Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI DERMATITIS
Dermatitis adalah suatu peradangan menahun pada lapisan atas kulit yang
menyebabkan rasa gatal. Pada umumnya Dermatitis juga disertai dengan tanda-
tanda seperti terbentuknya bintik yang berisi cairan (bening atau nanah) dan
bersisik.
Dermatitis adalah suatu kondisi umum yang biasanya tidak mengancam
jiwa atau menular. Tapi kondisi ini dapat membuat seseorang merasa tidak
nyaman dan percaya diri. Langkah perawatan diri dan obat-obatan dapat
membantu mengobati penyakit dermatitis.
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung
residif dan cenderung kronis. (Alini & Sinaga, 2018).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit
yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam
berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit (Suryawati, 2019).
B. ETIOLOGI DERMATITIS
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan
kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu),
mikro-organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya
dermatitis atopik. Klasifikasi dermatitis (Alini & Sinaga, 2018), yaitu :
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
2. Dermatitis Kontak Iritan
ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang bersifat iritan
primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis. Bahan iritan
antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah tangga, dan
sebagainya.
3. Dermatitis Kontak Alergik
DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan bahan-
bahan yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat memicu
DKA antara lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel, obat
obatan, dan sebagainya.
4. Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal,
umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi,
yang kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis alergik,
asma bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara
panas, dingin) dan ketegangan (stress), resistensi menurun terhadap infeksi
virus dan bakteri, lebih sensitif terhadap serum dan obat.
5. Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)
Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit
disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum
diketahui secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan gatal yang
hebat, misalnya pada inse,,Mct bite.
6. Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema,
edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi
ialah ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan bokong.
Penyakit mempunyai kecenderungan residif.
7. Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis
dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis
varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan oleh
semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di tungkai bawah.
8. Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus
inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung
dengan penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya umumnya
dalam bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering berhubungan dengan
ekzem kronis ditungkai bawah(dermatitis statis) dengan atau tanpa ulkus
C. PATOFISIOLOGI DERMATITIS
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian
dermis ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun
zat iritan. Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan
hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah
terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari,
sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam.
Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan
tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan
mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel
epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.
D. GEJALA DERMATITIS
Menurut (Alini & Sinaga, 2018)
1. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
b. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48 jam
bahkan sampai 72 jam
c. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan Kronis.
saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan, terasa
perih bahkan lecet. saat kronis gejala di mulai dengan kulit yang
mengering dan sedikit meradang yang akhirnya menebal
d. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan
tersebut.
e. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
f. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di
bandingan dengan tipe alergi
2. Dermatitis Autopik
Ada 3 fase klinis Autopik yaitu
a. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad bulan
kedua. Lesi mulamula tampak di daerah muka (Dahi sampai pipi).
Berupa eritema, Papul-Vesikel pecah karena garukan sehingga lesi
menjadi Eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta, Lesi bisa meluas ke
kepala, leher, Pergelangan tangan dan tungkai. bila anak mulai
merangkak, Lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas.
seahunbagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi
berlanjut ke fase anak.
b. DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul
sendiri (Denovo). Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor
pergelangan tangan, kelopak mata dan leher. ruam berupa papul
likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis dan mungkin infeksi
skunder. DA berat yang lebih 50% permukaan tubuh dapat
mengganggu pertumbuhan.
c. DA pada Remaja dan dewasa
Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut, samping leher,
dahi, sekitar mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik,
sering mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi
ssetempat misalnya pada bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting
susu/skalp. Kadang-kadang lesi meluas dan paling parah didaerah
lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul
datar cenderung berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan sedikit
skuama.bisa d dapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan
akhirnya menjadi hiperpigmentasi.umum DA remaja dan dewasa
berlangsung lama kemudian cenderung membaik setelah seusia 30
tahun, jarang smpai usia pertengahan dan sebagia kecil sampai tua
3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Kulit sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan
bawah, paha atau mata kaki kadang muncul pada alat kelamin
c. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau
sedang tidur akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di
garuk akan menambah berat rasa gatal tersebut
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk
akibat garukan atau penggosokan yang sudah terjadi bertahun
4. Dermatitis Numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu
b. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm) ,kemudian
memmbesar dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping
membentuk 1 lesi karakteristik seperti uang logam (koin)
Eritematosa. sedikit edimatosa, dan berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering
menjadi krusta kekuningan
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih,
jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar,
bilateral/simetris dengan ukuran berfariasi dar milliar sampai
numular, bahkan plakat
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan
lengantermasuk punggung tangan
5. Dermatitis Statis
a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
b. Bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik
c. Borok atau bisul pada kulit
d. Kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. Luka (lesi kulit)
f. Pembengkakakn pada tungkai kaki
g. Rasa gatal di sekitar dareah yang terkena
h. Rasa kesemutan pada daerah yang terkena
PATHWAY DERMATITIS

Dari luar (eksogen): Fisik (sinar, suhu) Mikroorganisme Dari dalam (endogen):
bahan kimia (bakteri, jamur) dermatitis atopik

Terjadi penebalan kulit Masuk kedalam


dan hiperpigmentasi kulit

hipersensitifitas

Dermatitis

Iritan primer

Mengiritasi kulit
Dolor, kalor, rubor, edema,
fungsio lesa Inflamasi pada kulit

MK. Resiko Infeksi


MK. Kerusakan MK. Gangguan citra MK. Nyeri
integritas kulit Tubuh
E. PEMERIKSAAN DERMATITIS
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan.
Untuk mengetahui seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat
alergi dapat kita periksa kadar IgE dalam darah, maka nilainya lebih besar dari
nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu
pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa
yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada beberapa macam tes alergi,
yaitu :(Pawenang, 2013)
1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan,
misalnya debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-
lain. Tes ini dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang
diuji ditusukkan pada kulit dengan menggunakan jarum khusus (panjang
mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di kulit. Hasilnya
dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi terhadap
alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini :
a. Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung
antihistamin (obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis
obatnya.
b. Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.
2. Patch Tes (Tes Tempel).
Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit
dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru
dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan
timbul bercak kemerahan dan melenting pada kulit.

3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).


Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes
ini memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah
tersebut diproses dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat
diketahui setelah 4 jam. Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia
berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.
4. Skin Test (Tes kulit).
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan.
Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan
di tes di lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit.
Bila positif akan timbul bentol, merah, gatal.
5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum,
makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi
untuk alergen hirup dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan
untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan
sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien dan berisiko tinggi
terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes provokasi
makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode
RAST.

F. PENATALAKSANAAN DERMATITIS
1. Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi
antihistamin-antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya.
Pada kasus berat dapat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2. Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :
a. Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka.
Dermatitis kering (sika) diobati dengan krim atau salep.
b. Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat
spesifik.
c. Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak
kocok), pasta, krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik,
diberi salep.
d. Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim, atau
pasta; bila kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah berambut,
sedangkan pasta pada daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih
besar dari pada krim.

Penatalaksanaan
1. Dermatitis Kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab
dermatitis kontak.
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir
sesegera mungkin.
c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang
dirasakan.
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena
sesuai dengan tingkat keparahnnya.
2. Dermatitis Atopik
a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara
panas/dingin, bahan – bahan berbulu.
b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim
hidrofilik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat
dengan konsentrasi kurang dari 5%
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi
menengah dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas
penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan intermiten,
umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai
untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam
waktu singkat, dosis rendah, diberi selang – seling. Dosis
diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka panjang akan
menimbulkan efek samping dan bila tiba – tiba dihentikan akan
timbul rebound phenomen.
d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi
kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin
5% dalam jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal
tanpa sensitifitas, tapi pemakaian pada area luas akan
menimbulkan efek samping sedatif.
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya
peningkatan koloni S. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat
diberi eritromisin, asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi
virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hri selama 10 hari atau 4 x
200mg/hari untuk 10 hari.

3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal.
Pemberian steroid topical juga membantu mengurangi
hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan pada reaksi
radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang
tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka
panjang digunakan steroid yang low-proten, pemakaina high-potent
steroid hanya dipakai kurang dari 3 minggu pada kulit yang tebal.

b. Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada sebagian


orang dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik
topikal ataupun oral.
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang
dapat mencegah gatal dan garukan
4. Dermatitis Numularis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien
b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi,
misalnya preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau
pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya
dengan larutan permanganas kalikus 1 : 10.000.
d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara
sistemik.
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek.
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya
hidroksisilin HCL
5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi Vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi Kompresi

G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS


1. Pengkajian
a. Identitas:
Umur (biasanya mengenai anak yang berumur diatas 2 tahun), jenis
kelamin, ras/ suku, pekerjaan.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri, gatal- gatal, eritema, edema,
kenaikan suhu tubuh.
2) Riwayat Penyakit Sekarang: pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh,
kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan
bibir), gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil),
vesikel (lepuhan kecil berisi cairan) , skuama (kulit yang bersisik),
dan likenifikasi (penebalan kulit).
3) Riwayat Kesehatan masa lalu:
a) Penyakit yang pernah di derita:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien
untuk menanggulanginya.
b) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
c) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.
d) Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah
sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
e) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai
pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap
sesuatu obat
c. Pemeriksaan Fisik
1. Head to toe
a) Kepala
1) Kepala
Inspeksi: Bentuk kepala simetris
Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
2) Rambut
Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna
rambut hitam, rambut lurus tidak rontok.
3) Mata
Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, pupil:
Normal isokor,kedua bentuk pupilnya simetris, tidak ada
sekret pada mata, kelopak mata normal warna merah muda,
pergerakan mata klien normal, serta lapang pandang normal.
Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan disekitar
mata.
4) Hidung
Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping
hidung, tidak ada sekret, tidak ada polip atau benjolan didalam
hidung, fungsi penciuman baik, kedua lubang hidung simetris
dan tidak terjadi pendarahan pada lubang hidung (epistaksis).
5) Mulut
Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa
mulut pucat, membran mukosa kering, tidak ada lesi, tidak
terdapat benjolan pada lidah, tidak ada karies pada gigi.
6) Telinga
Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga,
tidak ada serumen berlebih, tidak adanya edema, ketika
diperiksa dengan otoskop tidak adanya peradangan, dan tidak
terdapat cairan pada membran timpani.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan membran
timpani normal.Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (+).
2. Leher
Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan tubuh, tidak
ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.Palpasi: Tidak ada
deformitas pada trakea, tidak ada benjolan pada leher, tidak ada
nyeri tekan dan tidak ada peradangan.
3. Dada
1) Paru
Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan,
pola napas pendek pada istirahat dan aktivitas, frekuensi napas
pasien reguler, pergerakan otot bantu pernafasan normal.
2) Jantung
TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
Inspeksi: denyutan jantung normal
Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5
Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran
jantung atau tidak ada kardiomegali.
Perkusi: pekak
4. Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit
disekitarnya, tidak ada distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak
terdapat kolostomi.
Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit
Perkusi: timpani
Palpasi: adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada
pembesaran lien (ginjal)
5. Otot

a) Integumen
Inspeksi: Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka
( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit, eritema,
papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan),
skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit).
b) Persyarafan
(1) Tingkat kesadaran: composmentis
(2) GCS:
(a) Eye: Membuka secara spontan 4
(b) Verbal: Orientasi baik, nilai 5
(c) Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6
(3) Total GCS: Nilai 15
(a) Reflek: Normal
(b) Tidak ada riwayat kejang
(c) Koordinasi gerak normal
d. Pola Fungsi
1. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Persepsi terhadap penyakit : Tanyakan kepada klien pendapatnya
mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah pasien langsung mencari
pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu
aktivitas pasien, Penggunaan : Tanyakan tentang penggunaan obat-
obat tertentu (misalnya antidepresan trisiklik, antihistamin, fenotiasin,
inhibitor monoamin oksidase ( MAO), antikolinergik dan
antispasmotik dan obat anti-parkinson, Tanyakan tentang penggunaan
alcohol, dan tembakau untuk mengetahui gaya hidup klien.
2. Pola Nutrisi/Metabolisme
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi,
siang dan malam ), Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah
ada mual muntah, pantangan atau alergi, Tanyakan apakah klien
mengalami gangguan dalam menelan, Tanyakan apakah klien sering
mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang mengandung
vitamin antioksidant
3. Pola Eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan
karakteristiknya, Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
dan defekasi, Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi,
adakah penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi
4. Pola Aktivitas/Olahraga
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan pada
kulit, Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan
kekuatan ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya, Keluhan
Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
5. Pola Istirahat/Tidur
Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien,
Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur
yang berhubungan dengan gangguan pada kulit, Bagaimana perasaan
klien setelah bangun tidur
6. Pola Kognitif/Persepsi
Kaji status mental klien, Kaji kemampuan berkomunikasi dan
kemampuan klien dalam memahami sesuatu, Kaji tingkat anxietas
klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien. Identifikasi
penyebab kecemasan klien, Kaji penglihatan dan pendengaran klien,
Kaji apakah klien mengalami vertigo, Kaji nyeri : Gejalanya yaitu
timbul gatal-gatal atau bercak merah pada kulit.
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya
sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran
dirinya, Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa
cemas, depresi atau takut, Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
8. Pola Peran Hubungan
Tanyakan apa pekerjaan pasien, Tanyakan tentang system pendukung
dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, Tanyakan apakah
ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien
9. Pola Seksualitas/Reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan
penyakitnya, Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah
kesehatan terkait dengan menopause, Tanyakan apakah klien
mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks
10. Pola Koping-Toleransi Stres
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial
atau perawatan diri ), Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan
bagaimana klien mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien ).
Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien
sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.
11. Pola Keyakinan-Nilai
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya.
Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
DAFTAR PUSAKA

Alini, & Sinaga, R. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis
atopik di puskesmas bangkinang kota. PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(2),
33–42.
Pawenang, E. T. (2013). Sarung Tangan Latex Sebagai Upaya Pencegahan Dermatitis
Kontak. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(1), 92–99.
https://doi.org/10.15294/kemas.v9i1.2835
Suryawati, N. (2019). Profil Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada Karyawan Pencucian
Mobil dan Sepeda Motor di Kota Denpasar Selatan pada Tahun 2016. E-Jurnal Medika
Udayana, 9(3), 4.

Anda mungkin juga menyukai