoneogenesis di hati (terutama) dan di


ginjal sangat sedikit terjadi. Glukosa pada ruminan adalah 40-60 % berasal dari propionat, 20 %
berasal dari protein (asam amino yang diserap melalui saluran pencernaan) dan sisanya 20 %
berasal dari VFA rantai cabang, asam laktat dan gliserol.

Fungsi Metabolis Glukosa pada Ruminansia.

Fungsi metabolisme Glukosa pada rumen berfungsi untuk :

1.Sumber utama energi di jaringan syaraf terutama di otak dan sel-sel darah merah.

2.Untuk metabolisme otot dan produksi glikogen (persediaan energi di otot dan di hati).

Pada ternak laktasi glukosa digunakan untuk prekursor utama dari pembentukan laktosa dan
gliserol (komponen lemak susu) dan untuk suplai nutrisi pada janin. Kebutuhan glukosa akan
meningkat pada akhir kebuntingan.

C. Asam lemak yang mudah menguap

Volatile fatty acids adalah produk dari hasil proses metabolisme karbohidrat di dalam rumen
hewan memamah biak yang dibantu oleh mikroba tertentu. Volatile fatty acids merupakan
senyawa intermediate (asetat, propionat, butirat, laktat), dihasilkan selama asidogenesis, dengan
rantai karbon hingga enam atom. Dalam kebanyakan kasus, ketidakstabilan proses digestion
akan menyebabkan akumulasi VFA di dalam digester, yang dapat 14 menyebabkan penurunan
nilai pH.

Namun, akumulasi VFA tidak akan selalu diungkapkan oleh penurunan nilai pH, karena
kapasitas penyangga digester melalui jenis biomassa yang terkandung di dalamnya. Ada tiga
tahap dalam proses terbentuknya VFA yang pertama, karbohidrat mengalami hidrolisis menjadi
monosakarida, seperti glukosa, fruktosa dan pentosa.

21
Tahap kedua dengan melakukan proses glikolisis, yaitu hasil dari produk dari tahap pertama akan
mengalami pencernaan yang menghasilkan piruvat. Piruvat selanjutnya akan diubah menjadi
VFA yang umumnya terdiri dari asam asetat, asam butirat dan asam propionat.

 VFA utama: asam asetat; asam propionat; asam butirat.

 VFA mayor diserap dan digunakan sebagai sumber energi primer oleh ruminansia.

 Penggunaan jaringan VFA lebih rendah daripada penggunaan jaringan gula (misalnya,
glukosa).

 ~ 10% dari energi yang dikonsumsi digunakan untuk fermentasi (metana).

 Pengaturan pertumbuhan / fungsi mikroba

o Bakteri vs. protozoa

o Kompetisi

o PH lingkungan

o Perubahan dengan diet

o Perubahan dengan asupan

 Asetat: kebanyakan dari selulosa

o Penting untuk sintesis lemak susu

 Propionate: kebanyakan dari pati

o Penting untuk menghasilkan glukosa

 Butir: kebanyakan berasal dari asetat

o Penting dalam penggunaan keton sebagai sumber energi

Asam Lemak Menguap (VFA)

22
 Diproduksi dari fermentasi piruvat

o Rumen dan usus belakang

o Jenis / rasio tergantung pada pola makan

 3 VFA utama

o Asam asetat CH3COOH

o Asam propionat CH3CH2COOH

o Asam butirat CH3CH2CH2COOH

Fermentasi Rumen

Selulosa

Glukosa

Piruvat

Hemiselulosa

Pati

Gula

Pektin

Susu

Asetat

Format

H2 + CO2

Butir

23
Propionik

Metana

(CH4)

Asetat

 Piruvat + Pi + ADP 

Asetat + ATP + H2 + CO2

 Bakteri selulolitik

 Sumber energi untuk epitel dan otot rumen

 Tidak dimanfaatkan oleh hati

Pemanfaatan asetat

 Penting sebagai prekursor sintesis asam lemak de novo

o Adiposa

o Kelenjar susu menyusui

 Teroksidasi melalui TCA

o Diaktifkan menjadi asetil KoA

o Digunakan oleh otot rangka, ginjal, dan jantung untuk energi

o Keuntungan bersih 10 ATP per mol asetat

Pemanfaatan asetat

24
 Tergantung pada

o Keseimbangan energi

 Menghasilkan CO2 dan H2O (yaitu, ATP) ketika dalam keseimbangan


energi rendah

 Digunakan untuk sintesis asam lemak saat hewan berada dalam


keseimbangan energi tinggi

o Konsentrasi arteri

 Serapan jaringan berhubungan langsung dengan laju fermentasi rumen


[konsentrasi darah]

Propionate

 Piruvat + CoA + 4H +  Propionat + H2O

 Bakteri amilolitik

 Dimanfaatkan oleh epitel rumen

o Dikonversi menjadi laktat dan piruvat

 Penting sebagai prekursor glukoneogenesis

Metabolisme propionat hati

Glukosa

Propionate

Propionyl CoA

25
Methylmalonyl CoA

Suksinil CoA

OAA

TCA

Siklus

Koenzim B12

Biotin, Mg ++

ATP

AMP + 2 Pi

ATP

ADP + Pi

CoA

Butyrate

 Piruvat + KoA  Asetil-KoA + H2 + CO2

 2 Asetil-KoA + 4H +  Butir + H2O + CoA

 Dimetabolisme oleh epitel rumen menjadi badan keton (asetoasetat, -hidroksibutirat)

o Kemudian dimetabolisme di hati

 Produksi ATP bersih adalah 25 per mol

Penyerapan ke darah portal

 Diserap secara pasif oleh epitel rumen

26
 Menilai:

o Konsentrasi

o pH

o Panjang rantai

 Serapan jaringan berhubungan dengan laju fermentasi

 Diserap dalam bentuk asam tak terdisosiasi

o CH3COOH (asam asetat) vs CH3COO- (asetat)

o pK ~ 4.75

 Dalam mengubah asetat menjadi piruvat

o juga CO2; CH4

 Aditif pakan ionofor

o Meningkatkan propionate

o Menurunkan asetat

Proses normal

 Propionate to lactate (proses normal)

 Menyebabkan penurunan pH

 Laktat menjadi piruvat

 Membutuhkan fermentor laktat (mengubah pH)

 piruvat ini terutama digunakan untuk mensintesis glukosa (jaringan hati)

Perubahan pola makan yang tiba-tiba

27
 Propionate sampai laktat; mengurangi pH

 Laktat perlu diubah menjadi piruvat

 Mikroba yang mengubah laktat tumbuh lambat !!!!!

 pH terus menurun

 Lingkungan terlalu asam

 Asidosis laktat; bisa mematikan

Mengapa

 Perubahan tiba-tiba dalam diet; terlalu banyak konsentrasi

 Stres + asupan pakan berkurang

 Tempat tidur susun kosong

 Mengurangi asupan pakan; seberapa enak?

IMBALANYA ANTARA MIKROB PENGHASIL LAKTAT DAN MIKROB YANG


MENGUBAH LAKTAT MENJADI PIRUVAT

Produk akhir

 VFA

 CO2

 CH4

 NH3

 Mikroba

28
Bagaimana pH diubah

 Diet

 Pemasukan

 Frekuensi makan

 Mengunyah / memamah biak

29
III. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:

1.Mikroba rumen adalah protein sehingga mikrobial nitrogen menjadi tinggi pada ruminansia
yang mendapat ransum A. Meningkatnya sintesis protein mikroba disebabkan oleh
meningkatnya konsumsi BK maupun konsumsi PK.

2. Proses pencernaan karbohidrat dalam rumen merupakan proses yang komplek. Karbohidrat
yang komplek (selulosa, hemiselulosa, pati dan pectin) akan mengalami dua tahap pencernaan
yaitu pencernaan oleh enzim ekstraseluler dan enzim intraseluler mikroba.

3. Volatile fatty acids adalah produk dari hasil proses metabolisme karbohidrat di dalam rumen
hewan memamah biak yang dibantu oleh mikroba tertentu

30
DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, H.R. 1995. Ilmu Nutrisi dan Bahan Makanan Ternak. Jakarta

Barry, Thomson, and Amstrong. 1977. Peran Mikroba Rumen pada Ternak. Ruminansia.
Http://Jajo66.wordpress.com.

uwandyastuti, S. N. O. and E. A. Rimbawanto. 2015. Produk metabolisme rumen pada sapi


perah laktasi. Agripet 15: 1-6.

Materi pertemuan 1 dan 2

31

Anda mungkin juga menyukai