Faktor Eksogen
1. Bahan kimia (detergen, asam , basa, oli , semen)
2. Fisik (sinar, suhu)
3. Mikro-organisme (bakteri, jamur)
Dermatitis
DERMATITIS KONTAK ALERGIK
Kontak
Merupakan reaksi yang terjadi ketika seseorang telah mengalami
sensitisasi terhadap suatu bahan penyebab/alergen
Klasifikasi Dermatitis Kontak
• Dermatitis Kontak Alergik (DKA) • Dermatitis Autosensitisasi
Fase sensitisasi
Fase elisitasi
• Dermatitis Kontak Iritan (DKI)
DKI akut
DKI akut lambat
DKI kronik kumulatif
Reaksi iritan
DKI traumatic
DKI Non-eritematosa
DKI subyektif
Dermatitis Kontak Alergik
• Fase sensitisasi
- Terjadi saat kontak pertama allergen dengan kulit sampai limfosit mengenal
dan memberi respons, waktu 2-3 minggu
• Fase elisitasi
- Terjadi saat pajanan ulang dengan allergen yang sama sampai timbul
gejala klinis
Etiologi Dermatitis kontak alergi
Penyebab DKA adalah bahan kimia dengan berat molekul rendah
(<1000 Dalton), reaktif dan dapat menembus stratum korneum.
Faktor yang mempengaruhi :
• Potensi sensitisasi allergen
• Luas daerah yang terkena
• Lama pajanan
• Suhu dan kelembapan
Manifestasi Klinis Dermatitis Kontak Alergi
• Secara umum, saat sensitisasi telah terjadi, DKA akut
berprogresi dari eritema menjadi edema lalu papulovesikel.
• Biasanya terjadi pada kulit yang terpapar alergen
• Ketika paparan terjadi secara persisten, maka akan terjadi
likenifikasi dan sisik.
Dermatitis Kontak Iritan
• DKI akut
-Penyebab : iritan kuat, missal : asam sulfat dan
asam hidroklorid atau basa kuat ex : natrium dan
kalium hidroksida
-Biasa karena kecelakaan tempat kerja, reaksi
cepaat
-Intensitas reaksi sebanding dengan konsentrasi
dan lama kontak, terbatas area kontak
-Kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar, dapat
terlihat eritema edema, bula, sampai nekrosis
-Batas tegas dan asimetris
Dermatitis Kontak iritan
• DKI akut lambat
-Gambaran klinis dan gejala sama dengan DKI akut
-Terjadi 8 sampai 24 jam setelah berkontak
-Bahan penyebab : podofilin, antralin, tretinoin, etilen oksida,
benzalkonium klorida, asam hidrofluorat
• DKI Kronik kumulatif
- Paling sering terjadi
- Akibat kontak berulang dengan iritan
lemah (deterjen, sabun, pelarut, tanah)
- Biasanya bersamaan dengan factor lain
(biasanya pekerjaan yg menggunakan
tangan)
- Kelainan baru tampah beberapa minggu,
bulan, atau bahkan tahun
- Gejala berupa kulit kering, eritema,
skuama, yang lama kelamaan dapat
menebal dengan likenifikasi yang difus.
• DKI traumatik
- Akibat trauma panas atau laserasi
- Gejala klinis menyerupai dermatitis numularis
- Penyembuhan lambat, paling cepat 6 minggu
- Lokasi tersering, tangan
• DKI non-eritematosa
-Merupakan bentuk subklinis dari DKI
-Ditandai perubahan fungsi stratum korneum tanpa kelainan klinis
• DKI subyektif
-Sering disebut DKI sensori
-Kelainan kulit tidak terlihat namun terasa tersengat (pedih) atau
terbakar (panas) setelah berkontak dengan bahan kimia tertentu.
Misal : asam laktat
Manifestasi Klinis Dermatitis
Kontak Iritan
• Reaksi Iritan : reaksi monomorfik akut, bersisik, eritema,
vesikel, erosi terlokalisasi pada tangan dan jari
• DKI Akut : terbakar, gatal, perih, eritema, edema, vesikel,
eksudat, bula, dan nekrosis jaringan (terkena asam atau
basa)
• Kronik : gatal, nyeri, kering, lalu eritema, hiperkeratosis dan
fissura
• Subjektif : gatal, perih, panas
Penegakkan Diagnosis Dermatitis Kontak
• Anamnesis:
1. Riwayat pekerjaan sekarang: tempat bekerja, jenis pekerjaan, kegiatan
yang lazim dilakukan pada hari kerja, pakaian pelindung dan peralatan, dan
fasilitas kebersihan dan prakteknya.
2. Faktor pekerjaan sehubungan dengan gangguan kulit seperti material
yang dipakai dan proses yang dilakukan, informasi mengenai kesehatan dan
keselamatan tentang material yang ditangani, apakah ada perbaikan pada
akhir pekan atau pada hari libur, riwayat kerja yang lalu sebelum bekerja di
tempat tersebut, riwayat tentang penyakit kulit akibat kerja yang pernah
diderita, apakah ada pekerjaan rangkap di samping pekerjaan yang
sekarang.
Penegakkan Diagnosis Dermatitis Kontak
3. Riwayat lainnya secara umum: latar belakang atopi (perorangan
atau keluarga), alergi kulit, penyakit kulit lain, pengobatan yang
telah diberikan, kemungkinan pajanan di rumah, dan hobi pasien.
Penegakkan Diagnosis Dermatitis Kontak
• Pemeriksaan Fisik
1. Tentukan lokalisasi kelainan apakah sesuai dengan kontak bahan yang dicurigai,
yang tersering adalah daerah tangan, lengan, muka atau anggota gerak.
Dengan melihat lokalisasi dan pola kelainan kulit seringkali dapat diketahui
kemungkinan penyebabnya. Misalnya, di ketiak oleh deodoran, di pergelangan
tangan oleh jam tangan, dan di kedua kaki oleh sepatu. Pemeriksaan
hendaknya dilakukan pada seluruh permukaan kulit, untuk melihat
kemungkinan kelainan kulit lain.
2. Tentukan ruam kulit yang ada, biasanya didapatkan adanya eritema, edema
dan papula disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan
membentuk dermatitis yang membasah dan lesi pada umumnya timbul pada
tempat kontak.
• Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan uji tempel. Uji tempel biasa
digunakan untuk allergen dengan Berat molekul rendah yang dapat
menembus stratum korneum yang utuh, yaitu dengan menggunakan
unit uji tempel yang terdiri dari filter paper disc.
DERMATITIS KONTAK IRITAN
Tatalaksana Dermatitis Kontak
Dermatitis
Atopik
Sering terjadi pada bayi dan anak (50%
menghilang saat remaja), dapat baru
muncul saat dewasa
tiga tahap:
dermatitis atopik infantile (bayi baru lahir - dua tahun)
dermatitis atopik pada anak(2 - 11 tahun) dermatitis
atopik pada orang dewasa
Dermatitis Atopik
• Lesi kutaneus, karena gatal kemudian digaruk papula,
likenifikasi, eczema, kulit kusam dan kering
• Akut : papula eritematosa dengan ekskoriasi, vesikel dan eksudat
serosa (pada bayi)
• Subakut : eritematosa, ekskoriasi, papula bersisik
• Kronik : plak tebal, likenifikasi, papula fibrosis dapat juga semua
manifestasi klinis pada tiap stage muncul bersamaan
• Major Clinical sign : pruritus intens
Dermatitis atopik
• Manifestasi DA dan tempat • Faktor resiko
predileksi berbeda pada fase o Genetik
bayi anak dan dewasa o Sanitasi lingkungan
• Rasa gatal yang hebat sekitar (hygene
hypothesis)
• Bersifat kronik residif
(berulang)
• 50-75% anak sensitif terhadap
1/lebih alergen
• Terkadang menyebabkan ggn
psikologis dan menurunkan
kualitas hidup
Etiologi Dermatitis Atopik
Faktor internal :
• Genetik (disfungsi sawar kulit dan system imun)
• Kelembapan rendah
• Gangguan epidermis
Faktor eksternal :
• Lingkungan (alergen)
• Higienitas kurang
Interaksi dari berbagai faktorinternal (genetic) dan eksternal (lingkungan
menimbulkan disfungsi sawar kuliy serta perubahan sistem imun, khusus
nya hipersensitivitas terhadap allergen dan antigen mikroba sehingga
munculnya inflamasi dan rasa gatal.
Fase infatil (0-2 tahun)
-Tempat predileksi utama : wajah, kedua pipi, simetris. Dapat meluas ke dahi, kulit
kepala, telinga, leher, pergelangan tangan terutama bagian volar/fleksor
-Diatas 2 bulan karena fungsi motorik, lesi sering di bagian ekstensor : lutut, siku, atau
tempat yg mengalami trauma
-Gambaran mirip dermatitis akut, eksudatif, erosi, dan ekskoriasi
-Dapat terjadi lesi sekunder akibat garukan
-Pada bayi usia >1 tahun penyebabnya allergen makanan (susu sapi,telur,kacang)
-Pada bayi usia <1 tahun, diakibatkan allergen hidup
Fase anak (2-10 tahun)
Dermatitis
(oozing)
Numularis
Puncak insiden 50 - 65tahun, laki-laki lebih sering
dermatitis numularis jarang ditemukan pada anak-anak.
https://nationaleczema.org/eczema/types
-of-eczema/nummular-eczema/
Dermatitis Numularis
Pemeriksaan penunjang
• Histopatologi • Pemeriksaan
o Lesi akut : spongiosis, vesikel laboratorium
intraepidermal, sebukan sel
radang limfosit dan makrofag
di sekitar pembuluh darah Tes tempel :
menyingkirkan
o Lesi subakut : parakeratosis, kemungkinan adanya
scalecrust, hiperplasi dermatitis kontak
epidermal, spongiosis
epidermis
o Lesi kronik : hiperkeratosis dan
akantosis
Tatalaksana Dermatitis Numularis
• Pemberian pelembab atau emolien
• Anti-inflamasi
• Kortikosteroid sistemik
Penyakit peradangan pada kulit
tungkai bawah yang disebabkan
insufisiensi dan hipertensi vena yang
bersifat kronis.
Teori hipoksia: insuficiency vena akan menyebabkan aliran balik (backflow) darah
dari vena profunda ke vena superficial pada tungkai bawah, sehingga terjadi
pengumpulan (pooling) dalam vena superficial .