Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DERMATITIS KONTAK DAN DERMATITIS ATOPIK

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN DEWASA III

Oleh :

Puji Yastuti Rahmatia Yopia Derimarta Monica Dwi Septi Meutia Usman

0910322028

0910322032 0910322044 0912323090

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 2011

n ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DERMATITIS

1. Landasan teoritis dermatitis A. Defenisi Dermatitis merupakan sebuah kelainan kulit dengan gejala subyektif rasa gatal. Penyakit ini biasanya ditandai dengan ruam yang polimorfi dan umumnya berbatas dengan tegas. Kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. (Dr Pasid Herlisa SpKK) Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan yang timbul melalui mekanisme non imunologik dan dermatitis kontak alergik yang diakibatkan mekanisme imunologik dan dermatitis kontak alergik yang diakibatkan meka nisme imunologik yang spesifik. Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan pada dermis. Daerah yang paling sering terkena adalah tangan dan pada individu atopi menderita lebih berat. Secara definisi bahan iritan kulit adalah bahan yang menyebabkan kerusakan secara langsung pada kulit tanpa diketahui oleh sensitisasi. Mekanisme dari dermatis kontak iritan hanya sedikit diketahui, tapi sudah jelas terjadi kerusakan pada membran lipid keratisonit. Menurut Gell dan Coombs dermatitis kontak alergik adalah reaksi hipersensitifitas tipe lambat (tipe IV) yang diperantarai sel, akibat

antigen spesifik yang menembus lapisan epidermis kulit. Antigen bersama dengan mediator protein akan menuju ke dermis, dimana sel limfosit T menjadi tersensitisasi. Pada pemaparan selanjutnya dari antigen akan timbul reaksi alergi. Dermatitis Atopik adalah suatu peradangan menahun pada lapisan atas kulit yang menyebabkan rasa gatal; seringkali terjadi pada penderita rinitis alergika atau penderita asma dan pada orangorang yang anggota keluarganya ada yang menderita rinitis alergika atau asma. Ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang kambuh-kambuhan. Kelainan biasanya bersifat familial, dengan riwayat atopi pada diri sendiri ataupun keluarganya. Atopi ialah kelainan dengan dasar genetik yang ditandai oleh kecenderungan individu untuk membentuk antibodi berupa imunoglobulin E (IgE) spesifik bila berhadapan dengan alergen yang umum dijumpai, serta asma, kecenderungan rhinitis alergika untuk dan mendapatkan penyakit-penyakit

Dermatitis Atopik, serta beberapa bentuk urtikaria.

B. Etiologi a) Dermatitis kontak Dermatitis Kontak Iritan Penyebab munculnya dermatitis kontak iritan ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, kohikulum, serta suhu bahan iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu : lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau

berselang) adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan. Faktor individu juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak di bawah umur 8 tahun lebih mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit putih); jenis kelamin (insidens dermatitis kontak iritan lebih tinggi pada wanita); penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan turun), misalnya dermatitis atopic

Dermatitis Kontak Alergi Dermatitis kontak alergi disebabkan karena kulit terpapar oleh bahan-bahan tertentu, misalnya alergen, yang diperlukan untuk timbulnya suatu reaksi alergi.

b) Dermatitis atopic Penderita dermatitis atopik biasanya juga memiliki

penyakit alergi lainnya. Hubungan antara dermatitis dan penyakit alergi tersebut tidak jelas; beberapa penderita memiliki kecenderungan yang sifatnya diturunkan untuk menghasilkan immunoglobulin antibodi E) secara berlebihan terhadap (misalnya sejumlah sebagai respon

rangsangan yang berbeda. C. Manifestasi klinis

Penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan bergantung pada keparahan dermatitis. Dermatitis kontak umumnya mempunyai gambaran klinis dermatitis, yaitu terdapat efloresensi kulit yang bersifat polimorf dan berbatas tegas. Dermatitis kontak iritan umunya mempunyai ruam kulit yang lebih bersifat monomorf dan berbatas lebih tegas dibandingkan dermatitis kontak alergik. Fase akut. Kelainan kulit umumnya muncul 24-48 jam pada tempat terjadinya kontak dengan bahan penyebab. Derajat kelainan kulit yang timbul bervariasi ada yang ringan ada pula yang berat. Pada yang ringan mungkin hanya berupa eritema dan edema, sedang pada yang berat selain eritema dan edema yang lebih hebat disertai pula vesikel atau bula yang bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi. Lesi cenderung menyebar dan batasnya kurang jelas. Keluhan subyektif berupa gatal. Fase Sub Akut Jika tidak diberi pengobatan dan kontak dengan alergen sudah tidak ada maka proses akut akan menjadi subakut atau kronis. Pada fase ini akan terlihat eritema, edema ringan, vesikula, krusta dan pembentukan papul-papul. Fase Kronis Dermatitis jenis ini dapat primer atau merupakan kelanjutan dari fase akut yang hilang timbul karena kontak yang berulang-ulang. Lesi cenderung simetris, batasnya kabur, kelainan kulit berupa likenifikasi, papula, skuama, terlihat pula bekas garukan berupa erosi atau ekskoriasi, krusta serta eritema ringan. Walaupun bahan yang dicurigai telah dapat

dihindari, bentuk kronis ini sulit sembuh spontan oleh karena umumnya terjadi kontak dengan bahan lain yang tidak dikenal.

D. Pemeriksaan penunjang Alergi kontak dapat dibuktikan dengan tes in vivo dan tes in vitro. Tes in vivo dapat dilakukan dengan uji tempel. Berdasarkan tehnik pelaksanaannya dibagi tiga jenis tes tempel yaitu : Tes Tempel Terbuka Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga karena daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan dievaluasi hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang menguap. Tes Tempel Tertutup Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam plester yang pada bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan. Bahan yang dicurigai ditempelkan dipunggung atau lengan atas penderita selama 48 jam setelah itu hasilnya dievaluasi. Tes tempel dengan Sinar Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yang dengan sinar ultra violet baru akan bersifat sebagai alergen. Tehnik sama dengan uji tempel tertutup, hanya dilakukan secara duplo.

Dua baris dimana satu baris bersifat sebagai kontrol. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya. Untuk menghindari efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test tersebut dilindungi dengan secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar tidak bisa menembus bahan tersebut. Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini sebaiknya penderita sudah dalam keadaan tenang penyakitnya, karena bila masih dalam keadaan akut kemungkinan salah satu bahan uji tempel tenang. merupakan Disamping penyebab itu dermatitis sehingga obat akan dapat menjadi lebih berat. Tidak perlu sembuh tapi dalam keadaan berbagai macam mempengaruhi uji tempel sebaiknya juga dihindari paling tidak 24 jam sebelum melakukan uji tempel misalnya obat antihistamin dan kortikosteroid. Dalam melaksanakan uji tempel diperlukan bahan standar yang umumnya telah disediakan oleh International Contact dermatitis risert group, unit uji tempel dan penderita maka dengan mudah dilihat perubahan pada kulit penderita. Untuk mengambil kesimpulan dari hasil yang didapat dari penderita diperlukan keterampilan khusus karena bila gegabah mungkin akan merugikan penderita sendiri. Kadang-kadang hasil ini merupakan vonis penderita dimana misalnya hasilnya positif maka penderita diminta untuk menghindari bahan itu. Penderita harus hidup dengan menghindari ini itu, tidak boleh ini dan itu sehingga berdampak negatif dan penderita dapat jatuh ke dalam neurosis misalnya. Karenanya dalam mengevaluasi hasil uji tempel dilakukan oleh seorang yang sudah mendapat latihan dan berpengalaman di bidang itu.

Tes in vitro menggunakan transformasi limfosit atau inhibisi migrasi makrofag untuk pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan. Namun hal tersebut belum standar dan secara klinis belum bernilai diagnosis.

E. Penatalaksanaan Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit. Pencegahan Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan deterjen. Pengobatan Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik. Pengobatan topical Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsipprinsip umum pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah prosentase bahan

aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep. Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan. Jenis-jenisnya adalah : Kortikosteroid Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen. Jenis yang dapat diberikan adalah hidrokortison Cara 2,5 %, halcinonid topikal dan triamsinolon asetonid. pemakaian dengan

menggosok secara lembut. Untuk meningkatan penetrasi obat dan mempercepat penyembuhan, dapat dilakukan secara tertutup dengan film plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan erupsi akneiformis. Radiasi ultraviolet Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya fungsi sel Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T supresor. Siklosporin Aku Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari hipersensitivitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada

manusia

hanya

memberikan

efek

minimal,

mungkin

disebabkan oleh kurangnya absorbsi atau inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis. Antibiotika dan antimikotika Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa hemolitikus, E. koli, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan superinfeksi tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya gentamisin) dan antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.

Pengobatan sistemik Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik. Jenis-jenisnya adalah : Antihistamin Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi antigen-antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan asetilkolin. Kortikosteroid Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intramuskular atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki kekurangan karena berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek sampingnya akan minimal. Perlu

perhatian khusus pada penderita ulkus peptikum, diabetes dan hipertensi. Efek sampingnya terutama pertambahan berat badan, gangguan gastrointestinal dan perubahan dari insomnia hingga depresi. Kortikosteroid bekerja dengan menghambat proliferasi limfosit, mengurangi molekul CD1 dan HLA- DR pada sel Langerhans, menghambat pelepasan IL2 dari limfosit T dan menghambat sekresi IL-1, TNF-a dan MCAF. Siklosporin Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T penolong dan menghambat produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 dan IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit, makrofag dan keratinosit serta menghambat ekspresi ICAM-1. Pentoksifilin Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ekspresi ICAM-1 pada keratinosit teobromin dan yang sel Langerhans. efek Merupakan derivat memiliki

menghambat peradangan. FK 506 (Takrolimus) Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular. Menghambat sekresi IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamin dan serotonin. Dapat juga diberikan secara topikal. 6)Ca++ antagonisMenghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti nifedipin dan amilorid. Derivat vitamin D3

Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan INF-r yang merupakan mediator-mediator poten dari peradangan. Contohnya adalah kalsitriol. SDZ ASM 981 Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang tinggi. Dapat juga diberikan secara topical, pemberian secara oral lebih baik daripada siklosporin

F. Komplikasi Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Infeksi sekunder

2. Asuhan keperawatan teoritis pada klien dengan dermatitis A. Pengkajian Identitas klien Keluhan Utama Riwayat penyakit Sekarang Riwayat penyakit dahulu Riwayat kesehatan keluarga Pemeriksaan Fisik Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon

1. Pola Persepsi Kesehatan

Adanya riwayat infeksi sebelumya. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil. Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu. Adakah konsultasi rutin ke Dokter.s Hygiene personal yang kurang. Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.

2. Pola Nutrisi Metabolik Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari makan. Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas. Jenis makanan yang disukai. Nafsu makan menurun. Muntah-muntah. Penurunan berat badan. Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan. Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih. 3. Pola Eliminasi Sering berkeringat. tanyakan pola berkemih dan bowel. Pemenuhan sehari-hari terganggu. Kelemahan umum, malaise. Toleransi terhadap aktivitas rendah. Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas. Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.

4. Pola Aktivitas dan Latihan

5. Pola Tidur dan Istirahat

Mimpi buruk. Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat. Pengetahuan akan penyakitnya. Perasaan tidak percaya diri atau minder. Perasaan terisolasi. Hidup sendiri atau berkeluarga Frekuensi interaksi berkurang Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan. Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress Emosi tidak stabil Ansietas, takut akan penyakitnya Disorientasi, gelisah Pola Sistem Kepercayaan Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah Agama yang dianut

6. Pola Persepsi Kognitif

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri

8. Pola Hubungan dengan Sesama

9. Pola Reproduksi Seksualitas 10. 11.

B. Diagnose keperawatan 1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit 2. Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar allergen 3. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus 5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus. 6. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat informasi.

No 1

Nanda Gangguan integritas berhubungan dengan kekeringan kulit kulit

NOC Tujuan : Kulit klien dapat kembali normal. pada Kriteria hasil : Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit, berkurangnya oleskan krim mandi.

NIC Personal hygine tidak Mandi paling sekali sehari selama 15 20 menit. Segera salep yang atau telah setelah

diresepkan

Mandi gejala meningkat. Gunakan

lebih

sering jika tanda dan

air

hangat jangan panas.

derajat pengelupasan kulit, berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet karena garukan, penyembuhan area kulit yang telah rusak 2 Perubahan rasa nyaman berhubungan Tujuan : dengan pruritus Rasa nyaman klien terpenuhi Kriteria hasil : Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan berkurangnya lecet akibat garukan klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman

sabun

Gunakan yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive. Hindari mandi busa.

an

Oleskan/berik salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari.

jelaskan gatal dengan

gejala

berhubungan penyebabnya

(misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal siklus hidrasi) dan gatal-garuk-

gatal-garuk. Cuci pakaian digunakan menghilangkan formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan semua sebelum untuk

pelembut buatan 3 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus. Tujuan : Pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai Kriteria hasil : Mengembangkan peningkatan kemauan diri. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam perawatan Melaporkan perasaan pengendalian situasi. Menguatkan kembali positif dukungan dari diri dalam tindakan diri. Identifikasi psikososial untuk menerima keadaan allergen dari

pakaian pabrik. bahan

kimia atau komponen pelembut pakaian. Gunakan ringan pakaian memastikan tertinggal. dan deterjen bilas untuk sudah

tidak ada sabun yang

Manajemen citra tubuh Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak sendiri). stadium terhadap mata,ucapan diri merendahkan

perkembangan.. Berikan perasaan. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang kesempatan

pengungkapan

sendiri. Mengutarakan perhatian terhadap diri lebih Tampak meprihatinkan kondisi. Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan untuk meningkatkan penampilan menekankan teknik sendiri yang sehat. tidak

cemas mengembangkan kemampuan menilai mengenali masalahnya. Dukung untuk upaya klien diri untuk dan

memperbaiki

citra diri , spt merias, merapikan. dan Mendorong sosialisasi dengan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarths. 2008. Textbook of Medical-Surgical Nursing. Penerbit : LWW. Philadelphia. Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit : EGC. Jakarta. Doenges, Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit: EGC,.Jakarta Djuanda, Adhi. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Penerbit : Balai Penerbit FK UI. Jakarta. Mansoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Edisi 3. Penerbit : Media Aesculapius FK UI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai