Anda di halaman 1dari 12

Tugas Belajar DKI dan DKA

Oleh:
Puspita Sari
201710401011028
DKI dan DKA

DKI DKA

Permulaan Pertama Kontak ulang


Insiden Semua orang Telah alergi
Causa Iritan primer Sensitizer
Depend on concentration of agent Independent of amount aplied,
and state of the skin barrier , occurs low concentration, depend on
only above threshold level degree of sensitisation
Symptom Akut Stinging, smarting  itching Itching  pain
Kronis Itching/pain Itching/pain
Lesi kulit Akut Eritema  vesikel  erosi  Eritema  papula  vesikel 
krusta  scalling erosi  krusta  scalling
Kronis Papula, plak, fisura, scalling, krusta Papula, plak, scalling, krusta
Batas lesi Akut ++, batas tegas Eritema (+), batas < tegas
Kronis Ill-defined Ill-defined, spread
PA Lekosit Limfosit
Tes tempel Tegas Eritema tak tegas
Berkurang Diangkat : tetap
DKA DKI kumulatff

Bahan Iritan lemah


Faktor fisik: gesekan, trauma mikro,
kelambaban rendah, panas atau
dingin
Bahan: deterjen, sabun, pelarut,
tanah, air

Klinis Akut: Akut:


Eritematosa Edema Kulit kering
Papulovesikel Vesikel Eritema
Bula Skuama
Kronis: Kronis:
kulit kering Skuama Kulit tebal dan likenifikasi
Papul Likenifikasi Fissura
Fissura
DKI

Definisi:
Reaksi peradangan kulit non imunologik terjadi langsung tanpa proses sensitisasi
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel krn bahan iritan (kerja kimiawi atau fisik)

Etiologi:
Bahan iritan: pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, serbuk kayu

Gejala Klinis:
Iritan kuat  gejala akut
Iritan lemah  gejala kronik
Klasifikasi:
DKI Akut  timbul segera setelah kontak
Penyebab: iritan kuat (asam sulfat, natrium dan kalium hidroksida)
Lesi: eritema edema, bulla, dan nekrosis, pinggir lesi kulit berbatas tegas, umunya
simetris
Kulit terasa pedih, panas, dan rasa terbakar
DKI

DKI Akut Lambat  timbul 8-24 jam setelah kontak


Gambaran klinis dan gejala sama dengan DKI akut
Penyebab: podofilin, antralin, tretinoid, etilen oksida, benzalkonium klorida, asam
hidrofluorat
Lesi: awal biasanya berupa eritema dan akhirnya menjadi vesikel atau nekrosis

DKI Kumulatif  timbul setelah kontak berulang dengan iritan lemah


Penyebab: deterjen, sabun, pelarut, tanah, air
Lesi: kulit kering eritema, skuama, lambat laun kulit tebal (hiperkeratosis), dan
likenifikasi difus
Kontak terus berlangsung  terbentuk fissura
Gatal atau nyeri karena fissura
Sering berhubungan dengan pekerjaan  banyak ditemukan di tangan
DKI

Reaksi Iritan
Dermatitis iritan subklinis pada seseorang yang terpajan dgn pekerjaan basah
dalam beberapa bulan pertama  pekerja logam/penata rambut
Lesi: bersifat nomomorf, dpt berupa skuama, eritema, vesikel, pustul, erosi.
Dpt sembuh sendiri atau  penebalan kulit dan jadi DKI kumulatif
DKI traumatik
Kelainan kulit berkembang lambat setelah trauma panas/laserasi
Gejala klinis menyerupai dermatitis numularis, penyembuhan lambat, paling
sering di tangan
DKI nonerotematosa
Bentuk subklinis DKI  perubahan fungsi sawar stratum korneum tanpa kelainan
klinis
DKI subyektif
Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita merasa seperti tersengat (pedih)
atau terbakar (panas) setelah kontak dgn bahan kimia tertentu misal asam
laktat
DKI
DKA

Definisi:
Dermatitis yang diperantarai rx hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV) krn kontak
dgn bahan alergen

Etiologi:
Hapten, lipofilik, reaktif, dapat menembus stratum korneum

Epidemiologi:
Mengenai orang dengan hipersensitifitas (keadaan kulit yang sangat peka)

Gejala Klinis:
Gatal
Lesi: bergantung pd keparahan dan lokasi
Lesi akut: bercak eritematosa batas tegas, diikuti edema, papulovesikel, vesikel
atau bula. Vesikel/bula pecah erosi erosi eksudasi
Lesi kronik: kulit kering, skuama, papul, likenifikasi, fissura, batas tidak tegas
DKA

Predileksi:
Tangan, lengan, wajah, telinga, leher, badan, genitalia, paha, tungkai bawah, dapat
juga sistemik

Diagnosis Banding:
DKI DA Dermatitis numularis
Dermatitis seboroik Psoriasis Dermatitis stasis

Pemeriksaan Penunjang:
Uji tempel/patch test  untuk memastikan diagnosis dermatitis kontak alergi

Tx:
Hindari kontak dgn alergen
Peradangan akut  kortikosteroid sistemik jangka pendek (prednison 30mg/hari)
Terapi topikal  kompres lar garam faal atau asam salisilat 1:1000, atau
kortikosteroid/,akrolaktam (pimecrolimus/tacrolimus topikal)
DKA

Reaksi imunologi karena hipersensitivitas


Didahului oleh proses sensitisasi
Terapi

I Lini pertama :
- Saran umum
- Faktor trigger : dikurangi
- Obat topikal : emolien, steroid
- Sistemik : antihistamin, antibiotika
II. Lini kedua :
- Intensive topical (Tx)
- Penatalaksanaan alergi :
makanan-inhalan-kontaktan
- UV irradiation
III. Lini ketiga :
- Obat : steroid sistemik, imunosupresan
(siklosporin)
- Desensitisasi

Anda mungkin juga menyukai