3. Ciri khas bakteri yang bersifat patogen adalah mempunyai kemampuan menularkan, melekat
pada sel pejamu, menginvasi sel pejamu dan jaringan, toksigenisitas, dan mampu
menghindari sistem imun pejamu. Begitu masuk ke dalam tubuh, bakteri harus melekat atau
menempel pada sel pejamu, biasanya sel epitel. Setelah menempati tempat infeksi primer,
bakteri-bakteri memperbanyak diri dan menyebar secara langsung ke aliran darah melalui
jaringan atau sistem limfatik. Infeksi tersebut (bakteremia) dapat bersifat sementara atau
persisten. Bakteremia rnemungkinkan bakteri menyebar luas dalam tubuh dan mencapai
jaringan yang cocok untuk multiplikasinya.
FAKTOR VIRULENSI BAKTERI
a) Faktor perlekatan
Ketika masuk ke dalam tubuh pejamu, bakteri harus melekat pada sel-sel permukaan
jaringan. Jika tidak menempel, bakteri akan tersapr.r oleh mukus dan cairan lain yang
membasahi permukaan jaringan
b) Invasi
"Invasi" adalah istilah yang sering digunakan untuk mendeskripsikan masuknya
bakteri ke dalam sel pejamu, yang menunjukkan peran aktif organisme dan peran
pasif sel-sel pejamu
c) Toksin
Toksin yang dihasilkan oleh bakteri secara umum digolongkan menjadi dua
kelompok: eksotoksin dan endotoksin. Endotoksin : Bagian integral dinding sel
bakteri gram negati{. Dilepaskan saat sel mati dan sebagian selama pertumbuhan.
Eksotoksin : Dihasilkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif.
d) Enzim
1) Enzim perusak jaringan
2) Protease IgA1 : Beberapa bakteri penyebab penyakit menghasilkan enzim
protease IgAl yang memecah IgAl pada ikatan spesifik prolin-treonin atau prolin-
serin di regio engsel dan menginaktifkan aktivitas antibodinya.
Sumber:
Brooks, Geo F., Janet S. Butel, and Stephen A. Morse. 2007. Mikrobiologi Kedokteran
Jawetz, Melnick, & Adelberg. Jakarta: EGC.
4. Penyakit flu burung disebabkan oleh virus influenza A subtype H5N1, sebuah virus RNA dari
famili Orthomyxoviridae. Virus H5N1 terjadi dalam dua bentuk yakni bentuk HPAI yang
bersifat virulen dan LPAI yang secara alamiah ada dalam tubuh unggas terutama unggas air
yang tidak menimbulkan gejala. Penularan virus ini melalui kontak langsung dengan unggas
sakit atau mati yang terinfeksi virus HPAI dan melalui pernapasan. Udara yang kotor
bercampur dengan feses kering unggas yang terinfeksi virus terhirup oleh ayam lain ataupun
manusia. Mengonsumsi daging unggas yang terinfeksi yang kurang matang juga dapat
beresiko menularkan virus ini.
Sumber:
Wertheim, Heiman F.L., Peter Horby, John P. Woodall. 2012. Atlas of Human Infectious
Diseases. UK: Blackwell Publishing Ltd.
5. Prion
Prion, hanya terdiri atas protein pejamu yang telah mengalami modifikasi, menyebabkan
ensefalopati spongiformis termasuk kuru dan penyakit Creutzfeldt-Jakob.
Virus
Virus hewan adalah agen intraselular obligat yang bergantung pada perangkat metabolik
pejamu untuk dapat berkembang biak. Beberapa partikel virus berkumpul di dalam sel yang
diinfeksi dan membentuk badan inklusi khas.
Bakteriofaga, Plasmid, dan Transposon
Bakteriofaga, plasmid, dan transposon adalah elemen genetik yang dapat berpindah dan
menginfeksi bakteri serta secara tidak langsung menyebabkan penyakit pada manusia dengan
mengkode faktor virulensi bakteri, termasuk adhesin, toksin, dan enzim, yang menyebabkan
resistensi obat.
Bakteri
Bakteri adalah prokariot yang tidak memiiiki inti sel dan retikulum endoplasma. Bakteri
memiliki dinding sel yang terdiri atas dua membran lapis-ganda fosfolipid yang dipisahkan
oleh lapisan peptidoglikan (organisme gram-negatif) atau suatu membran dalam yang
dikelilingi oleh lapisan peptidoglikan (organisme positif-gram).
Klamidia, Riketsia, dan Mikoplasrna
Berbagai agen infeksi ini dikelompokkan menjadi satu karena ketiganya mirip bakteri
(membelah dengan fusi biner dan rentan terhadap antibiotik), tetapi tidak memiliki
struktur tertentu (misal, organisme Mycoplasm tidak memiliki dinding sel yang kaku) atau
kemampuan metabolik.
Jamur
beberapa spesies jamur dapat menyebabkan infeksi misalnya jamur dari kelompok Tinea
yang menyebabkan kutu air pada kulit.
Parasit Protozoa
Protozoa parasitik merupakan eukariot motil bersel tunggal yang menjadi salah satu
penyebab utama penyakit dan kematian di negara yang sedang berkembang.
Cacing
Setelah berada di dalam tubuh manusia, cacing dewasa tidak bermultiplikasi, tetapi
menghasilkan telur atau larva yang dipersiapkan untuk fase berikutnya dari siklus hidup.
Terdapat dua konsekuensi penting dari tidak adanya replikasi cacing dewasa: (1) penyakit
sering disebabkan oleh respons peradangan terhadap teiur bukan terhadap parasit dewasa
(misal skistosomiasis), dan (2) keparahan penyakit sebanding dengan jumlah organisme yang
telah menginfeksi pejamu.
Ektoparasit
Ektoparasit adalah serangga (kutu, kepinding, pinjal) atau araknida (tungau, sengkenit) yang
melekat dan hidup di atas atau di dalam kuiit. Arthropoda ini dapat menimbulkan gatal dan
ekskoriasi.
Sumber:
Kumar, Vinay, Ramzi S. Cotran, Stanley L. Robbins. 2012. Buku Ajar Patologi Robbins.
Jakarta: EGC.