Anda di halaman 1dari 24

KONSEP MEDIS

A. Pengertian
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respon terhadap pengaruh factor eksogen dan atau factor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimurfik ( eritema, edema,
papula, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal.

B. Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen) misalnya ; bahan
kimia, fisik (sinar,suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur) ; dapat pula dari
dalam (endogen), misalnya : dermatitis atopic.

C. Patofisiologi.
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti, sebagian besar
merupakan respon kulit terhadap agen-agen seprti zat kimia, bakteri dan fungi
selain itu alergi makan bisa juga menyebabkan dermatitis (Arief Mansjoer.
1998. Kapita selekta).

D. Jenis-jenis Dermatitis.
1. Dermatitis atopic
Dermatitis Atopik adalah suatu peradangan menahun pada lapisan
atas kulit yang menyebabkan rasa gatal; seringkali terjadi pada
penderita rinitis alergika atau penderita asma dan pada orang-orang yang
anggota keluarganya ada yang menderita rinitis alergika atau asma dan
reaksi alergi terhadap serbuk-serbuk tanaman.

a. Etiologi
Penderita dermatitis atopik biasanya juga memiliki penyakit alergi
lainnya. Hubungan antara dermatitis dan penyakit alergi tersebut tidak
jelas; beberapa penderita memiliki kecenderungan yang sifatnya
diturunkan untuk menghasilkan antibodi secara berlebihan
(misalnyaimmunoglobulin E) sebagai respon terhadap sejumlah
rangsangan yang berbeda dan terjadi peningkatan eosinofil.
Berbagai keadaan yang bisa mempengaruhi timbulnya dan
memperburuk dermatitis atopik
Stres emosional
Perubahan suhu atau kelembaban udara
Infeksi kulit oleh bakteri
Kontak dengan bahan pakaian yang bersifat iritan (terutama wol).
Pada beberapa anak-anak, alergi makanan bisa memicu terjadinya
dermatitis atopic.

b. Manifestasi klinik.
Dermatitis atopik kadang muncul pada beberapa bulan pertama
setelah bayi lahir. Pada wajah, kulit kepala, daerah yang tertutup popok,
tangan, lengan, kaki atau tungkai bayi terbentuk ruam berkeropeng yang
berwarna merah dan berair. Dermatitis seringkali menghilang pada usia
3-4 tahun, meskipun biasanya akan muncul kembali.
Pada anak-anak dan dewasa, ruam seringkali muncul dan kambuh
kembali hanya pada 1 atau beberapa daerah, terutama lengan atas, sikut
bagian depan atau di belakang lutut.
Wanita paling sering terkena. Warna, intensitas dan lokasi dari ruam
bervariasi, tetapi selalu menimbulkan gatal-gatal. Rasa gatal seringkali
menyebabkan penggarukan yang tak terkendali sehingga penyakitnya
semakin buruk. Penggarukan dan penggosokan juga bisa merobek kulit
dan menciptakan jalan masuk untuk bakteri sehingga terjadi infeksi.
Kekeringan kulit yang berlebihan dengan keluhan gatal-gatal yang
ditimbulkannya berhubungan dengan perubahan pada kandungan lemak,
aktivitas kelenjar sebasea serta pengeluaran keringat. Sebagai reaksi
terhadap garukan, gejala kemerahan segera tampak pada kulit dan
kemudian dalam waktu 15-30 detik akan diikuti oleh gambaran pucat
selama 3 menit. Lesi terjadi sekunder akibat trauma garukan dan akan
tampak pada tempat-tempat dengan peningkatan pengeluaran keringat
serta hipervaskularitas. Dermatitis atopik merupakan kelainan kronik
dengan remisi dan eksaserbasi. Terapinya harus bersifat individual
menurut kebutuhan masing-masing pasien.
Dengan alasan yang belum pasti, penderita dermatitis atopik jangka
panjang kadang mengalami katarak pada usia 20-30an tahun. Pada
penderita dermatitis atopik, herpes simpleks yang biasanya hanya
menyerang daerah yang kecil dan ringan, bisa menyebabkan penyakit
serius berupa eksim dan demam tinggi (eksim herpetikum)

c. Penatalaksanaan.
Krim atau salep corticosteroid bisa mengurangi ruam dan
mengendalikan rasa gatal. Krim corticosteroid yang dioleskan pada
daerah yang luas atau dipakai dalam jangka panjang bisa menyebakan
masalah kesehatan yang serius, karena obat ini diserap ke dalam aliran
darah. Jika krim atau salep sudah tidak efektif lagi, maka digantikan
oleh jeli minyak selama 1 minggu atau lebih. Mengoleskan jeli
minyak atau minyak sayur bisa membantu menjaga kehalusan dan
kelembaban kulit. Jika digunakan kembali setelah pemakaiannya
dihentikan sesaat, corticosteroid menjadi efektif kembali.
Pada beberapa penderita, ruam semakin memburuk setelah mereka
mandi, bahkan sabun dan air menyebabkan kulit menjadi kering dan
penggosokan dengan handuk bisa menyebabkan iritasi. Karena itu
dianjurkan untuk lebih jarang mandi, tidak terlau kuat mengusap-usap
kulit dengan handuk dan mengoleskan minyak atau pelumas yang
tidak berbau (misalnya krim pelembab kulit).
Antihistamin (difenhidramin, hydroxizini) bisa mengendalikan rasa
gatal, terutama dengan efek sedatifnya. Obat ini menyebabkan kantuk,
jadi sebaiknya diminum menjelang tidur malam hari.
Hindari semua factor luar yang mungkin menimbulkan manifestasi
klinik : menjauhi allergen pencetus, hindari pemakaian bahan yang
merangsang seperti sabun keras dan bahan pakaian dari wol.
Kuku jari tangan sebaiknya tetap pendek untuk mengurangi kerusakan
kulit akibat garukan dan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi.
Penderita sebaiknya belajar mengenali tanda-tanda dari infeksi kulit
pada dermatitis atopik (yaitu kulit bertambah merah, pembengkakan,
terdapat gurat-gurat merah dan demam). Jika terjadi infeksi, diberikan
antibiotik.
Tablet dan kapsul corticosteroid bisa menimbulkan efek samping
yang serius, karena itu hanya digunakan sebagai pilihan terakhir pada
kasus yang membandel. Obat ini bisa menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan, kelemahan tulang, penekanan kelenjar adrenal dan
masalah lainnya, terutama pada anak-anak. Selain itu, efeknya yang
menguntungkan hanya bertahan sebentar.
Pada dewasa bisa dilakukan terapi dengan sinar ultraviolet ditambah
psoralen dosis oral. Terapi ini jarang dilakukan pada anak-anak
karena efek samping jangka panjang yang berbahaya, yaitu kanker
kulit dan katarak.

2. Dermatitis Kontak
Dermatitis Kontak adalah peradangan yang disebabkan oleh kontak
dengan suatu zat tertentu; ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan
seringkali memiliki batas yang tegas. Dermatitis kontak (dermatitis
venenata) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsur-unsur fisik,
kimia atau biologi (respons reaksi hipersensitivitas lambat tipe IV). Penyakit
ini adalah kelainan inflamasi yang bersifat ekzematosa dan disebabkan oleh
reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang iritatif atau alergenik.

a. Etiologi
Zat-zat tertentu dapat menyebabkan peradangan kulit melalui 2 cara,
yaitu iritasi (dermatitis kontak iritan) atau reaksi alergi (dermatitis
kontak alergika). Sabun yang sangat lembut, deterjen dan logam-logam
tertentu bisa mengiritasi kulit setelah beberapa kali digunakan. Kadang
pemaparan berulang bisa menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit.
Dalam waktu beberapa menit, iritan kuat (misalnya asam, alkali dan
beberapa pelarut organik) bisa menyebabkan perubahan kulit.
Pada reaksi alergi, pemaparan pertama pada zat tertentu tidak
menimbulkan suatu reaksi, tetapi pemaparan berikutnya bisa
menyebabkan gatal-gatal dan dermatitis dalam waktu 4-24
jam. Seseorang bisa saja sudah biasa menggunakan suatu zat selama
bertahun-tahun tanpa masalah, lalu secara tiba-tiba mengalami reaksi
alergi. Bahkan salep, krim dan lotion yang digunakan untuk mengobati
dermatitispun bisa menyebabkan reaksi alergi. Sekitar 10% wanita
mengalami alergi terhadap nikel. Dermatitis juga bisa terjadi akibat
berbagai bahan yang ditemukan di tempat bekerja (dermatitis
okupasional).
Jika dermatitis terjadi setelah menyentuh zat tertentu lalu terkena
sinar matahari, maka keadaannya disebut dermatitis kontak
fotoalergikaatau dermatitis kontak fototoksik. Zat-zat tersebut antara lain
tabir surya, lotion setelah bercukur, parfum tertentu, antibiotik dan
minyak.
Penyebab dari dermatitis kontak alergika :
Kosmetik : cat kuku, penghapus cat kuku, deodoran, pelembab, lotion
sehabis bercukur, parfum, tabir surya
Senyawa kimia (dalam perhiasan) : nikel
Tanaman : racun ivy (tanaman merambat), racun pohon ek, sejenis
rumput liar, primros
Obat-obat yang terkandung dalam krim kulit : antibiotik (penisilin,
sulfonamid, neomisin), antihistamin (difenhidramin, prometazin),
anestesi (benzokain), antiseptik (timerosal)
Zat kimia yang digunakan dalam pengolahan pakaian.

b. Manifestasi klinik
Efek dari dermatitis kontak bervariasi, mulai dari kemerahan yang
ringan dan hanya berlangsung sekejap sampai kepada pembengkakan
hebat dan lepuhaan kulit. Ruam seringkali terdiri dari lepuhan kecil yang
terasa gatal (vesikel). Pada awalnya ruam hanya terbatas di daerah yang
kontak langsung dengan alergen (zat penyebab terjadinya reaksi alergi),
tetapi selanjutnya ruam bisa menyebar. Ruam bisa sangat kecil (misalnya
sebesar lubang anting-anting) atau bisa menutupi area tubuh yang luas
(misalnya dermatitis karena pemakaian lotion badan).
Jika zat penyebab ruam tidak lagi digunakan, biasanya dalam
beberapa hari kemerahan akan menghilang. Lepuhan akan pecah dan
mengeluarkan cairan serta membentuk keropeng lalu mengering. Sisa-
sisa sisik, gatal-gatal dan penebalan kulit yang bersifat sementara, bisa
berlangsung selama beberapa hari atau minggu.

c. Pengobatan.
Pengobatan dilakukan dengan cara menghilangkan atau
menghindari zat-zat penyebab terjadinya dermatitis kontak. Untuk
mencegah infeksi dan menghindari iritasi, daerah yang terkena harus
dibersihkan secara teratur dengan air dan sabun yang lembut. Lepuhan
tidak boleh dipecahkan. Verban kering juga bisa mencegah terjadinya
infeksi.
Krim atau salep corticosteroid biasanya bisa meringankan gejala-
gejala dermatitis kontak yang ringan. Tablet corticosteroid kadang
digunakan pada kasus yang berat. Pada keadaan tertentu pemberian
antihistamin bisa meringankan gatal-gatal.

3. Dermatitis kronis Pada Tangan dan Kaki.


Dermatitis Kronis Pada Tangan & Kaki adalah peradangan dan iritasi
menahun pada tangan dan kaki

a. Etiologi.
Dermatitis kronis pada tangan terjadi sebagai akibat kontak berulang
dengan zat kimia; dermatitis kronis pada tangan terjadi sebagai akibat
dari lingkungan yang hangat dan lembab di dalam kaos kaki dan sepatu.
Dermatitis kontak adalah salah satu jenis dermatitis kronis pada tangan,
biasanya terjadi akibat iritasi oleh zat-zat kimia (misalnya sabun) atau
karena gesekan dari sarung tangan. Infeksi jamur merupakan penyebab
tersering dari adanya erupsi kulit di kaki, terutama yang berupa lepuhan
kecil atau ruam merah yang dalam. Kadang penderita infeksi jamur
menahun di kaki menderita dermatitis di tangannya karena reaksi alergi
terhadap jamur

b. Manifestasi klinik
Dermatitis kronis bisa menyebabkan kulit pada tangan dan kaki
terasa gatal atau mengalami luka. Pomfoliks adalah suatu keadaan
menahun dimana lepuhan-lepuhan yang terasa gatal timbul di telapak
tangan dan pinggiran jari-jari tangan, juga bisa ditemukan di telapak
kaki. Lepuhan ini seringkali bersisik, berwarna merah dan berair.
Pomfoliks kadang disebut dishidrosis.

c. Penatalaksanaan
Pengobatan dermatitis kronis tergantung kepada penyebabnya.
Pengobatan terbaik adalah menghindari zat kimia yang menyebabkan
iritasi kulit. Untuk mengatasi peradangan bisa digunakan krim
corticosteroid. Pada luka yang terbuka bisa terjadi infeksi bakteri dan
diobati dengan antibiotik. Jika penyebabnya adalah jamur, maka
diberikan obat anti-jamur.
4. Dermatitis Numuler
Dermatitis Numuler adalah suatu peradangan dan ruam menetap yang
menimbulkan gatal, yang ditandai dengan bintik berbentuk uang logam
disertai lepuhan-lepuhan kecil, berbatas tegas dan sisik-sisik serta mudah
pecah dan biasanya menyerang daerah ekstremitas.

a. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui. Diduga infeksi mikroorganisme
berperan pada dermatitis numularis, dengan ditemukannya peningkatan
koloni staphylococcus dan micrococcus di tempat kelainan, walaupun
secara klinis tidak ditemukan tanda infeksi.
Dermatitis kontak mungkin ikut memegang peranan pada berbagai
kasus dermatitis numularis, misalnya ; alergi terhadap nikel, khrom,
kobalt. Dermatitis numuler biasanya tejadi pada usia setengah baya,
terutama yang kulitnya kering dan paling banyak terjadi di musim dingin.

b. Manifestasi klinik
Dimulai dengan eritema berbentuk lingkaran, selanjutnya melebar
sebesar uang logam, dikelilingi oleh papula-papula, vesikel dan
kemudian ditutupi krusta coklat. Bintik-bintik bulat berawal sebagai
beruntusan/jerawat dan lepuhan yang menyebabkan gatal, yang
selanjutnya pecah dan membentuk keropeng. Bintik-bintik ini lebih jelas
tampak di punggung lengan atau tungkai dan di bokong, tetapi bisa juga
ditemukan pada batang tubuh.

c. Penatalaksanaan.
Pengobatan terdiri dari :
Antihistamin sebagai sedative dan mengurangi gatal.
Kortikosteroid sistemik maupun topical .
Antibiotik seperti eritromicyn.
Suntikan kortikosteroid intralesi.
Kortikosteroid topical.

5. Dermatitis Seboroik
Dermatitis Seboreik adalah suatu peradangan pada kulit bagian atas,
yang menyebabkan timbulnya sisik pada kulit kepala, wajah dan kadang
pada bagian tubuh lainnya.

a. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui. Dermatitis ini sering ditemukan
sebagai penyakit keturunan dalam suatu keluarga.
Factor resiko terjadinya dermatitis seboreik :
Stres
Kelelahan
Cuaca dingin
Kulit berminyak
Jarang mencuci rambut
Pemakaian lotion yang mengandung alkohol
Penyakit kulit (misalnya jerawat)

b. Manifestasi klinik
Dermatitis seboreik biasanya timbul secara bertahap, menyebakan
sisik kering atau berminyak di kulit kepala (ketombe), kadang disertai
gatal-gatal tetapi tanpa kerontokan rambut. Pada kasus yang lebih berat,
timbul beruntusan/jerawat bersisik kekuningan sampai kemerahan di
sepanjang garis rambut, di belakang telinga, di dalam saluran telinga, alis
mata dan dada.
Pada bayi baru lahir yang berumur kurang dari 1 bulan, dermatitis
seboroik menyebabkan ruam tebal berkeropeng berwarna kuning di kulit
kepala (cradle cap) dan kadang tampak sebagai sisik berwarna kuning di
belakang telinga atau beruntusan merah di wajah. Ruam di kulit kepala
ini sering disertai dengan ruam popok. Pada anak-anak, dermatitis
seboreik menyebabkan timbulnya ruam yang tebal di kulit kepala yang
sukar disembuhkan.
c. Pengobatan.
Pengobatan dermatitis seboreik tergantung kepada usia penderita :
Dewasa.
Bisa digunakan sampo yang mengandung seng pirition, selenium
sulfida, asam salisilat dan belerang atau ter. Sampo digunakan
setiap hari sampai ketombenya terkendali, selanjutnya sampo
cukup digunakan 2 kali/minggu. Pengobatan seringkali harus
dilanjutkan selama berbulan-bulan. Jika setelah pengobatan
dihentikan dermatitis kembali kambuh, maka sampo tersebut bisa
kembali digunakan.
Lotion yang mengandung corticosteroid juga bisa dioleskan pada
kulit kepala atau bagian tubuh lainnya. Pada wajah digunakan
lotion yang hanya mengandung corticosteroid 1%. Pemakaian
corticosteroid harus secara hati-hati, karena penggunaan jangka
panjang dapat menyebabkan penipisan kulit dan gangguan
lainnya.
Jika corticosteroid tidak dapat mengatasi ruam, kadang digunakan
krim ketoconazole.
Anak-anak.
Untuk ruam bersisik tebal di kulit kepala, bisa dioleskan minyak
mineral yang mengandung asam salisilat secara perlahan dengan
menggunakan sikat gigi yang lembut pada malam hari. Selama
sisik masih ada, kulit kepala juga dicuci dengan sampo setiap hari;
setelah sisiknya menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu.
Bayi.
Kulit kepala dicuci dengan sampo bayi yang lembut dan diolesi
dengan krim hydrocortisone. Selama ada sisik, kulit kepala dicuci
setiap hari dengan sampo yang lembut; setelah sisik menghilang
cukup dicuci 2 kali/minggu.
6. Dermatitis Statis
Dermatitis Stasis adalah suatu peradangan menahun akibat bendungan
aliran darah vena (berupa kemerahan, pembentukan sisik dan
pembengkakan) pada tungkai bawah yang teraba hangat, yang sering
meninggalkan bekas berupa kulit yang berwarna coklat gelap.

a. Etiologi
Dermatitis stasis merupakan akibat dari penimbunan darah dan
cairan di bawah kulit, sehingga cenderung terjadi pada penderita vena
varikosa (varises) dan pembengkakan (edema).

b. Manifestasi Klinik
Dermatitis stasis biasanya timbul di pergelangan kaki. Pada awalnya
kulit menjadi merah dan sedikit bersisik. Setelah beberapa minggu atau
beberapa bulan, warna kulit berubah menjadi coklat gelap. Pengumpulan
darah dibawah kulit yang terjadi sebelumnya sering tidak dihiraukan,
sehingga terjadi pembengkakan dan kemungkinan infeksi, yang akhirnya
menyebabkan kerusakan kulit yang berat (ulserasi).

c. Penatalaksanaan.
Pengobatan jangka panjang bertujuan mengurangi kemungkinan
penimbunan darah di dalam vena di sekitar pergelangan kaki.
Mengangkat kaki dalam posisi yang lebih tinggi dari dada akan
menghentikan penimbunan darah di dalam vena dan penimbunan cairan
di dalam kulit.
Menggunakan stoking penyangga yang tepat bisa membantu
mencegah kerusakan kulit yang serius dengan cara mencegah
penimbunan cairan di tungkai yang lebih bawah.
Biasanya tidak diperlukan pengobatan tambahan.
Untuk dermatitis yang aktif, kompres yang menyejukkan (misalnya
bantalan yang direndam dalam air ledeng), bisa membuat kulit terasa
lebih baik dan bisa membantu mencegah infeksi.
Jika keadaannya memburuk, bisa digunakan perban yang lebih
menyerap. Bisa juga diberikan krim kortikosteroid yang sering
dikombinasikan dengan pasta seng oksida. Antibiotik diberikan hanya
jika kulit telah terinfeksi. Kadang diambil kulit dari bagian tubuh lainnya
untuk dicangkokkan guna menutupi luka terbuka yang sangat lebar.
Beberapa penderita mungkin memerlukan sepatu Unna, yaitu suatu
alat yang menyerupai pembalut gips yang berisi pasta gelatin yang
mengandung seng. Sepatu ini membantu melindungi kulit dari iritasi dan
pasta membantu menyembuhkan kulit. Jika penderita merasa tidak
nyaman mengenakan sepatu ini, pasta yang sama bisa digunakan
dibawah balutan penyangga elastik. Pada dermatitis stasis, kulit mudah
teriritasi; karena itu sebaiknya penderita menghindari pemakaian krim
antibiotik, krim anestetik, alkohol, lanolin atau bahan kimia lainnya
sebab bisa memperburuk keadaan.
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
a. Identitas klien
b. Identitas penanggung

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien mengeluh gatal.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kulit lainnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakan ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
e. Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan, apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
f. Riwayat pemakaian obat.
Apakah pasien pernah menggunakan obatobatan yang dipakai pada
kulit, atau pernahkan pasien tidak tahan alergi terhadap sesuatu obat.

3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Kesadaran ( GCS )
c. TTV :
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
d. Keadaan kulit
1. Inspeksi
Apakah ada skuam (hiperpigmentasi) pada bagian tubuh
Apakah ada krusta
2. Palpasi
Biasanya pada daerah yang berskuama terba kasar.
Cek adanya nyeri tekan.

B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul, yaitu :
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan jalan napas terganggu
akibat spasme otot otot pernapasan, kerusakan neurologis
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan reaksi inflamasi
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perasaan malu terhadap
penampakan diri dan persepsi diri tentang ketidakbersihan
4. Nyeri akut berhubungan dengan lesi kulit
5. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak bercak merah pada kulit.
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakfektifan Pola Nafas berhubungan NOC: NIC:


dengan jalan nafas terganggu akibat spasme Respiratory status : Ventilation and Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
otot otot pernapasan, kerusakan Airway patency Pasang mayo bila perlu
neurologis Vital sign Status Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Dengan kriteria hasil: Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Batasan karakteristik : Mendemonstrasikan batuk efektif dan Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
Perubahan kedalaman pernapasan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis Monitor respirasi dan status O2
Bradipneu dan dyspneu (mampu mengeluarkan Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
Penurunan tekanan ekspirasi sputum, mampu bernafas dg mudah, tidak Pertahankan jalan nafas yang paten
Penurunan ventilasi semenit ada pursed lips) Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Penurunan kapasitas vital Menunjukkan jalan nafas yang paten Monitor vital sign
Dispneu (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik
frekuensi pernafasan dalam rentang
relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
Ajarkan bagaimana batuk efektif
Tanda Tanda vital dalam rentang normal
Monitor pola nafas
(tekanan darah, nadi, pernafasan)
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kerusakan integritas kulit berhubungan NOC : NIC : Pressure Management


dengan lesi dan reaksi inflamasi Tissue Integrity : Skin and Mucous Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
Membranes longgar
Batasan Karakteristik : Dengan kriteria hasil: Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Kerusakan lapisan kulit ( dermis ) Integritas kulit yang baik bisa Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
Gangguan permukaan kulit ( epidermis ) dipertahankan (sensasi, elastisitas, sekali
temperatur, hidrasi, pigmentasi) Monitor kulit akan adanya kemerahan
Tidak ada luka/lesi pada kulit Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang
Menunjukkan pemahaman dalam proses tertekan
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
sedera berulang Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan
Mampu melindungi kulit dan tekanan
mempertahankan kelembaban kulit dan Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,
perawatan alami karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
Menunjukkan terjadinya proses tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
penyembuhan luka Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka
Cegah kontaminasi feses dan urin
Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan citra tubuh berhubungan NOC : NIC : Body image enhancement


dengan perasaan malu terhadap penampakan Body image and self esteem Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap
diri dan persepsi diri tentang Dengan kriteria hasil : tubuhnya
ketidakbersihan Body image positif Monitor frekuensi mengkritik dirinya
Mampu mengidentifikasi kekuatan Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan
Batasan Karakteristik personal prognosis penyakit
Perilaku mengenali tubuh individu Mendeskripsikan secara faktual perubahan Dorong klien mengungkapkan perasaannya
Perilaku menghindari tubuh individu fungsi tubuh Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok
Mengungkapkan perasaan yang Mempertahankan interaksi sosial kecil
mencerminkan perubahan pandangan
tentang tubuh individu ( mis : penampilan,
struktru, fungsi )
Mengungkapkan persepsi yang
mencerminkan perubahan individu dalam
penampilan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan dengan lesi kulit NOC : NIC :


Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
Batasan Karakteristik : pain control, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
Perubahan tekanan darah comfort level presipitasi
Perubahan frekuensi pernapasan Dengan kriteria hasil: Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Perilaku distraksi ( mis. Berjalan mondar- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
mandir mencari orang lain atau aktivitas nyeri, mampu menggunakan tehnik menemukan dukungan
lain ) nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
Mengekspresikan perilaku ( mis.gelisah, mencari bantuan) seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
merengek, menangis ) Melaporkan bahwa nyeri berkurang Kurangi faktor presipitasi nyeri
Fokus menyempit ( mis. Gamgguan dengan menggunakan manajemen nyeri Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
persepsi nyeri, hambatan proses berpikir, Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
penurunan interaksi dengan orang lain dan frekuensi dan tanda nyeri) relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
lingkungan ) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
berkurang Tingkatkan istirahat
Tanda vital dalam rentang normal Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi berhubungan dengan lesi, NOC : NIC :


bercak bercak merah pada kulit Immune Status Pertahankan teknik aseptif
Knowledge : Infection control Batasi pengunjung bila perlu
Batasan Karakteristik : Risk control Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
Kerusakan integritas kulit Dengan kriteria hasil: keperawatan
Penurunan Hb Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Imunosupresi Menunjukkan kemampuan untuk Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan
Vaksinasi tidak adekuat mencegah timbulnya infeksi petunjuk umum
Malnutrisi Jumlah leukosit dalam batas normal Tingkatkan intake nutrisi
Menunjukkan perilaku hidup sehat Berikan terapi antibiotik
Status imun, gastrointestinal, Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
genitourinaria dalam batas normal Pertahankan teknik isolasi k/p
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam
Penyimpangan KDM
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat melaksanakan penulisan makalah ini.
Adapun Asuhan Keperawatan Sistem Integumen ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Sistem Integumen agar bisa tercapai sistem
pembelajaran semester ini.

Dalam rangka pembuatan Asuhan Keperawatan Sistem Integumen oleh sebab itu,
sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ns. Sakrim S.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah


memberikan bimbingan dalam penyusunan tugas ini.
2. Teman-teman sekelompok
Penyusun menyadari dalam pembuatan tugas ini tentunya masih banyak
kekurangan. Guna memperbaiki tugas ini agar menjadi lebih baik, maka penyusun
sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang membaca.

Penulis
Penyebab dermatitis dapat berasal dari dapat berasal dari luar (eksogen)
misalnya bahan kimia seperti sabun, detergen, obat-obatan. Fisik seperti pancaran
sinar. Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Dan dapat pula dari dari dalam
(endogen) seperti genetik atau keturunan.

Faktor ekstrogen menyebabkan terjadinya dermatitis kontak. Pada dematitis


kontak, ketika iritan primer atau bahan iritan mengenai kulit, bahan iritan tersebut
akan mengiritasi kulit dan merusak lapisan tanduk atau lapisan terluar kulit tang
biasa disebut dengan kulit ari, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan iritan
tersebut akan berdifusi atau berpindah ke membtran sel untuk merusak lisosom ,
mitokondria, dan komponen-komponen inti sel dan menyebabkan kerusakan sel
semakin luas

Ketika kerusakan sel semakin luas, akan mengaktifkan sel mast yang akan
membebaskan prostaglandin, histamin dan bradikinin yang menyebabkan dilatasi
(pelebaran) pembuluh darah ke kulit sehingga terjadi ruam dan rasa gatal pada kulit
atau yang disebut dengan pruritus.

Rasa gatal yang yang terjadi meningkatkan keinginan untuk menggaruk kulit,
jika kulit terus menerus digaruk maka kulit akan robek dan menimbulkan lesi atau
peradangan pada kulit. Peradangan dan lesi pada kulit menyebabkan timbulnya rasa
nyeri.

Lesi yang terjadi pada kulit merusak jaringan kulit sehingga terjadi kerusakan
integritas kulit. Jaringan kulit yang rusak dapat menyebabkan jalan kuman masuk
dalam tubuh sehingga meningkatkan resiko terjadinya infeksi.

Pada dermatitis kontak, ada 2 fase terjadinya respon imun tipe V atau tipe
lambat :

1. Fase sensitisasi : adalah fase dimana sesorang belum pernah mengalami alergi
dan baru pertama kali kontak dengan zat allergen.
Orang yang mengalami dermatitis kontak pada fase ini, mengalami perubahan
yang spesifik pada kulitnya yang disebabkan adanya kontak dengan bahan kimia
sederhana yang disebut hapten (molekul kecil yang merangsang tubuh
memproduksi molekul antibodi) yang terikat dengan protein membentuk
antigen.
Antigen ditangkap oleh makrofag (sel darah putih yang memakan patogen
dalam tubuh) dan sel langerhans (sel yang berfungsi sebagai pertahan kulit) yang
selanjutnya dikirim ke sel T.
Sel T menuju ke kelenjah getah bening untuk berkembang menjadi sel T
afektor. Sel ini kemudian tersebar melalui sirkulasi darah keseluruh tubuh. Fase
ini berlangsung selama 2-3 minggu karena tubuh memerlukan waktu untuk
menyesuaikan dengan zat allergen juga dipengaruhi oleh derajat kepekaan
individu, sifat sensitisasi alergen, jumlah alergen dan konsentrasinya.
2. Fase Elisitasi : adalah fase ketika seseorang seduah pernah terkena pajanan ulang
alergen yang sama. Prosesnya sama dengan fase sensitisasi tetapi fase ini hanya
berlangsung selama 24-48 jam setelah terpajan oleh zat alergen ini disebabkan
karena tubuh sudah pernah terkena dengan zat allergen sehingga tubuh sudah
mengenal zat allergen tersebut hingga menimbulkan reaksi alergik.

Dermatitis atopik berhubungan dengan peningkatan kade IgE dalam serum


darah. IgE yang meningkat akan mengaktifkan sel mast untuk melepaskan
mediator kimia seperti histamin, prostaglandin dan bradikinin yang
menyebabkan dilatasi pembuluh darah prosesnya sama dengan dermatitis
kontak.
Pelepasan mediator kimia dapat mempengaruhi otot polos dan
kelenjar jalan napas akibatnya saluran napas menjadi menyempit dan terjadi
kekakuan otot pernapasan akibatnya timbul sesak napas atau dispnue.
Pernapasan menjadi dangkal dan cepat karena berusaha penuh
memgerahkan tenaga untuk bernapa yang bisa menyebakan terjadinya
ketidakefektifan pola napas

Anda mungkin juga menyukai