Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

DERMATITIS

DISUSUN OLEH:
NAMA : Noor Khafifah

NIM 20201440120058
KELAS :VB

YAYASAN BANJAR INSAN PRESTASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INTAN MARTAPURA
DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
1
LAPORAN PENDAHULUAN
DERMATITIS
A. Definisi Dermatitis

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons


terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan cenderung kronis.
(Djuanda Adhi, 2010).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal
pada kulit (Widhya, 2011).

B. Etiologi Dermatitis
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan
kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu), mikro-
organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis
atopik.
Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2010), yaitu :
a) Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).

2
(1) Dermatitis Kontak Iritan
DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan
yang bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis.
Bahan iritan antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah
tangga, dan sebagainya.

(2) Dermatitis Kontak Alergik


DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan
bahan-bahan yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat
memicu DKA antara lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel,
obat obatan, dan sebagainya.

3
b) Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal,
umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang
kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis alergik, asma
bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara panas, dingin)
dan ketegangan (stress), resistensi menurun terhadap infeksi virus dan bakteri,
lebih sensitif terhadap serum dan obat.

c) Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)


Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit
disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum diketahui
secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan gatal yang hebat,
misalnya pada inse,,Mct bite.

d) Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema,
edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi ialah

4
ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan bokong. Penyakit
mempunyai kecenderungan residif.

e) Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis
dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis
varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan oleh
semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di tungkai bawah.

f) Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus
inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung dengan
penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya umumnya dalam
bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering berhubungan dengan ekzem kronis
ditungkai bawah(dermatitis statis) dengan atau tanpa ulkus.

5
C. Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan. Zat
tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada
kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan
terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang
berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam
kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan
tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis
maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.

6
D. WOC

Fisik (sinar, suhu) Mikroorganisme (bakteri, jamur) Daridalam (endogen): dermatitis atopik
Dari luar
(eksogen): bahan
kimia
Terjadi penebalan kulit dan hiperpigmentasi Masuk kedalam kulit

hipersensitifitas

Dermatitis

Dolor, kalor, rubor, edema, fungsio lesa


Iritan primer
Inflamasi pada kulit

Mengiritasi kulit MK. Resiko Infeksi


MK. Kerusakan MK. Gangguan citra
integritas kulit tubuh MK. Nyeri

8
E. Manifestasi Klinis

Menurut (Djuanda Adhi, 2010)

2. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
b. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48 jam bahkan
sampai 72 jam
c. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan Kronis. saat akut
dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan, terasa perih bahkan lecet.
saat kronis gejala di mulai dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang
akhirnya menebal.
d. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
e. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
f. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di bandingan
dengan tipe alergi
3. Dermatitis Autopik
ada 3 fase klinis Autopik yaitu
a. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad bulan kedua. Lesi
mulamula tampak di daerah muka (Dahi sampai pipi). Berupa eritema, Papul-Vesikel
pecah karena garukan sehingga lesi menjadi Eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta,
Lesi bisa meluas ke kepala, leher, Pergelangan tangan dan tungkai. bila anak mulai
merangkak, Lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas. seahunbagian besar
penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak.
b. DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri (Denovo).
Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan, kelopak mata
dan leher. ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis
dan mungkin infeksi skunder. DA berat yang lebih 50% permukaan tubuh dapat
mengganggu pertumbuhan.
c. DA pada Remaja dan dewasa
Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut, samping leher, dahi, sekitar
mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan
dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi ssetempat misalnya pada
bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp. Kadang-kadang lesi meluas
dan paling parah didaerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak
9
menimbul, papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan
sedikit skuama.bisa d dapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya
menjadi hiperpigmentasi.umum DA remaja dan dewasa berlangsung lama
kemudian cenderung membaik setelah seusia 30 tahun, jarang smpai usia
pertengahan dan sebagia kecil sampai tua

4. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Kulit sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha atau
mata kaki kadang muncul pada alat kelamin
c. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau sedang tidur
akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di garuk akan menambah berat
rasa gatal tersebut
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk akibat garukan atau
penggosokan yang sudah terjadi bertahun
5. Dermatitis Numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu
b. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm) ,kemudian memmbesar
dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping membentuk 1 lesi karakteristik
seperti uang logam (koin) Eritematosa. sedikit edimatosa, dan berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta
kekuningan
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih, jumlah lesi
dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral/simetris dengan ukuran
berfariasi dar milliar sampai numular, bahkan plakat
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan lengantermasuk
punggung tangan
6. Dermatitis Statis
a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
b. bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik
c. borok atau bisul pada kulit
d. kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. luka (lesi kulit)
f. pembengkakakn pada tungkai kaki
g. rasa gatal di sekitar dareah yang terkena
h. rasa kesemutan pada daerah yang terkena

7. Pemeriksaan Diagnostik

10
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk mengetahui
seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita periksa kadar IgE
dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau
ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui
bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada beberapa macam tes alergi,
yaitu :
1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya debu,
tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan di kulit
lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan
menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka,
berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi
terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini :
➢ Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin
(obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.
➢ Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.

2. Patch Tes (Tes Tempel).


Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit dermatitis
atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah 48
jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul bercak kemerahan dan
melenting pada kulit.

11
3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).
Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini memerlukan
sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses dengan mesin
komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam. Kelebihan tes ini : dapat
dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.

4. Skin Test (Tes kulit).


Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan. Dilakukan di
kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan bawah
kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif akan timbul bentol, merah,
gatal.

12
5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan, dapat
juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup dinamakan
tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes
provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien
dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes
provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode RAST.

8. Penatalaksanaan Terapi
1. Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi antihistamin-
antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya. Pada kasus berat dapat
dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.

13
2. Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :
a) Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka. Dermatitis kering
(sika) diobati dengan krim atau salep.
b) Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifik.
c) Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak kocok), pasta,
krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik, diberi salep.
d) Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim, atau pasta; bila
kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah berambut, sedangkan pasta pada
daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih besar dari pada krim.

Penatalaksanaan
1. Dermatitis Kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis kontak.
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir sesegera
mungkin.
c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang dirasakan.
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai dengan
tingkat keparahnnya.
2. Dermatitis Atopik
a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin, bahan –
bahan berbulu.
b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim hidrofilik urea
10% atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang
dari 5%
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginosa dan
daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi pada anak dan
dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan
intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai
untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat,
dosis rendah, diberi selang – seling. Dosis diturunkan secara tapering.
Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba – tiba
dihentikan akan timbul rebound phenomen.

14
d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam jangka
pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sensitifitas, tapi pemakaian
pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni S.
Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau
kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hri selama
10 hari atau 4 x 200mg/hari untuk 10 hari.

3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk mengurangi
reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian steroid topical juga
membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan
pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang
tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang
digunakan steroid yang low-proten, pemakaina high-potent steroid hanya dipakai
kurang dari 3 minggu pada kulit yang tebal.
b. Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan perlu
pertimbangan untuk pemberiannya.
c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal ataupun
oral.
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang dapat mencegah
gatal dan garukan
4. Dermatitis Numularis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien
b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat ter,
glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya dengan larutan
permanganas kalikus 1 : 10.000.
d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter,
dalam jangka pendek.
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya hidroksisilin
HCL

15
5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi Vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi Kompresi

16
BAB III
KONSEP TEORI ASUHAN
KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas:
Umur (biasanya mengenai anak yang berumur diatas 2 tahun), jenis kelamin, ras/ suku,
pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri, gatal- gatal, eritema, edema, kenaikan suhu
tubuh.
b. Riwayat Penyakit Sekarang: pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema
misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit, eritema,
papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan) , skuama (kulit yang
bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit).
c. Riwayat Kesehatan masa lalu:
1) Penyakit yang pernah di derita:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
3) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
4) Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami
stress yang berkepanjangan.
5) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
3. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
17
1) Kepala

18
a) Kepala
Inspeksi: Bentuk kepala simetris
Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
b) Rambut
Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna rambut hitam,
rambut lurus tidak rontok.
c) Mata
Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, pupil: Normal
isokor,kedua bentuk pupilnya simetris, tidak ada sekret pada mata, kelopak
mata normal warna merah muda, pergerakan mata klien normal, serta
lapang pandang
normal.
Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan disekitar mata.
d) Hidung
Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping hidung, tidak
ada sekret, tidak ada polip atau benjolan didalam hidung, fungsi penciuman
baik, kedua lubang hidung simetris dan tidak terjadi pendarahan pada
lubang hidung (epistaksis).
e) Mulut
Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa mulut pucat,
membran mukosa kering, tidak ada lesi, tidak terdapat benjolan pada lidah,
tidak ada karies pada gigi.
f) Telinga
Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga, tidak ada
serumen berlebih, tidak adanya edema, ketika diperiksa dengan otoskop
tidak adanya peradangan, dan tidak terdapat cairan pada membran timpani.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan membran timpani normal.
Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (+).
2) Leher
Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan tubuh, tidak ada lesi,
tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi: Tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan pada leher, tidak
ada nyeri tekan dan tidak ada peradangan.
3) Dada
a) Paru
Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan, pola napas
pendek pada istirahat dan aktivitas, frekuensi napas pasien reguler,
pergerakan otot bantu pernafasan normal.
b) Jantung
19
TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.

20
Inspeksi: denyutan jantung normal
Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke
5
Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran jantung atau tidak
ada kardiomegali.
Perkusi: pekak
4) Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit disekitarnya, tidak ada
distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak terdapat
kolostomi. Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit
Perkusi: timpani
Palpasi: adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada pembesaran lien
(ginjal)
5) Otot
Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
6) Integumen
Inspeksi: Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra
dan bibir ), gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel
(lepuhan kecil berisi cairan), skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi
(penebalan kulit).

7) Persyarafan
a) Tingkat kesadaran: composmentis
b) GCS:
(1) Eye: Membuka secara spontan 4
(2) Verbal: Orientasi baik, nilai 5
(3) Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6
c) Total GCS: Nilai 15
(1) Reflek: Normal
(2) Tidak ada riwayat kejang
(3) Koordinasi gerak normal
b. ADL (Activitas Daily Living)
1) Pola Persepsi Kesehatan
a) Adanya riwayat infeksi sebelumya
b) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya, vitamin; jamu,
antibiotik.
d) Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e) Hygiene personal yang kurang.
f) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2) Pola Nutrisi Metabolik
a) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari
makan.
21
b) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c) Jenis makanan yang disukai.
d) Nafsu makan menurun.
e) Muntah-muntah.
f) Penurunan berat badan.
g) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau
perih.
3) Pola Eliminasi
a) Sering berkeringat.
b) Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a) Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b) Kelemahan umum, malaise.
c) Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
e) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5) Pola Tidur dan Istirahat
a) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
6) Pola Persepsi Kognitif
a) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b) Pengetahuan akan penyakitnya.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
a) Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b) Perasaan terisolasi.
8) Pola Hubungan dengan Sesama
a) Hidup sendiri atau berkeluarga
b) Frekuensi interaksi berkurang
c) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9) Pola Reproduksi Seksualitas
a) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a) Emosi tidak stabil
b) Ansietas, takut akan penyakitnya
c) Disorientasi, gelisah

22
11) Pola Sistem Kepercayaan
a) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b) Agama yang dianut

B. Tindakan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil
1. Nyeri b.d Tujuan : 1. kaji jenis dan 1. Dapat
adanya lesi Setelah dilakukan tingkat nyeri mengetahui
kulit tindakan keperawatan pasien. tentukan kriteria nyeri
selama 2x60 menit, apakah nyerinya pasien
diharapkan nyeri kronis atau akut.
berkurang atau Selain itu, kaji
teradaptasi factor yang dapat
Kriteria hasil : mengurangi atau
1. Pasien melaporkan memperberat;
nyeri berkurang lokasi, durasi,
2. Nyeri dapat
intensitas dan
diadaptasi
karakteristik
3. Dapat
nyeri; dan tanda-
mengidentifikasi
tanda dan gejala
aktifitas yang
meningkatkan atau psikologis.
2. Pengkajian
menurunkan nyeri 2. Untuk
berkelanjutan
4. Pasien tidak gelisah memfasilitasi
membantu
dan skala nyeri 0-1 pengkajian
meyakinkan
atau teradaptasi yang akurat
bahwa
tentang
penanganan dapat
tingkat nyeri
memenuhi
pasien
kebutuhan pasien
dalam
23
mengurangi nyeri.
3. Berikan obat yang
dianjurkan untuk
3. Untuk
mengurangi nyeri,
menentukan
bergantung pada
keefektifan
gambaran nyeri
obat
pasien. pantau
adanya reaksi
yang tidak
diinginkan
terhadap obat.
Sekitar 30 sampai
40 menit setelah
pemberian obat,
minta pasien
untuk menilai
kembali nyerinya
dengan skala 1
sampai 10
4. Atur periode
istirahat tanpa
4. Tindakan ini
terganggu
meningkatkan
kesehatan,
kesejahteraan,
dan
peningkatan
tingkat
energy, yang
penting untuk
pengurangan
5. Bantu pasien
nyeri
untuk mendapat
24
25
posisi yang 5. Untuk
nyaman, dan menurunkan
gunakan bantal ketegangan
untuk membebat atau spasme
atau menyokong otot dan untuk
daerah yang sakit mendistribusi
bila perlu. kan kembali
tekanan pada
Kolaborasi:
1. Gunakan terapi bagian tubuh
topical seperti
Kolaborasi:
yang 1. Tindakan ini
dipreskripsikan. membantu
2. Anjurkan pasien
meredakan
untuk menghindari
gejala.
pemakaian salep 2. Masalah
atau lotion yang pasien dapat
dibeli tanpa resep disebabkan
dokter. oleh iritasi
atau sensitisasi
3. Jaga agar kuku karena
selalu terpangkas. pengobatan
sendiri.
3. Pemotongan
kuku akan
mengurangi
kerusakan
kulit karena
garukan.
2. Kerusakan Tujuan : 1. Inspeksi kulit 1. Untuk
integritas kulit Setelah dilakukan pasien setiap menentukan
b.d inflamasi tindakan keperawatan pergantian tugas keefektifan
dermatitis, selama 2x60 menit jaga, jelaskan dan regimen

26
27
respon diharapkan kerusakan dokumentasikan perawatan
menggaruk integritas kulit dapat kondisi kulit dan kulit
membaik laporkan
Kriteria hasil : perubahan
2. Bantu pasien
1. Pasien menunjukkan 2. Untuk
dalam melakukan
tidak adanya meningkatkan
tindakan hygiene
kerusakan kulit kenyamanan
2. Pasien menunjukkan dan kenyamanan dan
turgor kulit yang kesejahteraan
normal 3. Berikan obat nyeri 3. Pengurangan
sesuai program nyeri
dan pantau diperlukan
keefektifannya untuk
mempertahan
kan kesehatan
4. Untuk
4. Pertahankan
meningkatkan
lingkungan yang
rasa sejahtera
nyaman
pasien
5. Peringatkan agar 5. Untuk
tidak menyentuh mencegah
luka atau balutan kerusakan
kulit dan
mencegah
kemungkinan
infeksi
6. Tindakan
6. Atur posisi pasien
tersebut
supaya nyaman
mengurangi
dan
tekanan,
meminimalkan
meningkatkan
tekanan pada
sirkulasi dan
penonjolan tulang.

28
Ubah posisi pasien mencegah
minimal setiap 2 kerusakan
jam. Pantau kulit
frekuensi
pengubahan posisi
pasien dan kondisi
kulitnya
7. Berikan
7. Tindakan ini
kesempatan pasien
membantu
untuk
mengurangi
mengungkapkan ansietas dan
perasaan tentang meningkatkan
masalah kulitnya ketrampilan
8. Berikan koping
8. Untuk
pengarahan pada
mendorong
pasien dan
kepatuhan
anggota keluarga
atau pasangan
dalam program
perawatan kulit
3. Gangguan Tujuan : 1. Terima persepsi 1. Untuk
citra tubuh b.d Dalam waktu 1x60 menit diri pasien dan memvalidasi
penampakan pasien menerima berikan jaminan perasaannya
kulit yang perubahan citra tubuh bahwa ia dapat
tidak baik Kriteria hasil : mengatasi krisis
1. Pasien berpartisipasi ini
2. Ketika
dalam berbagai 2. Untuk
membantu pasien
aspek perawatan dan mendapat
yang sedang
dalam pemgambilan nilai dasar
melakukan
keputusan tentang pada
perawatan diri,
perawatan pengukuran
2. Pasien menyatakan kaji pola koping
29
30
perasaan positif dan tingkat harga kemajuan
terhadap dirinya dirinya psikologisnya
3. Dorong pasien
sendiri
3. Pasien berpartisipasi melakukan
3. Untuk
dalam program perawatan diri
meningkatkan
rehabilitasi dan
rasa
konseling 4. Berikan
kemandiriann
kesempatan
ya
kepada pasien
4. Agar pasien
untuk
dapat
menyatakan
mengungkapk
perasaan tentang
an
citra tubuhnya
keluhannya
dan hospitalisasi
dan
5. Bimbing dan memperbaiki
kuatkan focus kesalahpaham
pasien pada an
aspek-aspek 5. Untuk
positif dari mendukung
penampilannya adaptasi dan
dan upayanya kemajuan
dalam yang
menyesuaikan berkelanjutan
diri dengan
perubahan citra
tubuhnya
5. Resiko infeksi Tujuan : 1. Minimalkan resiko1.
b.d kerusakan Setelah melakukan infeksi pasien
perlindungan tindakan keperawatan dengan :
a. Mencuci
kulit selama 1x60 menit, a. Mencuci
tangan sebelum
infeksi dapat dihindari tangan adalah
dan setelah
31
32
Kriteria hasil : memberikan satu-satunya
1. Tanda-tanda vital perawatan cara terbaik
dalam batas normal untuk
2. Tidak adanya tanda-
mencegah
tanda infeksi b. Menggunakan
penularan
sarung tangan
pathogen
untuk b. Sarung tangan
mempertahanka dapat
n asepsis pada melindungi
saat tangan pada
memberikan saat memegang
perawatan luka yang
langsung dibalut atau
melakukan
2. Pantau suhu dan berbagai
catat pada kertas tindakan
2. Suhu yang
grafik. Laporkan
terus
evaluasi segera
meningkat
setelah
pembedahan
dapat
merupakan
tanda awitan
komplikasi
pulmonal,
infeksi luka
atau dehisens,
infeksi
saluran kemih
atau
3. Bantu pasien
tromboflebitis
33
34
mencuci tangan 3. Mencuci
sebelum dan tangan
sesudah makan mencegah
dan setelah dari penyebaran
kamar mandi pathogen
terhadap
objek dan
4. Beri pendidikan makanan lain
4. Tindakan
kepada pasien
mengenai : tersebut
a. Teknik mencuci memungkinka
tangan yang n pasien
baik untuk
b. Factor-faktor
berpartisipasi
yang
dalam
meningkatkan
perawatan
resiko infeksi,
dan
tanda-tanda dan
membantu
gejala infeksi
pasien
memodifikasi
gaya hidup
untuk
mempertahan
kan tingkat
kesehatan
yang
optimum

35
36
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American Nursing Diagnosis

Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action.

Universitas Muhammadiyah Semarang . (2013). < BAB II Tinjauan Pustaka Dermatitis

[Internet]. Bersumber dari http://digilib.unimus.ac.id/72982/babII.pdf > [Diakses

tanggal 17 Februari 2015. Jam 11.09]

Syaifuddin, H. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya Medika.

37

Anda mungkin juga menyukai