Anda di halaman 1dari 31

Referat

DERMATITIS
Pembimbing : dr. Bowo Wahyudi, Sp.KK

Disusun oleh : Fathi Rahmah Safira 2017730047

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin


RSUD Kota Banjar
Periode 6 September – 10 Oktober 2021
Pendahuluan
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit
sebagai respons terhadap faktor eksogen atau
endogen yang menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi dan keluhan gatal
DERMATITIS
● Peradangan pada kulit sebagai respon terhadap faktor yang
menyebabkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik dan
keluhan gatal.

● Etiologi : Eksogen, Endogen

● Gejala Klinis : Gatal, Kelainan kulit tergantung stadium


Stadium akut : eritema, edema, vesikel, bula, dan eksudasi sehingga
tampak basah
Stadium subakut : eritema dan edema berkurang, eksudat mengering
menjadi krusta
Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul,
likenifikasi, erosi, ekskoriasi
● Tatalaksana : menghindari penyebab, simtomatis
Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak adalah dermatitis yang


disebabkan oleh bahan atau substansi yang
menempel pada kulit dan menyebabkan alergi
atau iritasi
Dermatitis Kontak Iritan
● Reaksi peradangan kulit yang terjadi
langsung tanpa didahului proses sensitisasi.

● Etiologi
Pajanan bahan yang bersifat iritan dan
dipengaruhi oleh lama kontak, kekerapan,
faktor lingkungan.

● Patogenesis
Kontak Merusak Vasodilatasi dan
Produksi Aktivasi
dengan membran lemak permeabilitas
prostaglandin sel mast
bahan iritan keratinosit vaskular ↑
Gejala klinis
DKI Akut
Penyebab : iritan kuat (asam sulfat, basa kuat)

Terasa pedih, panas, rasa terbakar, lesi eritema,


edema, bula, nekrosis. Tepi berbatas tegas, asimetris

DKI Akut Lambat


Penyebab : podofilin, antralin, tretinoin, etilen klorida

Muncul 8-24 jam setelah kontak, terasa pedih, eritema


kemudian menjadi vesikel atau nekrosis

DKI Kronik Kumulatif


Penyebab : kontak berulang dengan iritan lemah
(deterjen, sabun pelarut)

Gejala : kulit kering, eritema, skuama, kelamaan


menjadi hiperkeratosis likenifikasi difus, fisura
Gejala klinis
DKI traumatik Reaksi Iritan
Kelainan kulit berkembang DKI subklinis pada seseorang yang
setelah trauma panas atau terpajan dengan pekerjaan basah
laserasi. Lokasi tersering di dalam beberapa bulan pertama.
tangan Dapat menjadi DKI kumulatif

DKI Non-Eritematosa DKI Subyektif


Perubahan fungsi sawar tanpa Kelainan kulit tidak terlihat,
disertai kelainan klinis tetapi pasien merasa pedih dan
panas setelah kontak dengan
bahan kimia tertentu
Tatalaksana

● Non-medikamentosa : menghindari pajanan iritan

● Medikamentosa :
Kortikosteroid topikal (Hidrokortison 1-2,5%)
Lesi basah diberikan kompres terbuka dengan NaCl 0,9%

Prognosis

● Bila bahan iritan yang menjadi penyebab tidak disingkirkan dengan


sempurna, prognosis kurang baik. Sering terjadi pada DKI Kronis
dengan penyebab multifaktor
Dermatitis Kontak Alergi
● Reaksi peradangan kulit yang terjadi pada
seseorang yang telah mengalami sensitisasi
terhadap suatu bahan penyebab atau
alergen.

● Etiologi
- Hapten : lipofilik, reaktif, dapat menembus
stratum korneum sehingga mencapai sel
epidermis dalam.
- Faktor individu : keadaan kulit pada lokasi
kontak, status imun
Patogenesis
Fase sensitisasi

Hapten Pelepasan
Aktivasi sel Aktivasi sel T
masuk ke mediator
langerhans
epidermis inflamasi

Fase elisitasi
- Hipersensitivitas tipe lambat pada pajanan ulang alergen yang sama atau
serupa
● Gejala klinis
- Mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung tingkat keparahan
dan lokasi dermatitis.
- DKA akut : bercak eritematosa berbatas tegas, edema,
papulovesikel, vesikel, atau bula.
- DKA kronis : kulit kering, skuama, papul, likenifikasi, fisura,
batas tidak tegas.

● Diagnosis
Pemeriksaan Uji Tempel dengan Allergen Patch Test Kit
Tatalaksana

- Hindari pajanan ulang dengan alergen penyebab


- Anti inflamasi : kortikosteroid jangka pendek (prednisone 30
mg/hari)
- Topikal : Kompres dengan larutan garam fisiologis atau larutan
as. Salisilat 1:1000, kortikosteroid topikal, makrolaktam
(pimecrolimus,tacrolimus) topikal

Prognosis
Baik apabila menghindari bahan penyebab. Kurang baik dan
menjadi kronis bila terjadi bersamaan dengan dermatitis faktor
endogen, atau sulit menghindari alergen penyebab
Dermatitis Autosensitisasi
● Dermatitis akut yang timbul pada tempat yang jauh dari fokus
inflamasi, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung
dengan penyebab fokus inflamasi tersebut.

● Gambaran Klinis
- Erupsi vesikular akut dan luas, sering terkait dengan eksim kronis
di tungkai bawah dengan atau tanpa ulkus
- Simetris, gatal, eritema, papul, dan vesikel. Apabila mengenai
telapak tangan menyerupai pomfoliks.
- Kelainan akan menghilang bila penyakit utama disembuhkan.
Tatalaksana

- Mengobati penyakit primer yang memicu terjadinya dermatitis


autosensitisasi
- Lesi basah diberikan kompres
- Lesi cukup berat : kortikosteroid sistemik
- Lesi ringan : terapi topikal
- Rasa gatal : antihistamin
- Infeksi sekunder, pertimbangan pemberian antibiotik oral
Dermatitis Atopik
● Peradangan kulit berupa dermatitis kronis
yang residif, disertai rasa gatal. Sering terjadi
pada bayi dan anak.

● Etiologi
- Berkaitan erat dengan penyakit atopi (asma,
rhinitis alergi, urtikaria, hay fever)
- Faktor internal : faktor predisposisi genetik,
hipersensitivitas terhadap alergen
- Faktor eksternal : alergen
Gejala klinis
- DA fase infantil (2 bulan – 2 tahun)
Predileksi : wajah, pipi. Tersebar simetris, dapat meluas. Gambaran klinis
mirip dengan dermatitis akut, eksudatif, erosi, ekskoriasi

- DA fase anak (2 – 10 tahun)


Predileksi : fossa cubiti dan popliteal, fleksor pergelangan tangan, kelopak
mata, leher, tersebar simetris. Lesi dapat kronis, hiperkeratinosit,
hiperpigmentasi, erosi, ekskoriasi, krusta, skuama. Lebih sensitif terhadap
alergen.

- DA fase remaja dan dewasa


Manifestasi klinis bersifat kronis, plak hiperpigmentasi, hiperkeratinosit,
likenifikasi, ekskoriasi, skuama. Gatal hebat saat istirahat, udara panas,
keringat.
Diagnosis

Kriteria Hanifin-Rajka
Diagnosis

Kriteria William
● Harus ada : kulit yang gatal (tanda garukan)

● Ditambah 3 atau lebih tanda berikut :


- Kulit kering
- Riwayat asma (riwayat atopi)
- Dermatitis fleksural (dermatitis pada pipi, dahi, paha bagian lateral)
- Awitan di bawah usia 2 tahun
Tatalaksana

● Topikal
- Hidrasi kulit dengan pelembab
- Kortikosteroid topikal (potensi rendah, sedang) sebagai
antiinflamasi
- Penghambat calcineurin : krim pimekrolimus 1% atau takrolimus
salep 0.03% (usia 2-12 tahun), 0.1% (usia >12 tahun)

● Sistemik
- Anti histamin : rasa gatal
- Kortikosteroid
Tatalaksana

Algoritma Penatalaksanaan
Dermatitis (ICCAD II)
Neurodermatitis Sirkumskripta
● Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip
berupa penebalan kulit dan kulit tampak lebih
menonjol (likenifikasi) akibat garukan yang
berulang

● Etiopatogenesis
- Faktor emosional yang mengakibatkan gatal,
keinginan untuk menggaruk kulit.
- Dapat terjadi karena kelainan pada sawar
kulit dan juga kelainan sekunder penyakit
kulit lain.
Gejala Klinis

● Mengeluh sangat gatal, mengganggu tidur apabila timbul malam


hari, tidak berlangsung terus menerus
● Lesi tunggal berupa plak eritematosa, edema, eritema. Bagian
tengah berskuama dan menebal, likenifikasi, ekskoriasi,
hiperpigmentasi.
● Variasi klinis NS dapat berupa prurigo nodularis.
Tatalaksana

● Untuk mengurangi rasa gatal : kortikosteroid topikal


● Emolien
● Anti histamin sedatif
● Terapi paparan UVA dan/atau UVB
● Perawatan psikologis, terapi obat untuk menghilangkan etiologi
gangguan
● Edukasi untuk tidak menggaruk karena akan memperparah lesi
Dermatitis Numularis
● Peradangan kulit yang bersifat kronis, lesi
berbentuk koin, berbatas tegas,
efloresensi berupa papulovesikel yang
mudah pecah dan membasah (oozing)

● Etiopatogenesis
- Sebagian besar pasien dermatitis
numularis tidak memiliki riwayat atopi
- Faktor kelembaban kulit yang menurun
Gejala Klinis

● Lesi akut berupa plak eritematosa berbentuk koin, berbatas tegas,


terbentuk dari papul dan papulovesikel yang berkonfluens.
● Vesikel yang pecah akan terjadi eksudasi dan berbentuk pin point,
jika mengering akan menjadi krusta kekuningan
● Penyembuhan dimulai dari tengah.
● Lesi dapat satu atau multipel dan tersebar pada ekstremitas
(ekstensor)
● Lesi dapat muncul setelah trauma (fenomena Koebner)
Tatalaksana

● Menghindari suhu ekstrim, penggunaan sabun yang berlebihan,


penggunaan bahan wol atau yang menyebabkan iritasi
● Menggunakan emolien sebagai pelembab untuk kulit kering
● Kortikosteroid topikal (potensi menengah hingga kuat)
● Preparat ter : liquor carbonis detergen 5-10%
● Antipruritus : antihistamin
● Lesi luas : penyinaran broad atau narrow band UVB
Dermatitis Stasis
● Peradangan pada kulit tungkai bawah
yang disebabkan insufisiensi dan
hipertensi vena yang bersifat kronis

● Etiopatogenesis
- Teori hipoksia
- Teori selubung fibrin
Gejala Klinis

● Peningkatan tekanan vena pada tungkai bawah menyebabkan


pelebaran vena (varises) dan edema.
● Kulit akan berwarna merah kehitaman dan timbul purpura
(ekstravasasi sel darah merah ke dermis) dan hemosiderosis
● Kelainan dimulai dari permukaan tungkai bawah di atas maleolus
dan bertahap meluas ke bagian atas
● Perjalanan penyakit : perubahan ekzematosa berupa eritema,
skuama, eksudasi, gatal.
● Jika berlangsung lama, terjadi Lipodermatosklerosis
● Komplikasi berupa ulkus di atas maleolus (ulkus venosum, ulkus
varikosum), infeksi sekunder (selulitis)
Tatalaksana

● Kompres pada lesi yang basah dan eksudat


● Pemberian kortikosteroid dan tacrolimus topikal
● Dermatitis stasis kronis : pelembab (vaselin)
● Edema : tungkai dinaikkan pada posisi tidur atau duduk selama 30
menit, dilakukan sebanyak 3-4x/hari; kaos kaki penyangga
varises/pembalut elastis saat beraktivitas
Referensi
1. Sularsito SA, Soebaryo RW. Dermatitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2016. p. 156–7.
2. Phelps RG, Miller MK, Singh F. The varieties of “eczema”: Clinicopathologic correlation.
Clin Dermatol. 2003;21(2):95–100.
3. Sularsito SA, Soebaryo RW. Dermatitis Kontak. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
2016. p. 157–66.
4. Boediardja SA. Dermatitis Atopik. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 2016. p. 167–83.
5. Idris J, Yulianti L. Penatalaksanaan Lini Pertama pada Dermatitis Atopik. Ebers
Papyrus. 2010;16.
6. Sularsito SA. Neurodermatitis Sirkumskripta. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
2016. p. 183–5.
7. Charifa A, Badri T, Harris B w. Lichen Simplex Chronicus [Internet]. Statpearls
Publishing; 2021. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499991/?
report=classic
8. Rahmayunita G, Sularsito SA. Dermatitis Numularis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. 2016. p. 185–7.
9. Yusharyahya SN, Sularsito SA. Dermatitis Stasis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
2016. p. 188–9.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai