Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kanker colon merupakan salah satu dari beberapa jenis kanker yang ada di
dunia yang menempati urutan nomor 2 dalam frekuensinya dan

merupakan

penyebab kematian nomor 4 dari kematian karena kanker di dunia. Di seluruh


dunia 9,5% pria penderita kanker terkena kanker kolorektal, sedangkan pada
wanita angkanya mencapai 9,3% dari total jumlah penderita kanker. Eropa sebagai
salah satu negara maju dengan angka insiden kanker kolorektal yang tinggi. Pada
tahun 2004 terdapat 2.886.800 insiden dan 1.711.000 kematian karena kanker
(Amalia, 2011).
Insidens kanker kolorektal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka
kematiannya. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2008, neoplasma ganas
colon di Indonesia berada pada peringkat 9 dari 10 peringkat utama penyakit
neoplasma ganas pasien rawat inap diseluruh rumah sakit di Indonesia dengan
jumlah kasus sebanyak 1.810 dengan proporsi 4,92%. Pada tahun 2002 kanker
kolorektal menduduki peringkat kedua pada kasus kanker yang terdapat pada pria,
sedangkan pada wanita kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga dari semua
kasus kanker. Meskipun belum ada data yang pasti, tetapi dari berbagai laporan di
Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus data dari kemenkes didapati angka 1,8
per 100.000 penduduk.
1

Lebih dari 90% pasien dengan keganasan kolorektal yang dilakukan


operasi reseksi secara kuratif atau paliatif, angka kematiannya sekitar 3-6%.
Persentase jangka hidup 5 tahun sesudah reseksi tergantung dari stadium lesi.

Dukes A (terbatas pada dinding usus) : 90-100 %

Dukes B (melalui seluruh dinding) : 75-85 %

Dukes C (kelenjar getah bening positif) : 30-40 %

Dukes D (metastasis ke tempat yang jauh atau penyebaran lokal tidak dapat
direseksi lagi) : <5 % (Fadli, 2011).
Menurut Davery (2006) kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah

serat ( sayur-sayuran, buah- buahan ) kebiasaan makan-makanan yang berlemak


tinggi dan sumber protein hewani merupakan salah satu penyebab ca colon. Teori
yang pernah dikemukakan adalah diet dengan tinggi lemak hewani akan dapat
meningkatkan pertumbuhan kuman-kuman anaerobik pada kolon, terutama jenis
clostridium dan bakteroides. Organisme ini bekerja pada lemak dan cairan
empedu sekunder, yang dapat merusak mukosa kolon dengan aktivitas
replikasinya dan secara simultan berperan sebagai promotor untuk senyawasenyawa lain yang potensial karsinogenik, dengan pembentukan nitrosamida
(suatu bahan karsinogen) dari amin dan amida yang dilepaskan oleh diet yang
mengandung daging dan lemak hewani. Sedangkan secara simultan, bahwa
kurangnya serat dalam diet akan memperkecil volume tinja dan memperlambat
waktu pengosongan usus. Keadaan ini mengurangi proses dilusi dan proses
pengikatan bahan-bahan karsinogen. Diet rendah serat sering disebabkan oleh
rendahnya konsumsi buah-buahan serta sayur-sayuran yang mengandung vitamin
A, C, dan E, yang diduga mempunyai efek anti kanker.

Kanker kolon merupakan penyebab kematian akibat kanker yang


menempati urutan ketiga, dengan angka kejadian sekitar satu juta kasus per tahun
dengan angka kematian lebih dari 500.000. Jumlah kasus tersebut diperkirakan
meningkat selama dua dekade berikutnya sebagai akibat dari berkembangnya
populasi, baik di negara maju maupun berkembang (World Gastroenterology
Organisation, 2007). Permasalahan tersebut masih belum terpecahkan, karena
sampai saat ini belum ditemukan obat yang spesifik untuk menghentikan
perkembangan sel kanker (Astuti et al., 2005)
Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam aspek pemeliharaan,
rehabilitatif, dan preventif perawatan kesehatan, Shore (2008) dalam Doengoes
(2000). Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh
perawat bersama klien dalam menentukan keutuhan asuhan keperawatan dengan
melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan
dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah
diberikan dengan berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan, pada setap tahap
saling terjadi ketergantungan dan saling berhubungan (Hidayat, 2008).
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dalam pengumpulan
data, pengujian dan komunikasi data tentang klien. Fase proses keperawatan ini
mencakup dua langkah : pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan
sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan). Tujuan dari pengkajian adalah
menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang
berkaitan, praktik kesehatan, tujuan nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien
(Potter & Perry, 2005). Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang
menguraikan respons aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang

perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya (Potter & Perry,
2005).
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan
berpusat yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan
intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Implementasi
adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik
(Iyer et al., 1996 dalam Nursalam, 2008). Evaluasi adalah tahapan akhir proses
keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi
yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan.
Berdasarkan hasil pengamatan di ruang bedah pria dari tanggal 11 Agustus
2014 sampai tanggal 6 September 2014, terdapat 9 pasien pasca laparatomi.
Pasien pasca laparatomi memiliki lama hari rawat 6-10 hari pasca operasi. Dari 9
Pasien laparatomi 2 diantaranya terdapat pus pada luka pasca laparatomi pada hari
ke 5 dan 6. Dari kejadian-kejadian diatas banyak sekali kerugian yang
ditimbulkan bagi keluarga pasien terutama masalah finansial. Oleh sebab itu
perlu dilakukan mobilisasi dini pasca laparatomy demi mencapai perawatan pasca
laparatomi di rumah sakit sehingga dapat mengurangi beban finansial keluarga
pasien dan biaya perawatan pasien di rumah sakit.
Pada laporan ilmiah ini, penulis akan melaporkan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Tn. M karena pasien kooperatif, memiliki motivasi untuk
melakukan ambulasi, ada dukungan keluarga, tidak ada penyakit penyerta yang
multiple atau bersifat kronis,skala nyeri mengalami penurunan sehingga dapat
dilakukan implementasi, serta faktor usia. Salah satu faktor yang mempengaruhi

proses penyembuhan fraktur adalah faktor usia. Pasien lanjut usia, yang menjalani
operasi akan mengalami perlambatan proses penyembuhan pasca operasi, karena
faktor degenerasi, penurunan kemampuan sel otot untuk memperbaiki diri secara
cepat, sehingga berdampak terhadap penurunan kekuatan otot dan adaptasi
terhadap rasa nyeri yang juga menurun sampai 50 % (Black, 2009).
Selain asuhan keperawatan pasca laparatomi, perawat juga harus
memperhatikan prinsip pemberian obat demi ketepatan pemberian program terapi
obat kepada pasien. Prinsip pemberian obat yang diharapkan adalah prinsip
pemberian obat dengan penerapan five plus five rights. Pada klien pasca
laparatomi, pemberian obat sangat penting karena dapat mempengaruhi kondisi
sistem pencernaan, pencegahan infeksi dan respon nyeri yang akan berpengaruh
pada kemampuan pasien dalam melakukan mobilisasi dini. Penanganan nyeri
yang efektif dengan efek samping yang sedikit akan mempercepat pemulihan dan
kepulangan pasien dari rumah sakit. Kenyamanan pasien adalah hal yang paling
penting sehingga analgetik yang adekuat sangat dibutuhkan pada periode paska
bedah (Winata, 2011).
Pada pengamatan yang dilakukan di runag bedah pria, ditemukan bahwa
perawat tidak mengecek gelang identitas pasien sebelum melakukan injeksi,
perawat tidak mencantumkan nama inisial di dokumentasi injeksi dan perawat
mencatat pemberian obat sebelum melakukan injeksi. Sehingga dapat dirumuskan
masalah

manajemen

pelayanan

keperawatan

berupa

belum

optimalnya

pelaksanaan pemberian obat dengan menggunakan prinsip five plus five rights.
Prinsip five plus five rights mencakup right client, right drug, right dose, right

time, right route, right assessment, right documentation, clients rights to get
education, right evaluation, clients right to refuse medication.
B. RUMUSAN MASALAH
Belum optimalnya penerapan asuhan keperawatan pada klien pasca
laparatomi dan belum optimalnya pelaksanaan pemberian obat dengan
menggunakan prinsip five plus five rights di ruang bedah pria RSUP DR. M.
Djamil Padang.
C. TUJUAN
1.

Tujuan Umum
Mendeskripsikan penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan ca
colon post laparatomi dan melakukan aplikasi manajemen pelayanan
keperawatan di ruang bedah pria RSUP DR. M.Djamil Padang.

2.

Tujuan Khusus
1) Manajemen Asuhan Keperawatan
a. Mendeskripsikan pengkajian yang komprehensif pada Tn. M
dengan ca colon post laparatomi diruang bedah pria RSUP DR.
M.Djamil Padang
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada Tn. M dengan ca
colon post laparatomi diruang bedah pria RSUP DR. M.Djamil
Padang
c. Mendeskripsikan perencanaan keperawatan pada Tn. M dengan
ca colon post laparatomi diruang bedah pria RSUP DR. M.Djamil
Padang

d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan pada Tn. M dengan


ca colon post laparatomi diruang bedah pria RSUP DR. M.Djamil
Padang
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada Tn. M dengan ca
colon post laparatomi diruang bedah pria RSUP DR. M.Djamil
Padang
2) Manajemen Layanan Keperawatan
a. Mendeskripsikan masalah pemberian obat dengan prinsip five
plus five rights diruang bedah pria RSUP DR.M.Djamil Padang
b. Mendeskripsikan perencanaan sosialisasi pemberian obat dengan
prinsip five plus five rights diruang bedah pria RSUP
DR.M.Djamil Padang
c. Mendeskripsikan implementasi sosialisasi pemberian obat dengan
prinsip five plus five rights diruang bedah pria RSUP
DR.M.Djamil Padang
d. Mendeskripsikan evaluasi terhadap pemberian obat dengan
prinsip five plus five rights diruang bedah pria RSUP
DR.M.Djamil Padang

D. MANFAAT PENULISAN
a. Bagi Instansi Pendidikan

Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi tentang masalah


digestif khususnya asuhan keperawatan pada klien dengan pasca
laparatomi dan pemberian obat dengan prinsip five plus five rights
diruangan.
b. Bagi Ruangan
Penulisan ini diharapkan dapat memaksimalkan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien ca colon pasca laparatomi dan pemberian obat
prinsip five plus five rights sehingga meningkatkan asuhan keperawatan
pada semua klien terutama pada klien masalah digestif yang memerlukan
perhatian khusus.

Anda mungkin juga menyukai