Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

DERMATITIS

A. Definisi Dermatitis

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai

respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,

menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,

papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung

residif dan cenderung kronis. (Djuanda Adhi, 2010).

Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit

yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam

berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan,

memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2011).

B. Etiologi Dermatitis

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan

kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu),

mikro-organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya

dermatitis atopik.

Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2010), yaitu :

1. Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang

menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).


2. Dermatitis Kontak Iritan

DKI ialaherupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-

bahan yang bersifatiritan primer melalui jalur kerusakan yang non-

imunologis. Bahaniritan antara lain deterjen, bahan pembersih

peralatan rumahtangga, dan sebagainya.

3. Dermatitis Kontak Alergik

DKA ialah respons alergikyang didapat bila berkontak

dengan bahan-bahan yang bersifatsensitiser/alergen. Contoh bahan

yang dapat memicu DKA antaralain adalah beberapa jenis

pewangi, pewarna, nikel, obat obatan,dan sebagainya.

4. Dermatitis Atopik

Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat

gatal, umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan

eksudasi, yang kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh

rinitis alergik, asma bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu


(hawa udara panas, dingin) dan ketegangan (stress), resistensi menurun

terhadap infeksi virus dan bakteri, lebih sensitif terhadap serum dan obat.

5. Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)

Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan

kulit disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya

belum diketahui secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan

gatal yang hebat, misalnya pada inse,,Mct bite.

6. Dermatitis Numularis

Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas

eritema, edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat

predileksi ialah ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan

bokong. Penyakit mempunyai kecenderungan residif.

7. Dermatitis Statis

Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu

jenis dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan

dermatitis varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di


sebabkan oleh semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di

tungkai bawah.

8. Dermatitis Autosensitisasi

Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari

fokus inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan

langsung dengan penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya

umumnya dalam bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering

berhubungan dengan ekzem kronis ditungkai bawah(dermatitis statis)

dengan atau tanpa ulkus.

C. Patofisiologi

Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis

ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat

iritan. Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan

hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah

terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari,

sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam.

Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan

tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan

mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun

sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.


D. Pathway

Dari luar (eksogen): Fisik (sinar, suhu) Mikroorganisme Dari dalam (endogen):
bahan kimia (bakteri, jamur) dermatitis atopik

Terjadi penebalan kulit Masuk kedalam


dan hiperpigmentasi kulit

hipersensitifitas

Dermatitis

Iritan primer

Mengiritasi kulit
Dolor, kalor, rubor, edema,
fungsio lesa Inflamasi pada kulit

MK. Resiko Infeksi


MK. Kerusakan MK. Gangguan citra MK. Nyeri
integritas kulit tubuh
E. Manifestasi Klinis

Menurut (Djuanda Adhi, 2010)

1. Dermatitis kontak

a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak

b. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48 jam bahkan

sampai 72 jam

c. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan Kronis. saat akut

dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan, terasa perih bahkan lecet.

saat kronis gejala di mulai dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang

akhirnya menebal.

d. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.

e. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar

f. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di bandingan

dengan tipe alergi

2. Dermatitis Autopik

ada 3 fase klinis Autopik yaitu

a. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)

DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad bulan kedua. Lesi mula-

mula tampak di derah muka (Dahi sampai pipi). Berupa eritema, Papul-Vesikel pecah

karena garukan sehingga lesi menjadi Eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta, Lesi

bisa meluas ke kepala, leher, Pergelangan tangan dan tungkai. bila anak mulai

merangkak, Lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas. sebagian besar

penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak.
b. DA Anak (2- 10 tahun)

Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri (Denovo).

Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan, kelopak mata

dan leher. ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis

dan mungkin infeksi skunder. DA berat yang lebih 50% permukaan tubuh dapat

mengganggu pertumbuhan.

c. DA pada Remaja dan dewasa

Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut, samping leher, dahi, sekitar

mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan

dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi ssetempat misalnya pada

bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp. Kadang-kadang lesi meluas

dan paling parah didaerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak

menimbul, papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan

sedikit skuama.Bisa didapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya

menjadi hiperpigmentasi. Umum DA remaja dan dewasa berlangsung lama

kemudian cenderung membaik setelah seusia 30 tahun,jarang smpai usia

pertengahan dan sebagia kecil sampai tua

3. Neurodermatitis Sirkumskripta

a. Kulit sangat gatal

a. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha atau

mata kaki kadang muncul pada alat kelamin


b. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau sedang tidur

akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di garuk akan menambah berat

rasa gatal tersebut

c. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk akibat garukan atau

penggosokan yang sudah terjadi bertahun

4. Dermatitis Numularis

a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu

b. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm),kemudian memmbesar

dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping membentuk 1 lesi karakteristik

seperti uang logam (koin) Eritematosa. sedikit edimatosa, dan berbatas tegas

c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta

kekuningan

d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih, jumlah lesi

dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral/simetris dengan ukuran

berfariasi dar milliar sampai numular, bahkan plakat

e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan lengantermasuk

punggung tangan

5. Dermatitis Statis

a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik

b. bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik

c. borok atau bisul pada kulit

d. kulit yang tipis pada tangan dan kaki

e. luka (lesi kulit)


f. pembengkakakn pada tungkai kaki

g. rasa gatal di sekitar dareah yang terkena

h. rasa kesemutan pada daerah yang terkena

F. Pemeriksaan Diagnostik

Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostik yang dilakukan. Untuk mengetahui

seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita periksa kadar IgE

dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau

ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui

bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada beberapa macam tes alergi,

yaitu :

1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).

Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya debu,

tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan di kulit

lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan

menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka,

berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi

terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini :

 Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin (obat

anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.

 Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.


2. Patch Tes (Tes Tempel).

Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit dermatitis

atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah 48

jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul bercak kemerahan dan

melenting pada kulit.

3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).

Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini

memerlukansampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses dengan

mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam. Kelebihan tes ini :

dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.

4. Skin Test (Tes kulit).

Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan. Dilakukan di

kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan bawah kulit.

Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif akan timbul bentol, merah, gatal.
5. Tes Provokasi.

Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan, dapat

juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup dinamakan

tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes

provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien

dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes

provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode RAST.

G. Penatalaksanaan Terapi

1. Sistemik

Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi antihistamin-

antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya. Pada kasus berat dapat

dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.

2. Topikal

Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :

a. Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka. Dermatitis

kering (sika) diobati dengan krim atau salep.

b. Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifik.
c. Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak kocok), pasta,

krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik, diberi salep.

d. Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim, atau pasta; bila

kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah berambut, sedangkan pasta pada

daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih besar dari pada krim.

H. Penatalaksanaan

1. Dermatitis Kontak

a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis kontak.

b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir sesegera

mungkin.

c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.

d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang dirasakan.

e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai dengan

tingkat keparahnnya.

2. Dermatitis Atopik

a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin, bahan –

bahan berbulu.

b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim hidrofilik urea

10% atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang dari

5%

c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginosa dan

daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi pada anak dan

dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan


intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai untuk

mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat, dosis

rendah, diberi selang – seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian

jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba – tiba dihentikan

akan timbul rebound phenomen.

d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat

menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam jangka

pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sensitifitas, tapi pemakaian pada

area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.

e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni S.

Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau

kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hri selama 10

hari atau 4 x 200mg/hari untuk 10 hari.

3. Neurodermatitis Sirkumskripta

a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk mengurangi

reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian steroid topical juga

membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan

pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang

tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang

digunakan steroid yang low-proten, pemakaina high-potent steroid hanya dipakai

kurang dari 3 minggu pada kulit yang tebal.

b. Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan perlu

pertimbangan untuk pemberiannya.


c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal ataupun

oral.

d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang dapat mencegah

gatal dan garukan

4. Dermatitis Numularis

a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien

b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat ter,

glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.

c. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya dengan larutan

permanganas kalikus 1 : 10.000.

d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.

e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter, dalam

jangka pendek.

f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya hidroksisilin

HCL

5. Dermatitis statis

a. Cahaya berdenyut intens

b. Diuretik

c. Imunosupresan

d. Istirahat

e. Kortikosteroid

f. Ligasi Vaskuler

g. Pelembab
h. Terapi Kompresi

I. Pemeriksaan penunjang

1. Gunakan kosmetik hipo allergen

2. Setelah mandi keringkan kulit dengan menepuk bukan menggosok

3. Gunakan mild soap atau pengganti sabun

4. Jangan mandi terlalu lama karena akan membuat kulit jadi kering

5. Kenakan pelembab

6. Hindari makan telur atau pemaparan terhadap iritan seperti deterjen

7. Jangan menggaguk atau menggosok kulit


J. Tindakan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


keperawatan kriteria hasil
1. Nyeri b.d Tujuan : 1. kaji jenis dan tingkat nyeri 1. Dapat mengetahui
adanya lesi Setelah dilakukan pasien. tentukan apakah kriteria nyeri pasien
kulit tindakan nyerinya kronis atau akut.
keperawatan selama Selain itu, kaji factor yang
2x60 menit, dapat mengurangi atau
diharapkan nyeri memperberat; lokasi, durasi,
berkurang atau intensitas dan karakteristik
teradaptasi nyeri; dan tanda-tanda dan
Kriteria hasil : gejala psikologis.
1. Pasien 2. Pengkajian berkelanjutan 2. Untuk memfasilitasi
melaporkan membantu meyakinkan bahwa pengkajian yang
nyeri berkurang penanganan dapat memenuhi akurat tentang
2. Nyeri dapat kebutuhan pasien dalam tingkat nyeri pasien
diadaptasi mengurangi nyeri.
3. Dapat 3. Berikan obat yang dianjurkan 3. Untuk menentukan
mengidentifikas untuk mengurangi nyeri, keefektifan obat
i aktifitas yang bergantung pada gambaran
meningkatkan nyeri pasien. pantau adanya
atau reaksi yang tidak diinginkan
menurunkan terhadap obat. Sekitar 30 4. Tindakan ini
nyeri sampai 40 menit setelah meningkatkan
4. Pasien tidak pemberian obat, minta pasien kesehatan,
gelisah dan untuk menilai kembali kesejahteraan, dan
skala nyeri 0-1 nyerinya dengan skala 1 peningkatan tingkat
atau teradaptasi sampai 10 energy, yang penting
4. Atur periode istirahat tanpa untuk pengurangan
terganggu nyeri
5. Bantu pasien untuk mendapat 5. Untuk menurunkan
posisi yang nyaman, dan ketegangan atau
gunakan bantal untuk spasme otot dan
membebat atau menyokong untukmendistribusik
daerah yang sakit bila perlu. an kembali tekanan
pada bagian tubuh
Kolaborasi:
1. Gunakan terapi topical seperti Kolaborasi:
yang dipreskripsikan. 1. Tindakan ini
2. Anjurkan pasien untuk membantu
menghindari pemakaian salep meredakan gejala.
atau lotion yang dibeli tanpa 2. Masalah pasien
resep dokter. dapat disebabkan
oleh iritasi atau
3. Jaga agar kuku selalu sensitisasi karena
terpangkas. pengobatan sendiri.
3. Pemotongan kuku
akan mengurangi
kerusakan kulit
karena garukan.
2. Kerusakan Tujuan : 1. Inspeksi kulit pasien setiap 1. Untuk menentukan
integritas kulit Setelah dilakukan pergantian tugas jaga, jelaskan keefektifan regimen
b.d inflamasi tindakan dan dokumentasikan kondisi perawatan kulit
dermatitis, keperawatan selama kulit dan laporkan perubahan
respon 2x60 menit 2. Bantu pasien dalam melakukan 2. Untuk meningkatkan
menggaruk diharapkan tindakan hygiene dan kenyamanan dan
kerusakan integritas kenyamanan kesejahteraan
kulit dapat 3. Berikan obat nyeri sesuai 3. Pengurangan nyeri
membaik program dan pantau diperlukan untuk
Kriteria hasil : keefektifannya mempertahankan
1. Pasien kesehatan
menunjukkan 4. Pertahankan lingkungan yang 4. Untuk meningkatkan
tidak adanya nyaman rasa sejahtera pasien
kerusakan kulit 5. Peringatkan agar tidak 5. Untuk mencegah
2. Pasien menyentuh luka atau balutan kerusakan kulit dan
menunjukkan mencegah
turgor kulit yang 6. Atur posisi pasien supaya kemungkinan infeksi
normal nyaman dan meminimalkan 6. Tindakan tersebut
tekanan pada penonjolan mengurangi tekanan,
tulang. Ubah posisi pasien meningkatkan
minimal setiap 2 jam. Pantau sirkulasi dan
frekuensi pengubahan posisi mencegah kerusakan
pasien dan kondisi kulitnya kulit
7. Berikan kesempatan pasien
untuk mengungkapkan 7. Tindakan ini
perasaan tentang masalah membantu
kulitnya mengurangi ansietas
8. Berikan pengarahan pada dan meningkatkan
pasien dan anggota keluarga ketrampilan koping
atau pasangan dalam program  8. Untuk mendorong
perawatan kulit kepatuhan

3. Gangguan Tujuan : 1. Terima persepsi diri pasien 1. Untuk memvalidasi


citra tubuh b.d Dalam waktu 1x60 dan berikan jaminan bahwa ia perasaannya
penampakan menit pasien dapat mengatasi krisis ini
kulit yang menerima 2. Ketika membantu pasien 2. Untuk mendapat
tidak baik perubahan citra yang sedang melakukan nilai dasar pada
tubuh perawatan diri, kaji pola pengukuran
Kriteria hasil : koping dan tingkat harga kemajuan
1. Pasien dirinya psikologisnya
berpartisipasi 3. Dorong pasien melakukan
dalam berbagai perawatan diri 3. Untuk
aspek 4. Berikan kesempatan kepada meningkatkan rasa
perawatan dan pasien untuk menyatakan kemandiriannya
dalam perasaan tentang citra 4. Agar pasien dapat
pemgambilan tubuhnya dan hospitalisasi mengungkapkan
keputusan keluhannya dan
tentang 5. Bimbing dan kuatkan focus memperbaiki
perawatan pasien pada aspek-aspek kesalahpahaman
2. Pasien positif dari penampilannya 5. Untuk mendukung
menyatakan dan upayanya dalam adaptasi dan
perasaan positif menyesuaikan diri dengan kemajuan yang
terhadap perubahan citra tubuhnya berkelanjutan
dirinya sendiri
3. Pasien
berpartisipasi
dalam program
rehabilitasi dan
konseling
5. Resiko infeksi Tujuan : 1. Minimalkan resiko infeksi1.
b.d kerusakan Setelah melakukan pasien dengan : a. Mencuci tangan
perlindungan tindakan a. Mencuci tangan sebelum adalah satu-satunya
kulit keperawatan selama dan setelah memberikan cara terbaik untuk
1x60 menit, infeksi perawatan mencegah penularan
dapat dihindari pathogen
Kriteria hasil : b. Menggunakan sarung b. Sarung tangan dapat
1. Tanda-tanda tangan untuk melindungi tangan
vital dalam mempertahankan asepsis pada saat memegang
batas normal pada saat memberikan luka yang dibalut
2. Tidak adanya perawatan langsung atau melakukan
tanda-tanda berbagai tindakan
infeksi 2. Pantau suhu dan catat pada 2. Suhu yang terus
kertas grafik. Laporkan meningkat setelah
evaluasi segera pembedahan dapat
merupakan tanda
awitan komplikasi
pulmonal, infeksi
luka atau dehisens,
infeksi saluran
kemih atau
tromboflebitis
3. Bantu pasien mencuci tangan 3. Mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan mencegah
dan setelah dari kamar mandi penyebaran
pathogen terhadap
objek dan makanan
4. Beri pendidikan kepada pasien lain
mengenai : 4. Tindakan tersebut
a. Teknik mencuci tangan memungkinkan
yang baik pasien untuk
b. Factor-faktor yang berpartisipasi
meningkatkan resiko dalam perawatan
infeksi, tanda-tanda dan dan membantu
gejala infeksi pasien
memodifikasi gaya
hidup untuk
mempertahankan
tingkat kesehatan
yang optimum

Pemeriksaan penunjang

1. Gunakan kosmetik hipo allergen

2. Setelah mandi keringkan kulit dengan menepuk bukan menggosok


3. Gunakan mild soap atau pengganti sabun

4. Jangan mandi terlalu lama karena akan membuat kulit jadi kering

5. Kenakan pelembab

6. Hindari makan telur atau pemaparan terhadap iritan seperti deterjen

7. Jangan menggaguk atau menggosok kulit

DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American Nursing Diagnosis

Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action.

Universitas Muhammadiyah Semarang . (2013). <BAB II Tinjauan Pustaka Dermatitis [Internet].

Bersumber dari http://digilib.unimus.ac.id/72982/babII.pdf> [Diakses tanggal 01

November 2020. Jam 11.09]

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.”R” DENGAN

DIAGNOSA DERMATITIS DI PUSKESMAS

MAROANGIN KOTA PALOPO


DISUSUN OLEH

RAHMAYANI, S.Kep

NS2004010

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO

TAHUN AJARAN 2020-2021

LAPORAN PENDAHULUAN

DERMATITIS
DISUSUN OLEH

RAHMAYANI, S.Kep

NS2004010

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO

TAHUN AJARAN 2020-2021

Anda mungkin juga menyukai