PENDAHULUAN
Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis atau peradangan kulit yang timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi.Dermatitis kontak alergi disebabkan terpaparnya kulit dengan bahan yang bersifat sebagai alergen.Bahan ini biasanya mempunyai berat molekul rendah(hapten),kemudian setelah masuk kedalam epidermis berikatan dengan bahan protein yang terdapat di epidermis membentuk bahan yang bersifat alergen sehingga terjadi reaksi hipersensitivitas tipe lambat(reaksi alergi tipe IV),yang diantar oleh sel T yang tersensitisasi.Proses ini dimulai dengan fase sensitisasi (induksi)yang kemudian disusul fase elisitasi.
EPIDEMIOLOGI
Dibanding dermatitis kontak iritan,jumlah penderita dermatitis kontak alergi lebih sedikit,karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka.Tapi seiring bertambanhnya jumlah produk yang mengandung bahan kimia yang dipakai oleh masyarakat,kejadian nya pun meningkat.Namun informasi
mengenai prevalensi dan insiden dermatitis kontak alergi di masyarakat secara akurat belum didapat.
akibat kerja karena alergi ternyata cukup tinggi yaitu berkisar 50% dan
60%.Sedangkan dari suatu penelitian ditemukan frekuensi dermatitis kontak alergi bukan akibat kerja tiga kali lebih sering daripada dermatitis kontak akibat kerja.
ETIOLOGI
Tanaman : sejenis rumput liar,racun pada tanaman yang merambat. Obat-obatan yang terkandung dalam krim histamin kulit,seperti (difenhidramin),
antibiotik(penisilin,sulfonamide
,neomisin),anti
1.
Fase Sensitisasi
Hapten yang masuk ke permukaan kulit penetrasi ke dalam epidermis lalu akan berikatan dengan protein carrier dan dibawa menuju pembuluh limfe sebagai antigen.Di dalam pembuluh limfe,antigen di proses oleh makrofag(sel Langerhans)sehingga dapat menginduksi limfosit T untuk mengenali antigen (sel T memori).Lalu sel ini akan meninggalkan pembuluh limfe menuju aliran darah dan kembali migrasi ke kulit.Proses ini berlangsung selama kurang lebih 5 7 hari,jika alergen yang masuk cukup kuat,jika lemah maka butuh waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
2.
Fase Elisitasi
Fase ini terjadi bila terjadi pajanan ulang pada kulit,sehingga antigen spesifik yang telah berada di kulit bergabung dengan alergen dan melepaskan mediator-mediator inflamasi.Proses ini berlangsung antara 16-18 jam setelah paparan
GEJALA
Eritema
Edema
Papulovesikel
Bula
Erosi
Eksudasi
Pemeriksaan eosinofil darah tepi Pemeriksaan immunoglobulin E Uji tempel (patch test).Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah dermatitisnya sembuh / tenang,bila memungkinkan setelah 3 minggu.Tempat melakukan uji tempel biasanya di punggung,dapat pula di bagian luar lengan atas.Bahan uji diletakkan pada sepotong kain atau kertas,ditempelkan pada kulit yang utuh,ditutup dengan bahan impermeabel,kemudian direkat dengan plester.Setelah 48 jam(pada waktu dibuka),72 jam atau 96 jam.Untuk bahan tertentu bahkan baru, memberi reaksi setelah 1 minggu.Hasil positif dapat berupa eritema dengan urtika sampai vesikel atau bula.Penting dibedakan,apakah reaksi karena alergi kontak atau karena iritasi,reaksi akan menurun setelah 48 jam (reaksi tipe decresendo)sedangkan reaksi alergi kontak makin meningkat. Uji tusuk(prick test) Uji gores(scratch test).
Diagnosis didasarkan pada hasil anamnesis yang cermat mengenai bahan bahan kontak apa saja yang dicurigai termasuk menanyakan pekerjaan ,hobi dan obat-obatan yang pernah digunakan, disertai pemeriksaan klinis yang teliti.Pertanyaan mengenai kontaktan yang di curigai,didasarkan pada kelainan kulit yang ditemukan.Misalnya ada kelainan kulit berupa lesi numularis di sekitar umbilikus berupa hiperpigmentasi,likenifikasi,dengan papul dan erosi,maka perlu ditanyakan apakah penderita memakai kancing celana atau kepala ikat pinggang yang terbuat dari logam. Pemeriksaan fisik sangat penting,karena dengan melihat lokalisasi dan pola kelainan kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya.Misalnya di ketiak oleh deodoran,di pergelangan tangan oleh jam tangan,di leher oleh kalung dan di kedua kaki oleh sepatu.Pemeriksaan hendaknya dilakukan pada seluruh permukaan kulit,untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-sebab endogen.
Kelainan kulit dermatitis kontak alergi sering tidak menunjukkan gambaran morfologik yang khas,dapat menyerupai dermatitis atopik,dermatitis numularis,dermatitis seboroik,atau psoriasis.Dalam keadaan ini pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk menentukan apakah dermatitis tersebut karena kontak alergi. Dermatitis kontak iritan Dermatitis numularis Dermatofitosis Kandidiasis
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab,dan menekan kelainan kulit yang timbul.
Pengobatan secara topikal Untuk lesi yang akut dan basah diberi kompres NaCl 0,9%,jika kering gunakan krim kortikosteroid,seperti hidrokortison 1% atau diflukoatolon valerat 0,1% atau betamethasone valerat 0,005% 0,1%,dimana pemilihannnya tergantung pada potensi klinisnya dan lokalisasi lesi.
Pengobatan secara sistemik Kortikosteroid hanya untuk kasus yang berat dan digunakan dalam waktu singkat untuk mengatasi peradangan pada dermatitis kontak alergi akut,misalnya: Prednison 5-10 mg/dosis,2-3 kali/hari(dewasa),1 mg/kgBB/hari (anak). Dexametason 0,5-1 mg/dosis,2-3 kali/hari(dewasa),0,1 mg/kgBB/hari(anak). Triamisolon 4-8 mg/dosis,2-3 kali/hari (dewasa),1 mg/kgBB/hari(anak). Antihistamin(untuk mengobati gatal-gatalnya),misalnya: Chlorpheniramin maleat 3-4 mg/dosis,sehari 2-3 kali (dewasa), 0,1mg/kg BB 3 kali/hari (anak). Dipenhidramin HCl 10-20 mg/dosis i.m, 1-2 kali/hari (dewasa), 0.,5 mg/kgBB/dosis,1-2 kali/hari (anak). Loratadine 1 tab/hari (dewasa) Antibiotika diberikan bila ditemukan tanda-tanda infeksi,contohnya ;Amoksisilin 3x500 mg/hari atau Klindamisin 2x300 mg/hari selama 5-10 hari
Prognosis
dermatitis kontak alergi pada umunya baik,sejauh bahan kontaknya dapat dihindarkan/disingkirkan.
GAMBAR