Anda di halaman 1dari 36

Anatomi kulit secara histopatologik

Fungsi proteksi
• Menjaga dari gangguan fisis atau mekanis  tekanan, gesekan,
tarikan
• Menjaga dari gangguan kimiawi  zat-zat kimiawi iritan seperti
lisol, karbol, asam, dan alkali kuat lainnya.
• Menjaga dari gangguan panas  radiasi, sengatan, sinar UV
• Menjaga dari kuman, bakteri, dan jamur.

Fungsi absorpsi
• Kulit sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda
padat, tetapi cairan yang mudah menguap dan larut lemak lebih
mudah diserap.

Fungsi ekskresi
• Kelenjar kulit mengeluarkan sisa metabolism dalam tubuh
berupa NaCl, urea, as.urat, dan ammonia.

Fungsi persepsi
• Ujung saraf sensorik (Badan Ruffini, Badan Krause, Badan
Meissner, dan Badan paccini)
Fungsi pengaturan suhu
• Mengeluarkan keringat
• Kontraksi otot/vasokonstriksi pembuluh darah

Fungsi pembentukan pigmen


• Melanosit
• Terletak di stratum basale
• Berasal dari rigi saraf

Fungsi keratinisasi
• Perlindungan kulit dari infeksi secara mekanis
(keratinosit)

Fungsi pembentukan vitamin D


Masalah pada kulit:

1. Pajanan sinar matahari


2. Bahan kimia
3. Bahan biologi: bakteri, virus, jamur
PENGARUH CAHAYA TERHADAP KULIT

KERUGIAN MANFAAT

Kanker
Penuaan kulit Sumber energi
Gangguan pigmentasi Sintesis vitamin D
Reaksi fotosensitivitas Pengobatan berbagai peny
Sunburn
Dermatitis fotokontak alergi
Reaksi fotokimiawi pada makluk hidup
Fotoadisi
Kulit Fotoisomerisasi
Kromofor endogen fotooksidasi

molekul

molekul tereksitasi

molekul reatif
INTERAKSI FOTON DNG TUBUH MANUSIA
kromofor

fotokimia

Produk foto

Gangguan fungsi sel

Reaksi biologik

Efek menguntungkan Efek merugikan


SPEKTRUM SINAR MATAHARI

kosmik gamma X Ultra violet Kasat mata Infra merah glb radio

Infra merah >760nm


Sinar kasat mata 400-760nm
Sinar ultraviolet A 320-340nm
Sinar ultra violet B 290-320nm

E=hc/£
Efek buruk SM

Sunburn/eritem
Hiperpigmentasi
Freckes
Melasma
Kanker kulit
Dermatitis foto kontak toksik
Dermatitis foto kontak alergi
Reaksi fototoksik Reaksi fotoalergi

sunburn Fotosensitizer kontak


Eksogen:
Fitofotodermatitis dan sistemik

Dermatitis berloque Tanpa Cepat: urtikaria solaris


fotosensitizer:
Lambat:PLE

Dosis fototoksin
Dosis radiasi fungsi optik kulit
Absorbsi fototoksin
Shave lotion
Fotosensitizer kontak: Psoralen
Salisilanid halogen
TCSA dalam sabun antiseptik, deodoran

Fotosensitizer sistemik: Griseovulvin


Pemanis:Kalsium siklamat
Bbrp antihistamin
Sulfonamid
Klorotiazid
sulfonilurea
REAKSI MORFOLOGIK TERHADAP PENYINARAN

1. panjang gelombang
2. dosis penyinaran
3. Faktor perorangan
4. Pajanan radiasi sebelumnya
5. Letak topografi
6. Besarnya area
7. Temperatur dan kelembaban lingkungan
melasma

dermatoheliosis
PENGARUH BAHAN KIMIA PADA KULIT

Kulit

organ tubuh sbg sawar/barrier thd faktor lingkungan yg berbahaya

Kerusakan kulit
Melampaui kapasitas toleransi repair

penyakit

Dermatitis kontak
Dermatitis Kontak Penyakit spesifik lingkungan

Peradangan kulit bahan dari lingk


iritan alergi

Iritan kuat akut kronis


Alergen spesifik
Toksik
Kumulatif Proses imunologi
Traumatik
FAKTOR PENCETUS

EKSOGEN ENDOGEN

Kosmetik Umur
parfum Ras
Bhn/alat RT Gender
Bhn kimia Lokasi
Bhn medis/lab Dermatitis yg telah ada
obat
Bhn pertanian
tumbuhan
Dermatitis kontak iritan
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis fotokontak iritan
Dermatitis fotokontak alergi
Urtikaria
Dermatitis atopik
Dermatitis kontak
Dermatitis kontak

Dermatitis kontak Dermatitis kontak


iritan alergik

Reaksi peradangan
Imunologik
kulit non imunologik

Tanpa didahului Sensitisasi alergen


sensitisasi
Dermatitis Kontak Iritan
• Proses peradangan

• Merusak lapisan tanduk, denaturasi


keratin, menyingkirkan lemak
lapisan tanduk, dan mengubah daya
ikat air kulit.

• merusak membran lemak keratinosit


tetapi sebagian dapat menembus
membran sel dan merusak lisosom,
mitokondria atau komplemen inti
Dermatitis Kontak Alergi

• Suatu dermatitis (peradagan kulit) yang


timbul setelah kontak dengan allergen
melalui proses sensitisasi

• Terjadi berdasarkan mekanisme


hipersensitivitas tipe IV Gell dan Coomb
Bahan alergen
patogenesis
Reaksi Hipersensitivitas tipe IV
• Fase sensititasi = induksi
• Kontak pertama  sensitif
• Berlangsung 2 -3 minggu
• Fase elisistasi
• Pajanan ulang dengan alergen yg sama  gejala
klinis
• Berlangsung 24 – 48 jam
Hipersensitivitas tipe 4
penyebab dan epidemiologi

• Penyebab = allergen

• Bahan kimia sederhana dengan berat


molekul rendah (<1000 Dalton)
• Bersifat lipofilik
• Sangat reaktif
• Dapat menembus stratum korneum hingga
mencapai sel epidermis dibawahnya

• Erupsi terjadi 48 jam setelah paparan


Gejala singkat penyakit
• Keluhan : gatal
• Lokasi : dapat mengenai bagian tubuh mana saja

Akut
• Bercak eritematosa berbatas jelas  edema 
papulovesikel/vesikel/bulapecah  erosi dan
eksudasi

Kronik
• Papul  erosi  likenifikasi  eksoriasi
• (terdapat penebalan dan krusta)
Dermatitis kontak
alergika

Eritema, papul,
vesikel.
DKA

DKI
Eritem, papul,
vesikel, bulla
Diagnosis

Anamnesis
Gejala klinis
Tes tempel

terapi

1. Stop pemakaian/kontak dgn bahan yang


dicurigai
2. Anti histamin
3. Kortikosteroid topikal poten
4. Kortikosteroid sistemik
• Kulit sehat melindungi jaringan kulit dan
pertahanan terhadap mikroorganisme

• Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan


mirobial :
• Kelembaban kulit.
• Keasaman kulit (pH)
• Suhu permukaan kulit
• Ekskresi seperti sebum, asam lemak
bebas, and urea
• Pertahanan terhadap infeksi bakteri.

10/30/2018 32
FLORA NORMAL KULIT
Dua jenis flora di kulit :
1. Flora residen:
selalu ada di permukaan kulit dan pada
individu normal (S. epidermidis,
micrococci,diphtheroids, anaerobic cocci,
propionibacterium)

2. Flora transien:
terdapat di permukaan kulit akibat
terkontak dari orang lain.
organisme aerobik yang membentuk spora
(basillus spp.).. Streptokokkus, neisseria,
basil negatif-gram dari daerah
intertriginosa
10/30/2018 33
• Staphylococcus, streptococcus
• Clostridial gas gangrene,
• Mycobacterium leprae
Mikosis superfisialis
• Dermatofitosis fungi imperfecti
(microsporum, trichophyton,
epidermophyton)
• Nondermatofitosis
• Pitiriasis versikolor (malassezia furfur)
• Piedra hitam
• Piedra putih (trichosporon beigelli)
• Tinea nigra palmaris
• Otomikosis (aspergillus, penisillium,
mukor)
• Keratomikosis (aspergillus, fusarium,
cephalosporum, curvularia, peniccillium)
• Herpes zooster  virus varicela-zoster
(herpesviridae)
• Herpes simpleks  virus varicela-zoster
(herpesviridae)
• Veruka  human papilloma virus
• Kondiloma akuminatum  human
papilloma virus
• Moluskum kontangiosum  virus poks
• Varisela virus varisela-zoster
(herpesviridae)
• Variola  virus poks (herpesviridae)

Anda mungkin juga menyukai