Anda di halaman 1dari 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DERMATITIS KONTAK ALERGI

I.

PEDAHULUAN Perkembangan aneka industri yang menggunakan berbagai macam bahan kimia di Indonesia kini kian pesat. Hal ini sangat berpotensi sebagai faktor penyebab meningkatnya insiden dermatitis kontak di tengah masyarakat. 1 Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan-bahan dan luar tubuh yang berkontak langsung dengan kulit yang bersifat toksik, alergi maupun immunologis. 1 Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit. 2 Dimana dermatitis kontak ada 2 yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi.

II.

DEFINISI Dermatitis kontak alergi itu sendiri adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitasi.3

III.

EPIDEMIOLOGI Bila dibandingkan DKI, jumlah penderita DKA lebih sedikit karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat peka (hipersensitif). Secara epidemiologi DKA ini dapat mengenai semua usia, frekuensi jenis kelamin yang sama pada pria dan wanita, semua bangsa/ras, higienitas yang kurang dan lingkungan mempunyai pengaruh besar dalam timbulnya penyakit.

IV.

ETIOPATOGENESIS Dermatitis Kontak Alergika (DKA) adalah epidermodermatitis yang subyektif memberi keluhan pruritus dan obyektif mempunyai efloresensi polimorfik disebabkan kontak ulang dengan bahan dan luar yang sebelumnya telah tersensitisasi.4 Penyebab DKA adalah alergen/kontaktan/sensitizer. Biasanya berupa bahan logam berat, kosmetik, bahan perhiasan, obat-obatan, karet, dll.3 Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah (<1000 dalton), merupakan alergen yang belum diproses, disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis di bawahnya (sel hidup). Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya DKA misalnya potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu, dan kelembaban lingkungan, vehikulum, dan pH. Juga faktor individu misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak, status imunologik.2 Pengetahuan tentang penyebab umum DKA akan sangat membantu dalam menegakkan diagnosis. Bahan-bahan yang menyebabkan DKA adalah bahan kimia yang asing bagi tubuh. Bahan-bahan tersebut mempunyai berat molekul rendah (5001000 dalton), dapat berdifusi melalui epidermis, berkaitan dengan protein jaringan, dan membentuk molekul yang beratnya lebih dari 5.000 dalton. Bahan-bahan tersebut antara lain: plastik, kosmetik, tanaman, krom, nikel, obat-obatan.4 Alergen-alergen ini biasanya tidak menyebabkan perubahan kulit yang nyata pada kontak pertama, akan tetapi menyebabkan perubahan-perubahan yang spesifik setelah lima sampai tujuh hari atau lebih. Kontak yang lebih lama pada bagian tubuh yang sama atau pada bagian tubuh lainnya dengan alergen akan menyebabkan dermatitis.4 Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersensitivitas tipe lambat. Patogenesisnya melalui 2 fase ialah fase induksi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi. Fase induksi adalah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan memberi respons, memerlukan waktu 2 3 minggu. Fase elisitasi adalah saat terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis.2

Patogenesis DKA dapat dirangkum sebagai berikut : 2

Prinsipnya reaksi imunologik tipe IV 1. Fase sensitasi. Hapten protein kulit (antigen) 18-24 jam sel Langerhans epidermis sel limfosit T (kelenjar getah bening) (belum tersensitasi) sel limfosit T efektor (tersensitisasi) 14-21 hari 4 hari. 2. Fase elisitasi Sel limfosit T efektor darah kulit (DKA).

V.

TANDA DAN GEJALA Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan adalah kemerahan pada daerah kontak, kemudian timbul eritema, papula, vesikel, dan erosi. Dimana penderita selalu mengeluh gatal.3 kelainan kulit ini tergantung pada keparahan dermatitis dan lokalisasinya.4 Ciri khas DKA adalah radang yang secara perlahan meluas, batas peradangan tidak jelas (difus), rasa sakit dan panas tidak sehebat pada DKI (Dermatitis Kontak Iritan). Perjalanan DKA dapat akut ataupun kronis.4 DKA akut dimulai dengan bercak erimatosa yang berbatas jelas kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah).2 Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi, dan mungkin juga fisuram batasnya tidak jelas.2 Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis, bisa juga mugkin penyebabnya campuran. DKA dapat meluas ke tmpat lain misalnya dengan cara autosensitasi.2

VI.

DIAGNOSIS 2-3 Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan klinis yang teliti. Lokasinya terkenanya dapat mengenai semua bagian tubuh. Anamnesis berperan sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, karena sangat menentukan terapi maupun follow-up-nya, yaitu untuk sedapat mungkin mencegah kekambuhan. Pada anamnesis perlu ditanyakan pekerjaan, hobi, riwayat kontak dengan kontaktan atau objek personal, misalnya tentang pemakaian kosmetik, pakaian baru, pemakaian jam tangan atau perhiasan. Selain itu, perlu ditanyakan juga perihal riwayat atopi serta pengobatan yang pernah diberikan, baik oleh dokter maupun yang dilakukan sendiri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, udema, papula dan vesikulayang jika pecah akan membentuk dermatitis yang basah. Lokasi lesi biasanya pada tempat kontak, tidak berbatas tegas, dan pada penderita yang sensitif dapat meluas. Dalam membantu penegakan diagnosis dikenal istilah regional diagnosis. Bagian-bagian tubuh tertentu sangat mudah tersensitisasi dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya, misalnya: kelopak mata, leher dan genital, sedangkan pada bagian tubuh yang kulitnya tebal agak sulit terjadi DKA, seperti telapak tangan, telapak kaki dan kulit kepala. Bila terjadi kontak pada daerah itu, maka daerah yang berbatasan yang kulitnya tipislah yang mengalami dermatitis. Kelopak mata sangat mudah bereaksi terhadap pemakaian kosmetik (maskara), obat (tetes mata), air borne alergen (hairspray, debu, serbuk sari) atau terhadap alergen yang terbawa oleh jari tangan (cat kuku). Untuk leher, penyebab umum DKA adalah kosmetik, parfum, perhiasan (kalung) yang mengandung nikel yang menyebabkan coin shape dermatitis. Dermatitis dan air borne alergen dan photo sensitizer akan berbatas tegas atau menggambarkan segi tiga di fossa supra sternal.Untuk daerah genital, baik pada laki-laki maupun perempuan akan bereaksi terhadap alergen dengan tanda utama udem dan gatal. Sensitizing-agent dapat dibawa ke genital ofeh tangan. Benda-benda dari karet, seperti kondom, pesarium, pakaian serta obat-obat topikal merupakan causative agent yang sering ditemukan.

Bagian-bagian tubuh lain yang juga sering merupakan tempat terjadinya dermatitis, walaupun kurang sensitif (reaktif), adalah, pertama, lengan dan tangan; hampir 2/3 kasus dermatitis melibatkan tangan. Pada kasus dermatitis karena pekerjaan erupsi pertama muncul di tangan, kemudian menyebar ke lengan bawah. Cairan biasanya berefek di interdigital space; housewives contact dermatitis biasanya muncul di bawah cincin kawin. Pada pekerja yang menggunakan karet pelindung, dermatitis biasanya muncul pada sisi atas karet pelindung. Kedua, muka; daerah yang paling sering terkena setelah lengan dan tangan. Biasanya dipengaruhi oleh pemakaian kosmetik atau obat. Juga oleh respon terhadap suatu kontak dan daerah sekitarnya, terutama dan kelopak mata. Ketiga, bibir dan daerah perioral; biasanya disebabkan oleh lipstick dan bermanifestasi bibir kering dan pecah. Keempat, paha dan tungkai bawah; clothing dermatitis dapat mempengaruhi bagian dalam dan bagian belakang paha, biasanya dimulai dan tepi bawah rok dan nyata pada fossa poplitea. Kelima kaki; kaus kaki merupakan penyebab paling banyak dermatitis pada kaki. Pemeriksaan pembantu yang dilakukan adalah pemeriksaan patch test (uji tempel) dan test DMG (dimetilglioksim). Patch test bertujuan untuk mencari tahu dan membuktikan penyebab DKA. Untuk itu perlu adanya hubungan antara riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan. Ada tiga jenis patch test yang dilaksana kan, yaitu patch test tertutup, patch test terbuka, dan photo patch test. Biasanya, yang dimaksud dengan patch test adalah patch test tertutup. Indikasi test ini adalah DKA yang penyebabnya belum jelas atau masih dicurigai. Kontra indikasi test ini adalah dermatitis yang masih aktif. Teknik patch test yang dilakukan adalah bahan yang ditest ditempelkan pada kulit normal, kemudian ditutup selama dua hari. Setelah dua hari, penutup dilepas dan dibiarkan selama 15 sampai 25 menit, lalu dibaca kelainan-kelainan yang ada. Pada tempat itu mungkin terjadi eritema, udema, papula, vesikula, dan kadang-kadang bisa terjadi bula dan nekrosis. Pembacaan patch test menurut Fisher adalah: 0 : tidak ada reaksi 1 : reaksi lemah (nonvesikuler) : eritema, infiltrat, papul (+)

10

2 : reaksi kuat : edema atau vesikel (++) 3 : reaksi sangat kuat (ekstrim) : bula atau ulkus (+++) 4 : meragukan : hanya makula erimatosa (?) 5 : iritasi seperti terbakar, pustul, atau purpura (IR) 6 : reaksi negatif (-) 7 : excited skin 8 : tidak ditest (NT = not tested)

Test DMG (percobaan bercorak dimetilglioksim) ditemukan oleh Fleigl. Cara test ini adalah: beberapa tetes dan 1% larutan alkohol dan DMG ditambah dengan beberapa tetes larutan amonia. Larutan ini diteteskan pada logam dan kulit akan menghasilkan warna strawberry red dan garam yang tidak larut jika ada logam nikel. Test ini berguna khusus untuk mengetahui apakah penyebab dermatitis itu logam yang mengandung nikel.

VII.

DIAGNOSIS BANDING Kelainan kulit DKA sering tidak menunjukkan gambaran morfologik yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis seboroik atau psoriasis. Diagnosis banding yang terutama adalah dengan DKI. Dalam keadaan ini pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk menentukan apakah dermatitis tersebut merupakan kontak alergi.2

VIII. PENATALAKSANAAN Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul.2 Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka waktu pendek untuk mengatasi peradangan pada DKA akut yang ditandai dengan eritema, edema, vesikel atau bula, serta eksudatif (madidans), misalnya prednison 30 mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan

11

mereda setelah beberapa hari. Sedangkan kelainan kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam faal atau larutan air salisil 1:1000.2 Untuk DKA ringan atau DKA akut yang telah mereda (setelah mendapat pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup diberikan kortikosteroid atau makrolaktam (pimecrolimus atau tacrolimus) secara topikal.2 Adapun terapi non-farmakologi DKA meliputi: 5 1. Membersihkan bagian yang teriritasi Dilakukan dengan cara mengompres kulit yang teriritasi dengan air hangat (32,2oC) atau lebih dingin. Namun, farmasis harus mengingatkan agar tidak menggunakan air panas 40,5oC atau lebih sebab akan memperparah luka, dan bahkan dapat menyebabkan luka bakar tingkat kedua. 2. Mencegah terjadinya ruam Apabila terpapar agen alergen maka untuk mencegah terjdinya ruamruam di kulit adalah dengan: a. Memberi edukasi mengenai kegiatan yang berisiko untuk terkena dermatitis kontak alergi. b. Menghindari substansi alergen. c. Mengganti semua pakaian yang terkena alergen. d. Mencuci bagian yang terpapar secepat mungkin dengan sabun, jika tidak ada sabun bilas dengan air. e. Menghindari air bekas cucian/bilasan kulit yang terpapar alergen. f. Bersihkan pakaian yang terkena alergen secara terpisah dengan pakaian lain. g. Bersihkan hewan peliharaan yang diketahui terpapar alergen. h. Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan aktivitas yang berisiko terhadap paparan alergen.

IX.

PROGNOSIS

12

Umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis bila terjadi bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopi, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau terpajan oleh alergen yang tidak mungkin dihindari misalnya berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau yang terdapat di lingkungan penderita.2,3

13

Anda mungkin juga menyukai