Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DERMATITIS

DI RUANG IGD RUMAH SAKIT UNS

Zalsa Dwi Ramdhani


202012080
IGD RS UNS

UNIVERSITAS ’AISYIYAH SURAKARTA


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN DERMATITIS

A. DEFINISI

Eksim atau sering disebut eksema, atau dermatitis adalah peradangan hebat yang
menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada kulit hingga
akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Istilah eksim juga digunakan untuk
sekelompok kondisi yangmenyebabkan perubahan pola pada kulit dan menimbulkan
perubahan spesifik di bagian permukaan. Istilah ini diambil dari Bahasa Yunani yang
berarti mendidih atau mengalir keluar (Mitchell dan Hepplewhite, 2005)

Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh factor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal) (Adhi
Juanda,2005).

Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangankerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama
kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit
(Widhya, 2011).

Klasifikasi Dermatitis:
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi
dan gejala berbeda:
1. Contact Dermatitis

Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang


menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005).

Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun
yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit
memerah dangatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang
meradang. Disebabkankontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit
atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai.
Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
2. Neurodermatitis

Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis
kulit tampak lebih menonjol(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat
garukan atau gosokanyang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenic.
(Adhi Djuanda,2005)

Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan
dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah
pakaian ketat yang kitakenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu
kita untuk menggaruk bagian yangterasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan
kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.

3. Seborrheich Dermatitis

Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua
alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan
faktor keturunan,muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang
menderita penyakit saraf seperti Parkinson.

4. Statis Dermatitis

Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena atau hipertensi


vena tungkai bawah yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan
kaki dan tulang kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan
gatal. Dermatitis muncul Ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit.
Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab. (Adhi
Djuanda,2005).

5. Atopic Dermatitis

Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anaka, sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita(D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial).kelainan kulit berupa papul gatal
yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan
(fleksural). (Adhi Djuanda,2005)

Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-
pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya
muncul saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota
keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah
atau berkurang tingkat keparahannya selamamasa kecil dan dewasa.

B. ETIOLOGI

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya bahan kimia


(contoh : detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam(endogen), misalnya dermatitis atopik.
(Adhi Djuanda,2005)

Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab
berbeda. Seringkali kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim
menjadi infeksi.

Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit
infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan
pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat
disentuh dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus.
Segera periksa ke dokter jika kita mengalami selulit dan eksim.

C. MANIFESTASI KLINIK

Subyektif ada tanda - tanda radang akut terutama priritus (sebagai pengganti
dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau
pembengkakan dangangguan fungsi kulit (function laisa). Obyektif, biasanya batas
kelainan tidak tegas dan terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul scara serentak atau
beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema. Edema sangat jelas pada kulit yang
longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna. Infiltrasi
biasanya terdiri atas papul.

Dermatitis madidans (basah) bearti terdapat eksudasi. Disana-sini terdapat sumber


dermatitis, artinya terdapat vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian
membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika disertai infeksi.
Dermatitis sika (kering) berarti tiak madidans bila gelembung-gelumbung mongering
maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi
kering disebut ematitisika. Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik.
Bila proses menjadi kronis tampak likenifikasi dan sebagai sekuele telihat
hiperpigmentasi atau hipopigmentasi.
D. PATHWAYS

Iritan kimiawi, fisik, dermatitis Faktorv resiko, gen, imun,


alergen farmakologi

Meningkatnnya HLA-DR

IgE meningkat

Gangguan pola Gatal terus Hipersensivitas


Tidur menerus terhadap allergen

Timbul lesi Kulit kering & gatal Pruritus hebat

Nyeri akut Papul vesikel Iritasi kulit

Macula eritemotous Gangguan integritas


Kulit

Perubahan body image Lapisan epidermis terbuka


invasi bakteri

Malu & tidak percaya diri Pelepasan toksik


Bakteri

Gangguan citra tubuh Resiko infeksi


E. KOMPLIKASI

a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit


b. Infeksi sekunder khususnya oleh Staphylococcus aureus
c. Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi
d. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi
F. PENATALAKSANAAN MEDIS

Pada prinsipnya penatalaksanaan yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan


menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap
penyakitnya dan perlindungan pada kulit.

1. Pencegahan

Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak iritan
dan kontakalergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat dilaksanakan misalnya
penggunaan sarungtangan karet di ganti dengan sarung tangan plastik, menggunakan
mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan deterjen.

2. Pengobatan

a. Pengobatan topical

Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum


pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila
kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah prosentase bahan
aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakutdiberi losio, pasta, krim atau
linimentum (pasta pendingin), bila kronik berikan salep. Bila basah berikan
kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila
keringdi dalam, diberi salep. Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada
kasus-kasus ringan. Jenis-jenisnya adalah :

1) Kortikosteroid

Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun.


Pemberian topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis
kontak alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen.
Ini mungkin disebabkan karena efek langsung pada sel penyaji antigen dan sel
T. Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul CD1
dan HLA-DR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi
penyaji antigennya. Juga menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan
demikian profilerasi sel T dihambat. Efek imunomodulator ini meniadakan
respon imun yang terjadi dalam proses dermatitis kontak dengan demikian
efek terapetik. Jenis yang dapat diberikan adalah hidrokortison 2,5 %,
halcinonid dan triamsinolon asetonid. Cara pemakaian topikal dengan
menggosok secara lembut. Untuk meningkatan penetrasi obat dan
mempercepat penyembuhan,dapat dilakukan secara tertutup dengan film
plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya efek
samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan erupsi akneiformis.

2) Radiasi ultraviolet

Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak


melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya
fungsi sel Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji antigen yang
berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel Tsupresor. Paparan
ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel
langehans(CDI dan HLA-DR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji
antigennya. Kombinasi 8-methoxy- psoralen dan UVA (PUVA) dapat
menekan reaksi peradangan dan imunitis. Secara imunologisdan histologis
PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis, menurunkan jumlah sel
Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi mononuklear. Fase
induksi dan elisitasi dapatdiblok oleh UVB. Melalui mekanisme yang
diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel Langerhans akan sangat
berkurang jumlahnya dan sel Langerhans menjadi tolerogenik. UVB juga
merangsang ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans.

3) Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari
hipersensitivitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya
memberikan efek minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya absorbsi atau
inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis.

4) Antibiotika dan antimikotika

Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa


hemolitikus, E. koli, Proteus danKandida spp. Pada keadaan superinfeksi
tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya gentamisin) dan antimikotika
(misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.

5) Imunosupresif

Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacrolimus)


dan SDZ ASM 981.Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi sel T
melalui penurunan sekresi sitokin seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah
responnya terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan mengurangi peradangan
kulit dengan tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping sistemik.SDZ
ASM 981 merupakan derivat askomisin makrolatum yang berefek anti
inflamasi yang tinggi. Pada konsentrasi 0,1% potensinya sebanding dengan
kortikosteroid klobetasol-17- propionat 0,05% dan pada konsentrasi 1%
sebanding dengan betametason 17-valerat 0,1%,namun tidak menimbulkan
atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan adalah 1%. Efek anti peradangan tidak
mengganggu respon imun sistemik dan penggunaan secara topikal sama
efektifnya dengan pemakaian secara oral.

b. Pengobatan sistemik

G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema,
juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik. Jenis-
jenisnya adalah :
1) Antihistamin

Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek


sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat
pelepasan histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi
antigen-antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin,SRS-A, bradikinin
dan asetilkolin.

2) Kortikosteroid

Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral,


intramuskular atau intravena.Pilihan terbaik adalah prednison dan
prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki kekurangan karena
berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka
efeksampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada penderita ulkus
peptikum, diabetes danhipertensi. Efek sampingnya terutama pertambahan
berat badan, gangguan gastrointestinal dan perubahan dari insomnia hingga
depresi. Kortikosteroid bekerja dengan menghambat proliferasilimfosit,
mengurangi molekul CD1 dan HLA- DR pada sel Langerhans, menghambat
pelepasanIL-2 dari limfosit T dan menghambat sekresi IL-1, TNF-a dan
MCAF.

3) Siklosporin

Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T penolong


dan menghambat produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 dan IL-8.
Mengurangi aktivitas sel T, monosit,makrofag dan keratinosit serta
menghambat ekspresi ICAM-1.

4) Pentoksifilin

Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ekspresi


ICAM-1 pada keratinositdan sel Langerhans. Merupakan derivat teobromin
yang memiliki efek menghambat peradangan.
5) FK 506 (Trakolimus)

Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular.


Menghambat sekresi IL-2R,INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis
leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamin dan serotonin. Dapat juga
diberikan secara topikal.

6) Ca++ antagonis

Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti


nifedipin dan amilorid.

7) Derivat vitamin D3

Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan
INF-r yang merupakanmediator-mediator poten dari peradangan. Contohnya
adalah kalsitriol.

8) SDZ ASM 981

Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang


tinggi. Dapat juga diberikansecara topical, pemberian secara oral lebih baik
daripada siklosporin.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
globulin

b. Urin : Pemerikasaan histopatologi

2. Penunjang (pemeriksaan Histopatologi)

Pemeriksaan ini tidak memberi gambaran khas untuk diagnostik karena gambaran
histopatologiknya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab lain. Pada dermatitis
akut perubahan pada dermatitis berupa edema interseluler (spongiosis), terbentuknya
vesikel atau bula, dan pada dermis terdapat dilatasi vaskuler disertai edema dan
infiltrasi perivaskuler sel-selmononuclear. Dermatitis sub akut menyerupai bentuk
akut dengan terdapatnya akantosis dankadangkadang parakeratosis. Pada dermatitis
kronik akan terlihat akantosis, hiperkeratosis, parakeratosis, spongiosis ringan, tidak
tampak adanya vesikel dan pada dermis dijumpai infiltrasi perivaskuler, pertambahan
kapiler dan fibrosis. Gambaran tersebut merupakan dermatitis secaraumum dan
sangat sukar untuk membedakan gambaran histopatologik antara dermatitis
kontakalergik dan dermatitis kontak iritan.

Pemeriksaan ultrastruktur menunjukkan 2-3 jam setelah paparan antigen, seperti


dinitroklorbenzen (DNCB) topikal dan injeksi ferritin intrakutan, tampak sejumlah
besar sel langerhans di epidermis. Saat itu antigen terlihat di membran sel dan di
organella sel Langerhans. Limfosit mendekatinya dan sel Langerhans menunjukkan
aktivitas metabolik. Berikutnya sel langerhans yang membawa antigen akan tampak
didermis dan setelah 4-6 jam tampak rusak dan jumlahnya di epidermis berkurang.
Pada saat yang sama migrasinya ke kelenjar getah bening setempat meningkat.
Namun demikian penelitian terakhir mengenai gambaran histologi, imunositokimia
dan mikroskop elektron dari tahap seluler awal pada pasien yang diinduksialergen
dan bahan iritan belum berhasil menunjukkan perbedaan dalam pola peradangannya.
I. ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT TEORI

Asuhan keperawatan adalah serangkaian tindakan sistematis berkesinambungan,


yang meliputi tindakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan individu atau
kelompok, baik actual maupun potensial kemudian merencanakan tindakan untuk
menyelesaikan, mengurangi, atau mencegah terjadinya masalah baru dan melaksanakan
tindakan atau menugaskan orang lain untuk melaksanakan tindakan keperawatan serta
mengevaluasi keberhasilan dari tindakan yang dikerjakan.

J. DAFTAR PUSTAKA

Djuanda S, Sularsito. (2005). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. EdisiIII. Jakarta: FK UI: 126-31.
Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4.
Penerbit BukuKedokteran EGC.
Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku ajar medikal bedah Brunner Suddarth/Brunner
Suddarth’s Texbook of Medical-surgical. Alih Bahasa:Agung Waluyo…..(et.al.). ed 8
Vol 3 Jakarta: EGC.
Widhya. (2011). Askep Dermatitis. Diaskes pada tanggal 28 April 2012 pada
http:///D:/LAPORAN%20POROFESI%20NERS%202012/MEDICAL%20BEDAH/SU
MBER%20DERMATITIS/askep-dermatitis.html
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN GADAR PADA Ny. T DENGAN DERMATITIS
DI RUANG IGD RS UNS

NAMA : ZALSA DWI RAMDHANI


NIM :202012080
TEMPAT PRAKTIK : IGD RS UNS

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
TAHUN 2022
A. Format Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

FORMAT PENGKAJIAN IGD, HD EMERGENCY DEPARTEMENT UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA

Nama : Ny. T KELUHAN UTAMA : PAIN: √ Ya □ No TRIAGE Alloanamnesa □


Umur : 63 tahun Pasien mengatakan gatal di QUALITY : √ Tumpul □ Tajam □ □ □ □ Autoanamnesa 
Tgl Pengkajian : 02-11-2022 sekujur tubuh dan pada area Terbakar □
Jam: 10.50 tangan serta kaki terdapat ruam REGION : sekujur tubuh
Dx Medis: Dermatitis merah serta kulit yang SKALA (0-10): 3
mengelupas, TIME : □ Continuous  Intermittent
INNITIAL ASSESMENT ( PRIMARY SURVEY)
AIRWAY BREATHING CIRCULATION DISABILITY EXPOSURE
Bicara:  Spontan jelas □ Vokalisasi Sesak : □Ya □ No Nadi :  Teraba □ Tak Teraba Respon :  A □V □P □U Hipotermia □Ya  No
tidak jelas Cuping Hidung □ Ya □ No Irama :  Reguler □ Irreguler Kesadaran Deformitas □Ya  No
Batuk :  Efektif □ Tidak Efektif □ Pursed Lip : □ Ya □ No Denyut :  Kuat □ Lemah CM □Somnolen □ Delirium □ Hematoma □ Ya  No
Suction Pola Nafas : □ Teratur □ Tidak Akral :  Hangat □ Dingin Sopor □ Soporus koma □ Koma Penetrasi □ Ya  No
Obstruksi : □ Lidah □ Cairan/ Irama :□ Normal □ Cepat □ Warna kulit :  Normal □ Pupil :  Isokor □ Anisokor Laserasi √ Ya □ No
Muntahan/Darah Dalam Pucat □ Jaundice □ Sianosis Reflek Cahaya : + │ + Contusio □ Ya  No
□ Benda Asing □ Lain2 Retraksi dada : □ Ya  No Edema :  < 1 cm □ > 1 cm GCS : E4V6M5 Abrasi □ Ya  No
Suara Nafas : □ Snoring □ Stridor □ Sianosis :□ Ya □ No CRT :  < 3 dtk □ > 3 dtk DS: Edema □ Ya  No
Gurgling Bunyi Nafas tambahan :□ Ya □ Tidak ditemukan masalah pada Nyeri Ya □ No
Artifisial Airway : □ OPA □ ETT □ No DS : disability Suhu : 36.3 C
Lain2 Penggunaan otot bantu Nafas □ Pasien mengatakan memiliki
DS: pasien mengeluh gatal diskujur
Ya □ No Riwayat Hipertensi tetapi tubuh
DS DS: sudah control rutin
Tidak ditemukan keluhan pada airway Tidak ditemukan masalah pada
breathing
RR : 20x/m, SpO2: 99% HR : 113x/menit Di kulit pasien terdapat ruam pada
TD : 144/88 mmHg dada tangan kaki, kulit telapak
tangan dan kaki pasien
mengelupas dan kering
Dx : - Dx: - Dx : - Dx: - Dx:
Gangguan integritas kulit b.d
bahan kimia iritatif (Pasien alergi
obat Ciprofloxaxim)
SECONDARY SURVEY
SIGN SYMPTOM ALLERGY & MEDICATION PAST ILLNESS LAST MEAL EVENT
SIGN: - Pasien mengatakan - Pasien memiliki riwayat - Pasien mengatakan - Pasien datang ke
- Pasien tampak terbaring lemas memiliki alergi obat Hipertensi sejak umur 38 terakhir makan UGD dengan keluhan
- Pasien mengeluh awalnya terasa Ciprofloxaxim tahun tetapi sudah control adalah makanan gatal sekujur
gatal di ketiak dan perut - Pasien mendapat infus RL rutin dan rutin minum rumah sakit yaitu tubuh ,terdapat ruam
- Pasien mendapatkan obat Amplodipin bubur dan bakso di kedua tangan dan
SYMPTOM injeksi Dipen, Injeksi MP, - Pasien mengatakan kaki serta kulit
- Pasien mengatakan tidak mau dan Injeksi Ranitidine nafsu makan sempat mengelupas pada
makan menurun kedua tangan
- Terdapat ruam kemerahan di - GDS 410 mg/dl
tangan,kaki,dan dada pasien
serta kulit pasien mengelupas di
telapak tangan dan kaki

HEAD TO TOE
KEPALA LEHER PULMO COR GI&GU GENITALIA,
I : Bentuk bulat, tidak ada I: I: I : EKSTRIMITAS, KULIT
benjolan,rambut pendek,,terdapat uban - Dada tampak simetris - Ictus cordis tidak tampak - Abdomen tampak - Kulit pasien terlihat
P : Tidak ada nyeri tekan - Tidak ada retraksi dinding P : simetris ada ruam kemerahan
dada saat bernapas - Tidak terdapat benjolan A: di tangan,kaki dan
P: P: - Bising usus dada disertai dengan
- Dada teraba simetris - Perkusi jantung redup 20x/menit kulit yang
- Tidak ada benjolan - Batas jantung normal P: mengelupas juga
P: A: - Tidak ada benjolan kering di telapak
- Suara perkusi sonor - Tidak ada bunyi jantung dan nyeri tekan tangan dan kaki.
disemua lapang paru tambahan P: - Genetalia pasien
A: - Terdengar timpani tidak terpasang
- Tidak ada bunyi napas pada perkusi kateter
tambahan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RONGTEN EKG LAB DARAH MRI USG
KESAN : - Hasil sinus rythem - DR(darah rutin) sudah - Tidak dilakukan - Tidak dilakukan
Bronkitis dilakukan dengan hasil : pemeriksaan pemeriksaan
Cardiomegaly dengan aortosklerosis Hemoglobin 10.7 g/dl (L)
Hematokrit 31%(L)
Leukosit 13.62 ribu/ul (H)
Eritrosit 3.92 juta/ul (L)
MCV 77.8 /UM (L)
MCH 27.3 pg (L)
RDW-CH 15.8%(H)
Limfosit 14.2 % (L)
Neutrofil 77.2 % (H)
GDS 410 mg/dL (H)
- Antigen negatif
menunjukkan hasil
pemeriksaan swabnya tidak
terpapar covid-19

TERAPI
- Ringer Laktat
Cairan infus yang digunakan untuk mengatasi dehidrasi dan mengembalikan keseimbangan cairan dalam tubuh
- Diphenhydramine
Meredakan gejala alergi dan anti mual
- Methylprednisolone
Meredakan peradangan pda berbagai kondisi
- Ranitidine
Mengatasi penyakit yang berkaitan dengan peningkatan asam lambung
TTD PERAWAT

ZALSA
ANALISA DATA

NO TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


1. Rabu, 2 November DS: Bahan kimia iritatif (Alergi Gangguan integritas kulit
2022/ 10.35 - Pasien mengeluh gatal disekujur tubuh Ciprofloxaxim)
DO:
- Di kulit pasien terdapat ruam pada dada tangan kaki,
kulit telapak tangan dan kaki pasien mengelupas dan
kering
2. Rabu, 2 November DS: Ketidakadekuatan pertahanan Resiko infeksi
2022/ 10.35 - Pasien mengeluh kulitnya terasa gatal,pasien mengatakan tubuh primer (Kerusakan integritas
saat di rumah untuk menangani gatal yang muncul pasien kulit)
mengompres bagian yang gatal dengan air hangat + garam
DO:
- Kulit pasien terlihat kering,terkelupas dan ruam pada
bagian tangan,kaki dan dada
3. Rabu, 2 November DS : Agen pencedera fisiologis(digaruk) Nyeri akut
2022/ 10.35 - Pasien mengatakan kulitnya terasa sakit apabila digaruk
P : gatal (digaruk)
Q : terbakar
R : seluruh tubuh
S:3
T : muncul saat digaruk, hilang saat tidak digaruk
DO :
- Kulit pasien terlihat mengelupas dan kering,terdapat luka
kecil tapi sudah kering

Penegakan Diagnosa
1. Gangguan integritas kulit b.d bahan kimia iritatif (Pasien alergi obat Ciprofloxaxim)
2. Resiko infeksi b.d Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (Kerusakan integritas kulit)
3. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis
INTERVENSI

No Tanggal/ Dx Keperawatan Luaran keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional TTD


Waktu
1 Rabu, 2 Gangguan Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Alergi Observasi
integritas kulit b.d keperawatan 1×3 jam diharapkan
November Observasi : - Untuk mengetahui
bahan kimia iritatif integritas kulit pasien membaik
2022/ 10.35 (Pasien alergi obat dengan kriteria hasil : - Identifikasi Riwayat alergi Riwayat alergi pasien
Ciprofloxaxim) - Pasien tidak merasa gatal
(obat, makanan, debu,udara) Terapeutik :
lagi
- untuk memberi tanda pada ZALSA
- Kulit pasien tidak pasien yang memilikin alergi
Terapeutik :
- untuk pemberitahuann
mengelupas dan kering
- berikan tanda alergi pada pada supaya saat pemberian terapi
lagi obat pasien tidak menerima
rekam medis
obat yang membuatnya alergi
- pasang gelang alergi pada
Edukasi :
lengan
- agar pasien tidak terpapar
- Hentikan paparan alergen alergi lagi
Edukasi
Kolaborasi :
- Ajarkan menghindari dan
- unttuk mencegah alergi
mencegah paparan alergen
semakin parah
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan tenaga
Kesehatan dalam pencegahan
alergi
2 Rabu, 2 Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi
Ketidakadekuatan keperawatan selama 1×3 jam
November
2022/ 10.35 pertahanan tubuh masalah resiko infeksi teratasi Observasi : Observasi :
primer (Kerusakan dengan kriteria hasil : - Kaji tanda-tanda infeksi - Mengetahui tanda tanda
integritas kulit) - Kulit pasien tidak muncul ruam Terapeutik : infeksi pasien
ZALSA
lagi Terapeutik :
- Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan - Membantu mencegah
pasien terjadinya infeksi
Edukasi : - Menjaga kebersihan pasien
dan perawat
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi Edukasi :
- Ajarkan meningkatkan - Pendidikan kesehatan pada
asupan cairan dan nutrisi pasien mengenai tanda gejala
infeksi dan peningkatan
Kolaborasi :
asupan cairan serta nutrisi
- Kolaborasi dengan
Kolaborasi :
dokter dalam pemberian
antibiotic sesuai program - untuk mencegah infeksi lebih
parah
3 Rabu, 2 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Tindakan Manajemen nyeri (I.08238) ZALSA
Agen pencedera keperawatan 1x 3 jam masalah
November Observasi Observasi
fisiologis nyeri akut pasien teratasi dengan
2022/ 10.35 kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri - Mengetahui skala nyeri
- Pasien tidak merasa sakit Terapeutik Terapeutik
lagi Ketika
- Ajarkan teknik - Untuk mengurangi
menggaruk/digaruk di
bagian tangan dan kaki nonfarmakologis perasaan nyeri
- Tidak ada keluhan nyeri Edukasi Edukasi
lagi
- Ajarkan strategi - Untuk mengurangi
meredakan nyeri perasaan nyeri
Kolaborasi Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian - Untuk menghilangkan
analgetik perasaan nyeri

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO TGL/JAM DIAGNOSA INTERVENSI RESPON TTD/ NAMA


1 Rabu, 2 November Gangguan integritas kulit b.d
2022/ bahan kimia iritatif (Pasien
alergi obat Ciprofloxacin)

Observasi :
11.00 S: ZALSA
- Mengidentifikasi Riwayat alergi - Pasien mengatakan mempunyai
alergi obat Ciprofloxaxim sejak
(obat,makanan,debu,udara)
September 2022 dan muncul
gatal disertai ruam setelah 1
bulan mengonsumsi obat tersebut
O:
- Terdapat ruam di dada,tangan
dan kaki pasien
Terapeutik :
11.35 S:
- Memberikan tanda alergi pada pada - Pasien mengatakan suah tidak ZALSA
lagi mengonsumsi obat
rekam medis
Ciprofloxaxim setelah tau kalau
11.55 - Menghentikan paparan alergen dirinya memiliki alergi obat
tersebut
O:
- Pasien tirah baring di atas bed

12.35 S:
Kolaborasi :
- Pasien mengatakan bersedia ZALSA
- Mengkolaborasikan dengan tenaga diberikan obat injeksi untuk
Kesehatan dalam pencegahan mencegah alergi semakin parah
alergi (Memberikan Injeksi O :
Dipenhydramine 1 ampul) - Dilakukan pemberian obat injeksi
Dipenhydramine dan injeksi
Ranitidine 1 ampul)
2 Rabu, 2 November Resiko infeksi b.d Observasi : S:
2022/ Ketidakadekuatan pertahanan - Pasien mengeluh rasanya seperti ZALSA
- Mengkaji tanda tanda infeksi
tubuh primer (Kerusakan terbakar apabila digaruk
integritas kulit) O:
11.05 - Pasien tampak terbaring lemah
- Terdapat banyak ruam di
tangan,dada dan kaki pasien
disertai kulit pengelupas

11.40 Terapeutik :
S: - ZALSA
- Mencuci tangan sebelum dan
O: Perawat setiap setelah dan sebelum
sesudah kontak dengan pasien kontak dengan pasien selalu mencuci
tangannya
Edukasi :
12.05
- Menjelaskan tanda dan gejala S:- ZALSA
infeksi O:
Pasien menerima informasi dengan baik
- Mengajarkan meningkatkan
asupan cairan dan nutrisi
12.35 Kolaborasi:
S: ZALSA
- Mengkolaborasi dengan dokter
- Pasien mengatakan bersedia
dalam pemberian antibiotic diberikan obat untuk mengatasi
mual dan muntah nya
sesuai program (Injeksi
O:
Methylprednisolone 1 - Pasien mendapatkan Injeksi
Methylprednisolone 1 ampul
Ampul)

3 Rabu, 2 November Nyeri akut b.d Agen Observasi S:


2022/ pencedera fisiologis - Pasien mengetakan nyerinya ZALSA
- Mengidentifikasi skala nyeri
muncul saat digaruk saja,kalo
11.10 tidak digaruk tidak ada nyeri
O:
- Kulit tangan dan kaki pasien
mengelupas dan terdapat luka
kecil yang sudah mengering
akibat digaruk

11.45 S:- ZALSA


Terapeutik
O: Pasien menerima informasi dengan
- Mengajarkan relaksasi nafas baik
dalam untuk mengurangi rasa
nyeri

Kolaborasi :
12.40 S: ZALSA
- Mengkolaborasikan pemberian
- Pasien mengatakan bersedia
analgetik pada pasien (Injeksi diberi obat anti nyeri
O:
Ranitidine 1 ampul) - Pasien mendapat injeksi analgetic
berupa Ranitidine
EVALUASI

DIAGNOSA TGL/ JAM TTD/


NO EVALUASI
NAMA
Gangguan integritas Rabu, 2 November 2022 S: Pasien mengeluh gatalnya berkurang
1
kulit b.d bahan kimia O: Masih terdapat kulit kering dan mengelupas di tangan dan kaki pasien
ZALSA
iritatif (Pasien alergi A: Gangguan integritas kulit belum teratasi
14.00
obat Ciprofloxaxim P: Lanjutkan intervensi (Memberikan Injeksi Dipenhydramine 1 amp)
Resiko infeksi b.d Rabu, 2 November 2022 S: Pasien mengatakan ruam/kemerahannya masih ada
2 Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer O: masih terdapat ruam di dada,tangan dan kaki pasien
ZALSA
(Kerusakan integritas A: Resiko Infeksi belum teratasi
kulit) 14.00
P: lanjutkan intervensi, (Memberikan Injeksi Methylprednisolone 1 ampul)

Nyeri akut b.d Agen Rabu, 2 November 2022 S: Pasien mengatakan nyerinya berkurang sedikit,skala 3, nyeri masih muncul sedikit apabila
3 pencedera fisiologis
digaruk
O: masih terlihat kulit mengelupas di telapak tangan dan kaki pasien ZALSA
14.00
A: Nyeri akut teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi (memberikan bperawatan luka)

Anda mungkin juga menyukai