2021
A. JENIS PERANTARA PENULARAN DAN AGENS MIKROBA
Jenis kehidupan yang tertua dan paling bisa beradaptasi adalah mikroorganisme. Mereka
menempati setiap ekosistem, dan secara teori batas-batas kehidupan di perluas beberapa mil
ke atas dan ke bawah permukaan burni. Setelah melewati 3,8 miliar tahun masa evolusi,
mikroorganisme telah menyesuaikan diri dan bertahan hidup di bawah keadaan yang
berbeda-beda dan mereka telah mengembangkan komunitas dan ekosistem mikroba yang
kelangsungan kompleks. hidup Selanjutnya, dari makhlukproses adaptasi ini penting dalam
proses evolusi dan hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Hubungan antara
mikroorganisme dengan tumbuhan dan hewan sering kali bersifat simbiosis. Ini termasuk
mutualisme, komensalisme, dan parasitisme. Perbedaan paling penting dari ketiga jenis
simbiosis ini berhubungan dengan perbedaan keuntungan-keuntungan yang diperoleh antar-
mahkluk hidup tersebut. Dalam mutualisme, kedua spesies (mis., tumbuhan atau hewan
dengan mikroorganisme) entah bagaimana saling diuntungkan dalam hubungan mereka.
Sedangkan dalam komensalisme, satu spesies diuntungkan sementara spesies lainnya tidak
diuntungkan atau dirugikan dalam hubungan tersebut. Berlavanan dengan yang sebelumnya,
parasitisme adalah suatu kondisi satu spesies (mis., mikroorganisme) diuntungkan dan
spesies lainnya (mis., tumbuhan atau hewan) entah bagaimana dirugikan dalam hubungan itu.
Penyesuaian diri oleh mikroorganisme terhadap keadaan lingkungan mengakibatkan
beberapa di antara mereka ada yang menjadi patogen (menyebabkan penyakit) pada
tumbuhan dan hewan. Adaptasi ini bisa diukur dalam dua jangka waktu: (1) jutaan tahun,
menghasilkan penciptaan spasies yang sama sekali baru ; dan (2) beberapa hari dan tahun,
mengarah kepada variasi dalam satu spasies atau keturunan (Groisman dan Casadesus, 2005).
Variasi dan keturunan baru dari mikroorganisme ini bisa jadi karena adanya gen yang
mampu bertahan hidup di lingkungan yang baru (termasuk di dalam makanan atau di dalam
tubuh manusia), mengembangkan pertahanan pada antibiotik atau menjadi semakin
patogenik.
Meskipun jumlah spesies mikroba di bumi sangat banyak, secara keseluruhan hanya
sedikit yang bersifat patogenik terhadap hewan termasuk manusia. Perantara patogenik Yang
paling dikhawatirkan dalam makanan secara taksonomi diklasifikasikan sebagai bakteri,
Virus, jamur, protozoa, cacing perut, dan prion. Kecuali Virus dan prion, organisme ini
diwakili dalam wilayah filogenetik Pohon Kehidupan bakteri dan eukariotik. Meskipun
skema klasifikasi ini bersifat spekulatif, hal ini atas dasar rangkaian inti sel (ribosom RNA)
dan dianggap lebih berhubungan dalam hal filogeni daripada karakteristik fenotipik
sederhana. Dalam beberapa rahun belakangan ini, lebih dari 70 baris tingkat filum bakteri
diidentifikasi, tetapi hanya 7 filurn yang mengandung patogen manusia (Pace, 2008).
1. Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal yang merupakan domain utama
dalam teori pohon kehidupan. Mikroorganisme ini bermacam-macam dan ada di mana-
mana dengan indentitas genetic dan karakter fenotipik yang membedakan meraka dari
domain lainnya. Komposisi dan stuktur sel mereka adalah “prokariotik” di alam
2. Virus
Virus harus mempunyai akses ke sel pejamu (host) untuk menggandakan diri dan
berkembangbiak. Dengan kata lain, mereka adalah parasite intraseluler. Ini di sebabkan
virus pada dasarnya adalah inti sel (DNA atau RNA) berbungkus protein membentuk
kapsid dan tidak mempunyai system molekuler dan juga tidak mempunyai sumber daya
untuk metabolism dan penggandaan diri secara bebas. Sekalipun demikian, Virus adalah
mikroorganisme yang paling produktif dan berlimpah di bumi. Virus mencapai kondisi
seperti ini dengan menginfeksi sel dari pejamu dan mengeksploitasi metabolisme dan
sumber untuk menggandakan diri dan menyebar ke sel pejamu yang baru. Inti sel dalam
Virus mengarahkan sel pejamu untuk mengalihkan energi dan sumber untuk melayani
kebutuhan Virus. Virus memiliki rentang yang sangat spesifik dari pejamu mereka, dan
mereka memiliki pilihan yang disukai untuk jenis sel tertentu dalam pejamu yang
multiseluler. Sebenarnya setiap organisme adalah pejamu untuk beberapa Virus, tetapi
Virus harus memiliki protein Yang tepat untuk mengakses sel pejamu dan secara tepat
mengubah kode inti sel untuk mengarahkan kegiatan dari sel pejamu tersebut
Pengklasifikasian Virus sangat menantang karena mereka tidak menetap seperti
mikroorganisme Iainnya, dan mereka sangat bervariasi dalam Struktur, kadar inti sel,
dan pejamu. Dua skema untuk pengklasifikasian Virus digunakan: (1) the Baltimore
Classification, dinamai dari pernenang nobel David Baltimore; dan (2) the International
Committee on Taxonomy Viruses (ICIV), didirikan pada awal tahun 1990-an untuk
membuat Standar taksonomi Virus. Skema The Baltimore Classification menetapkan
Virus beberapa kelompok berdasarkan struktur inti sei dan Ciri Iainnya, sedangkan
skema ICTV berusaha menetapkan Virus menggunakan struktur taksonomi dengan
organisme seluler (mis., spasies, genus, family, subfamily, dan ordo).
3. Protozoa
Protozoa berada di bawah domain Eukariot pada filogenetik Pohon Kehidupan.
Organisme ini, dan juga organisme lainnya di bawah domain Eukariot (memiliki
membran inti sel). dikategorikan menurut sel eukariotik. Struktur sel eukariotik memiliki
banyak perbedaan dengan sel prokariotik, termasuk adanya membran inti yang terikat,
cytoskeleton, dan struktur serta perbedaan kimiawi. Pengelompokan tunggal tidak cukup
untuk mengategorikan semua protozoa. Alasan utamanya adalah karena keragaman yang
sangat luar biasa dari mikroorganisme eukariotik ini, yang bukan hewan (Animalia),
turnbuhan (Plantae), juga bukan jamur (Fungi). Di masa lalu, protozoa termasuk dalam
kingdom tunggal bernama Protista yang kelihatannya seperti kategori standar eukariotik.
Dalam skema tradisional ini, protozoa diklasifikasikan lebih lanjut menggunakan kriteria
yang sederhana namun sangat berguna seperti bentuk, pergerakan, kisaran pejamu,
distribusi geografis, dan jenis-jenis penyakit yang ditimbulkan. Darangnya teknik
molekuler canggih yang bisa mengungkapkan hubungan filogenetik menempatkan
klasifikasi protozoa pada perubahan yang terus-menerus, mengarah kepada perdebatan
ilmiah mengenai hubungan timbal-balik.
Tanpa memperhatikan masalah taksonomi dan filogenetik protozoa, karakter
tertentu dalam hal patogentitas (kemampuan menimbuikan penyakit) dan hubungan
dengan keamanan pangan bisa dijelaskan secara umum. Protozoa adalah organisme
uniseluler, bisa bertular tempat, dengan karakter eukariotik. Bentuk protoma berbeda di
antara genera dan spesies, dan bentuk mereka bisa berubah dalam fase-fase tertentu siklus
kehidupannya. Fase yang berkaitan dengan perkembangan kista yang dapat bertahan
hidup pada keadaan lingkungan yang keras. Kebanyakan protozoa hidup bebas di
lingkungan, dan sebagian lainnya memerlukan beberapa peiamu untuk menyelesaikan
siklus kehidupan mereka. Mereka berkembang biak baik dengan pembelahan diri secara
biner atau melalui peleburan seksual dari sel yang disebut gamet. Bentuk larva dari
berkembang di dalam hewan disebut pejamu pertengahan, sementara bentuk yang dewasa
berkembang biak secara seksual di dalam hewan yang disebut pejamu tetap. Fase makan
yang aktif dari protozoa sering disebut sebagai trofozoit. Pada kebanyakan kasus, fase
kista adalah dari tertelannya makanan yang terkontaminasi, dan yang menyebabkan
penyakit pada manusia adalah fase trofozoit.
4. Fungi
Fungi mewakili kingdom yang berada di bawah domain Eukariot. Fungi
berkembang biak melalui pekembangan spora dan nonseksual yang dengan mudah
disebarluaskan melalui angin. Tldak seperti spora bakteri, spora fungi seksual tidak
terlalu tahan terhadap panas. Sel vegetative fungi lebih berhubungan dengan hewan
daripada dengan tumbuhan dan mikroorganisme Iainnya, dan bentuk mereka dapat
berupa uniseluler ataupun multiseluler dengan benang-benang filamen yang disebut hifa.
Ketika hifa bertumbuh dan bertumpangtindih, mereka membentuk tonjolan yang disebui
miselium. Dalam bentuk uniseluler mereka, fungimjuga disebut sebgai ragi, sementara
bentuk filamen fungi disebut jamur yang dapat terlihat oleh mata telanjang. Jamur yang
sebenarnya adalah fungi dan ketika miselium menjadi tubuh yang berbuah disebut
basidiocarp.
Meskipun kehidupan fungi sangat penting di bumi sebagai pengurai, hanya
beberapa yang bersifat patogenik pada hewan termasuk.manusia. infeksi ini (disebut
infeksi mikotik) dan penyakit kekurangan kekebalan_tubuh. Seperti hewan, fungi bersifat
heterotrof (harus mendapatkan makanan untuk membentuk materi organic), tetapi tidak
seperti binatang, fungi mencerna makanan mereka secara ekstrasel dengan enzim
ekstraselular. Di situlah letak utama yang terkait dengan fungi pada makanan: banyak zat
yang diproduksi oleh fungi yang mengandung racun, secara kolektif disebut mikotoksin.
Zat-zat itu bisa mengontaminasi makanan. Dalam beberapa kasus fungi seperti jamur
dapat dimakan, zat-zat beracun mungkin didapati dalam basidiocarp.
5. Cacing Perut
Istilah cacing perut digunakan untuk menggambarkan berbagai macam varietas dari
yang biasa di sebut cacing. Klasifikasi cacing perut sangat bervariasi dalam buku teks,
dan beberapa filum mencakup istilah cacing perut yang filogenenetis-nya berlainan antara
yang satu dengan lainnya pada pohon kehidupan. Ada tiga filum cacing perut yang
penting dalam kaitannya dengan keamanan pangan:
1. Filum planthyminthes, umumnya di kenal sebagai cestoda, cacing pipih atau cacing
pipih.
2. Filum Nematoda, umumnya dikenal sebagai nematoda atau cacing gelang
3. Filim Annelida, termasuk yang biasa dikenal sebagai trematoda atau cacing hisap
Cacing perut berbeda dari protozoa dalam hal ukuran dan kerumitan biologi mereka.
Cacing perut adalah multiseluler. Kebanyakan cacing perut dewasa bersifat makroskopik,
bisa dilihat tanpa menggunakan mikroskop, meskipun beberapa fase perkembangan
cacing perut bisa jadi mikroskopik, misalnya, fase telur dan larva. Cacing perut biasanya
mempunyai siklus hidup yang rumit melibatkan banvak pejamu tingkat menengah dan
pejamu tetap, mereka memiliki sistem organ yang sanggup melakukan reproduksi secara
seksual, kadang-kadang secara hermafrodit. Di negara berkembang, populasi penduduk
sangat terbebani oleh cacing parasit ini, sementara di negara maju seperti Amerika
Serikat infeksi cacing perut pada populasi penduduk sudah dapat diatasi. Bagaimana pun,
kesempatan bagi cacing perut untuk bangkit kembali selalu ada, baik dari lemahnya
praktik keamanan pangan, perjalanan internasional, dan atau memasukkan makanan
impor yang tidak aman.
6. Prion
Pada suatu waktu, kita berpikir bahwa virus adalah perantara infeksi yang paling
kecil dan sederhana. Pemikiran itu berubah ketika ditemukannya prion. Pada dasarnya,
prion adalah protein jahat yang bisa menular melalui konsumsi hewan-hewan yang
terinfeksi prion. Sekali dikonsumsi, prion ini bisa merusak protein lainnya dengan
menginduksi lipatan protein. Ini mengakibatkan gangguan pada formasi jaringan
neurologi dan organ seperti otak. Contoh yang terkenal di dalam beberapa tahun
belakangan ini adalah bovine spongiform encephalopathy, atau dikenal sebagai BSE atau
"penyakit sapi gila". Beberapa jenis prion dalam hewan lainnya telah diidentifikasi
merupakan potensi ancaman pada mata rantai makanan manusia.
3. Rotavirus Manusia
Penyakit diare merupakan penyebab kematian pada anak-anak di dunia. Rotavirus
manusia/human rotavirus (HRV) adalah penyumbang utama terjadinya kematian pada
anak-anak sebagai dehidrasi berat. Penyebaran HRV di negara kurang berkembang yang
menonjol adalah dari orang ke orang, dan ditularkan melalui air dan makanan sampai
pada taraf tertentu.
E. PROTOZOA
Protozoa yang paling diperhatikan dalam produksi makanan didunia dibedakan menjadi:
1. Spesies Cryptosporidium
Spesies ini termasuk dalam genus Cryptosporidium yang mempunyai jangkauan
pejamu yang luas, dapat menginfeksi kebanyakan mamalia dan beberapa burung serta
reptil. Manifestasi klinik dari kriptosporidiosis disebabkan oleh beberapa spesies berbeda
yang mirip. Dosis infeksinya sangat rendah (10-30 oosit) dan manusia yang terinfeksi
bisa mengeluarkan 10⁸-10⁹ oosit dalam satu gerakan usus besar. Pada orang yang sehat,
penyakit relatif ringan dengan tanda dan gejala mencakup diare encer, keram perut,
mual/muntah, dan juga demam tingkat rendah. Penyakit bisa berdampak parah bagi
mereka yang mengalami penurunan kekebalan tubuh seperti pada orang yang terinfeksi
HIV.
2. Spesies Giardia
Spesies giardia yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia:
1. G.lamblia
2. G. Intestinalis
3. G. Duodenalis
Giardia juga membentuk kista yang dikeluarkan kelingkunganmelalui buang air besar,
memberi kesempatan giardiauntuk bertahan hidup untuk waktu yang cukup lama pada
kondisi yang lembab dan dingin.
3. Cyclospora Cayetanensis
Dari berbagai jenis spesies cylospora yang menginfeksi hewan hanya C. Cayetanensis
yang berhubungan dengan manusia sebagai pejamu tetap. Setelah oosit C. Cayetanensis
dikeluarkan dari feses pejamu yang terinfeksi, C. Cayetanensisharus berspolurasi
dilingkungan sebelum menular ke pejamu yang lain. Proses itu bisa berlangsung selama
berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
4. Toxoplasma Gondii
Pejamu tetap toxsoplasmagondii yaitu kucing. Baik itu kucing peliharaan, liar,
maupun buas. Sedangkan manusia dan hewan lainnya adalah pejamu sampingan untuk
parasit. Untuk mereka yang memiliki daya kekebalan yang normal, penyakit
toxsoplamosisrelatif terjadi dalam keadaan ringan dan bisa sembuh dengan sendirinya,
dengan tanda dan gejala mirip dengan flu yaitu demam, nyeri otot, dan perasaan tidak
enak badan.
3 jalur utama infeksi yang penting:
1. Mengkonsumsi daging matang atau mentah yang mengandung kista T. Gondii.
2. Menghirup secara tidak disengaja oosit T. Gondiidalam feses kucing atau dengan
mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang terkontaminasi feses kucing.
3. Infeksi melalui plasenta pada janin dari ibu dengan toxsoplasmosis.
5. Protozoa lainnya.
Penyakit protozoa lainnya yang sering dikaitkan dengan penyakit yang ditularkan
melalui makanan mencakup amebiasis dan sarkosistosis. Dikenal juga sebagai disentri
amuba, amebiasis disebabkan oleh entamoebahistolyticadan dicirikan dengan jenis diare
disentri, walaupun dalam kebanyakan kasus relatif ringan.
Banyak spesies dari genus Sarcocystis yang menginfeksi dan menjadi parasit pada
pejamubinatang telah ditemukan tetapi hanya dua spesies (S. Hominisdan S.
Suihominisyang dikenal menginfeksi manusia sebagai pejamu tetap mereka. Spesies
Sarcocystislainnya mungkin menginfeksi manusia secara tidak sengaja, tetapi manusia
menjadi pejamu terakhir bagi sarcocystis, karena itu parasit tidak bisa berkembang biak
di specimen pejamu yang baru.
G. PRION
Dalam kurun waktu kira-kira 200 tahun.Penyakit degeneratif saraf dikenal sebagai
scarpie menimpa domba.Pada tahun 1980-an.Agen penyebab diidentifikasikan sementara
sebagai protein prion(PrP).Beberapa variasi penularan PrP telah diteliti sejak saat itu,dan
beberapa kumpulan penyakit disebut transmissible spongiform encephalopathies (TSE) atau
penyakit prion diidentifiksikan menimpa beberapa spesies-termasuk manusia
(chesebro,2003).Hewan yang diidentifikasikan terjangkit TSE mencakup
domba,sapi,cerpelai,rusa besar,kijang,dan hewan lainnya yang disuntik untuk
percobaan.Prion adalah pembawa penyakit menular yang hanya terdiri dari protein. Prion
tidak dapat dimusnahkan dengan panas, radiasi, atau formalin. Prion menyebabkan berbagai
penyakit degenerasi seperti kuru, scrapie, Creutzfeldt-Jakob disease (CJD), dan bovine
spongiform encephalopathy (BSE atau sapi gila). Semua penyakit ini menyerang otak atau
sistem saraf lainnya, mematikan, dan belum dapat disembuhkan. Namun sebuah vaksin telah
dikemba.ngkan untuk tikus dan sedang dikembangkan lebih lanjut untuk manusia.
Masyarakat menjadi sadar akan adanya penyakit prion dari publikasi luas epidemik
bovine spongiform encephalopathy (BSE),yang dikenal sebagai “penyakit sapi gila”.Kasus
pertama yang dikonfirmasi di Amerika Serikat adalah perusahan sapi di Negara bagian
Washington,dilaporkan pada Desember 2003 (CDC,2004a).Akhirnya ditentukan bahwa
epidemi BSE meningkat dengan penggunaan bangkai ternak untuk membuat pakan sapi
.Prion kelihatannya bertahan hidup dalam proses pembiakan yang tidak efektif dan ditularkan
ke sapi yang sehat melalui makanan yang terkontaminasi.
Penularan TSE terjadi pada saat mengkonsumsi material yang terkontaminasi oleh prion
atau dengan kemasukan material yang terkontaminasi oleh prion,sebagai contoh,melalui
transplantasi jaringan atau peralatan bedah yang terkontaminasi (Cesebro,2003). Prion
menyebabkan penyakit neurogeneratif dengan membentuk plak pada sistem saraf yang
disebut amyloid, yang mengganggu struktur jaringan normal. Gangguan ini ditandai dengan
"lubang" pada jaringan yang menghasilkan bentuk spons karena pembentukan vakuola pada
sel saraf. Perubahan histologis termasuk astrogliosis dan tidak adanya reaksi inflamasi.
Meskipun masa inkubasi untuk penyakit prion sangat lama (5 hingga 20 tahun), ketika gejala
mulai muncul, keadaan dapat memburuk dengan cepat, menyebabkan kerusakan otak dan
kematian. Gejala neurogereatif termasuk kovulsi, demensia, ataksia (disfungsi keseimbangan
dan koordinasi), serta perubahan kepribadian dan perilaku.Pada sapi dengan BSE,gejala
biasanya mencakup tingkah yang berubah-ubah seperti kegelisahan dan keganasan,sikap
yang tidak biasa dan tidak adanya koordinasi ,tidak mampu bangun,(downer),dan kehilangan
berat badan yang tidak jelas.strategi keamanan pangan berfokus untuk melenyapkan
penularan diantara ternak dengan melarang pemberian pakan tertentu ,mencegah jaringan
bovine tertentu memasuki rantai makanan manusia ,pengawasan observasional untuk infeksi
sapi,dan pengujian berkala BSE pada bangkai.
Rangkuman Artikel:
➢ Staphylococcus aureus : Sumber dari bakteri ini biasanya ada dari kulit manusia.
Makanan yang telah terkontaminasi aureus dapat menyebabkan penyakit karena
toksin Staphylotoxin yang dapat menyebabkan diare, kram perut dan muntah-muntah.
➢ Salmonella typhi dan paratyphi : Bakteri ini dapat menyebabkan demam tipes.
Kontaminasi bakteri ini dapat terjadi pada makanan maupun antar manusia.
➢ Eschericia coli : Merupakan bakteri yang paling umum menyebabkan diare. Beberapa
memang tidak terlalu berbahaya namun beberapa dapat menyebabkan gastroentitis.
Enterotoxigenic coli merupakan yang paling umum menyebabkan penyakit dan
biasanya terjadi karena kontaminasi air maupun makanan.
➢ Listeria monocytogenes : bakteri ini dapat tumbuh pada suhu yang rendah. Bersifat
sangat fatal dan dapat menyebabkan penyakit Septicemia dan meningitis.
➢ Shigella : Bakteri ini memiliki rate infeksi yang rendah, dan umumnya menginfeksi
melalui kontak langsung maupun kontaminasi air maupun makanan. Beberapa gejala
yang ditimbulkan karena kontaminasi shigella adalah demam, nyeri perut dan kadang
sampai feses yang berdarah disertai lender.
➢ Clostridium botulinum : Sumber dari bakteri ini biasanya dari saluran pencernaan
ikan, burung ataupun hewan mamalia. Bakteri ini bersifat anaerobe sehingga akan
tumbuh pada kondisi tanpa oksigen. Toxin yang dihasilkan yaitu Botulinin yang dapat
menyebabkan gangguan system saraf yang sangat berbahaya. Biasanya bakteri ini
ditemukan pada makanan kaleng yang tidak dilakukan proses sterilisasi yang baik.
➢ Campylobacter jejuni : Merupakan bakteri yang umum menyebabkan diare pada
manusia maupun beberapa hewan. Dapat tumbuh pada makanan maupun air yang
terkontaminasi dan dapat menyebabkan demam hingga feses berdarah disertai lendir.
Infeksi Bawaan
Makanan dan
Agen Mikroba
Keamanan Pangan
KELOMPOK 15
HENDRAWAN LITIJAWA
JESSY DIANA GHELLO
KANISIUS EGE
SOLEMAN LAY
CONTENT
S
Jenis Perantara Penularan & Agens Mikroba 1
Infeksi Bawaan Makanan dan Keracunan 2
Protozoa 5
Prion
7
Awal Kemunculan Infeksi Bawaan Makanan vs
Infeksi Bawaan Penyakit yg baru 8
Jenis Perantara Penularan dan
Agens Mikroba
Infeksi yang ditularkan melalui makanan adalalah terjadi dari hubungan pejamu-parasit
ketika parasit memasuki pejamu melalui proses pencernaan. Sebaliknya,
keracunan_yang ditimbulkan makanan diakibatkąn dari dosis racun akut zat kimia yang
terdapat pada makanan. Zat kimia mungkin adalah racun biologis yang diproduksi oleh
mikroorganisme dan mengandung racun pada jaringan makanan hewan atau tumbuhan,
atau racun yang berada di lingkungan, termasuk wadah makanan
Menurut FDA (Food and Drug Administration), keracunan makanan adalah bentuk dari
penyakit bawaan makanan yang disebabkan oleh tertelannya racun yang ada dalam
makanan. Sedangkan, penyakit bawaan makanan adalah infeksi atau keracunan yang
dihasilkan dari makanan yang terkontaminasi mikroorganisme hidup atau racunnya.
Penyakit bawaan makanan termasuk reaksi alergi dan kondisi lain di mana makanan
bertindak sebagai pembawa alergen (agen yang menyebabkan alergi).
AGENS BAKTERI
BAWAAN MAKANAN
Clostridium perfringitis:
Toksikoinfeksi