Anda di halaman 1dari 9

 

Pengertian
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). (Adhi
Juanda,2005)
Dermatitis adalah radang kulit yang disebabkan oleh banyak faktor seperti sengatan sinar
matahari, gigitan nyamuk, infeksi bakteri, jamur, dan bahan-bahan kimia. (812 Resep U/
Mengobati 236 Penyakit Oleh H. Arief Hariana:Hml 136)
Dermatitis lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami
peradangan.

2.2   Etiologi
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak di ketahui. Sebagian besar merupakan respon
kulit terhadap agen-agen, misaknya zat kimia, protein, bakteri dan fungus. Respon tersebut
dapat berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan kemampuan tubuh yang di
dapat dan spesifik untuk bereaksi.

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh :
detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya :
bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. (Adhi
Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat menjadi
penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda
pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi
infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit
infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada
kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan
selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus.

Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala
berbeda:

1. Dermatitis Kontak
Dermatitis Kontak adalah suatu dermatitis atau peradangan kulit yang disertai dengan
adanya spongiosis/edema interseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi dengan
bahan-bahan kimia yang berkontak atau terpajan pada kulit. Dermatitis yang muncul dipicu
alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat
atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk,
penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung
dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen,
sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan,
parfum, kosmetik atau rumput.
Klasifikasi dermatitis kontak berdasarkan penyebabnya ada 2 jenis yaitu

1. Dermatitis kontak toksik


2. Dermatitis kontak alergik
3. Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik adalah dermatitis yang terjadi pada orang yang mempunyai riwayat atopi.
Atopi adalah penyakit aneh ataupun hipersensivitas abnormal untuk melawan factor-faktor
lingkungan, dijumpai pada penderita maupun keluarganya tanpa sensitasi yang jelas
sebelumnya. ( Coca and Cooke, 1923)

Dermatitis atopic ditandai dengan reaksi berlebihan terhadap rangsangan dari lingkungan
sekitarnya seperti bahan iritan dan alergen, dan adanya kecenderungan untuk
memproduksi IgE. Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan
pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya
muncul saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga
memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang
tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa.

1. Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat pada daerah tubuh
berambut, terutama pada kulit kepala, alis dan muka, kronik dan superficial. Etiologinya
belum diketahui secara pasti. Pada umumnya didapati aktivitas kelenjar sebasea yang
berlebihan.

Menurut daerah lesi, dermatitis seboroik dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Seboroik Kepala
Pada daerah berambut, dijumpai skuama yang berminyak dengan warna kekuningan
sehingga rambut saling lengket, kadang dijumpai krusta yang disebut Pityriasis
Oleosa. Seboroik ini akan menyebabkan rambut rontok dan rasa gatal.
2. Seboroik Muka
Pada daerah mulut, palpebra, sulkus nasolabial, dagu, dll. Terdapat macula eritema yang
diatasnya dijumpai skuama berminyak berwarna kekuningan.

3. Seboroik Badan dan Sela-sela


Dijumpai ruam  berbentuk macula eritema yang pada permukaannya ada skuama
berminyak berwarna kekuningan.

1. Dermatitis Statis
Dermatitis Statis adalah dermatitis yang terjadi akibat adanya gangguan darah vena di
tungkai bawah, hal ini terjadi karena adanya gangguan katub vena sehinggatekanan kapiler
meingkat dan terjadi kerusakan kapiler yang menyebabkan edema dan timbul ekstravasasi
sel darah merah karena kapiler rusak. Selanjutnya timbul statis yang irreversible. Jaringan
akhirnya dipenuhi cairan dan darah, sehingga terjadi edema dan lisis yang menumpuk
hemosiderin. Hemosiderin mengumpul di bawah kulit, mengakibatkan muncul bintik-bintik
hitam. Terjadi anoksia jaringan dan kematian jaringan. Timbul rasa gatal. Jika digaruk
timbul skuama, hiperpigmentasi, dan erosi. Bila tidak ditangani akan terjadi infeksi,
kemudian nekrosis, dan ulkus yang disebut ulkus varikosus.

1. Dermatitis numuler
Dermatitis numuler adalah dermatitis yang bentuk lesinya bulat seperti uang logam.
Etiologinya belum diketahui secara pasti. Tetapi sensitivitas berperan terhadap perluasan
lesi.

1. Neurodermatitis Sirkumskripta
Atau disebut juga liken simpleks kronik merupakan suatu jenis dermatitis  dengan
penebalan kulit dari jaringan tanduk (likenifikasi) karena garukan atau gosokan yang
berulang. Etiologi belum diketahui secara pasti, tetapi ada yang menghubungkan dengan
ketegangan jiwa.

Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit
tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau
gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005)
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan dapat
berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat
yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk
bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan,
lengan dan bagian belakang dari leher.

2.3  Patofisiologi
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas tipe lambat.
Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi.

Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan
memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin ialah saat terjadi pajanan
ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis

Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit dan berikatan
dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen ini ditangkap dan
diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans, kemudian memacu reaksi
limfoisit T yang belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi limposit T, melalui
saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar
getah bening regional untuk berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T efektor yang
tersensitasi secara spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam
sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh,
menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.

Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa. Sel efektor
yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang
sehingga terjadi gejala klinis.
2. Dermatitis Atopic
Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat penting yang memberi reaksi
dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaktis dan emnekan produksi sel T.
Sel mast meningkat pada lesi dermatitis atopi kronis. Sel ini mempunyai kemampuan
melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak menyababkan lesi ekzematosa. Kemungkinan
zat tersebut menyebabkan prutisus dan eritema, mungkin karena gerakan akibat gatal
menimbulkan lesi ekzematosa.

Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan
diturunkan secara genetik

3. Neurodermatitis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan diameter
bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering
membentuk krusta. bagian tubuh

4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar.
Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan
terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau
seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak
semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi,
skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku,
warna kulit lebih hitam

5. Dermatitis Seboroik
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering, basah atau
kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi. Tempat kulit kepala, alis,
daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat
bokong, lipat paha dan skrotum. Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai
dandruff dan bila basah disebut pytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut.

2.4  Penatalaksanaan
2.4.1. Penatalaksanaan non Medis
Pemberian kompres yang sejuk dan kasar juga dapat dilakukan pada daerah dermatitis
yang kecil. Remukan halus es pada air kompres sering kali memberikan efek antipruritus.

 Kompres basah biasanya membantu membersihkan lesi ekzema yang mengeluarkan sekret.
 Kompres dingin untuk mengurangi peradangan.
 Mengatasi kerusakan integritas kulit.
 Mengatasi hipotermia
 Meningkatkan konsep diri klien
 Emolient untuk mengurangi kulit yang kaku
2.4.2.Penatalaksanaan Medis
Banyak preparat dianjurkan penggunaannya untuk meredakan dermatitis. Umumnya lotion
yang netral dan tidak mengandung obat dapat dioleskan pada bercak-bercak eritema
(inflamasi trout) yang kecil.

 preparat krim atau salep yang mengandung salah satu jenis kortikosteroid dioleskan tipis-tipis.
 mandi dengan larutan yang mengandung obat dapat diresepkan untuk dermatitis dengan daerah-
daerah lesi yang lebih luas.
 pada dermatitis yang menyebar luas, pemberian kortikosteroid jangka pendek dapat
diprogramkan.
 terapi anti inflamasi topikal jangka pendek misalkan steroid dapat digunakan untuk menghentikan
peradangan.
2.5  Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin

2. Penunjang
Pemeriksaan histopatologi

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1      Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien.
 Nama Pasien
 Alamat
 Pekerjaan Pasien
 Umur
 Agama/Suku
2. Keluhan Utama.
 Nyeri
 Gelisah
 Gatal
 Kerusakan intergitas kulit
3. Pemeriksaan Fisik.
 Tekanan Darah
 Nadi
 Pernafasan
 Suhu
 Skala Nyeri
4. Riwayat Kesehatan.
5. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama
dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.

 Klien merasa nyeri


 Terdapat Vesikel/ bula  pada Kulit Klien
 Gatal dan Lesi
1. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.

Penyakit yang sama

 Klien Pernah Mengalami Penyakit yang sama sebelumnya


 Apakah klien pernah mengalami penyakit kulit sebelumnya
1. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.

 Apakah terdapat keluarga klien yang mengalami penyakit yang sama


 Apakah ada keluarga klien mengalami penyakit Kulit
1. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress
yang berkepanjangan.

 Cara klien menyelesaikan stresor


 Perasaan klien saat ini
 Respon klien terhdap penyakitnya
 Tingkat kecemasaan klien
1. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah
pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

 Pemakaian obat sebelumnya


 Klien pernah alergi terhadap obat.
3.2  Diagnosa Keperawatan
 Ganguan integritas kulit b.d Vesikel/bula yang pecah
 Resiko infeksi,b.d vesikel/bula yang pecah (garukan terus menerus)
 Gangguan konsep diri,b.d perubahan body image
 
 
3.3 Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Tindakan

1 Gangguan integritas kulit, Tujuan : Ø  Lakukan inspeksi lesi setiap


b.d Vesikel/bula yang Integritas kulit pasien hari
pecah.) : kembali utuh Ø  Pantau adanya tanda-tanda
DS : – infeksi
Kriteria hasil :
DO : Pada seluruh tubuh Ø  Kulit utuh, eritema dan Ø  Ubah posisi pasien tiap 2-4
terdapat kondisi
bula/vesikel yang pecah
jam

Ø  Bantu mobilitas pasien sesuai


skuama hilang kebutuhan

Ø  Krusta menghilang Ø  Pergunakan sarung tangan jika


merawat lesi
Ø  Daerah axilla dari
inguinal tidak mengalami Ø  Jaga agar alat tenun selau
akibat garukan maserasi dalam keadaan bersih dan kering

Tujuan :
Tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil :
Hasil pengukuran tanda vital

dalam batas normal.

– RR :16-20 x/menit Ø  Lakukan teknik aseptic dan


antiseptic dalam melakukan
– N : 70-82 x/menit tindakan pada pasien
Ø  Ukur tanda vital tiap 4-6 jam
– T : 37,5 C
Ø  Observasi adanya tanda-tanda
Resiko infeksi,b.d infeksi
vesikel/bula yang pecah – TD : 120/85 mmHg
(garukan terus menerus)
ditandai dengan : Tidak ditemukan tanda-tanda Ø  Batasi jumlah pengunjung
DS : – infeksi (kalor,dolor, rubor,
tumor, infusiolesa) Ø  Kolaborasi dengan ahli gizi
DO : Seluruh tubuh untuk pemberian diet TKTP
berwarna kemerahan Hasil pemeriksaan laborat
dengan skuama berwarna dalam batas normal Ø  Libatkan peran serta keluarga
putih diatasnya dan Leuksosit darah : 5000- dalam memberikan bantuan pada
2 mengelupas 10.000/mm3 klien

3 Gangguan konsep diri,b.d Tujuan : Ø  Berikan support pada pasien


perubahan body image Pasien tidak mengalami untuk menerima keadaannya
Ditandai dengan : gangguan konsep diri body Ø  Kaji persepsi pasien tentang
image gambaran dirinya
DS : Pasien menyatakan
“mengapa saya kelihatan Kriteria hasil : Ø  Jaga komunikasi yang baik
aneh seperti ini?” Pasien tidak menarik diri dari dengan pasien dan bantu pasien
untuk berkomunikasi dengan
orang lain
kontak social
Ø  Catat adanya tingkah laku
Pasien mau berpartisipasi non-verbal atau tingkah laku
dalam perawatan dirinya negative
DO : Pasien sering
menutupi tubuhnya dengan Ekspresi wajah pasien tidak Ø  Libatkan keluarga untuk
selimut dan menyendiri menunjukkan tanda berduka meningkatkan konsep diri pasien
3.4. Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi, maka dilakukan evaluasi terhadap keluhan pasien.

BAB IV
PENUTUP
4. 4. 1    Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat kita ambil
sebuah kesimpulan bahwa penyakit dermatitis merupakan peradangan kulit epidermis dan
dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis pada kulit.

Kemudian asuhan keperawatan dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan


dasar klien dan mengembalikan kondisi klien seoptimal mungkin dengan cara memberikan
beberapa tindakan dan perawatan secara profesional.

4.2. Saran
1. Diharapkan selalu menjaga kebersihan tubuh untuk menghindari penyakit dermatitis
2. Memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami penyakit dermatitis secara
profesional.
3. Memberikan pendidkan kesehatan kepada masyarakat tentangkebersihan diri dan pola diet yang
baik.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A, Djuanda S, Hamzah M, Aisah S editor. Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. Edisi kedua.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,1993
2. Leung DYM, Tharp M, Boguniewi CZ. Atopic Dermatitis. Dalam: Friedbergin, Eisen AZ, Wolff
K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, Fitzpatrik TB, ads. Fitzpatrik’s Dermatology In General
Medicine. New York Mc Graw-Hill, 1999: 1464-80
3. http://www.semarang-eye centre.com/v1.1/index.php?
option=com_content&view=article&id=72:artikel-terbaru-penyakit-kulit-
dermatitis&catid=5:kesehatan&Itemid=22
4. Doenges,Marlyn.E dkk.2001.Rencana asuhan keperawatan.Edisi:3.Jakarta:penerbit buku
kedokteran,EGC
5. kapita selekta kedokteran II.2001.Edisi 3.Jakarta:Media Aesculapius
6. Google.co.id.Kata kunci “Askep Dermatitis”
7. Patofisiologi II.2001.Edisi 3.Jakarta Penerbit buku kedokteran,EGC
 

Anda mungkin juga menyukai