Anda di halaman 1dari 4

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomena sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan). Dermatitis
merupakan epidermo – dermatitis dengan gejala subyektif pruritus, dermatitis kontak
ialah dermatitis karena kontaktan eksternal yang menimbulkan fenomena sensitisasi
atau toksik.
Demmatitis kontak terdiri atas 2 jenis, yaitu dermatitis kontak iritan dan
alergik. Dermatitis kontak iritan adalah akibat iritasi pada kulit dari bahan itu sendiri,
sedangkan dermatitis kontak alergik adalah akibat dari reaksi imunitas terhadap
hipersensitivitas pada waktu kontak dengan allergen spesifik.
Perbedaan dermatitis kontak iritan dan alergik adalah sebagai berikut :
Dermatitis Kontak iritan Dermatitis kontak alergik
Penyebab - Iritan - Allergen kontak S.
Sentitizer
Permulaan - Pada kontak pertama - Pada kontak ulang
Penderita - Semua orang - Hanya orang yang alergik
Lesi - Batas lebih jelas - Batas tidak begitu jelas
Percobaan tempel - Eritema sangat jelas - Bila sesudah 24 jam
- Sesudah ditempel 24 jam, diangkat, reaksi menetap
bila diangkat reaksi akan atau meluas
berhenti

B. Etiologi
Banyak agen yang menyebabkan dermatitis kontak antara lain : sekret,
serangga, lipas dan sebagainya serta getah tumbuh-tumbuhan. Selain itu bahan-bahan
kimia seperti soda dalam sabun, zat-zat detergens misalnya lisol, desinfektan dan zat
warna (untuk pakaian, sepatu dan lain-lain) dapat menyebabkan dermatitis.
Faktor-faktor predisposisinya mencakup keadaan panas dan dingin yeng
ekstrim, kontak yang sering dengan sabun serta air, dan penyakit kulit yang sudah ada
sebelumnya.
Dermatitis pekerjaan terlihat, misalnya di perusahaan batik, percetakan,
pompa bensin, bengkel, studio potret, salon kecantikan, pabrik karet, pabrik plastic
dan sebagainya. Pada dermatitis akibat bekerja seringkali nampak pula fisura,
skuama, dan paronikia sebagai akibat iritasi kronik.
Didalam rumah tangga dapat terjadi dermatitis karena insektisida, daun-daun,
kunyit, kapur, sirih, minyak, balsam dan perbagia salep yang dapat dibeli secara
bebas, salep yang mengandung sulfonamide, penisilin, merkuru atau sulfur dapat
menimbulkan dermatitis. Dermatitis logam disebabkan oleh perhiasan, jam tangan,
bingkai kacamata dan sebagainya.
Dermatitis pakaian disebabkan oleh pakaian wol, nilon, sutra atau oleh
pewarna pakaian, lipstick, pewarna kuku, dan obat penghitam rambut serta berbagai
kosmetik atau minyak parfum dapat pula menyebabkan dermatitis kontak.
Dermatitis perioralis dapat disebabkan oleh getah buah, tapal gigi, obat
kumur, dan sebagainya. Dermatitis karena sandal, terutama sandal karet dan kaos kaki
nilon terlihat pula.

C. Patogenesis
Dermatitis kontak alergik termasuk reksi tipe IV yaitu hipersesitivitas tipe
lambat. Patogenesisnya melalui 2 fase diantaranya fase induksi (fase sensitisasi) dan
fase elisitasi.
1. Fase induksi
Fase induksi ialah saat kontak pertama allergen dengan kulit sampai limfosit
mengenal dan memberi respon, memerlukan waktu 2 -3 minggu. Pada fase
induksi, hapten (protein tak lengkap) berpenetrasi ke dalam kulit dan berkaitan
dengan protein karier menbentuk antigen yang lengkap. Anti gen ini ditangkap
dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel langerhans. Kemudian memacu
reaksi linfosit T yang belum ditersensitisasi dikulit sehingga terjadi sensitisasi
limfosit T, melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitisasi berimigrasi
kedalam para kortial kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasise sesara
spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk kedalam sirkulasi,
sebagian kembali ke kulit dan system limfoid, tersebar diseluruh tubuh,
menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.
2. Fase elisitasi
Fase elisitasi adalah saat terjadi paparan ulang dengan allergen yang sama atau
serupa sampai timbul gejala klinis. Pada fase alisitasi, sel efektor yang telah
tersentisisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang
sehingga terjadi gejala klinis.

D. Manifestasi Klinis
1. Rasa gatal, terbakar dan eritema yang segera diikuti oleh gejala edema, papula,
vesikel serta perembesan cairan atau sekret.
2. Pada fase sub akut, terjadi pembentukan krusta, pengeringan, pembentukan fisura,
serta pengelupasan kulit.
3. Pada fase kronik., terjadi penebalan kulit (likenifikasi) dan perubahan warna
(pigmentasi). Kemudian timbul infasi bakteri sekunder.

E. Pemeriksaan Penunjang
Bila penyakit sudah sembuh, dapat dilakukan percobaan temple (patch tes). Pada
daerah fleksor lengan bawah atau interskapular dioleskan allergen yang tersangka,
yang ditutup dengan kain kasa dan selofan impermeable.
Sesudah 24 0 28 jam dibaca, apakah terdapat reaksi atau tidak. Reaksi yang dinilai
sebagai berikut :
1 plus = eritema
2 plus = eritema, edema, papul
3 plus = eritema, edema, papul, vesikel
4 plus = 3 plus, tetapi diserta vesikel yang berkonfluensi.
5 plus = 4 plus, tetapi keadaan madidans 9basah) dengan atau tanpa nekrosis.
F. Diagnosis
Diagnosis berdasarkan atas anemis dan gambaran klinis. Uji temple tidak dapat
dilakukan pada stadium akut, karena akan memberatkan penyakit.

G. Penatalaksanaan
Proteksi terhadap zat penyebab dan penghindaran kontaktan merupakan
tindakan penting. Antihistamin sistemik tidak diindikasikan pada stadium permulaan,
sebab tidak ada pembebasan histamine. Pada stadium selanjutnya terjadi pembebasan
histamine secara pasif. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan bila penyakit berat,
misalnya prednisone 20 mg sehari. Terapi topical digunakan sesuai dengan petunjuk
umum pengobatan dermatitis
1. Kompres basah untuk membersihkan lesi eczema yang mengeluarkan sekret,
kemudian olesi tipis-tipis dengan preparat krim atau salep yang mengandung
kortikosteroid.
2. Kompres sejuk dan basah pada daerah dermatitis vesikuler yang kecil.
3. Kompres dingin dapat memberikan efek antipruritus.

Anda mungkin juga menyukai