Anda di halaman 1dari 13

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-

Nya sehingga dapat menyelesaikan Tugas mata pelajaran Ilmu Penyakit dan Penunjang diagnostik
tentang " Alergi pada kulit" dengan baik.

Dengan selesainya tugas Ilmu Penyakit dan Penunjang diagnostik ini terlepas dari bantuan banyak pihak
yang telah memberikan masukan. Saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu guru Dwi Kusmiyati, S,Kep, Ns

2. Teman teman yang telah membantu dalam bentuk dukungan.

3. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari tugas ini, baik dari segi materi maupun teknik
penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, Kritik dan saran
yang membangun sangat saya harapkan.

Semoga laporan yang kami susun ini, bisa memberikan manfaat untuk diri kami sendiri, teman teman,
serta orang lain.

Yogyakarta, 10 oktober 2020

Penyusun BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor
eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema,
edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal).

Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan
kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa
pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit.

Alergi adalah suatu perubahan reaksi atau respon pertahanan tubuh yang menolak dan tidak tahan
terhadap zat zat asing yang masuk dalam tubuh (Robert Davies, 2003). Alergi merupakan respons sistem
imun yang tidak tepat dan sering kali membahayakan terhadapa substansi yang biasanya tidak
berbahaya. Reaksi alergi merupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara
antigen dan antibody.

Alergi makanan adalah respon abnormal tubuh terhadap suatu makanan yang dicetuskan oleh reaksi
spesifik pada sistem imun dengan gejala yang spesifik pula. Alergi makanan adalah kumpulan gejala yang
mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap bahan makanan.

BAB II
2.1 Dermatitis

2.1.1 Pengertian

Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor
eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema,
edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal) (Adhi Juanda,2005).

Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap pengaruh fakor
eksogen atau pengaruh factor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik
( eritema, edema, papul, vesikel, skuama ) dan keluhan gatal (Djuanda, Adhi, 2007).

Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan
kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa
pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2011).

2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi Dermatitis antara lain :

Contact Dermatitis

Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit.
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada
tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk,
penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah
satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau
pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.

Neurodermatitis

Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih
menonjol(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang
karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005)

Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan dapat berdiameter
sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores
kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul
pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.

Seborrheich Dermatitis

Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua alis, belakang telinga
serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi
mental dalam keadaan stres atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.

Statis Dermatitis

Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi vena) tungkai bawah.
Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna
menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di
bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab.

Atopic Dermatitis

Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang umumnya sering terjadi
selama masa bayi dan anak-anaka, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan
riwayat atopi pada keluarga atau penderita(D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial).kelainan kulit berupa
papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan(fleksural).

Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah. Seringkali muncul di
lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada
keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa
bertambah atau berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa.
2.1.3 Etiologi

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya bahan kimia (contoh : detergen,asam,
basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari
dalam(endogen), misalnya dermatitis atopik.

Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat menjadi penyebab eksim.
Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-
pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti
goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit
muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa
panas saat disentuh dan .Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus.
Segera periksa ke dokter jika kita mengalami selulit dan eksim.

2.1.4 Patofisiologi

Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan
iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit
atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak
lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit
maka fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin
dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari
komplemen dan system kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang
akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan
menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein.
Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator- mediator. Sehingga
perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan
tidak melalui fase sensitisasi.Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat
akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang iritan lemah
hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi,
misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan
tersebut.

2.1.5 Manifestasi Klinik

Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor). Selain itu terdapat
pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit
(function laisa).Obyektif, biasanya batas kelainan tidak tgas an terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul
scara serentak atau beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema.Edema sangat jelas pada kulit
yang longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna .Infiltrasi biasanya
terdiri atas papul.

Dermatitis madidans (basah) bearti terdapat eksudasi.Disana-sini terdapat sumber dermatitis, artinya
terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar. Kelainan tersebut
dapat disertai bula atau pustule, jika disertai infeksi.Dermatitis sika (kering) berarti tiak madidans bila
gelembung-gelumbung mongering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti
dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi, artinya timbul
sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai sekuele telihat hiperpigmentai tau
hipopigmentasi.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin

Urin : pemerikasaan histopatologi

Penunjang (pemeriksaan Histopatologi)

Pemeriksaan ini tidak memberi gambaran khas untuk diagnostik karena gambaran histopatologiknya
dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab lain. Pada dermatitis akut perubahan pada dermatitis
berupa edema interseluler (spongiosis), terbentuknya vesikel atau bula, dan pada dermis terdapat
dilatasi vaskuler disertai edema dan infiltrasi perivaskuler sel-sel mononuclear. Dermatitis sub akut
menyerupai bentuk akut dengan terdapatnya akantosis dan kadangkadang parakeratosis. Pada
dermatitis kronik akan terlihat akantosis, hiperkeratosis, parakeratosis, spongiosis ringan, tidak tampak
adanya vesikel dan pada dermis dijumpai infiltrasi perivaskuler, pertambahan kapiler dan fibrosis.
Gambaran tersebut merupakan dermatitis secara umum dan sangat sukar untuk membedakan
gambaran histopatologik antara dermatitis kontak alergik dan dermatitis kontak iritan.

Pemeriksaan ultrastruktur menunjukkan 2-3 jam setelah paparan antigen, seperti dinitroklorbenzen
(DNCB) topikal dan injeksi ferritin intrakutan, tampak sejumlah besar sel langerhans di epidermis. Saat
itu antigen terlihat di membran sel dan di organella sel Langerhans. Limfosit mendekatinya dan sel
Langerhans menunjukkan aktivitas metabolik. Berikutnya sel langerhans yang membawa antigen akan
tampak didermis dan setelah 4-6 jam tampak rusak dan jumlahnya di epidermis berkurang. Pada saat
yang sama migrasinya ke kelenjar getah bening setempat meningkat. Namun demikian penelitian
terakhir mengenai gambaran histologi, imunositokimia dan mikroskop elektron dari tahap seluler awal
pada pasien yang diinduksi alergen dan bahan iritan belum berhasil menunjukkan perbedaan dalam pola
peradangannya.

2.1.7 Penatalaksanaan

Pada prinsipnya penatalaksanaan yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien
untuk menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada
kulit.

Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik.
Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di
ganti dengan sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan
deterjen.

Pengobatan

Pengobatan topikal

Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum pengobatan dermatitis yaitu bila
basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit,
makin rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta, krim
atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering
superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep.

Pengobatan sistemik

Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema, juga pada kasus-kasus
sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik

2.2 Alergi Makanan dan Obat

2.2.1 Pengertian

Alergi adalah suatu perubahan reaksi atau respon pertahanan tubuh yang menolak dan tidak tahan
terhadap zat zat asing yang masuk dalam tubuh (Robert Davies, 2003). Alergi merupakan respons sistem
imun yang tidak tepat dan sering kali membahayakan terhadapa substansi yang biasanya tidak
berbahaya. Reaksi alergi merupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara
antigen dan antibody

Alergi makanan adalah respon abnormal tubuh terhadap suatu makanan yang dicetuskan oleh reaksi
spesifik pada sistem imun dengan gejala yang spesifik pula. Alergi makanan adalah kumpulan gejala yang
mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap bahan makanan.

Alergi obat adalah reaksi alergi dimana sistem kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan (abnormal)
terhadap obat-obatan tertentu yang di konsumsi oleh seseorang. Beberapa jenis obat termasuk obat
yang dijual bebas ataupun resep dokter bisa berpotensi menimbulkan alergi terhadap orang yang
sensitif terhadap obat tersebut, jadi bisa saja obat A menimbulkan alergi bagi si B namun tidak
menimbulkan reaksi alergi bagi si C.

2.2.2 Klasifikasi

Klasifikasi Alergi Makanan

Hipersensitivitas anafilaktif ( tipe 1 )


Keadaan ini merupakan hipersensitivitas anafilaktif seketika dengan reaksi yang di mulai dalam tempo
beberapa menit sesudah kontak dengan antigen.

Hipersensitivitas sitotoksik ( tipe 2 )

Hipersensitivitas sitotoksik terjadikalau sistem kekebalan secara keliru mengenali konsituen tubuh yang
normal sebagai benda asing.

Hipersensitivitas kompleks imun ( tipe 3 )

kompleks imun terbentuk ketika antigen terikat dengan antibodi dan dibersihkan dari dalam sirkulasi
darah lewat kerja fagositik.

Hipersensitivitas Tipe lambat (tipe 4 )

Reaksi ini yang juga dikenal sebagai hipersensitivitas seluler, terjadi 24 hingga 72 jam sesudah kontak
dengan alergen

Klasifikasi Alergi Obat

Mekanisme Imunologis

Berdasarkan mekanisme imunologis perjalanan terjadinya reaksi alergi obat dibagi menjadi beberapa
tipe:

Tipe I (Reaksi anafilaksis)

Mekanisme ini paling banyak ditemukan. Yang berperan ialah Ig E yang mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap mastosit dan basofil. Perjalanan pertama dari obat dalam tubuh tidak menimbulkan reaksi.
Tetapi bila dilakukan pemberian kembali obat yang sama, maka obat tersebut akan dianggap sebagai
antigen yang akan merangsang pelepasan bermacam-macam mediator seperti histamin, serotonin,
bradikinin, heparin. Mediator yang dilepaskan ini akan menimbulkan bermacam-macam efek, misalnya
urtikaria. Reaksi anafilaksis yang paling ditakutkan adalah timbulnya syok.

Tipe II (Reaksi Autotoksis)

Adanya ikatan antara Ig G dan Ig M dengan antigen yang melekat pada sel. Aktivasi sistem komplemen
ini akan memacu sejumlah reaksi yang berakhir dengan lisis.

Tipe III (Reaksi Kompleks Imun)

Antibodi yang berikatan dengan antigen akan membentuk kompleks antigen antibodi. Kompleks antigen
antibodi ini mengendap pada salah satu tempat dalam jaringan tubuh mengakibatkan reaksi radang.
Aktivasi sistem komplemen merangsang pelepasan berbagai mediator oleh mastosit. Sebagai akibatnya,
akan terjadi kerusakan jaringan.

Tipe IV (Reaksi Alergi Seluler Tipe Lambat)


Reaksi ini melibatkan limfosit. Limfosit T yang tersensitasi mengadakan reaksi dengan antigen. Reaksi ini
disebut reaksi tipe lambat karena baru timbul 12-48 jam setelah perjalanan terhadap antigen.

Mekanisme Non Imunologis

Reaksi “Pseudo-allergic” menstimulasi reaksi alergi yang bersifat antibody-dependent. Salah satu obat
yang dapat menimbulkannya adalah aspirin. Teori yang ada menyatakan bahwa ada satu atau lebih
mekanisme yang terlibat; pelepasan mediator sel mast dengan cara langsung, aktivasi langsung dari
sistem komplemen, atau pengaruh langsung pada metabolisme enzim asam arachidonat sel.

Efek kedua, diakibatkan proses farmakologis obat terhadap tubuh yang dapat menimbulkan gangguan
seperti alopesia yang timbul karena penggunaan kemoterapi anti kanker. Penggunaan obat-obatan
tertentu secara progresif ditimbun di bawah kulit, dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan
gangguan lain seperti hiperpigmentasi generalisata diffuse.

2.2.3 Etiologi

Etiologi Alergi Makanan

Faktor yang berperan dalam alergi makanan dibagi dua :

Faktor Internal

Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi : asam lambung, enzym-enzym usus,
glycocalyx) maupun fungsi-fungsi imunologis (misalnya : IgA sekretorik) memudahkan penetrasi alergen
makanan. Imaturitas juga mengurangi kemampuan usus mentoleransi makanan tertentu.

Genetik berperan dalam alergi makanan. Sensitisasi alergen dini mulai janin sampai masa bayi dan
sensitisasi ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan norma kehidupan setempat.

Mukosa dinding saluran cerna belum matang yang menyebabkan penyerapan alergen bertambah.

Fakor Eksternal

Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih, stress) atau beban latihan (lari,
olah raga).

Contoh makanan yang dapat memberikan reaksi alergi menurut prevalensinya

Ikan 15,4 %, Telur 12,7 %, Susu 12,2 %, Kacang 5,3 %, Gandum 4,7 %, Apel 4,7 %, Kentang 2,6 %, Coklat
2,1 %, Babi 1,5 %, Sapi 3,1 %.

Hampir semua jenis makanan dan zat tambahan pada makanan dapat menimbulkan reaksi alergi.

Etiologi Alergi Obat

Reaksi alergi disebabkan oleh adanya benda asing atau alergen yang masuk ke dalam tubuh. Alergen
bersifat antigenik, artinya menyebabkan pembentukan antibodi atau mempunyai kemampuan untuk
menginduksi respon imun. Jika jaringan orang yang rentan berulang kali terpapar dengan alergen,
seperti mukosa nasal terhadap serbuk sari, maka dapat mengakibatkan jaringan ini tersensitisasi
sehingga terjadi pembentukan antibodi. Dan pada pemaparan berikutnya terjadi reaksi antigen-antibodi.

Faktor-faktor yang memperbesar risiko timbulnya erupsi obat adalah:

Jenis kelamin

Wanita mempunyai risiko untuk mengalami gangguan ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pria.
Walaupun demikian, belum ada satupun ahli yang mampu menjelaskan mekanisme ini.

Sistem imunitas

Erupsi alergi obat lebih mudah terjadi pada seseorang yang mengalami penurunan sistem imun. Pada
penderita AIDS misalnya, penggunaan obat sulfametoksazol justru meningkatkan risiko timbulnya erupsi
eksantematosa 10 sampai 50 kali dibandingkan dengan populasi normal.

Usia

Alergi obat dapat terjadi pada semua golongan umur terutama pada anak-anak dan orang dewasa. Pada
anak-anak mungkin disebabkan karena perkembangan sistim immunologi yang belum sempurna.
Sebaliknya, pada orang dewasa disebabkan karena lebih seringnya orang dewasa berkontak dengan
bahan antigenik. Umur yang lebih tua akan memperlambat munculnya onset erupsi obat tetapi
menimbulkan mortalitas yang lebih tinggi bila terkena reaksi yang berat.

Dosis

Pemberian obat yang intermitten dengan dosis tinggi akan memudahkan timbulnya sensitisasi. Tetapi
jika sudah melalui fase induksi, dosis yang sangat kecil sekalipun sudah dapat menimbulkan reaksi alergi.
Semakin sering obat digunakan, Semakin besar pula kemungkinan timbulnya reaksi alergi pada
penderita yang peka.

2.2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Alergi Makanan

Prinsip dasar penatalaksanaan RMM ialah:

menghindari makanan sebagai penyebabgejala –gejala RMM

pengobatan lain merupakan pengobatan simtomatis (anti histamin,ketotifen,dll)

Alergi tidak bisa disembuhkan, tapi dengan pencegahan yang efektif akan mengendalikan frekuensi dan
intensitas serangan, penggunaan obat, jumlah hari absen sekolah, serta membantu memperbaiki
kualitas hidup.

Cara mencegah reaksi alergi makanan :


Berikut adalah beberapa cara mudah untuk menghidarinya dari kehidupan Anda :

Hindari produk makanan alergi

Cara terbaik untuk mencegah alergi makanan adalah dengan menghindari konsumsi makanan pemicu
alergi.

Hati-hati saat makan di restoran

Pelayan restoran tidak selalu menyadari bahan menu tertentu atau bagaimana makanan tersebut
disajikan. Sebagai contoh anda mungkin alergi terhadap kentang, tetapi kentang goreng mungkin
disajikan dengan minyak kacang.

Hati-hati terhadap kontaminasi silang

Ketika makan di luar, kontaminasi silang selalu manjadi masalah. Tanyalah kepada pelayan atau koki
bagaimana makanan tersebut disiapkan. Atau tanyakan apakah ada hidangan mereka dapat
direkomendasikan untuk menghindari alergi makanan.

Hati-hati dengan makanan kemasan

Karena ada risiko kontaminasi silang ketika makan makanan yang dikemas dalam paket multi-jadi kita
harus berhati-hati dengan pra-paket paket makanan seperti lunchables, dll

Memahami gejala alergi

Pelajari gejala-gejala alergi dan siap dengan injeksi epinefrin dan pelajari bagaimana menggunakannya.

Karena alergi dapat memicu datangnya penyakit lainnya seperti asma, maka tidak ada alasan untuk
menganggapnya sepele. Sekali lagi segera konsultasikan dengan dokter atau ahli kesehatan setempat.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan
kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa
pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit.

Alergi makanan adalah respon abnormal tubuh terhadap suatu makanan yang dicetuskan oleh reaksi
spesifik pada sistem imun dengan gejala yang spesifik pula. Alergi makanan adalah kumpulan gejala yang
mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap bahan makanan.

Alergi obat adalah reaksi alergi dimana sistem kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan (abnormal)
terhadap obat-obatan tertentu yang di konsumsi oleh seseorang. Beberapa jenis obat termasuk obat
yang dijual bebas ataupun resep dokter bisa berpotensi menimbulkan alergi terhadap orang yang
sensitif terhadap obat tersebut, jadi bisa saja obat A menimbulkan alergi bagi si B namun tidak
menimbulkan reaksi alergi bagi si C.

Saran

Untuk Instansi

Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara optimal sebaiknya proses keperawatan
selalu dilaksanakan secara berkesinambungan
Untuk Klien dan Keluarga

Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena bagaimanapun teraturnya pengobatan
tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai.

Anda mungkin juga menyukai