Anda di halaman 1dari 4

1.

Keanekaragaman alam hayati menunjukkan berbagai variasi dalam bentuk,


struktur tubuh, warna, jumlah, dan sifat lain dari makhluk hidup di suatu daerah.

a) Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen


Keanekaragaman tingkat gen disebut pula keanekaragaman genotip, yaitu tingkat
variasi pada organisme sejenis sebagai akibat interaksi antar gen-gen di dalam
genotipnya dengan lingkungan sehingga memunculkan fenomena yang berbeda sekalipun
gen-gennya sama. Hal ini terjadi sebagai akibat sifat gen-gen ada yang dominan dan
ada yang resesif. Itulah sebabnya, sekalipun gen-gen di dalam genotipnya sama dalam
satu keluarga terdapat anggota keluarga yang memiliki ciri atau sifat penampilan yang
berbeda dengan anggota lainnya dalam keluarga itu.
b) Keanekaragaman Tingkat Jenis
Variasi pada keanekaragaman tingkat gen adalah bukan disebabkan oleh
keanekaragaman gen, melainkan perbedaan pengaruh interaksi antar gen-gen pada
genotip dengan lingkungan yang berbeda. Tetapi keanekaragaman tingkat jenis
merupakan variasi yang terjadi pada tingkat individu sebagai akibat pengaruh
keanekaragaman gen-gen yang membentuk genotip individu-individu itu.
Keanekaragaman tingkat jenis, contohnya variasi pada jenis kelapa (Cocos nucifera),
yaitu ada kelapa gading, kelapa kopyor, dan kelapa hijau adalah berbeda varietasnya,
tetapi sama jenisnya.
c) Keanekaragaman Tingkat Ekosistem
Ekosistem berarti satu kesatuan yang ada dalam rumah tangganya, yaitu satu kesatuan antara
semua makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya. Seringkali faktor abiotik menjadi faktor
pembatas bagi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Faktor pembatas dapat
berupa perbedaan iklim, bentang alam yang luas, keadaan air tanah dan mineral yang
mempengaruhi pertumbuhan organisme. Oleh karena setiap jenis makhluk hidup
memiliki daya toleransi, adaptasi, dan suksesi yang berbeda-beda terhadap lingkungan
yang berbeda-beda, menyebabkan di dunia terjadi keanekaragaman ekosistem maupun
bioma.
Sumber :
Yudianto, Suroso Adi. 2012. Keanekaragaman Hayati, Modul 1, (Online),
(http://file.upi.edu), diakses 12 Februari 2016.

2. Klasifikasi dapat didefinisikan sebagai susunan organisme menjadi kelompok-kelompok


taksonomik (takson) berdasarkan kemiripan atau adanya pertalian. Empat kategori utama
bakteri didasarkan pada karakter dinding sel: eubakteria gram negatif yang mempunyai
dinding sel, eubakteria gram positif yang mempunyai dinding sel, eubakteria yang tidak
memiliki dinding sel, dan arkhaebakteria.
a) Eubakteria gram negatif yang mempunyai dinding sel
Bakteri ini merupakan keiompok bakteri heterogen yang mempunyai selubung sel kompleks
(jenis gram negatif) yang terdiri dari membran luar, lapisan peptidoglikan tipis (yang
mengandung asam muramat dan ada dalam semua bakteri jenis ini, tetapi sebagian kecil
organisme kehilangan bagian ini dari selubung selnya) di bagian dalam, dan membran
sitoplasma. Sel dapat berbentuk sferis, oval, batang lurus atau melengkung, heliks, atau
filamentosa; beberapa bentuk tersebut dapat berselubung atau berkapsul. Reproduksi
dilakukan dengan cara pembelahan biner, tetapi beberapa kelompok melakukan reproduksi
dengan cara budding(pertunasan). Badan berbuah dan milaospora dapat dibentuk oleh
miksobakteria. Pergerakan, jika ada, terjadi melalui alat flagel atau melalui penggelinciran.
Anggota kategori ini mungkin berupa bakteri fototrofik atau nonfotouofik dan mencakup
spesies aerob, anaerob, fakultatif anaerob, serta miliroaerofilik
b) Eubakteria gram positif yang mempunyai dinding sel
Kelompok bakteri ini mempunyai profil dinding sel jenis gram positif; sel-sel biasanya, tetapi
tidak selalu, memberi
pewarnaan gram positif. Sel-sel dapat berbentuk sferis, batang, atau filament batang dan
filamen dapat tidak bercabang, atau dapat memperlihatkan percabangan sejati. Reproduksi
umumnya dengan cara pembelahan biner. Beberapa bakteri pada kategori ini menghasilkan
spora sebagai bentuk istirahat (endospora). Organisme-organisme tersebut secara umum
bersifat heterotrof kemosintetik dan meliputi spesies aerob, anaerob, dan fakultatif anaerob.
c) Eubakteria yang tidak memiliki dinding sel
Bakteri ini adalah mikroorganisme yang tidak memiliki dinding sel (sering disebut sebagai
mikoplasma dan terdiri dari kelas Mollicute) dan tidak menyintesis prekursor peptidoglikan.
Bakteri tersebut diselubungi oleh suatu membran unit, yaitu membran plasma. Bakteri
tersebut menyerupai bentuk L yang dapat dihasilkan pada banyak spesies bakteri (khususnya
eubakteria gram positif); namun, tidak seperti bentuk L, mikoplasma tidak pernah kembali
menjadi keadaan berdinding, dan tidak ada hubungan antigenik antara mikoplasma dan
eubakteria bentuk L.
d) Arkhaebakteria
Organisme prokariot ini terutama ditemukan dalam lingkungan berair atau habitat terestrial
yang ekstrem (tinggi garam, temperatur tinggi, anaerob); beberapa di antaranya adalah
simbion dalam saluran cerna hewan. Arkhaebakteria terdiri dari organisme fakultatifanaerob,
anaerob, dan aerob yang bersifat kemolitotrof, heterotrof, atau heterotrof fakultatif.
Sumber:
Brooks, Geo F., Janet S. Butel, and Stephen A. Morse. 2008. Mikrobiologi Kedokteran
Jawetz, Melnick, & Adelberg. Jakarta: EGC.

3. Ciri khas bakteri yang bersifat patogen adalah mempunyai kemampuan menularkan, melekat
pada sel pejamu, menginvasi sel pejamu dan jaringan, toksigenisitas, dan mampu
menghindari sistem imun pejamu. Begitu masuk ke dalam tubuh, bakteri harus melekat atau
menempel pada sel pejamu, biasanya sel epitel. Setelah menempati tempat infeksi primer,
bakteri-bakteri memperbanyak diri dan menyebar secara langsung ke aliran darah melalui
jaringan atau sistem limfatik. Infeksi tersebut (bakteremia) dapat bersifat sementara atau
persisten. Bakteremia rnemungkinkan bakteri menyebar luas dalam tubuh dan mencapai
jaringan yang cocok untuk multiplikasinya.
FAKTOR VIRULENSI BAKTERI
a) Faktor perlekatan
Ketika masuk ke dalam tubuh pejamu, bakteri harus melekat pada sel-sel permukaan
jaringan. Jika tidak menempel, bakteri akan tersapr.r oleh mukus dan cairan lain yang
membasahi permukaan jaringan
b) Invasi
"Invasi" adalah istilah yang sering digunakan untuk mendeskripsikan masuknya
bakteri ke dalam sel pejamu, yang menunjukkan peran aktif organisme dan peran
pasif sel-sel pejamu
c) Toksin
Toksin yang dihasilkan oleh bakteri secara umum digolongkan menjadi dua
kelompok: eksotoksin dan endotoksin. Endotoksin : Bagian integral dinding sel
bakteri gram negati{. Dilepaskan saat sel mati dan sebagian selama pertumbuhan.
Eksotoksin : Dihasilkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif.
d) Enzim
1) Enzim perusak jaringan
2) Protease IgA1 : Beberapa bakteri penyebab penyakit menghasilkan enzim
protease IgAl yang memecah IgAl pada ikatan spesifik prolin-treonin atau prolin-
serin di regio engsel dan menginaktifkan aktivitas antibodinya.

Sumber:
Brooks, Geo F., Janet S. Butel, and Stephen A. Morse. 2007. Mikrobiologi Kedokteran
Jawetz, Melnick, & Adelberg. Jakarta: EGC.

4. Penyakit flu burung disebabkan oleh virus influenza A subtype H5N1, sebuah virus RNA dari
famili Orthomyxoviridae. Virus H5N1 terjadi dalam dua bentuk yakni bentuk HPAI yang
bersifat virulen dan LPAI yang secara alamiah ada dalam tubuh unggas terutama unggas air
yang tidak menimbulkan gejala. Penularan virus ini melalui kontak langsung dengan unggas
sakit atau mati yang terinfeksi virus HPAI dan melalui pernapasan. Udara yang kotor
bercampur dengan feses kering unggas yang terinfeksi virus terhirup oleh ayam lain ataupun
manusia. Mengonsumsi daging unggas yang terinfeksi yang kurang matang juga dapat
beresiko menularkan virus ini.

Sumber:
Wertheim, Heiman F.L., Peter Horby, John P. Woodall. 2012. Atlas of Human Infectious
Diseases. UK: Blackwell Publishing Ltd.

5. Prion
Prion, hanya terdiri atas protein pejamu yang telah mengalami modifikasi, menyebabkan
ensefalopati spongiformis termasuk kuru dan penyakit Creutzfeldt-Jakob.
Virus
Virus hewan adalah agen intraselular obligat yang bergantung pada perangkat metabolik
pejamu untuk dapat berkembang biak. Beberapa partikel virus berkumpul di dalam sel yang
diinfeksi dan membentuk badan inklusi khas.
Bakteriofaga, Plasmid, dan Transposon
Bakteriofaga, plasmid, dan transposon adalah elemen genetik yang dapat berpindah dan
menginfeksi bakteri serta secara tidak langsung menyebabkan penyakit pada manusia dengan
mengkode faktor virulensi bakteri, termasuk adhesin, toksin, dan enzim, yang menyebabkan
resistensi obat.
Bakteri
Bakteri adalah prokariot yang tidak memiiiki inti sel dan retikulum endoplasma. Bakteri
memiliki dinding sel yang terdiri atas dua membran lapis-ganda fosfolipid yang dipisahkan
oleh lapisan peptidoglikan (organisme gram-negatif) atau suatu membran dalam yang
dikelilingi oleh lapisan peptidoglikan (organisme positif-gram).
Klamidia, Riketsia, dan Mikoplasrna
Berbagai agen infeksi ini dikelompokkan menjadi satu karena ketiganya mirip bakteri
(membelah dengan fusi biner dan rentan terhadap antibiotik), tetapi tidak memiliki
struktur tertentu (misal, organisme Mycoplasm tidak memiliki dinding sel yang kaku) atau
kemampuan metabolik.
Jamur
beberapa spesies jamur dapat menyebabkan infeksi misalnya jamur dari kelompok Tinea
yang menyebabkan kutu air pada kulit.
Parasit Protozoa
Protozoa parasitik merupakan eukariot motil bersel tunggal yang menjadi salah satu
penyebab utama penyakit dan kematian di negara yang sedang berkembang.
Cacing
Setelah berada di dalam tubuh manusia, cacing dewasa tidak bermultiplikasi, tetapi
menghasilkan telur atau larva yang dipersiapkan untuk fase berikutnya dari siklus hidup.
Terdapat dua konsekuensi penting dari tidak adanya replikasi cacing dewasa: (1) penyakit
sering disebabkan oleh respons peradangan terhadap teiur bukan terhadap parasit dewasa
(misal skistosomiasis), dan (2) keparahan penyakit sebanding dengan jumlah organisme yang
telah menginfeksi pejamu.
Ektoparasit
Ektoparasit adalah serangga (kutu, kepinding, pinjal) atau araknida (tungau, sengkenit) yang
melekat dan hidup di atas atau di dalam kuiit. Arthropoda ini dapat menimbulkan gatal dan
ekskoriasi.

Sumber:
Kumar, Vinay, Ramzi S. Cotran, Stanley L. Robbins. 2012. Buku Ajar Patologi Robbins.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai