Anda di halaman 1dari 14

Agama dan Postmodernisme:

Menelusuri Metodologi dan Pendekatan Studi-Studi Agama

Syafwan Rozi
)DNXOWDV8VKXOXGGLQ67$,1%XNLWWLQJJL
sya_ra_de@yahoo.co.id

Abstract: 3RVWPRGHUQLVPLVDFULWLFDOUHHFWLRQRQWKHSDUDGLJPVRIPRGHUQLVPDQGWKHHUDRIWKHULVHRI
religious spirituality. In this respect, the emergence of social theory in the perspective of postmodernism makes
WKHDSSURDFKDQGPHWKRGRORJ\RIUHOLJLRXVVWXGLHVJURZLQJULFKHU$PRQJWKHVHDUHWKH)RXFDXOGLDQDSSURDFK
'HUULGDVDQG+DEHUPDVFRQFHSWV$SDUWIURPWKDWGLVFRXUVHRI)RXFDXOGLDQGHDOLQJZLWKDUFKDHRORJLFDO
genealogical perspective in complementary can form a critical perspective for religious studies, and socially
unveil the workings of a regional and practical power relation. In addition, the perspective of deconstruction
by Derrida offers not only a way to read a text, but also social reality, to undermine the status of a dominant
and repressive discourse and other social practices. In fact, Habermas critical theory in the style of criticism
is against the methodology creating religious discourse which is impartial and oppressive.

Keywords: Religion and postmodernism

Abstraksi: 3RVWPRGHUQLVPH PHUXSDNDQ UHHNVL NULWLV EDJL SDUDGLJPD-paradigma modernisme sekaligus


bagi era kebangkitan spiritualitas keagamaan. Dalam hal ini kemunculan teori sosial dalam perspektif
postmodernisme menciptakan pendekatan dan metodologi studi-studi agama menjadi lebih kaya. Di antara
itu semua adalah konsep-konsep pendekatan Foucauldian, Derrida dan Habermas. Selain itu, diskursus
Foucauldian terkait perspektif arkeologi-geneologis mampu membentuk perspektif kritis bagi studi-studi
agama, dan secara sosial mampu mengungkapkan hubungan kekuatan regional dan praktis. Selain itu pula,
SHUVSHNWLIGHNRQVWUXNVLROHK'HUULGDPHQDZDUNDQEXNDQVDMDFDUDPHPEDFDWHNVWHWDSLMXJDUHDOLWDVVRVLDO
merendahkan status wacana, dan praktik-praktik sosial lainnya, yang dominan dan represif. Kenyataannya,
teori kritik Habermas dalam gaya kritisisme adalah melawan metodologi yang menciptakan wacana agama
menjadi imparsial dan opresif.

Katakunci: $JDPDGDQpostmodernisme

Pendahuluan EHQWXNNRORQLDOLVPHZDFDQDKHJHPRQLVDVL
%U\DQ 6 7XUQHU VRVLRORJ NRQGDQJ NXOWXUDO GDQ SHPDNVDDQ SHQGDSDW \DQJ
kenamaan abad ini, dalam bukunya yang PHQJDQJJDS \DQJ ODLQ otherness, the
berjudul, Orientalism, Postmodernism, and other), Timur dan ,VODP VHEDJDL EDUDQJ
Globalism telah membongkar universalitas UHQGDKDQ
VRVLRORJL %DUDW .HDQJNXKDQ %DUDW GDODP Kajian orientalisme juga mulai dipertan-
menilai Timur dan Islam, bagi Turner bisa \DNDQ%DQ\DNNULWLNDQWDMDPGLDUDKNDQSDGD
diamati dari berbagai analisis akademik kaum NDODQJDQ DNDGHPLN %DUDW \DQJ PHPDKDPL
orientalis yang mencibir kebudayaan non- QRQ%DUDW GHQJDQ SDQGDQJDQ VHEHODK PDWD
%DUDW GDQ PHQJDQJJDS 7LPXU DGDODK LUUD bahwa mereka (Timur, ,VODP  PHQDNDQ UD-
sional, tidak demokratis, dan sangat mistik. sionalitas modernisasi, dan lebih mengurusi
.ODLPXQLYHUVDOLWDVDGDODKVDODKVDWXNDWD KDOKDO \DQJ EHUEDX VSLULWXDO %HUVDPDDQ
yang pas untuk dialamatkan kepada wacana, dengan hegemonisasi pandangan ini, ke-
SHQGDSDWGDQDQDOLVLVGDODPVRVLRORJL%DUDW munculan Postmodernisme menjadi menarik
selama ini. Apa yang terdapat dalam berbagai untuk diapresiasi, terlepas beberapa ketidak-
literatur dan wacana mereka merupakan setujuan kita kepadanya. Perlu diingat bahwa
231
232 Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 3, Januari 2012

UDVLRQDOLVPHLQVWUXPHQWDO%DUDWWHODKPHQDQ- GHUQLVPHVHFDUDVHGHUKDQDVHEDJDLincredu-
cap kuat pada ingatan akademisi manapun lity towards metanarratives NHWLGDNSHUFD
disebabkan karena kuatnya arus globalisme \DDQ WHUKDGDS PHWDQDUDVL  0HWDQDUDVL \DQJ
yang membantu anggapan-anggapan orien- dimaksud, misalnya: kebebasan, kemajuan,
2
talisme. Postmodernisme ingin mendekon- emansipasi kaum proletar, dan sebagainya.
VWUXNVL QDUDVL EHVDU grand narrative) ini Lyotard adalah failasuf yang memerkenal-
dengan mengajukan pluralitas pemikiran dan kan istilah postmodernisme ke dalam bi-
kebudayaan, di samping ada nilai emansi- GDQJ IDOVDIDW 0HQXUXWQ\D SRVWPRGHUQLVPH
pasinya. LWX VHSHUWLQ\D DGDODK VHEXDK LQWHQVLNDVL
Postmodernisme secara umum dikenal GLQDPLVPH XSD\D WDN KHQWLKHQWLQ\D XQ-
sebagai antitesis dari modernisme. Sebagai tuk mencari kebaruan, eksperimentasi, dan
JHUDNDQ SHPLNLUDQ SRVWPRGHUQLVPH EHUKD revolusi kehidupan terus. Dengan kata lain,
VLOPHQDZDUNDQRSLQLPHORQWDUNDQDSUHVLDVL dalam bidang falsafat postmodernisme diarti-
dan menikamkan kritik yang tajam terhadap NDQVHEDJDLVHJDODEHQWXNUHHNVLNULWLVDWDV
wacana modernitas dan kapitalisme (global) paradigma-paradigma modern dan atas meta-
muktakhir. Di tengah kemapanan dan pesona VLNDSDGDXPXPQ\D7HUNDGDQJRUDQJPH-
yang ditawarkan oleh proyek modernisasi nyamakan postmodernisme dengan postmo-
dengan rasionalitasnya, postmodernisme GHUQLWDV$SD \DQJ PHPEHGDNDQ NHGXDQ\D"
justru ditampilkan dengan sejumlah evaluasi 0HQXUXW , %DPEDQJ 6XJLKDUWR SRVWPRGHU
kritis dan tajam terhadap impian-impian QLVPHPHQXQMXNSDGDNULWLNNULWLNIDOVDDWDV
masyarakat modern. Kritik tersebut, tidak gambaran dunia (world view), epistemologi
saja mengagetkan dunia publik intelektualitas dan ideologi-ideologi modern. Sedangkan
%DUDW \DQJ VHMDN EHEHUDSD DEDG WHUEXDLNDQ yang kedua merupakan situasi dan tata so-
oleh modernisme yang membius melalui sial produk teknologi informasi, globalisasi,
ciptaan sains dan teknologinya. fragmentasi gaya hidup, konsumerisme yang
berlebihan, deregulasi pasar uang dan sarana
Postmodernisme dan Studi Agama publik, usangnya negara bangsa dan peng-
Term Postmodernisme pertama kali dipa- galian kembali inspirasi-inspirasi tradisi.
NDLSDGDWDKXQDQROHKVHQLPDQ,QJJULV Pengertian ini juga yang dimaksud Turner,
John Watkins Chapman. Selanjutnya, pada dan menjadi dasar kritikannya terhadap
WDKXQWHUPLQLGLSDNDL5XGROI3DQZLW] Ernest Gellner yang meyamakan kedua arti

dengan term yang agak berbeda yaitu Post tersebut. Singkatnya, postmodernisme ber-
LPSUHVLRQLVPH DQ  GDQ SRVW LQGXVWULDO PDNQD SHPLNLUDQ IDOVD \DQJ PHQ\HUDQJ
  ,QL DGDODK SHUPXODDQ SHQJJX- modernisme, dan postmodernitas adalah rea-
QDDQ DZDODQ post yang kemudian berme- litas yang merupakan hasil dari pemikiran
NDUDQ GL DZDO DQ GDODP OLWHUDWXU SH- yang diproduksi.
mikiran sosial, ilmu ekonomi dan agama de- Upaya yang dilakukan postmodernisme
1
ngan term post Christianity. Postmodernisme adalah membongkar dan menghancurkan
selanjutnya berkembang dalam literatur dan metanarasi yang dihasilkan dari sebuah
arsitektur yang merupakan pusat perdebatan ideologi dan pemikiran mainstream yang
post-modernisme
J.F. Lyotard dalam bukunya La Condition 2
Scott Lash, Sosiologi Postmodernisme
Postmoderne   PHQJDUWLNDQ SRVWPR <RJ\DNDUWD3XVWDND)LOVDIDW.DQLVLXV 

Pernyataan ini terdapat dalam pengantar
1
 5LFKDUG $SSLJQDQHVL GDQ &KULV *DUUDWW %DPEDQJ 6XJLKDUWR GDODP 6FRWW /DVK Sosiologi
Mengenal Postmodernisme for Beginners %DQGXQJ Postmodernisme. Selanjutnya baca Scott Lash, Sosiologi
0L]DQ  Postmodernisme
Syafwan Rozi, Agama dan Postmodernisme: Menelusuri Metodologi dan Pendekatan Studi-Studi Agama 233

hegemonik dan menguasai kultur pengetahuan macam paradigma kultural. Seperti paradigma
masyarakat. Secara bersamaan, falsafat ilmiah, paradigma kultural merupakan
postmodern menyalahkan kapitalisme yang NRQJXUDVL GDODP UXDQJ GDQ ZDNWX 6HFDUD
eksploitatif dan sosialisme yang birokratik, meruang paradigma kultural tersusun dari
GDQ VDPDVDPD GLDQJJDS VHEDJDL QDUDVL struktur simbolis yang kurang lebih bersifat
QDUDVL EHVDU grand narratives) yang lentur. Sejalan dengan waktu, paradigma kultural
menyebabkan kegersangan bagi dunia sosial mengambil bentuk, bertahan selama beberapa

PRGHUQ 0HQXUXW 7XUQHU SHUNHPEDQJDQ waktu dan kemudian mengalami disintegrasi.
perkembangan politik dan intelektual 0HQXUXW 6FRWW /DVK SRVWPRGHUQLVPH GDQ
dalam postmodernisme menjadi tantangan semua paradigma kultural lain adalah sebagai
besar bagi orientalisme. Orientalisme yang OLQJNXS SHQDQGDDQ  GDODP VXDUD FLWUD NDWD
merupakan bagian dari metanarasi menjadi DWDXSHUQ\DWDDQ\DQJGLWDQGDNDQDGDODKNRQ
memungkinkan untuk dilawan bagi kalangan sep atau pengertian dan acuannya adalah objek
postmodern. Cita-cita yang ingin diusung dunia nyata yang menghubungkan penanda dan

oleh postmodernisme adalah terjalinnya yang diberi makna.
kehidupan yang plural, demokratis, egaliter, Pemikiran kalangan postmodernis itu
dan menjamin bagi emansipasi sebuah sendiri bisa dibagi tiga. Pertama, yang
ideologi tanpa memasung rasa kemanusiaan. merevisi pemikiran modernitas, namun
Teori postmodernisme adalah satu cenderung kembali ke pola pemikiran
konsekuensi dari obsesi abad ini akan bahasa. SUDPRGHUQ VHSHUWL PHWDVLND 1HZ $JH
3DUD SHPLNLUDQ DEDG NH VHSHUWL %HUWUDQG 7RNRKQ\D VHSHUWL &DSUD =XNDY GDQ VHED
5XVVHO /XGZLJ :LWWJHQVWHLQ 0DUWLQ gainya. Kedua, pemikiran yang merevisi
Heidegger dan lainnya menggeser fokus modernisme tanpa menolaknya mentah-
analisis mereka menjauh dari ide-ide dalam mentah, melainkan melakukan perbaikan di
pikiran ke bahasa untuk mengekspresikan sana-sini yang dirasa perlu. Jadi, semacam
pikiran. Para failasuf, ahli logika dan ahli kritik imanen terhadap modernism, dalam
bahasa sepertinya menyetujui pernyataan rangka mengatasi konsekuensi negatifnya.
apakah yang membuat pikiran menjadi 0HUHNDGLDQWDUDQ\D+DEHUPDV:KLWHKHDG

EHUDUWLPHUHNDPHQMDZDEVWUXNWXUEDKDVD *DGDPHU 5RUW\ GDQ 5LFRHXU Ketiga,
Jadi dapat dipastikan teori postmodernisme pemikiran yang memandang bahwa sisi
memunyai akar dalam satu kelompok gelap dari modernitas bukanlah sekadar
linguistik formal strukturalisme yang didirikan efek samping dari pemikiran Pencerahan,
)HUGLQDQG GH 6DXVVXUH   :DODX

Scott Lash, Sosiologi Postmodernisme
pun secara sosiologis, postmodernisme dapat 
Selanjutnya baca Scott Lash, Sosiologi
dipahami dari pergeseran pemikiran pada era Postmodernisme, GDQ'LVNXVLWHQWDQJSHQDQGDDQ
DQ VDPSDL DQ GDUL PRGHUQLWDV NH GDSDWGLVLPDNGDODPDUWLNHO*RHQDZDQ0RKDPDG\DQJ
posmodernitas, dan dari strukturalisme ke menyatakan bahwa sejak perkembangan pendekatan
poststrukturalisme terhadap bahasa, kita kian sadar
post-strukturalisme. De Saussure, Chomsky, EHWDSDWDNVWDELOQ\DPDNQDNDWD.DWD7XKDQKDQ\DODK
Jacobson dan Levi-Strauss mewakili SHQDQGD \DQJ PDNQDQ\D EDUX GDSDW GLSDKDPL WDSL
kalangan strukturalis-modernis. Sedangkan GDODPDUWLVHVXDWX\DQJEHUEHGDGDULPDNKOXN%HGDLQL
Derrida bersama Lacan, Kristeva, Foucault, akan terjadi terus menerus. Sebab itu pemaknaan Tuhan
tak kunjung berhenti. Penanda (signans) itu tidak pernah
%DUWKHV GDQ %DXGULOODUG ELVD GLNDWDNDQ PHQHPXNDQ \DQJ GLWDQGDLQ\D signatum.) Signatum
mewakili poststrukturalis-postmodernis. baru akan muncul nanti, sebab Tuhan akan selamanya
Di sisi lain, postmodernisme diartikan se- berkecimpung dalam hubungan dengan penanda-
SHQDQGDLWX*RHQDZDQ0RKDPDG7HQWDQJ$WKHLVPH
GDQ7XKDQ\DQJ7DNKDUXV$GDDUWLNHOKompas, Sabtu,

 5LFKDUG, Mengenal Postmodernisme, 20. 2NWREHU
234 Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 3, Januari 2012

11
melainkan sebagai sesuatu yang melekat di $JXQJ incredulity towards metanarratives.)

dalamnya. Para pemikir dari kalangan ini Walaupun demikian, persoalan menarik
terkait erat dengan dunia sastra dan linguistik. yang muncul dalam perbincangan mengenai
0HUHNDLQJLQPHODPSDXLEDKDVD\DQJVHFDUD postmodernisme dan agama adalah bagaimana
tradisional dipandang sebagai cermin untuk perspektif pemikiran postmodernisme ini bisa
menggambarkan dunia atau realitas. GLSDNDL XQWXN PHOLKDW DJDPD %DJDLPDQD
Pemikiran postmodernisme belakangan postmodernisme bisa digunakan sebagai
ini mulai direspon oleh kaum agama dan sebuah alat analisis atau sebuah strategi
peminat studi agama-agama yang dimulai oleh untuk mengaji agama. Penerapan pemikiran

+DUYH\&R[ dengan kemunculan teologi postmodernisme dalam satu konstelasi
pasca modern dan gerakan pembebasan yang perspektif studi agama bukan dimaksudkan
didasari atas visi teologis. Walaupun di satu untuk melakukan suatu rekonsiliasi antara
12
sisi kita agak kesulitan melacak visi agama kedua perspektif tersebut. Sebaliknya,
dalam pemikiran postmodernisme, tapi David dengan mengelaborasi sejumlah elemen
5D\*ULIIWPHOLKDWSRVWPRGHUQLVPHGLEDQJXQ penting dalam pemikiran Foucault, Derrida
berlandaskan pada universalitas pengalaman dan Habermas sebagai fokus kajian, studi
NUHDWLWDV DNDQ PHQJKDVLONDQ HWLND NHUMD ini dapat diharapkan memerlihatkan bahwa
berbeda. Postmodernism dengan visi spiritual pemikiran komplementer untuk membentuk

konstruktif atau pembaharuan ini mengakui suatu perspektif studi agama yang kritis.
adanya serta kemungkinan diperolehnya
pengalaman tentang norma-norma yang Diskursus dan Genealogi Michael Foucault
berakar dari keilahian. Sekalipun menurut )RXFDXOW   PHUXSDNDQ VDODK
1DLVELWW VHSHUWL GLNXWLS 'DGDQJ .DKPDG satu pemikir terkemuka dalam dunia ilmu sosial
kebangkitan agama di era postmodernisme dan falsafat. Ia adalah seorang failasuf Perancis,
adalah agama dalam pengertian spiritualitas, sejarahwan, intelektual, kritikus, dan seorang
10
bukan agama organized religion. VRVLRORJ \DQJ ODKLU GL 3RLWLHUV  2NWREHU
Persepektif yang berbeda ditemukan dari 3HQGLGLNDQDNDGHPLVQ\DGLODOXLGLEcole
tokoh postmodernism sendiri seperti Normale Superiuere (Paris) bidang falsafat
Lyotard mengganggap agama sebagai proses dan psikologi. Tugas akademis yang pernah ia
OHJLWLPDVL\DQJGLSHUROHKGDUL.LVDK$JXQJ emban adalah Direktur Departemen Falsafat di
(metanarative, grandnarative.  $JDPD University of Clermont-Ferrand dan University
ini menurut Lyotard telah kehilangan daya of Vincennes   6HPDVD KLGXSQ\D LD
SLNDWQ\D NHWLGDNSHUFD\DDQ SDGD .LVDK
11
Pandangan Lyotard tentang agama sebagai

Donny Gahral Adian, Percik Pemikiran SURVHV OHJLWLPDVL .LVDK $JXQJ LQL PHUXSDNDQ YLVL
Kontemporer: Sebuah Pengantar Komprehensif agama dalam tradisi modernisme. Fungsi legitimatif
<RJ\DNDUWD-DODVXWUD  ini mirip dengan fungsi mitos etiologi dalam mayarakat

 +DUYH\ &R[ Religion and the Secular City: primitif. Sebagaimana visi postmodernism, ia
Toward a Postmodernism Theology 1HZ<RUN6LPRQ berseberangan secara frontal dengan tradisi modern.
DQG6FKXVWHU  'HQJDQ NHWLGDNSHUFD\DDQ LQL /\RWDUG PHPDVXNNDQ

Spiritual konstruktif postmo merupakan GLULQ\DGDODPWUDGLVLQDELSHUDJX0D[:HEHU1LHW]VFKH
akumulasi spiritualitas modern dengan spiritualitas GDQ )UHXG %DFD -RDV $GL 3UDVHW\R Mencari Dasar
NUHDWLWDV SDGD PDVD UHQDLVDQVH VDVWUD GDQ KXPDQLVWLN Bersama: Etika Global dalam Kajian Post Modernisme
DEDG  0 GDQ VSLULWXDOLWDV NHSDWXKDQ \DQJ PXQFXO -RJMDNDUWD%3.*XQXQJ0XO\D 
VHMDNUHIRUPDVL3URWHVWDQDEDG0'DYLG5D\*ULIIW, 12
5XG\ +DULV\DK $ODP 3HUVSHNWLI 3DVFD
Tuhan dan $JDPD GDODP 'XQLD Postmodernisme 0RGHUQLVPHGDODP.DMLDQ.HDJDPDDQGDODPTradisi
<RJ\DNDUWD3XVWDND)LOVDIDW.DQLVLXV  Baru Penelitian $JDPD ,VODP 7LQMDXDQ $QWDUGLVLSOLQ
10
Dadang Kahmad, Sosiologi $JDPD %DQGXQJ Ilmu, 0 'HGHQ 5LGZDQ HG  %DQGXQJ 1XDQVD
375HPDMD5RVGD.DU\D  &HQGLNLD 
Syafwan Rozi, Agama dan Postmodernisme: Menelusuri Metodologi dan Pendekatan Studi-Studi Agama 235

memegang kursi jabatan di Collge de France, pokok pikiran yang terkenal dalam karya
GHQJDQWLWHO6HMDUDKVLVWHPSHPLNLUDQ History Foucault 7KH $UFKHRORJ\ RI .QRZOHGJH
of Systems of Thought.) Di samping itu juga 'LVNXUVXV DGDODK  VDODK VDWX NRQVHS NXQ
pernah mengajar di Universitas California ci dalam falsafat postmodernisme yang
%HUNHOH\ GDQ  EHEHUDSD QHJDUD$UDE 0DJKULE PHOLKDW SHQWLQJQ\D VHMDUDK GDQ ZDNWX
WHUXWDPD 7XQLVLD  3DGD  -XQL  LD di dalam perbincangan tentang bahasa dan

meninggal dunia di Paris. praktiknya. Prinsip ini bertentangan dengan
3DGD WDKXQ DQ Foucault sering dia- falsafat strukturalisme yang mementingkan
sosiasikan dengan gerakan strukturalis. VLVWHP GDQ VWUXNWXU PLVDOQ\D VLVWHP
Foucault kemudian menjauhkan dirinya dari dan struktur bahasa) dan ilmu pengetahuan
JHUDNDQSHPLNLUDQLQL0HVNLVHULQJGLNDUHN- yang melampaui kawasan sejarah. Sebagai
terisasikan sebagai seorang posmodernis, salah seorang pendukung poststrukturalism,
tetapi Foucault sendiri selalu menolak la- Foucault menggunakan istilah diskursus
bel poststrukturalis dan postmodernis. Pada GHQJDQFDUD\DQJEDUX0HQXUXWQ\DNRQVHS
karya pertamanya yang berjudul Madness VHMDUDK WLGDN ODJL VHNHGDU PHQJRQRWDVLNDQ
and Civilization  Foucault sepertinya rangkaian, urutan, evolusi atau kontinuitas,
menganalogkan penderita kegilaan yang ha- akan tetapi lebih kompleks dari itu. Di dalam
rus dirawat oleh dokter di rumah sakit jiwa, karyanya, Foucault menjelaskan diskursus
PHUXSDNDQUHHNVLGDULUHDOLWDVSUDNWLNVXE- tidak dalam konteks kontinuitas sejarah,
MHNWLWDV GLVNXUVXV \DQJ Q\DWD 3HQGHULWD tetapi di dalam konteks diskonituitas. Apa
penyakit gila dikungkung dan dikendalikan yang dilihat Foucault di dalam satu rentang
VHPXD DNWLWDV SHPLNLUDQ PDXSXQ NHKLGX- waktu adalah sesuatu yang terputus atau
pannya. Di samping itu karyanya yang ber- sesuatu yang kontradiktif. Ia melihat bahwa
judul The Theory of Truth merupakan salah ada keberkaitan antara peristiwa tertentu
satu pemikiran cemerlangnya yang mengu- dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya.
SDV WHQWDQJ QLODLQLODL VXEMHNWLWDV NRQVWLWX- Peristiwa tertentu berfungsi dalam kaitannya
tif serta eksplorasi praktik-praktik diskursif dengan situasi awalnya. Peristiwa-peristiwa
penguasa dalam membentuk subjek. Karya ini meninggalkan jejak di belakangnya,
Foucault yang paling monumental adalah yang menentukan hubungannya dengan
7KH $UFKHRORJ\ RI .QRZOHGJH yang mene- SHULVWLZD VHEHOXPQ\D 0HODOXL MHMDNMHMDN
laah kekuasaan dan hubungan antara kekua- inilah Foucault melihat apa yang disebutnya
VDDQ SHQJHWDKXDQ GDQ GLVNXUVXV WHODK ED keterputusan atau diskontinuitas. Pengetahuan
nyak diperdebatkan secara luas. Karya-karya implisit yang melekat di dalam diskursus
pemikiran Foucault dapat dipandang sebagai menentukan peristiwa-peristiwa, formasi
kontribusi luar biasa terhadap teori kebuda-
yaan dalam teori sosial. Karya-karya hasil pe- juga berkaitan dengan praktik sosial dan kehidupan
mikirannya di kemudian hari bahkan sempat VHKDULKDUL  'DODP NRQWHNV EDKDVD GLVNXUVXV
merupakan cara tertentu dalam menggunakan bahasa
menjadi grand theory yang mendunia dalam dan praktik bahasa tersebut dan relasi sosial di belakang
kancah teori sosial. praktik tersebut. Dalam perspektif poststrukturalisme,

6HODQMXWQ\D GLVNXUVXV merupakan EHQWXN SUDNWLN GLVNXUVXV EHUNDLWDQ GHQJDQ VHMDUDK
dan waktu yang berkaitan dengan penggunaan
EDKDVD GL GDODP ]DPDQ ZDNWX GDQ WHPSDW WHUWHQWX

John Lecht, Fifty Key Contemporary Thinkers: Selanjutnya )RXFDXOW PHQGHQLVLNDQ GLVNXUVXV
from Strukturalism to Postmodernism /RQGRQDQG1HZ VHEDJDL NXPSXODQ SHUQ\DWDDQSHUQ\DWDDQ statement,
<RUN5RXWOHGJH  enonce  \DQJ GLEHGDNDQ GDUL XQJNDSDQ utterance)

Diskursus (discourse) memunyai arti yang PDXSXQSURSRVLVL proposition. 0LFKHOFoucault, The
cukup kompleks. Hal ini tidak saja disebabkan istilah $UFKHRORJ\ RI .QRZOHGJH WHUM $0 6KHULGDQ 1HZ
diskursus ini ditemukan dalam ranah bahasa, tetapi <RUN3DQWKRHQ 
236 Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 3, Januari 2012

GDQ SHPEHQWXNDQ VLN VHUWD SHUXEDKDQ mengandung implikasi bahwa masa lalu
perubahan dari satu diskursus ke diskursus haruslah terus-menerus dievaluasi ulang.
lain. Keterputusan dari satu peristiwa Dalam artian, geneologi tidak berpretensi
ke peristiwa lainnya, menurut Foucault untuk kembali ke masa lalu dengan tujuan

PHQJKDVLONDQGLIHUHQVLSHUEHGDDQ untuk memulihkan sebuah kontinuitas
Selanjutnya, dalam melihat diskursus yang terputus. Justru sebaliknya, genealogi
sebagai satu praktik, Foucault tidak menja- EHUXVDKD PHQJLGHQWLNDVL KDOKDO \DQJ
dikan bahasa atau sistem tanda sebagai menyempal (accidents  PHQJLGHQWLNDVL
objek kajian utamanya. Kajian diskursus penyimpangan-penyimpangan yang kecil
LQL  GLNHPXNDNDQ GDODP WHUP DUVLS \DQJ (the minute deviations.) Genealogi memfo-
dijelaskan Foucault di dalam $UFKHRORJ\ RI kuskan diri pada retakan-retakan, pada
Knowledge sebagai seperangkat diskursus- kondisi-kondisi sinkronik dan pada tumpang-
diskursus yang diungkapkan secara aktual, dan tindihnya pengetahuan yang bersifat akademis
seperangkat diskursus ini digambarkan tidak dengan kenang-kenangan yang bersifat
hanya sebagai satu perangkat peristiwa yang lokal. Jika arkeologi berupaya menyingkap
PHQJDPELO WHPSDW VHFDUD GHQLWLI GDQ WHWDS suatu wilayah formasi praktik diskursif,
dalam perjalanannya, dalam satu pintu gerbang genealogi lebih mengarah pada usaha untuk
sejarah, tetapi juga sebagai perangkat yang mendeskripsikan sejarah formasi praktik-

terus berfungsi, ditransformasikan melalui praktik non-diskursif. Jadi genealogi tidak
sejarah, dan memberikan kemungkinan diartikan sebagai pencarian asal muasal
untuk kemunculannya di dalam diskursus- diskursus, fakta dan peristiwa tertentu,

diskursus lain. Dengan demikian kajian melainkan relasi kuasa di baliknya. Di
praktis diskursus ditemukan dalam archive dalam analisisnya mengenai mekanisme dan
yang disebut dengan arkeologi. Arkeologi efek kekuasaan, Foucault menitikberatkan
menurut Foucault adalah deskripsi tentang pada diskursus pinggiran ketimbang pusat
arsip-arsip itu sendiri sebagai kumpulan dari kekuasaan, pada kawasan di mana kekuasaan
sesuatu atau peristiwa-diucapkan, disusun, menjangkau sisi terjauh individu, menyentuh
diakui, digunakan kembali, diulang dan tubuh mereka, menyisipkan dirinya ke
ditransformasikan di dalam kebudayaan. dalam tindakan dan sikap mereka, diskursus
Arsip sebagai satu praktik besar diskursus mereka, proses belajar dan kehidupan sehari-
yang terdiri dari pernyataan, peristiwa, hari mereka.
SHQJJXQDDQ VLN GDQ UXDQJ PHPXQ\DL Hubungan antara diskursus dengan gene-
aturan main, kondisi, fungsi dan akibatnya alogi dapat dilihat dari pemikiran Foucault
sendiri tatkala melihat hubungan antara satu sendiri, bahwa ia tidak menaruh perhatian
ungkapan diskursus dan ungkapan lain. pada kajian diskursus dalam kerangka struktur
Selanjutnya, Foucault mengaji diskursus penandaan, sebagai gantinya ia mengaji
dalam kerangka atau pendekatan genealogi, diskursus dalam kerangka geneologi, relasi
relasi kekuasaan, perkembangan strategi kekuasaan, perkembangan strategis dan taktis.
dan taktik. Dengan pendekatan Foucauldian, 0HQXUXW %DPEDQJ 6XJLKDUWR WXJDV DUNHRORJL
genealogi merupakan sejarah yang ditulis untuk menganalisis logika intern suatu wacana
dengan terang penglihatan dan kepedulian yang otonom akhirnya diserap dalam proyek
masa kini. Fakta bahwa masa kini selalu
berada dalam sebuah proses transformasi 
<XGL /DWLI Inteligensia Muslim dan Kuasa,
*HQHDORJL ,QWHOLJHQVLD 0XVOLP ,QGRQHVLD $EDG NH

<DVUDI $PLU 3LOLDQJ Hiper-Realitas Kebu- %DQGXQJ0L]DQ 
dayaan <RJ\DNDUWD/.,6  
5XG\ +DULV\DK $ODP Perspektif Pasca-Post-

<DVUDI$PLU3LOLDQJHiper-Realitas modenisme
Syafwan Rozi, Agama dan Postmodernisme: Menelusuri Metodologi dan Pendekatan Studi-Studi Agama 237

21
geneologi yang mengincar sejarah objektivikasi relasi-relasi kuasa tersebut. Jadi perspektif
objektif. Cara kerja Foucault ini adalah melalui studi agama ini lebih mengarahkan perhatian
analisis historis atas gagasan-gagasan dasar yang kepada bekerjanya efek-efek kuasa yang
telah membentuk kita sebagai subjek maupun negatif seperti membatasi, mengucilkan dan
objek pengetahuan. Dengan cara ini Foulcault merepresi sebuah interpretasi.
mau memersoalkan segala sesuatu yang <XGL /DWLI GDODP Inteligensia Muslim
biasanya dianggap normatif, universal, mutlak, dan Kuasa, Genealogi Inteligensia Muslim

rasional dan gamblang dengan sendirinya. ,QGRQHVLD $EDG NH memakai pendekatan
%DKNDQ 5XG\ +DULV\DK $ODP EHUSHQGDSDW genealogi, relasi kuasa-pengetahuan Fou-
perpaduan arkeologi dan geneologi membentuk cauldian secara bersamaan dengan para
suatu kritisisme baru, yaitu kritisisme yang pemikir dan teoritisasi besar seperti Antonio
tidak lagi dipraktikkan dalam kerangka mencari *UDPVFL 0D[ :HEHU 3LHUUH %RXUGLHX GDQ
struktur-struktur formal dengan nilai universal, Jurgen Habermas. Penelitian ini mengungkap
tetapi lebih merupakan investigasi historis JHQHDORJL LQWHOLJHQVLD 0XVOLP GDQ KXEX
20
terhadap peristiwa yang telah terjadi. QJDQQ\DGHQJDQSHUWDUXQJDQNXDVD SRZHU 
Dalam analisis Foucauldian, agama bisa di Indonesia abad ke-20. Dalam artian
dipandang sebagai praktik yang berperan Foucaldian, genealogi merupakan sejarah
dalam pembentukan diskursus-diskursus yang ditulis dengan terang penglihatan dan
umum lainnya. Perspektif ini mengaji agama kepedulian masa kini. Fakta bahwa masa
dari sudut eksterioritasnya, menempatkannya kini selalu berada dalam sebuah transformasi
dalam suatu relasi-relasi kekuasaan yang mengandung implikasi bahwa masa lalu
imanen yang terdapat dalam diskursus haruslah terus-menerus dievaluasi ulang.
NHDJDPDDQ 6HWLGDNQ\D PHQXUXW 5XG\ DGD 0DVLKPHQJLNXWLSDQGDQJDQFoucault, kuasa
tiga pendekatan studi agama dalam perspektif SRZHU GHQJDQSHQJHUWLDQWRWDOLWDVVWUXNWXU
Foucauldian: Pertama, menginvestigasi WLQGDNDQ XQWXN PHQJDUDKNDQ WLQGDNDQ
praktik-praktik sosial termasuk agama dari individu-individu yang merdeka,
yang akan menjadi sasaran investigasi. memungkinkan penelitian ini untuk melihat
Investigasi diarahkan kepada praktik-praktik adanya ruang kemungkinan bagi kelompok-
yang secara efektif menjadi wilayah relasi- kelompok yang tersubordinasi (inteligensia
relasi kekuasaan menghasilkan efeknya 0XVOLP  XQWXN PHODZDQ NXDVD QHJDUD GDQ
yang represif. Kedua, mendeskripsikan pemerintahan hegemonik, dan juga melihat
bagaimana relasi-relasi kuasa bekerja lewat pergumulan (interplay) dan interpenetrasi
mekanisme yang disediakan oleh praktik- kuasa yang ada di antara beragam kelompok
praktik sosial tersebut dan bagaimana inteligensia dalam masyarakat Indonesia.22
relasi-relasi kuasa tersebut mengonstitusi, Di samping itu, pendekatan Foucauldian
memroduksi serta memunculkan diskursus MXJD GLJXQDNDQ GDODP SHQHOLWLDQ 05LGKDK

keagamaan. Ketiga, menganalisis bagaimana Taqwa, Tilaar, GDQ%6LPDQMXQWDN dalam
diskursus-diskursus keagamaan yang telah
diproduksi oleh relasi kuasa selanjutnya 21
5XG\ +DULV\DK $ODP Perspektif Pasca-
PHQRSDQJ GDQ PHQMXVWLNDVL EHNHUMDQ\D Postmodenisme
22
<XGL /DWLI Inteligensia Muslim dan Kuasa,


7LODDU .HNXDVDDQ GDQ 3HQGLGLNDQ 6XDWX

%DPEDQJ 6XJLKDUWR Postmodernisme: Tanta- 7LQMDXDQ 3HUVSHNWLI 6WXGL .XOWXUDO GDODP MXUQDO
ngan Bagi Filsafat <RJ\DNDUWD 3HQHUELW .DQLVLXV Indonesiantara[[LY
  
Simanjuntak mengaji kekuasaan di arena
20
5XG\ +DULV\DK $ODP Perspektif Pasca-Post- DJDPD JHUHMD GDQEXGD\D%DWDNGDODP.RQLN6WDWXV
modenisme GDQ.HNXDVDDQ2UDQJ%DWDN7RED Prisma1R-XQL
238 Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 3, Januari 2012

studi agama, kebudayaan dan pendidikan. awal Derrida di bidang falsafat sebagian besar
Terutama Taqwa, penelitiannya tentang berkaitan dengan fenomenologi. Latihan
0HQ\RDO 3UDNWHN .HNXDVDDQ GL $UHQD awalnya sebagai failasuf dilakukan melalui
3HQGLGLNDQ %HUEDVLV .HDJDPDDQ VXDWX kacamata Edmund Husserl. Inspirasi penting
3HUVSHNWLI &XOWXUDO 6WXGLHV PHQJDML lain bagi pemikiran awalnya berasal dari
tentang praktik-praktik kekuasaan dalam 1LHW]VFKH +HLGHJJHU 'H 6DXVVXUH /HYLQDV
arena pendidikan yang berideologi agama. dan Freud. Derrida mengakui utang budinya
Karena dengan memakai pendekatan kepada para pemikir itu dalam pengembangan
Foucauldian, Taqwa berhipotesis, kekuasaan pendekatannya terhadap teks, yang kemudian
bukan hanya perangkat yang menyatukan GLNHQDOVHEDJDLGHNRQVWUXNVL
kehidupan sosial atau kekuatan koersif 3DGD  'HUULGD VXGDK PHQMDGL
yang menyubordinasikan sekumpulan orang failasuf penting kelas dunia. Ia menerbitkan
atas orang lain, melainkan proses yang tiga karya utama (Of Grammatology, Writing
membangun dan membuka jalan bagi segala and Difference, dan Speech and Phenomena).
bentuk tindakan, hubungan sosial dan tatanan Seluruh karyanya ini memberi pengaruh yang
sosial. Jadi kajian dengan pendekatan berbeda-beda, namun Of Grammatology
Foucauldian ini merupakan perpaduan antara tetap karyanya yang paling terkenal. Pada Of
perspektif studi agama atau cultural studies Grammatology, Derrida mengungkapkan dan
dan kritis, karena beberapa perspektif ini kemudian merusak oposisi ujaran-tulisan,
memunyai keberpihakan pada nilai dan yang menurut Derrida telah menjadi faktor
komitmen pada perubahan struktur relasi yang begitu berpengaruh pada pemikiran
sosial yang bersifat hegemonik-dominasi. %DUDW .HDV\LNDQ 'HUULGD GHQJDQ EDKDVD
Pendekatan ini tidak hanya sebagai gerakan dalam teks ini menjadi ciri khas sebagian
teoritis dan mode analisis, tetapi juga sebagai besar karya awalnya. Sejak penerbitan
kritik sosial. karya-karya tersebut serta teks-teks penting
lain (termasuk Dissemination, Glass, The
Dekonstruksi Jacques Derrida Postcard, Spectres of Marx, The Gift of Death,
-DFTXHV 'HUULGD   DGDODK dan Politics of Friendship), dekonstruksi
seorang failasuf Prancis, yang dianggap secara bertahap meningkat, dari memainkan
sebagai tokoh penting poststrukturalis- peran utama di benua Eropa, kemudian
postmodernis. Derrida lahir dalam lingkungan MXJD EHUSHUDQ SHQWLQJ GDODP NRQWHNV IDOVD
NHOXDUJD<DKXGLSDGD-XOLGL$OMD]DLU Anglo-Amerika. Peran ini khususnya terasa
3DGD WDKXQ  LD SLQGDK NH 3UDQFLV GL di bidang kritik sastra, dan kajian budaya, di
mana ia tinggal sampai akhir hayatnya. mana metode analisis tekstual dekonstruksi
Ia kuliah dan akhirnya mengajar di Ecole memberi inspirasi kepada ahli teori, seperti

Normale Suprieure di Paris. Derrida pernah 3DXOGH0DQ
mendapat gelar doktor honoris causa di Pemikiran Derrida yang terkenal adalah

Universitas Cambridge. Ia meninggal dunia dekonstruksi. Pada awalnya, dekonstruksi
NDUHQD SHQ\DNLW NDQNHU SDGD  .DU\D adalah cara atau metode membaca teks.
Dekonstruksi berfungsi dengan cara masuk
 ke dalam analisis berkelanjutan, yang terus

0 5LGKDK 7DTZD 0HQ\RDO 3UDNWHN
.HNXDVDDQ GL $UHQD 3HQGLGLNDQ %HUEDVLV .HDJDPDDQ berlangsung, terhadap teks-teks tertentu.
6XDWX 3HUVSHNWLI &XOWXUDO 6WXGLHV GLPXDW GDODP Konstruksi ini berkomitmen pada analisis
Prosiding Simposium Nasional Mahasiswa Pascasarjana habis-habisan terhadap makna literal teks,
tahun 2008: 100 Tahun Kebangkitan Nasional dalam
Berbagai Perspektif<RJ\DNDUWD0HL

John Lecht, Fifty Key Contemporary,  
John Lecht, Fifty Key Contemporary
Syafwan Rozi, Agama dan Postmodernisme: Menelusuri Metodologi dan Pendekatan Studi-Studi Agama 239

dan juga untuk menemukan problem-problem Derrida, seperti banyak teoritisi kontem-
internal di dalam makna tersebut, yang porer Eropa, asyik berusaha membongkar ke-
mungkin bisa mengarahkan ke makna-makna cenderungan oposisional biner yang mewarnai
alternatif, di pojok-pojok teks (termasuk VHEDJLDQ EHVDU WUDGLVL IDOVDIDW %DUDW WHUVHEXW
catatan kaki) yang sering diabaikan. 0HQXUXW'HUULGDSHPLNLUSHPLNLUVHSHUWL3ODWR
Dekonstruksi menyatakan bahwa di dalam 5RXVVHDX 'H 6DXVVXUH GDQ /HYL6WUDXVV
setiap teks terdapat titik-titik ekuivokasi semua telah melecehkan kata tertulis dan lebih
(pengelakan) dan kemampuan untuk mengutamakan ujaran, dengan mengontraskan,
tidak memutuskan (undecidability), yang dan menempatkan ujaran sebagai semacam sa-
mengkhianati setiap stabilitas makna yang luran murni bagi makna. Dalam penyelidikan
mungkin dimaksudkan oleh si pengarang LQL6DXVVXUHVDPSDLPHQJDWDNDQEDKZDEDKD-
dalam teks yang ditulisnya. sa dan tulisan adalah dua sistem tanda yang ber-
Untuk memahami dekonstruksi Derrida, beda: yang kedua eksis semata-mata hanya un-

kita mencoba melacak kronologi pemikirannya WXN UHSUHVHQWDVL GDUL \DQJ SHUWDPD  %DKDVD
dari strukturalisme Saussurean yang bernuansa tegas Saussure, memiliki tradisi oral yang in-
PRGHUQLWDV 0HQXUXW SDKDP VWUXNWXUDOLVPH dependen dari penulisan, dan keindependenan
kenyataan tertinggi dari realitas adalah inilah yang membuat sebuah ilmu murni ujaran
struktur. Struktur itu sendiri adalah saling dimungkinkan.
hubungan antar-konstituen, bagian-bagian, Dalam karyanya, Of Grammatology,
atau unsur-unsur pembentuk keseluruhan, Derrida berusaha menunjukkan bahwa
sebagai penyusun sifat khas, atau karakter struktur penulisan dan gramatologi lebih
dan koeksistensi, dalam keseluruhan bagian- SHQWLQJ GDQ EDKNDQ OHELK WXD NHWLPEDQJ
EDJLDQ\DQJEHUEHGD%LODEDKDVDGLOLKDWVHFDUD yang dianggap sebagai struktur murni
struktural, bisa disimpulkan bahwa bahasa bisa kehadiran diri (presence-to-self), yang
ada karena adanya sistem perbedaan (system of dicirikan sebagai kekhasan atau keunggulan
difference), dan inti dari sistem perbedaan ini OLVDQ DWDX XMDUDQ 0HQXUXW %DPEDQJ
adalah oposisi biner (binary opposition), seperti pemikiran Derrida menarik kesimpulan radi-
oposisi antara penanda/petanda, ujaran/tulisan, NDO GDUL 1LHW]VFKH +XUUHUO GDQ +HLGHJHU

langue/parole. Oposisi biner dalam linguistik Dengan poststrukturalis, ia sampai pada
ini berjalan seiring dengan hal yang sama dalam gagasan bahwa akhirnya bahasa dan kata-kata
WUDGLVL IDOVDIDW %DUDW VHSHUWL PDNQDEHQWXN adalah kosong belaka dalam artian mereka
jiwa/badan, transendental/imanen, baik/buruk, sebetulnya tidak menunjuk pada suatu apapun
benar/salah, maskulin/feminin, intelligible/ selain pada makna itu sendiri. Dan makna
sensible, idealisme/materialisme, lisan/tulisan, itu sendiri tidak lain hanyalah permainan

dan sebagainya. Dalam oposisi biner ini terdapat SHPEHGDDQ difference Dekonstruksi yang
hirarki, yang satu dianggap lebih superior dari dicanangkan Derrida tidaklah mengajukan
SDVDQJDQQ\D 0LVDOQ\D MLZD GLDQJDS OHELK sebuah narasi besar atau teori baru tentang
mulia dari badan, rasio dianggap lebih unggul hakikat dunia kita. Ia membatasi diri pada
dari perasaan, maskulin lebih dominan dari membongkar narasi-narasi yang sudah ada,
feminin, dan sebagainya. Dalam linguistik dan mengungkapkan hirarki-hirarki dualistik
Saussurean, lisan (ujaran) dianggap lebih utama
dari tulisan, karena tulisan dipandang hanya
sebagai representasi dari lisan. 
$NK\DU <XVXI /XELV Dekonstruksi
Epistemologi Modern: Dari Posmodernisme, Teori

1RUULV &KULVWRSKHU Membongkat Teori Kritis, Poskolonialisme, Hingga Cultural Studies
Dekonstruksi Jacques Derrida <RJ\DNDUWD $U5X]] -DNDUWD3XVWDND,QGRQHVLD6DWX 
0HGLD  
%DPEDQJ6XJLKDUWRPostmodernisme
240 Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 3, Januari 2012


yang disembunyikan. Oposisi biner paling an openness towards the other (keterbukaan
terkemuka, yang dibongkar dalam karya kepada yang lain.) Pernyataan ini tidak hanya
awal Derrida, adalah antara ujaran (speech) mencirikan karakter yang paling penting dari
dan tulisan (writing.) Proses penulisan dekonstruksi sebagai sebuah strategi, tapi bisa
selalu mengungkapkan hal yang diredam, digunakan sebagai arahan untuk membangun
menutupi hal yang diungkapkan, dan secara suatu sikap, etos, dan pandangan dunia
lebih umum menerobos oposisi-oposisi postmo yang egaliter dengan menekankan
yang dipikirkan untuk kesinambungannya. prinsip koeksistensi antar beragam entitas-
,QLODK VHEDEQ\D PHQJDSD IDOVDIDW 'HUULGD entitas, baik sosial, agama dan budaya.
begitu berlandaskan pada teks, dan mengapa Dengan demikian, dekonstruksi, seperti juga
term-term kuncinya selalu berubah, karena pendekatan posmodernisme lainnya, cocok
selalu tergantung pada siapa atau apa yang dengan konsep pluralitas budaya, agama
ia cari untuk didekonstruksi, sehingga titik dan identitas, pluralitas permainan bahasa,
pengelakan selalu dilokasikan di tempat yang banyaknya wacana, penghargaan terhadap
berbeda. perbedaan, dan membuka diri terhadap yang

Dalam kajian keagamaan, dekonstruksi lain (the other.) Penghargaan terhadap
Derrida memberi beberapa pengaruh penting. SHUEHGDDQSDGD\DQJODLQLQLPHPEXNDMDODQ
Pertama, berkat dekonstruksi Derrida, bagi penghargaan pada pendekatan lokal,
PDNQDWLGDNODJLGLSDQGDQJVHEDJDLVHVXDWX regional, etnik, baik pada masalah sejarah,
yang mutlak, tunggal, universal, dan stabil, seni, politik, masyarakat, dan kebudayaan
tetapi makna selalu berubah. Klaim-klaim pada umumnya.
kebenaran absolut, kebenaran universal, dan Pendekatan dekonstruksi ini pernah dipakai
kebenaran tunggal, yang biasa mewarnai Derrida sendiri dalam menganalisis peristiwa
gaya pemikiran falsafat sebelumnya, semakin 11 September 2001, tiga tahun sebelum beliau
digugat, dipertanyakan, dan tidak lagi bisa wafat. Dialog bersama tokoh postmo Habermas
diterima. Kedua, dominasi sebuah diskursus yang kemudian diabadikan dalam bentuk karya
keagamaan atas diskursus keagamaan lain publikasi ini berkesimpulan bahwa bagi Derrida
menandakan adanya sebuah struktur hie- terasa latah ketika Amerika memaklumatkan
rarkis penafsiran, yang menempatkan perang terhadap terorisme. Seolah-olah terorisme
diskursus keagamaan yang dominan itu menjadi konsep yang jelas dan gamblang dan
SDGD SRVLVL SXVDW GDQ PHQHPSDWNDQ GLV mengandung entitas politis. Derrida menilai,
kursus keagamaan lainnya pada posisi harus ada upaya dekonstruktif terhadap istilah

SLQJJLUDQ6WUXNWXUKLHUDUNLVLQLWLGDNKDQ\D terorisme.  %DLN +DEHUPDV PDXSXQ 'HUULGD
mengeksklusikan keagamaan tertentu, tetapi berpendapat bahwa terorisme adalah istilah yang

juga menundukkan dan menyubdinasikan. VXOLWGLPDNQDLGDQGLWHUDQJNDQ%DJLNHGXDQ\D
Jadi diperlukan suatu strategi untuk WHUDVD ODWDK NHWLND %DUDW PHQJDPSDQ\HNDQ
melakukan pembalikan struktur hierarkis perang terhadap terorisme. Seakan negara-
penafsiran itu, guna melakukan delegitimasi negara Eropa memiliki konsep terorisme yang
DWDV SXVDW XWDPD GDUL GLVNXUVXV \DQJ jelas, gamblang, dan dapat dipertanggung
dominan. Strategi ini dapat dilakukan dengan jawabkan. Istilah terorisme masih menjadi
memakai dekonstruksi (pembongkaran). fenomena yang kompleks, atas dasar apa
Ketiga, dekonstruksi dapat dipahami sebagai PLVDOQ\DWHURULVPHGLDQJJDSEHUPXDWDQSROLWLV"


$NK\DU <XVXI /XELV Dekonstruksi 
+DUGLPDQ ) %XGL Filsafat Fragmentaris,
Epistemologi Modern <RJ\DNDUWD3HQHUELW.DQLVLXV

5XG\ +DULV\DK $ODP Perspektif Pasca- 
%RUUDGRUL0HPDKDPLSHULVWLZDEHUVDPD
Postmodenisme, 102. 'HUULGDGDQ+DEHUPDVGLDNVHVGDULKWWSZZZNKNVNV
Syafwan Rozi, Agama dan Postmodernisme: Menelusuri Metodologi dan Pendekatan Studi-Studi Agama 241

$SDNDKWHRULUVPHVDPDGHQJDQSHUDQJ"$SDNDK maupun ilmu-ilmu sosial, yaitu falsafat kritis,


WHURULVPH WLQGDNDQ NULPLQDOLWDV PXUQL" <DQJ \DQJ WHUJDEXQJ GDODP PDG]KDE VHNRODK 

semua itu masih butuh penjelasan dan konsep Frankfrut.  3HUNHQDODQQ\D GHQJDQ PDG]KDE
yang mendasar. )UDQNIUXW WHUMDGL SDGD WDKXQ  VHWHODK
Dalam pemikiran ,VODP 0XKDPPHG lima tahun institut ini didirikan di bawah
$UNRXQ GDQ +DVVDQ +DQD PHQFRED PH kepemimpinan Adorno, yang membuat tipikal
mraktikkan metode dekonstruksi (pembong- pemikiran falsafat kritis semakin terbentuk,
karan) teks-teks keagamaan Islam baik tafsir, dan ia dikenal sebagai pewaris kontemporer
TK PDXSXQ NDOP 0HQXUXW$UNRXQ LOPX utama dari warisan Frankfurt ini.
ilmu keislaman tidak cukup dengan hanya 6HEDJDL VDODK VHRUDQJ WRNRK PDG]KDE

PHQ\HQWXK GLPHQVL QRUPDWLIPHWDVLN DWDX Frankfurt, Habermas telah menjadikan
dimensi historis-empiris. Pola pendekatan teori kritis benar-benar mencapai puncak
dikotomis ini memang lebih menyempitkan performanya. Hubungannya dengan generasi
ZLOD\DKWHODDKNHDJDPDDQ6HODJLDO4XUQ SHUWDPD PDG]KDE )UDQNIXUW DGDODK EDKZD
KDQ\DEHUPXDWDQQRUPDWLINDOPGDQIDOVD- Habermas lebih berorientasi pada kajian
fat Islam kurang dapat memahami hubungan bahasa sebagai pendekatan kritis. Sehingga
GLDOHNWLV DQWDUD KLVWRULVLWDV DO4XUQ GDQ Habermas mampu berkomunikasi terhadap
normativitasnya, maka akan sulit terjadi shift- EXGD\D VRVLDO 3DGD SULQVLSQ\D PDG]KDE
ing paradigm (pergeseran paradigma) dalam )UDQNIXUWDGDODKVHEXDKJHUDNDQQHR0DU[LV

the body of knowledge ilmu-ilmu keislaman. Ia merupakan bentuk kelanjutan dari falsafat
Dengan begitu, proses dekonstruksi yang me- 0DU[LV 7HRUL NULWLV VHQGLUL WDN ELVD OHSDV
nolak segala bentuk kemapanan, kemutlakan, GDULWHRULNRQLN\DQJWHODKGLLQWURGXVLUROHK
standar baku dan kaku akan menunjukkan 0DU[%HJLWXMXJDGHQJDQ+DEHUPDV6HODLQ
adanya dinamika keberagamaan manusia 0DU[ +DEHUPDV MXJD WHUSHQJDUXK ROHK
dalam arti yang sesungguhnya. dialektika Hegel. Dialektika bagi Habermas,
merupakan sesuatu yang dianggap benar
Teori Kritis Jurgen Habermas apabila dilihat dari totalitas hubungannya.
Jurgen Habermas dilahirkan di Jerman
 MXQL  PHUXSDNDQ VHRUDQJ IDLODVXI 
0DG]KDE)UDQNIUXWEHUDVDOGDULThe Frankfrut
yang paling berpengaruh di abad kotemporer Institute for Social Research yang didirikan pada tahun
 VHEDJDL SXVDW SHQHOLWLDQ NDXP VRVLDOLV 9LVL
ini. Awal pendidikan tingginya ditempuh
SHPLNLUDQPDG]KDELQLWLGDNKDQ\DEHUVLIDWDQWLNDSLWDOLV
di sebuah Universitas di kota Gottingen. tetapi juga anti masyarakat modern. Di dalam masyarakat
Semula ia tertarik pada kesusastraan, sejarah, industri, manusia dilihat sebagai individu-individu yang
kemudian pada falsafat, terutama pada terisolasi. Dunia modern diibaratkan gurun spiritual,
manusia-manusianya kosong dan kehilangan jiwa.
1LFRODL +DUWPDQQ 6HWHODK GL =XULFK LD Tema ini muncul dengan cara berbeda dari sosiolog
menentukan minatnya pada falsafat secara NODVLN0D[PHQ\HEXWQ\DVHEDJDLDOLHQDVL'XUNKHLP
VHULXV GL 8QLYHUVLWDV %RQQ GL PDQD WDKXQ PHQ\HEXWQ\DanomieGDQ:HEHUPHQ\HEXWQ\DGHQJDQ
LDPHUDLKJHODUGRNWRUIDOVDIDWGHQJDQ NHNHFHZDDQ,DQ&UDLETeori-teori Sosial Modern dari
Parsons sampai HabermasWHUM3DXO6%DXW -DNDUWD
sebuah disertasi berjudul 'DV $EVROXWH XQG 375DMD*UDQGR3HUVDGD 
dia Geshiche <DQJ $EVROXW GDQ 6HMDUDK  
0DG]KDE NULWLV LQL ELVD GLNDWHJRULNDQ GDODP
yang merupakan studi tentang pemikiran dua fase: fase pertama diisi oleh tokoh-tokoh semisal
0DU[ +RNKHLPHU +HUEHUWK 0DUFXVH GDQ 7KHRGRUH
Schelling. Pergulatan pemikirannya terbentuk
$GRUQR 3DGD IDVH LQL PDG]KDE NULWLV SHUWDPD NDOL
setelah ia memasuki sebuah aliran falsafat didengungkan oleh Horkheimer, melalui karyanya,
Traditional and Critical Theory. Sementara fase kedua

Amin Abdullah, Falsafah Kalam di Era diisi oleh generasi tokoh semisal Habermas, Lukacs,
Postmodernisme <RJ\DNDUWD 3XVWDND 3HODMDU   Karl Korsch dan Gramsci. Ian Craib, Teori-teori Sosial
 Modern
242 Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 3, Januari 2012

Hubungan ini disebut negasi. Artinya hanya sebuah peneguhan dari legitimasi sah atau

melalui negasilah kita bisa menemukan tidak sah dalam sistem masyarakat. Dalam
keutuhan dan keseluruhan. Dalam dialektika, SULQVLSQ\D WHQWDQJ DJDPD +DEHUPDV \DQJ

apapun yang ada dianggap sebagai kesatuan ateisme metodologi jelas-jelas melakukan
GDUL \DQJ EHUODZDQDQ 1HJDVL LQL GLWDQJDQ konfrontasi kritis pada tantangan intelektual
Habermas ditransformasikan menjadi falsafat GDQ VRVLDO EDUX \DQJ GLDQJJDSQ\D
kritis. PHPLQMDP LVWLODK *UDPVFLVHEDJDL KHJH
0LVLJHUDNDQPDG]KDENULWLVDGDODKXSD\D PRQL
memerjelas secara rasional struktur masyarakat Oleh sebab itu, bagi aliran kritis, tugas
industri sekarang dan melihat akibat- ilmu sosial adalah melakukan penyadaran
akibat struktur tersebut dalam kehidupan kritis masyarakat terhadap sistem dan struktur
manusia dan dalam kebudayaan. Sebagai VRVLDO GHKXPDQLVDVL \DQJ PHPEXQXK
titik acuan gerakan ini adalah merumuskan kemanusiaan. Gramsci menyebut proses ini
kelemahan-kelemahan masyarakat industri sebagai upaya counter hegemony. Dengan
dan sekaligus bisa merekonstruksi struktur begitu kegiatan sosial bukanlah arena netral
dan bangunan kehidupan masyarakat yang dan apolitik. Kegiatan sosial tidaklah berada
baru. Dengan demikian, teori sosial kritis dalam ruang dan masa yang steril, tetapi
yang kemudian dipopulerkan Habermas ini merupakan kegiatan politik menghadapi
merupakan program integratif-komunikatif sistem dan struktur yang bersifat hegemonik.
dalam wilayah sosiologis, ia berusaha %DJL SDKDP NULWLV GDODP GXQLD \DQJ VHFDUD
PHQJRPELQDVLNDQDQWDUDKHUPHQHXWLNUHHN struktural tidak adil, ilmu sosial yang
si emansipatoris dan pengetahuan analisis bertindak tidak memihak, netral, obyektif,
kausalis agar bisa memberi basis baru bagi serta berjarak atau detachment adalah suatu
teori kritis sambil meletakkan batasan kritis bentuk sikap ketidakadilan sendiri, atau paling
pada absolutisme ilmu-ilmu kemasyarakatan. tidak ikut melanggengkan ketidakadilan.
Dinamakan teori kritis karena salah satu Paham ini menolak obyektivitas dan netralitas
aksinya adalah melakukan kritik ideologis ilmu sosial dengan menegaskan bahwa
terhadap rasio instrumental yang sangat ilmu pengetahuan tidak boleh dan tidak
dekat dengan paradigma ilmu pengetahuan mungkin pernah netral. Sehingga, ilmu sosial
alam yang sangat memengaruhi paradigma tidaklah sekedar diabdikan demi kepentingan
ilmu pengetahuan sosial. golongan lemah dan tertindas, tetapi lebih
Di samping melakukan analisis kritis mendasar daripada itu, teori sosial haruslah
terhadap logika ilmu pengetahuan dan struktur

=DLQDO $ELGLQ %DJLU GNN Integrasi Ilmu dan
masyarakat industri modern, Habermas juga
$JDPD,QWHUSUHWDVLGDQ$NVL %DQGXQJ0L]DQ 
PHODNXNDQ VWXGL NULWLV WHUKDGDS DJDPD 
\DQJ GLLVWLODKNDQ GHQJDQ transcendental 
3DQGDQJDQ +DEHUPDV WHQWDQJ DJDPD
pragmatic0HQXUXWQ\DSHQJHWDKXDQPDQXVLD GLWHPXNDQ GDODP NDU\D 0HQGLFWH Religion and
Rationality, Essays and Reason, God and Modernity.
sebagian besar ditentukan oleh keadaan $WHLVPH PHWRGRORJL \DQJ GLDQXW +DEHUPDV LQL
sosial historisnya. Setiap orang merupakan sebetulnya bukan menolak agama, melainkan tanggapan
produk dari dunia-hidup mereka atau tradisi sublasi GLDOHNWLN GDUL WUDGLVL <XGHR.ULVWHQ \DQJ
linguistik tempat mereka berpartisipasi. PHZDUQDL NDU\D SHQGDKXOXQ\D GL 0DG]KDE )UDQNIUXW
0HVNLSXQNHVDQSHQLODLDQDZDO\DQJSRVLWLIGDQSHQLODLDQ
Dunia inilah yang menentukan nilai-nilai akhir yang negatif terhadap agama, Habermas masih
normatif mereka seperti keadilan, kebenaran meyakini peran utama agama dalam pendidikan moral
\DQJ GLNDLWNDQ GHQJDQ NODLP YDOLGLWDV GDQ GDVDU PRWLYDVL 0HQXUXWQ\D IDOVDIDW GDSDW PHQMDGL
GDODP EHQWXN SRVWPHWDVLN VHNDOLSXQ WLGDN PDPSX
XQLYHUVDO %DJL +DEHUPDV MXVWLNDVL GDUL
PHQJJDQWLNDQ SHUDQ DJDPD 6HOHQJNDSQ\D EDFD =DLQDO
klaim universal yang berbeda ditentukan oleh $ELGLQ%DJLUGNNIntegrasi Ilmu dan $JDPD
Syafwan Rozi, Agama dan Postmodernisme: Menelusuri Metodologi dan Pendekatan Studi-Studi Agama 243

berperan dalam proses pembangkitan harus didudukkan dalam konteks dialog.


kesadaran kritis, baik yang tertindas maupun Tujuan dialog adalah untuk mengubah suatu
yang menindas, terhadap struktur sosial yang realitas secara bersama-sama dengan orang

tidak adil. Teori sosial harus mengabdi pada ODLQEXNDQRUDQJODLQ\DQJKDUXVGLXEDK
proses transformasi sosial yakni terciptanya Untuk itu diperlukan metode yang sesuai.
hubungan (struktur) yang baru dan lebih baik. Dalam pandangannya penelitian bukanlah
0HQXUXW 'RQDOG ( &RPVWRFN SHQJHP untuk membuktikan sesuatu atau sekedar
bangan teori-teori kritis membutuhkan sebuah menguji hipotesis sebagai mana paradigm
PHWRGH ULVHW NULWLV 5LVHW NULWLV LQL WLGDN sosiologi positivistik, melainkan suatu
dapat menggunakan logika penelitian yang dialog untuk memahami tema generatif yang
dikembangkan oleh ilmu-ilmu sosial positif guna merangsang rakyat untuk bertindak. Jelas
mengembangkan ilmu sosial kritis. Lagi pula di sini peran penelitian tak ubahnya seperti
sebagian besar teori adalah kritis dan analisis. proses pendidikan yang membebaskan. Ide
Fungsi ilmu sosial kritis adalah meningkatkan Habermas, Kurt Lewin dan Poulo Freire ini
kesadaran para pelaku perubahan dari realitas kemudian memicu lahirnya ilmu sosial kritis
yang diputarbalikkan oleh kalangan tertentu dan riset untuk perubahan.
dan disembunyikan dari pemahaman sehari- %HODNDQJDQ 6XEGLW 3HQHOLWLDQ GDQ

hari. Fungsi ilmu sosial kritis yang demikian 3HQJDEGLDQ 0DV\DUDNDW 'LUHNWRUDW 3HUJX
didasarkan pada prinsip bahwa semua manusia, ruan Tinggi Agama Islam Departemen
baik laki-laki atau perempuan secara potensial Agama sedang concern memakai paradigm
adalah agen aktif dalam pembangunan dunia penelitian sosial kritis melalai kegiatan
VRVLDO GDQ NHKLGXSDQ SHUVRQDO 5DN\DW DGDODK pengabdian masyarakat dan penelitian
subyek dalam menciptakan proses sejarah, EHUEDVLV 3$5 3DUWLFLSDWRU\ $FWLRQ
bukan obyek. Research.  6HMDN WDKXQ  VDPSDL VHND
Habermas bersama Kurt Lewin dan rang Subdit ini bergiat diri melakukan work-
Poulo Freire bisa disebut sebagai peletak shop, lokakarya, short course bahkan tiap
GDVDU XWDPD SDUDGLJPD NULWLV %HODNDQJDQ tahun mengalokasikan grant untuk dosen
mereka disebut-sebut sebagai tokoh pelopor PTAI yang berminat dalam pendekatan ini
penelitian aksi (action research  %DJL .XUW untuk melihat fenomena sosial keagamaaan
Lewin, praktik kehidupan sosial merupakan masyarakat dalam perspektif kritis ini. Tidak
teori terbaik. Ia juga menciptakan pendekatan hanya itu, seiring dengan euphoria nge3$5
EDUX\DQJGLVHEXWHOGWKHRU\\DQJGLVHEXW di lingkungan PTAI, paradigm sosial kritis
5LVHW $NVL 6HODQMXWQ\D .XUW EHUSHQGDSDW LQLMXJDGLWHUDSNDQGDODP.XOLDK.HUMD1\DWD
perubahan sosial dapat dilakukan melalui mahasiswa dengan pendekatan transformatif
 WDKDS PHQFDLUNDQ NHEHNXDQ VLWXDVL \DQJGLSHORSRULROHK3067$,16XUDNDUWD
melakukan intervensi, dan mencairkan GDQNHPXGLDQGLLNXWLROHK37$,1GDQ37$,6

situasi kembali serta penemuanya yang VHPDG]KDE  3HQGHNDWDQ 3$5 GLJXQDNDQ

VDQJDWEHUSHQJDUXKDGDODKJURXSG\QDPLF untuk melaksanakan program pemberdayaan
%DKNDQ)UHLUH\DQJOHELKIRNXVSDGDSUR\HN mutu madrasah/pesantren, kelembagaan
pendidikan tertindas berpendapat bahwa riset mesjid dan daerah serta masyarakat tertinggal
dan terpencil.

Donald E. Comstock, $ 0HWKRG IRU &ULWLFDO
ResearchWHUM$KPDG0DKPXGL+DQGRXW3HODWLKDQ
 
Abdullah Faisol, Metode dan Teknik Kuliah Poulo Friere, Pendidikan Kaum Tertindas
.HUMD 1\DWD 7UDQVIRUPDWLI ,PSOHPHQWDVL 3$535$ -DNDUWD/3(6 
XQWXN $NVL 3HUXEDKDQ 6RVLDO 6XUDNDUWD 30 /373 
Selengkapnya baca Abdullah Faisol, Metode
  dan Teknik Kuliah Kerja Nyata, 12.
244 Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 3, Januari 2012

Simpulan kepada bentuknya yang positif.


Kemunculan postmodernisme menjadi Perspektif dekonstruksi menawarkan
menarik untuk diapresiasi, terlepas beberapa tidak hanya suatu cara untuk membaca teks
perdebatan tentang esensi dan eksistensinya. dan realitas sosial untuk meruntuhkan status
Satu yang menarik adalah postmodernisme dominan dan represif dari sebuah diskursus
merupakan era kebangkitan agama walaupun dan praktik sosial lainnya. Pendekatan ini
agama dalam pengertian spiritualitas, bukan juga memberikan suatu arahan kepada sikap,
agama organized religion. Di samping itu etos dan padangan dunia yang egaliter untuk
kemunculan teori sosial dalam perspektif PHPEHQWXN VXDWX KRUL]RQ NHKLGXSDQ \DQJ
SRVWPRGHUQLVPH PHPEXDW NKD]DQDK SHQ dilandaskan pada prinsip koeksistensi, prinsip
dekatan dan metodologi studi-studi agama saling mengakui dan menghargai keberadaan
semakin kaya. Terutama pendekatan yang lain.
Foucauldian, Derrida dan Habermas telah Di samping itu, pendekatan studi ke-
menawarkan pendekatan kritis terhadap studi agamaan dengan teori kritis ini dapat
agama-agama. dilakukan dengan melakukan kritik terhadap
Penggunaan analisis diskursus-arkeo- PHWRGRORJLNHDJDPDDQ\DQJWLGDNPHPLKDN
logis-genealogis Foucauldian dan strategi GDQPHQLQGDV%DKNDQGDODPUDQDKSUDNVLV
dekonstruksi Derrida secara komplementer teori kritis dalam menganalis fenomena
di wilayah studi agama dapat membentuk keagamaan bertujuan untuk meningkatkan
sebuah perspektif studi agama yang kritis, kesadaran para pelaku perubahan dari realitas
dalam artian melibatkan diri pada investi- yang diputarbalikkan oleh kalangan tertentu
gasi historis atas praktik-praktik keagamaan dan disembunyikan dari pemahaman sehari-
yang bersifat diskursif maupun sosial untuk hari. Fungsi ilmu sosial kritis yang demikian
menyingkap suatu wilayah bekerjanya relasi- didasarkan pada prinsip bahwa semua
relasi kuasa dan praktis. Perspektif ini me- manusia, baik laki-laki atau perempuan
Q\HGLDNDQ VXDWX RQWRORJL KLVWRULV GLUL NLWD secara potensial adalah agen aktif dalam
sendiri dalam suatu wilayah relasi-relasi kua- pembangunan dunia sosial dan kehidupan
sa, terutama untuk menransformasikan ben- SHUVRQDO 5DN\DW DGDODK VXE\HN GDODP
tuk-bentuk represif dari relasi-relasi kuasa menciptakan proses sejarah, bukan obyek.

Anda mungkin juga menyukai