Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM INTEGUMEN : DERMATITIS

Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Disusun oleh :

Muhamad Nurul Iqbal E.0105.21.011


Tiara Maharani E.0105.21.102

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI
TAHUN 2022-2023
A. DEFINISI
Dermatitis adalah suatu peradangan menahun pada lapisan atas kulit yang
menyebabkan rasa gatal. Pada umumnya dermatitis juga disertai dengan tanda-tanda
seperti terbentuk nya bintik yang berisi cairan ( bening atau nanah ) yang bersisik.
Dermatitis adalah suatu kondisi umum yang biasanya tidak mengancam nyawa
atau menular. Tapi kondisi ini dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman dan
percaya diri. Langkah perawatan diri dan obat-obatan dapat membantu mengobati
penyakit dermatitis.
Dermatitis merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan karena
bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering,
umumnya berupa pembengkaka, memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2011).
B. ETIOLOGI
Penyebab dermatitis bisa terjadi dari luar ( eksogen ), misalnya bahan kimia, (
contohnya : deterjen, asam basa, oli, semen ). Fisik ( contohnya : sinar, suhu ), mikro-
organisme ( bakteri, jamur ) ; dapat pula dari dalam ( endogen ), misalnya dermatitis
atopik. Klasifikasi dermatitis ( Djuanda Adhi, 2010 ), yaitu :
1. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontakan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sentisisasi ( alergik ) atau toksik ( iritan ).
2. Dermatitis kontak iritan
DKI adalah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang bersifat
iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis. Bahan iritan antara
lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah tangga, dan sebagainya.
3. Dermatitis kontak alergik
DKA ialah respon alergik yang didapat bila berkontak dengan bahan-bahan
yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat memicu DKA
antara lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel, obat-obatan dan
sebagainya.
4. Dermatitis atopik
DA adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal, umum dijumpai, ditandai
dengan kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang kambuh-kambuhan.
Dermatitis atopik disebabkan oleh rintis alergik, asma bronkial, reaksi
abnormal terhadap perubahan suhu ( hawa udara panas, dingin ) dan
ketegangan ( stress ), resistensi menurun terhadap infeksi virus dan bakteri,
lebih sensitif terhadap serum dan obat.
5. Neurodermatitis sirkumskripta = Lichen simplex chronicus ( LSC )
Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit disertai
gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum diketahui
secara pasti, tetapi kelainan sering di awali oleh cetusan gatal yang hebat.
6. Dermatitis numularis
Dermatitis numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema, edema,
kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi ialah
ekstensor ekstremitas ( terutama tungkai bawah ), bahu dan bokong, penyakit
mempunyai kecenderungan residif.
7. Dermatitis statis
Merupakan salah satu jenis dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis
merupakan dermatitis varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi
Vena. Disebabkan oleh semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran
darah ditungkai bawah.
8. Dermatitis autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus inflamasi
lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung dengan Penyebab
fokus inflamasi tersebut.
C. PATOFISIOLOGI
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan. Zat
tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitivitas pada
kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan
terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang
berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun alergen yang masuk kedalam kulit
merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan
mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel
epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.

D. PATHWAY

E. MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal, sedangkan kelainan kulit
bergantung pada stadium penyakit, batas dapat tegas atau tidak tegas, penyebaran nya
dapat setempat, generalisata, bahkan universal.
Berikut adalah berbagai bentuk kelainan kulit atau efloresensi berdasarkan stadium (
stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak
awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis ) :
a. Stadium akut : eritema, edema, vesikel atau bula, erosi atau eksudasi, sehingga
tampak basah ( madidans ).
b. Stadium subakut : eritema berkurang, eksudasi mengering menjadi krusta.
c. Stadium kronik : tampak lesi kering, skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi, papul,
dapat pula terdapat erosi atau ekskoriasi akibat garukan berulang.

Dimanapun timbulnya lokasi dermatitis, gejala utama yang dirasakan pasien adalah
gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit.
Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki. Namun
tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul di daerah lain. Daerah yang terkena
akan terasa sangat kering, menebal, atau keropeng. Pada orang kulit putih daerah ini
pada mulanya akan berwarna merah muda lalu berubah menjadi coklat. Sementara itu
pada orang yang kulit gelap, dermatitis akan mempengaruhi pigmen kulit, sehingga
daerah dermatitis akan tampak lebih terang atau lebih gelap.

Subjektif pada tanda-tanda radang akut, terutama pruritus ( sebagai pengganti dolor ).
Selain itu juga terdapat kelainan suhu ( kalor ), kemerahan ( rubor ), edema atau
pembengkakan dan gangguan fungsi kulit ( fungsiolesa ). Objektif, biasanya batas
kelainan tidak tegas dan terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul secara serentak atau
berturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema. Edema sangat jelas pada kulit
yang longgar misalnya muka ( terutama palbebra dan bibir ) dan genetalia eksterna
infiltrasi biasanya terdiri atas papul.

Dermatitis madidans ( basah ) berarti terdapat eksudasi. Disana-sini terdapat sumber


dermatitis, artinya terdapat vesikel-vesikel fungtiformis yang berkelompok yang
kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai Bula atau pustule, jika disertai
infeksi. Dermatitis Sika ( kering ) berarti tidak madidans bila gelembung-gelembung
mengering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti
dermatitis menjadi kering disebut ematiti Sika. Pada stadium tersebut terjadi
deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan
sebagai sekuele terlihat hiperpigmentasi atau hipopegmentasi.

F. KLASIFIKASI
1. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap
paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dermatitis kontak adalah
dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit. (
Djuanda, 2010 ).
2. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai
gatal yang umumnya sering terjadi selama masih bayi dan anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopik
pada keluarga atau penderita ( D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial )
kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan
likenifikasi, distribusinya dilipatan ( fleksural ) ( Djuanda, 2010 ).
3. Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan
garis kulit tampak lebih menonjol ( likenifikasi ) menyerupai kulit batang
kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai
rangsangan pruritogenik ( Djuanda, 2010 ).
4. Dermatitis numularis
Jenis eksim ini pada umumnya berhubungan dengan kulit kering dan sering
menyerang pada orang yang berusia lanjut. Gejala penyakit eksim ini berupa
kulit mengering, merah, gatal, dan muncul dalam bentuk bulatan-bulatan pipih
seperti koin logam, biasanya terdapat pada kulit kaki dan tangan.
5. Dermatitis seboroik
Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi,
hormon, kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit
dibedakan.
6. Dermatitis statis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik Vena ( atau
hipertensi vena ) tungkai bawah ( Djuanda, 2010 ).

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi antihistamin-
antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya. Pada kasus berat
dapat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2. Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan dibawah ini :
a. Dermatitis basah ( madidans ) harus diobati dengan kompres terbuka.
Dermatitis kering ( Sika ) diobati dengan krim atau salep.
b. Makin berat atau akut penyakit nya, makin rendah presentase obat
spesifik.
c. Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut diberi losio (
bedak kocok ), pasta, krim atau linimentum ( pasta pendingin ). Bila
kronik, diberi salep.
d. Pada dermatitis Sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim
atau pasta, bila kronik diberi salep. Krim diberikan pada daerah
berambut, sedangkan pasta pada daerah yang tidak berambut.
Penetrasi salep lebih besar dari pada krim.
H. KOMPLIKASI
1. Katarak
2. Infeksi bakteri, virus dan jamur
I. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Biasanya klien mengeluh gatal, rambut rontok
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan pada klien sejak kapan klien merasakan keluhan seperti
yang klien keluhkan dikeluhan utama, dan tindakan apa saja yang
klien lakukan untuk menanggulangi nya.
b. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
c. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
d. Riwayat psikososial
Apakah klien merasakan kecemasan berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berlebihan.
e. Riwayat pemakaian obat
Apakah klien pernah memakai obat-obatan yang di pakai pada kulit,
atau pernahkah klien tidak tahan ( alergi ) terhadap suatu obat.
5. Pola fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Persepsi terhadap penyakit :
Tanyakan pada klien pendapat nya tentang kesehatan dan penyakit.
Apakah klien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai
penyakit mengganggu aktivitas klien.
Penggunaan :
Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu ( mis. Anti-
depresan trisiklik, antihistamin, fenotiasin, inhibitor monoamin
oksidase ( MAO ), antikolonergik, dan antispasmotik dan obat anti
Parkinson. Tanyakan tentang penggunaan alkohol dan tembakau
untuk mengetahui gaya hidup klien.
b. Pola nutrisi/metabolisme
Tanyakan pola dan porsi makan klien ( pagi, siang, malam ).
Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah,
pantangan atau alergi.
Tanyakan pada klien apakah klien mengalami gangguan menelan.
Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan
sayur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidan.
c. Pola eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK, BAB, warna dan karakteristik nya.
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi.
Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah
penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
d. Pola aktivitas/olahraga
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
pada kulit.
Kekuatan otot : biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan
ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya.
Keluhan beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
e. Pola istirahat/tidur
Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur klien.
Masalah pola tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur
yang berhubungan dengan gangguan pada kulit. Bagaimana perasaan
klien setelah bangun tidur ? Apakah merasa segar atau tidak ?
f. Pola kognitif/persepsi
Kaji status mental klien
Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam
memahami sesuatu
Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara
klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien
Kaji penglihatan dan pendengaran klien
Kaji apakah klien mengalami vertigo
Kaji nyeri : gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah
pada kulit.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambar kan dirinya
sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran
dirinya
Tanyakan apa yang menjadi pikiran klien, apakah merasa cemas,
depresi atau takut.
Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
h. Pola peran hubungan
Tanyakan apa pekerjaan klien
Tanyakan tentang sistem pendukung dalam kehidupan klien seperti :
pasangan, teman dll.
Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan
penyakit klien.
i. Pola seksualitas/reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan
penyakitnya
Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan
terkait dengan menopause
Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan atau perubahan dalam
pemenuhan kebutuhan seksual
j. Pola koping-toleransi stress
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial
atau perawatan diri ).
Kaji keadaan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi
kecemasnnya ( mekanisme koping ). Apakah ada penggunaan obat
untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalah nya
dengan orang-orang terdekat.
k. Pola keyakinan atau nilai
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya.
Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berpikiran positif.
6. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Data mayor : Dari luar ( eksogen ) : Nyeri
DS : bahan kimia
• Mengeluh nyeri |
DO : Terjadi penebalan kulit dan
•Tampak meringis hiperpigmentasi
•Bersikap protektif |
• Gelisah Dermatitis
•Frekuensi nadi meningkat |
•Sulit tidur Iritan primer
Data minor : |
DS : Mengiritasi kulit
Tidak tersedia |
DO : Inflamasi pada kulit
• Tekanan darah meningkat |
•Pola nafas berubah Nyeri
•Nafsu makan berubah
•Proses berfikir terganggu
•Menarik diri
• Berfokus pada diri sendiri
•Diaforesis
Data mayor : Dari luar ( eksogen ) : Kerusakan integritas kulit
DS : bahan kimia
Tidak tersedia |
DO : Terjadinya penebalan kulit
•Kerusakn jaringan dan/atau dan hiperpigmentasi
lapisan kulit |
Data minor : Dermatitis
DS : |
Tidak tersedia Iritan primes
DO : |
• Nyeri Mengiritasi kulit
•Perdarahan |
• Kemerahan Inflamasi pada kulit
•Hernatoma |
Dolor, kalor, rubor, edema,
fungsi lesa
|
Kerusakan integritas kulit

Data mayor Dari luar ( eksogen ) : Gangguan citra tubuh


DS : bahan kimia
• Mengungkapkan |
kecacatan/kehilangan bagian Terjadinya penebalan kulit
tubuh dan hiperpigmentasi
DO : |
•Kehilangan bagian tubuh Dermatitis
•Fungsi/struktur tubuh |
berubah/hilang Iritan primer
Data minor : |
DS : Mengiritasi kulit
•Tidak mau mengungkapkan |
kecacatan/kehilangan bagian Inflamasi pada kulit
tubuh |
•Mengungkapkan perasaan Dolor, kalor, rubor, edema,
negatif tentang perubahan tubuh fungsi lesa
• Mengungkapkan kekhawatiran |
pada penolakan/reaksi orang lain Gangguan citra tubuh
•Mengungkapkan perubahan
gaya hidup
DO :
• Menyembunyikan/menunjukkan
bagian tubuh secara berlebihan
•Menghindari melihat dan/atau
menyentuh bagian tubuh
• Fokus berlebihan pada
perubahan tubuh
•Respon nonverbal pada
perubahan dan persepsi tubuh
•Fokus pada penampilan dan
kekuatan masa lalu
•Hubungan sosial berubah
Data mayor Dari luar ( eksogen ) : Resiko infeksi
DS : bahan kimia
Tidak tersedia |
DO : Terjadinya penebalan kulit
Tidak tersedia dan hiperpigmentasi
Data minor |
DS : Dermatitis
Tidak tersedia |
DO : Iritan primer
Tidak tersedia |
Mengiritasi kulit
|
Inflamasi pada kulit
|
Dolor, kalor, rubor, edema,
fungsi lesa
|
Resiko infeksi
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan adanya lesi kulit
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi dermatitis
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
4. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit

K. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Dx keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil keperawatan
Nyeri b.d adanya Setelah dilakukan Manajemen nyeri Observasi :
lesi kulit tindakan Observasi : • Untuk mengetahui
keperawatan • Identifikasi lokasi, lokasi, karakteristik,
diharapkan tingkat karakteristik, durasi, durasi, frekuensi
nyeri menurun, frekuensi, kualitas, nyeri
dengan kriteria hasil intensitas nyeri •Untuk mengetahui
: • Identifikasi skala skala nyeri pasien
•Keluhan nyeri nyeri •Untuk mengetahui
menurun • Identifikasi faktor faktor timbul nya
•Meringis menurun yang memperberat nyeri dan yang
•Gelisah menurun dan memperingan memperingan nyeri
• Kesulitan tidur nyeri pada pasien
menurun Terapeutik : Terapeutik :
•Menarik diri •Berikan teknik non • Untuk
menurun farmakologis untuk mengurangi rasa
mengurangi rasa nyeri pasien
nyeri •Agar tidak
•Kontrol lingkungan memperberat rasa
nyeri pasien
yang memperberat •Agar pasien dapat
rasa nyeri Beristirahat
•Fasilitasi istirahat Edukasi :
dan tidur • Agar pasien
Edukasi : Mengetahui
•Jelaskan penyebab, penyebab, periode,
periode, dan pemicu dan pemicu nyeri
Nyeri • Agar pasien
• Jelaskan strategi mengetahui strategi
meredakan nyeri meredakan nyeri
•Anjurkan • Untuk mengurangi
memonitor nyeri nyeri pada pasien
secara mandiri Kolaborasi :
•Anjurkan •Untuk mengurangi
Menggunakan nyeri pada pasien
analgetik secara
Tepat
Kolaborasi :
•Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
Kerusakan integritas Setelah dilakukan Perawatan Observasi :
kulit b.d inflamasi Tindakan integritas kulit • Untuk mengetahui
dermatitis Keperawatan Observasi : penyebab gangguan
diharapkan integritas • Identifikasi integritas kulit
kulit dan jaringan penyebab gangguan Terapeutik :
membaik, dengan integritas kulit • Agar tidak terjadi
Ekspektasi Terapeutik : komplikasi lain
meningkat, dengan •Ubah posisi tiap 2 seperti dekubitus
kriteria hasil : jam jika tirah baring Edukasi :
• Elastisitas Edukasi : •Agar kulit pasien
Meningkat •Anjurkan Lembab
• Hidrasi meningkat Menggunakan • Agar tidak
•Perfusi jaringan pelembab kelebihan ataupun
meningkat •Anjurkan mandi kekurangan saat
•Kerusakan jaringan dan menggunakan menggunakan sabun
menurun sabun secukupnya •Agar tidak terjadi
• Anjurkan kerusakan kulit yang
menghindari parah
terpapar suhu
Ekstrem
Gangguan citra Setalah dilakukan Promosi citra Observasi :
tubuh b.d Tindakan Tubuh • Untuk mengetahui
penampakan kulit keperawatan citra Observasi : Harapan
yang tidak baik tubuh membaik, • Identifikasi harapan Perkembangan
dengan kriteria hasil citra tubuh Pasien
: berdasarkan harapan •Untuk mengetahui
•Melihat bagian perkembangan penyebab isolasi
tubuh membaik • Identifikasi Sosial
•Menyentuh bagian perubahan citra •Untuk mengetahui
tubuh membaik tubuh yang apakah pasien terima
•Fokus pada mengakibatkan dengan dirinya
penampilan masa isolasi sosial Sendiri
lalu menurun •Monitor frekuensi Terapeutik :
•Hubungan sosial pernyataan kritik • Agar pasien
membaik terhadap diri sendiri mengetahui adanya
Terapeutik : perubahan dalam
• Diskusikan Tubuhnya
perubahan tubuh dan • Agar pasien
Fungsinya percaya diri
•Diskusikan • Untuk mengetahui
Perbedaan tingkat stress pasien
penampilan fisik Edukasi :
terhadap harga diri • Untuk mengetahui
•Diskusikan kondisi gambaran diri pasien
stress yang terhadap citra
mempengaruhi citra Tubuhnya
tubuh • Agar pasien lebih
Edukasi : percaya diri
•Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citra tubuh
• Latih peningkatan
penampilan diri
Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan Pencegahan infeksi Observasi :
kerusakan kulit tindakan Observasi : •Untuk mengetahui
keperawatan •Monitor tanda dan tanda & gejala
diharapkan tingkat gejala infeksi lokal Infeksi
infeksi menurun, & sistemik Terapeutik :
dengan kriteria hasil Terapeutik : •Agar tidak
: • Berikan perawatan menimbulkan
• Kemeraha menurun kulit pada area komplikasi lain
•Nyeri menurun edema • Agar tetap bersih
•Bengkak menurun • Cuci tangan dan terhindar dari
•Vesikel menurun sebelum dan sesudah Kuman
kontak dengan Edukasi :
pasien dan •Agar pasien
lingkungan pasien mengetahui tanda &
Edukasi : gejala infeksi
• Jelaskan tanda dan •Agar pasien bisa
gejala infeksi mencuci tangan
•Ajarkan cara dengan benar
mencuci tangan Kolaborasi :
dengan benar • Kolaborasi
Kolaborasi : Pemberian
•Kolaborasi imunisasi, jika perlu
Pemberian
imunisasi, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T . P . (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan


Indikator Diagnostik ((Cetakan III) I ed,). Jakarta: DPP PPNI

PPNI, T . P . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan


Tindakan Keperawatan ((Cetakan II) I ed,). Jakarta: DPP PPNI

PPNI, T . P . (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan ((Cetakan II) I ed,). Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai