Oleh :
Putri Intan Maharani B1J014142
2017
I. PENDAHULUAN
B. Karakteristik Fungi
Fungi merupakan organisme eukaryota. Sel Fungi mempunyai inti yang
terbungkus membran yang mengandung DNA (intron dan ekson), juga mempunyai
organel yang terbungkus membran seperti mitokondria. Fungi tidak mempunyai
kloroplas, sehingga merupakan organisme heterotrof. Fungi memperoleh nutrisi dari
menguraikan bahan organik (saprotrof) atau bersifat parasit. Fungi mempunyai
dinding sel dan vakuola. Dinding sel Fungi tersusun atas glukan dan kitin; glukan
juga terdapat pada tanaman dan kitin terdapat pada rangka luar arthropoda. Fungi
adalah satu-satunya organisme yang dapat menggabungkan dua struktur molekul ini
dalam dinding sel.
Dinding sel pada jamur sejati tidak mengandung selulosa. Sel-sel dari
kebanyakan Fungi tumbuh berbentuk tabung, memanjang, dan seperti benang
(filamen) yang disebut dengan hifa. Tabung itu sendiri dapat tanpa sekat, atau
bersekat-sekat dan terbagi menjadi kompartemen-kompartemen (sel), sekat tersebut
disebut dengan septa. Hifa yang tidak bersekat disebut dengan senositik (coenocytic).
Pada hifa jenis ini terdapat banyak inti sel yang tersebar dalam sitoplasma
(multinukleat). Hifa kemudian bercabang berulang kali menjadi jaringan rumit dan
meluas secara radial yang disebut miselium, yang kemudian membentuk talus.
Lebih dari 70 spesies Fungi menampilkan bioluminesensi. Jamur ditemukan
di semua daerah beriklim sedang dan tropis, asalkan ada kelembaban yang cukup
untuk memungkinkan mereka tumbuh. Apotesium merupakan struktur khusus yang
penting dalam reproduksi seksual pada Ascomycetes, berbentuk seperti mangkok
yang memegang lapisan jaringan yang mengandung sel-sel pembawa spora. Tubuh
buah ini pada Basidiomycetes (basidiocarps), dan beberapa Ascomycetes kadang
dapat tumbuh sangat besar, dan merupakan bentuk “buah” jamur yang umum kita
kenal.
C. Pertumbuhan Fungi
Perkembangan dan pertumbuhan jamur dapat dibedakan dalam beberapa fase
tumbuh, yaitu :
1. Spora
Kumpulan spora jamur umumnya berwarna putih atau kekuningan, dengan ukuran 8-
11 µm x 4-5 µm. spora berfungsi sebagai alat perkembangbiakan sekaligus sebagai
alat pertahanan (survival) terhadap kondisi lingkungan yang tidak mendukung untuk
tumbuh. Dalam kondisi ini spora akan membentuk kapsul dan bertahan hidup dalam
kondisi minimal. Apabila kondisi lingkungan sudah memadai untuk tumbuh, spora
akan berkecambah.
2. Hifa
Fase pertumbuhan hifa dimulai dari spora berkecambah yang akan membentuk
benang-benang berwarna hialin sampai putih. Benang-benang ini akan memanjang
dan menjulur ke seluruh media tumbuh sebagai alat untuk mengambil makanan pada
substrat.
3. Miselia
fase pertumbuhan hifa yang intensif terjadi dalam keadaan pertumbuhan hifa yang
memanjang dan bercabang serta saling silang/tumpang tindih memenuhi seluruh
bagian media tumbuh sehingga membentuk massa seperti benang kusut atau
tumpukan kapas sehingga seluruh media tumbuh berwarna putih seperti ditutupi
salju.
4. Primordia :
fase tumbuh dimana kumpulan miselia yang bersilangan membentuk simpul-simpul
kemudian membentuk gumpalan kecil yang terdiri dari kumpulan miselia yang
kemudian berkembang menjadi tubuh buah dengan diameter tubuh buah sekitar 1
mm.
5. Tubuh buah :
Fase tumbuh di mana primordial tumbuh dan berkembang membesar sehingga
terlihat bagian-bagian tubuh buah seperti tudung dan tangkai yang terletak tidak di
tengah tudung. Fase tumbuh berikutnya adalah pendewasaan di mana jamur akan
menghasilkan spora, spora luruh, diikuti tudung jamur layu, pada jamur tiram
memakan waktu 3-5 hari sejak terbentuk primordial.
D. Peran Fungi
Peranan jamur terdiri atas dua yaitu jamur menguntungkan dan jamur
merugikan. Seperti yang kita ketahui bahwa jamur banyak dimanfaatkan sebagai
bahan makanan dan lain-lainnya, namun anda harus teliti dalam memilih dan
memilah jamur apa saja yang dapat dimanfaatkan karena banyak juga jamur yang
merugikan, yang tidak dapat dikonsumsi oleh manusia. Jamur merugikan juga
memiliki jumlah yang banyak dan begitu juga dengan jamur yang menguntungkan
memiliki jumlah yang banyak, hal ini membuat perlunya kita mengetahui macam-
macam jamur yang menguntungkan dan merugikan. Berikut merupakan table
berbagai peran jamur dalam kehidupan manusia :
E. Sistematika Fungi
Fungi dibagi menjadi 4 divisi yaitu Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota,
dan Deutromycota. Masing-masing divisi tersebut memiliki ciri-ciri dan karakteristik
masing-masing, yaitu :
1. Zygomycota
Tubuh Zygomycota terdiri dari benng hifa yang bersekat melintang, ada pula
yang tidak bersekat melintang. Hifa bercabang-cabang banyak dan dinding selnya
mengandung kitin. Contoh jamur ini adalah jamur yang tumbuh pada tempe, selain
itu ada juga yang hidup secara saprofit pada rotin, nasi, dan bahan makanan lainnya.
Ada pula yang hidup secara parasit, misalnya penyebab penyakit busuk pada ular
jalar. Jamur Zygomycota berkembangbiak secara aseksual dengan spora. Beberapa
hifa akan tumbuh ke atas dan ujungnya menggembung membentuk spoangium.
Sporangium yang masuk berwarna hitam. Spoangium kemudian pecah dan spora
tersebar, spora jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh membentuk benang baru.
Reproduksi secara seksual dilakukan dengan dua hifa yakni hifa betina (hifa -) dan
hifa jantan (hifa +) betemu, kemudian inti jantan dan inti betina melebu, terbentuk
zigot yang berdinding tebal. Zigot menghasilkan kota spora yang disebut
zigosporangium dan sporanya disebut zygospora. Zygospora mengalamai dormansi
(istirahat) selama 1-3 bulan. Setelah itu zigospora akan berkecambah membentuk
hifa. Hifa jantan dan betina hanya istilah saja , dan disebut jantan, jika hifanya
memberi isi sel, disebut betina kalau menerima isi sel.
2. Ascomycota
Ascomycota bercirikan talus yang terdiri dari miselium yang bersekat.
Reproduksi seksual pada Ascomycota yang akan membentuk askospora didalam
askus. Ada yang hidup sebagai saproba dan ada juga yang hidup sebagai parasit,
yang menimbulkan berbagai macam penyakit pada tumbuh-tumbuhan. Pada
reproduksi aseksual Ascomycota yang menghasilkan spora konidin yang terbentuk
pada ujung hifa yang khusus disebut dengan konidiofor. Kecuali dari beberapa
kelompok kecil yang umumnya askus itu dibentuk didalam tubuh buah yang disebut
askokarp atau askoma. Bentuk askus terdiri dari macam-macam bentuk antara lain
adalah askus tanpa askokarp, askus yang askokarpnya berbentuk seperti mangkok
yang disebut apotesium, askus yang askokarpnya berbentuk bola tanpa ostiulum
disebut dengan kleistotesium, serta askus yang askokarpnya berbentuk botol dengan
leher dan memiliki ostiolum disebut peritesium.
Adapun macam-macam askus tersebut digunakan sebagai dasar klasifikasi
tingkat kelas. Tiga kelas itu adalah Hemiascomycetes, Plectomycetes, dan
Pyrenomycetes. Ciri Khusus dari jamur Ascomycota adalah dapat menghasilkan
spora askus (askospora), yaitu spora hasil repoduksi seksual, berjumlah 8 spora yang
tersimpan di dalam kotak spoa. Kotak spora ini menyerupai kantong sehigngga
disebut askus, untuk mengetahui bentuk dan stuktu askus dibutuhkan pengamatan
yang teliti.
3. Basidiomycota
Jamur Basidiomycota umumnya merupakan jamur makroskopik, dapat dilihat
dengan mata karena ukuannya yang besar. Pada musim penghujan dapat kita
temukan pada pohon, misalnya jamur kuping, jamur pohon, atau di tanah yang
banyak mengandung bahan oganik, misalnya jamur barat. Bentuk tubuh buahnya
kebanyakan mirip payung misalnya pada jamur merang. Basidiomycota ada yang
dibudayakan misalnya jamur merang, jamur tiram, jamur shitake, dan lainnya, jamur-
jamur tersebut merupakan makan yang bergizi tinggi. Hifa Basidiomycota memiliki
sekat melintang, berinti satu (monokaiotik) atau dua (dikariotik). Miseliumnya
berada pada substrat. Dari hifa dikariotik dapat muncul tubuh buah berbentuk payung
atau bentuk lain yang menjulang di atas substrat. Bagian tubuh buah inilah yang enak
dimakan. Tubuh buah atau basidiokarp merupakan tempat tumbuhnya basidium.
Setiap basidium menghasilkan 4 spora basidum.
4. Deutromycota
Sebelumnya telah dibahas bahwa jamu yang epoduksi seksualnya menghasilkan
askus digolongkan kedalam Ascomycota dan yang menghasilkan basidium
digolongkan kedalam Basidiomycota. Akan tetapi belum semua jamur yang dijumpai
di alam telah diketahui cara repoduksi seksualnya. Kira-kira terdapat sekitar 1500
jenis jamur yang belum diketahui cara reproduksi seksualnya. Akibat dari hal ini
Tidak ada yang bisa menggolongkan 1500 jamur tersebut. Jamur yang demikian
untuk sementara waktu digolongkan k dalam Deuteromycota atau “jamur tak tentu”.
Jadi Deuteromycota bukanlah penggolongan yang sejati atau bukan takson. Jika
kemudian menurut penelitian ada jenis dari jamu ini yang diketahui proses
reproduksi seksualnya,maka akan dimasukkan ke dalam ascomycota atau
Basidiomycota. Sebagai cotnoh adalah jamur oncom yang mula-mula jamur ini
berada di divisi deuteromycota dengan nama Monilla Sithophila. Namun setelah
diteliti ternyata jamur ini menghasilkan askus sehingga dimasukkan ke dalam
Ascomycota.
III. KESIMPULAN
Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik
heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh kemudian menyerap molekul
nutrisi kedalam sel-selnya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fungi adalah
suhu, cahaya, ketersediaan nutrisi, dan kelembapan. Dalam kehidupan manusia fungi
memiliki dua peranan yaitu menguntungkan dan merugikan. Fungi terbagi atas 4
divisi yaitu Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deutromycota yang
belum diketahui secara pasti golongannya.
DAFTAR REFERENSI
Alexopoulus, C. J., & Mims, C. W. 1996. Introductory Mycology. New York: John
Wiley and Sons.
Armawi. 2009. Mushroom Biology. London: World Scientific.
Awaluddin, R., Darah, S., Ibrahim, C. D., & Uyub, A. M. 2001. Decolorization of
Commercially Available Synthetic Dyes Bythe White Rot Fungus.
Phanerochaete Chrysosporium. Journal Fungi and Bactery, 62: pp.55-63.
Berbee, M. L., & Taylor, J. W. 1993. Dating The Evolutionary Radiations of The
True Fungi. Can J Bot, 71: pp.1114–1127.
Campbell., Reece., dan Mitchell. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Jang, M-S., Hee-Yeon P., Hideki U., and Toshiaki O. 2009. Antioxidative Effects of
Mushroom Flammulina velutipes Extract On Polyunsaturated Oils In
Oil-in-water Emulsion. Food Sci. Biotechnol, 18(3): pp.604-609.
Martin, P. 2010 Medicinal Mushrooms A clinical Guide. London: Mycology Press.
Pelczar, M. 1986. Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Pelczar, M. J., & Chan, E .C. S. 1993. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Schlegel, H. G., & Scmith. 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Sjamsuridzal. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.
Suryani, T., & Hilda, C. 2017. Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram Putih pada
Beberapa Bahan Media Pembibitan. Bioeksperimen, 3(1): pp. 73-86.