Anda di halaman 1dari 86

Dermatitis

Pembimbing:
dr. Hendrik Kunta Adjie, Sp. KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RS HUSADA JAKARTA
12 September – 15 oktober 2022
Dermatitis??

● Peradangan kulit baik epidermis maupun dermis sebagai


respon terhadap pengaruh faktor endogen dan atau faktor
eksogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan gatal.

• Dermatitis cenderung memiliki perjalanan yang lama atau


kronis dan residif atau berulang.
Epidemiologi

60% penduduk dunia mengalami dermatitis terutama didaerah tropis

Amerika Indonesia
10%
23%

Kasus 30% Kasus


dermatitis 15jt 48% dermatitis
penduduk 67,8%

29%
60%

<5 tahun 6-12 tahun >12 tahun Barat Tengah Timur


Mikroorganism

Eksogen Fisik

Etiologi Kimia

Endogen Atopik
Gejala
Pada umumnya pasien dermatitis mengeluh gatal. Klinis

Eritema, edema, vesikel atau bula, erosi,


Stadium Akut eksudatif sehingga tampak basah
(madidans)

Eritema dan edema berkurang, eksudat


Stadium Subakut
mengering menjadi krusta

Lesi tampak kering, berbentuk skuama,


hiperpigmentasi, papul dan likenifikasi,
Stadium Kronis
meski mungkin juga masih terdapat erosi
atau ekskoriasi karena garukan.
Klasifikasi

Etiologi Eksogen  dermatitis kontak, radiodermatitis, dermatitis


medikamentosa
Endogen  dermatitis atopi, dermatitis stasis

Morfologi Dermatitis papulosa, dermatitis vesikulosa, dermatitis


madidans
Bentuk Dermatitis numularis

Neurodermatitis Peradangan kronik pada kulit yang tidak diketahui


penyebabnya (umur paruh baya).

Stadium penyakit Dermatitis akut, dermatitis kronis


Dermatitis Kontak
Iritan dan Alergi
Dermatitis Kontak Iritan (DKI)

Suatu dermatitis kontak yang


disebabkan oleh bahan-bahan
yang bersifat iritan yang dapat
menimbulkan kerusakan
jaringan

Kelainan kulit : skuama, eritema,


vesikel, pustul, erosi
• DKI, dapat diklasifikasi menjadi:

• DKI akut
• Penyebab: iritan kuat seperti asam sulfat, asam hidro klorida atau bas kuat.
• Kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar, mucul eritema, bula, hingga nekrosis.
• Pinggir kelainan kulit berbatas tegas.

• DKI akut lambat


• Gambaran klinis dan gejala sama dengan DKI akut, tapi baru muncul 8-24 jam atau lebih setelah
kontak.
• Contoh bahan iritannya: podofilin, antralin, tretinoin, etilen oksida

• DKI Kronik
• Penyebab: kontak berulang dengan iritan lemah: deterjen, sabun, pelarut, tanah. Kelainan baru muncul
setelah kontak berminggu-minggu atau bulan, bahkan bertahun-tahun.
• Gejala klasik: kulit kering, eritema, skuama, hiperkeratosis dan likenifikasi ,difus. Bisa terdapat fisur.
• Biasanya berhubungan dengan pekerjaan: tukang cuci, kuli bangunan, penata rambut.
Dermatitis Kontak Alergi (DKA)

• Suatu dermatitis atau peradangan kulit yang


timbul setelah kontak dengan alergen melalui
proses sensitasi. Hanya mengenai orang yang
keadaan kulit sangat peka (hipersensitif)
• Dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen,
derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di
kulit.
• Respons imun  reaksi imunologik tipe IV,
perubahan spesifik reaktivitas pada kulit
● Gejala Klinis
 Bercak eritema berbatas tegas,
 kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan
erosi dan eksudasi(basah).
 Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin jugga fisur, batasnya
tidak jelas.
Pemeriksaan

● Uji tempel
● Tempat untuk melakukan uji tempel biasanya di punggung atau bagian luar dari lengan atas.
● Bahan uji dapat berasal dari antigen standar buatan pabrik atau dari bahan kimia murni dan lebih
sering bahan campuran yang berasal dari rumah, lingkungan kerja atau tempat rekreasi
Uji Tempel
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji
tempel:

Dermatitis harus sudah tenang (sembuh)

Tes dilakukan sekurang-kurangnya 1 minggu setelah penghentian terapi


kortikosteroid sistemik

Uji tempel dibuka setelah 2 hari lalu dibaca, dan pembacaan kedua dilakukan pada hari
ke-3 sampai hari ke-7 setelah aplikasi pertama.

Penderita dilarang melakukan aktifitas yang dapat melonggarkan uji tempel

Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakukan pada penderita urtikaria tipe
dadakan karena dapat menyebabkan urtikaria generalisata atau bahkan reaksi
anafilaksis
Setelah 48 jam, pembacaan pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas,
agar efek tekanan menghilang /minimal

• +1 = rx lemah (nonvesikular) : infiltrat, eritema, papul (+)


• +2 = rx kuat : edema / vesikel (++)

Uji Tempel
• +3 = rx sangat kuat (ekstrim) : bula / ulkus (+++)
• ± = meragukan : hanya makula eritematosa
• IR = iritasi : seperti terbakar, pustul /purpura
• (-) = rx negative
• NT = tidak dites
Pengobatan

D E R M AT I T I S K O N TA K I R I TA N ( D K I )
D E R M AT I T I S K O N TA K A L E R G I ( D K A )
 Hindari Kontak dengan Alergen
 Hindari Pajanan bahan iritan  Kortikosteroid oral dalam jangka pendek
 Sembuh sendiri  Cukup diberikan (prednison 30 mg/hari)
pelembab  Kelainan kulit dapat di kompres
 Kortikosteroid topikal  Bila ringan atau sudah mereda  cukup berikan
kortikosteroid topikal
DERMATITIS
DIAPER RASH
Dermatitis Diaper Rash

● Kelainan pada kulit berupa ruam


pada daerah yang tertutup popok
yaitu di alat kelamin, di sekitar anus,
pantat, pelipatan paha dan perut
bagian bawah
● Peradangan ini disebabkan oleh
overhidrasi kulit, maserasi, dan
kontak yang terlalu lama dengan
urin, feses serta sabun yang masih
tertinggal pada popok.
Etiologi

Tidak segera Terjadi


menggantii popok pembentukan Keasaman Terjadi iritasi
Tinja bercampur DIAPER
setelah ammonia (zat kulit pada kulit
dengan air seni RASH
bayi/balita saat dari kotoran meningkat bayi/balita
BAB/BAK bayi)

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diaper rash adalah:


 kelembaban kulit
 Air seni dan kotoran
 Jamur/kuman (saat kulit lembab akibat pemakaian popok jamur tumbuh lebih cepat)
Gejala Klinis Kulit di daerah popok eritem, sering dengan
papulovesicular, bula, fisura dan erosi. Erosi
dapat soliter ataupun konfluen dari bawah
umbilicus sampai paha meliputi genitalia,
perineum dan bokong. 
Jika disertai dengan infeksi sekunder oleh jamur
candida, maka biasanya dapat ditemukan lesi/
kelainan yang berukuran lebih kecil di sekitar lesi
utama, dinamakan sebagai lesi satelit.
Tatalaksana Non Farmakologi

1. Sering mengganti popok dan usahakan menghindari menggosok-gosok dengan keras


daerah yang tertutup popok tersebut saat membersihkannya
2. Sesekali biarkan bokong bayi terbuka (tidak memasang popok) selama beberapa saat,
berguna menjaga daerah popok tetap kering dan bersih.
3. Hati-hati dalam memilih popok, karena beberapa jenis bahan popok dapat merangsang
ruam popok.
4. Hindari memakai pelembut, karena pewangi dalam pelembut tersebut dapat mengiritasi
kulit bayi.
5. Pastikan untuk membilas popok dengan baik agar deterjen tidak tertinggal di dalam
popok.
6. Hindari memasang popok terlalu kuat. Usahakan ada ruang antara popok dengan kulit
bayi.
Tatalaksana Farmakologi

Preparat Non-steroidal topical  


1. Corticosteroids
2. The most effective and safe antisteroidal topical preperations
 bufexamac ( droxaryl or flogocid ) and tacrolimus (protopic
cream)

Zinc oksida 20%  pengobatan yang murah dengan keuntungan: 


3. Antiseptik and astringen
4. Berperan penting dalam penyembuhan luka 
5. Berisiko rendah terhadap alergi dan dermatitis kontak
 
Antifungal agent  infeksi jamur
DERMATI TI S VE NENATA
Dermatitis Venenata

• Eflo: vesikel, papul, pustule (1-3mm) multiple &


polimorf+ gatal
• Area: wajah, leher, bahu, lengan dan area di sekitar
pinggang
• Etio/: DKI tipe akut lambat yang biasanya
disebabkan oleh gigitan, liur, bulu, kontaminasi
(jejak, kissing lession) dari serangga paedeus yang
terbang pada malam hari
• Muncul 8-24 jam kemudian
• DD/: DKA, acne vulgaris, D. seboroik, rosacea,
folikulitis
Dermatitis Venenata

• Perwatan awal
• Menghilangkan iritasi dengan cara dicuci menggunakan air dan sabun,
kompres air dingin, diikuti pemberian kortikosteroid dan antibiotik topikal jika
di temukan adanya infeksi sekunder
• Pencegahan
• Menghindari kontak dengan yang mengalami iritasi serta menghindari
kontak dengan serangga, jika ada serangga yang hinggap di kulit jauhkan
serangga dari badan dengan cara meniup atau menggunakan selembaran
kertas, kemudian mencuci daerah yang di hinggapi dengan menggunakan
air dan sabun serta mencuci pakaian yang digunakan.
DERMATITIS PERIORAL
Dermatitis Perioral

● Kelainan yg ditandai dengan papul, pustul kecil


akibat distribusi pada daerah periorifisium
terutama pada daerah sekitar mulut.
• Eflo: papul, pustule (1-3mm) + gatal
• Area: periorifisium terutama mulut
• Etio/: steroid topikal
• DD/: DKA, acne vulgaris, D. seboroik, rosacea,
folikulitis
• Th/:
 Hindari pencetus
 Topikal: eritromisin, klindamisin, sulfur
 Sistemik tetrasiklin/eritromisin 1g/hari &
doksisiklin 100mg/hari
DERMATITIS ATOPIK
Definisi

●Peradangan kulit yang bersifat kronis berulang, disertai rasa gatal, timbul
pada tempat predileksi tertentu dan berhubungan dengan penyakit atopi
lainnya, misalnya rhinitis alergi dan asma bronkial.
Epidemiologi

●Prevalensi DA cenderung meningkat


●Anak  10-20%
●Dewasa  tidak lebih dari 10%
●Onset gejala DA paling sering dijumpai pada kelompok usia di bawah 5
tahun, dengan sekitar setengahnya mengalami gejala pertama pada 1-2
tahun pertama kehidupan.
●Sekitar 60-75% anak DA akan mengalami resolusi sebelum mencapai usia
dewasa dan sisanya akan menetap atau mengalami periode remisi-relaps. 2
Etiopatogenesis

●Faktor intrinsik/non alergik ●Faktor ekstrinsik/alergik


○ 20-30% ○ 70-80%
○ Tidak terjadi sensitisasi terhadap
○ Terjadi sensitisasi terhadap
alergen lingkungan disertai
alergen lingkungan disertai
○ Serum IgE yang rendah
○ Serum IgE yang meningkat
○ Suseptibilitas genetik, disregulasi
sistem imun, disfungsi sawar kulit, ○ lingkungan, misalnya berbagai
psikologis (dapat menjadi pemicu bahan iritan, polutan, alergen
maupun akibat hirup maupun makanan
Gejala Klinis

●Sering berulang

○ Tipe Bayi (Infantil type)

○ Tipe Anak (Childhood type)

○ Tipe Dewasa (Adult type)


Tipe Bayi (infantile type)

●2 bulan-2 tahun
●Awitan terjadi pada usia 2 bulan
●Lesi dimulai dari wajah, tetapi dapat
mengenai tempat lain.
●Plak eritema, papul dan vesikel sangat
gatal di pipi, dahi dan leher, tetapi dapat
pula mengenai badan, lengan dan
tungkai.
Tipe Anak (Childhood type)

●3-12 tahun
●Predileksi : fosa kubiti dan popliteal, daerah
fleksor pergelangan tangan, wajah dan leher.
●Lesi lesi kering, likenifikasi, batas tidak
tegas, karena garukan terlihat pula ekskoriasi
dan krusta.
●Lanjutan tipe bayi atau timbul pertama kali.
●Sering ditemukan lipatan Dennie Morgan
●Menghilang pada usia pubertas
Tipe dewasa (adult type)

●>12 tahun
●Lesi  likenifikasi, papul, eksema, dan krusta.
●Predileksi daerah fossa kubiti dan popliteal, leher depan dan belakang,
dahi serta sekitar mata.
●Kelanjutan tipe bayi dan tipe anak ataupun dapat timbul pertama kali
Diagnosis

●Klinis  gejala utama gatal, penyebaran simetris di tempat predileksi


(sesuai usia), terdapat dermatitis yang kronik residif, riwayat atopi pada
pasien atau keluarganya.
kriteria William kriteria Hanifin-Rajka
lebih sederhana, praktis, lebih sensitive
dan cepat, lebih spesifik
Kriteria William

I. Harus ada
Kulit yang gatal (atau tanda garukan pada anak kecil)

I. Ditambah 3 atau lebih tanda berikut:


 Riwayat perubahan kulit/kering di fosa kubiti, fosa popliteal, bagian anterior
dorsum pedis, atau seputar leher (termasuk kedua pipi pada anak <10 tahun)
 Riwayat asma atau hay fever pada anak (riwayat atopipada anak <4 tahun pada
generasi-1 dalam keluarga)
 Riwayat kulit kering sepanjang akhir tahun
 Dermatitis fleksural (pipi, dahi dan paha bagian lateral pada anak <4 tahun)
 Awitan di bawah usia 2 tahum (tidak dinyatakan pada anak <4 tahun)
Kriteria Hanifin-Rajka

Kriteria mayor (harus ada sedikitnya 3 atau Kriteria minor (harus ada sediktinya 3 atau lebih)
lebih)
1. Pruritus 1. Xerosis 11. Lipat Dennie-Morgan pada daerah
2. Morfologi dan distribusi khas 2. Iktiosis/hiperlinear palmar/keratosis infraorbital
 Likenifikasi fleksural pada pasien pilaris 12. Keratokonus
dewasa 3. Rekasi tipe cepat (tipe 1) pada uji kulit 13. Katarak subscapular anterior
 Erupsi di daerah wajah atau 4. IgE serum meningkat 14. Kegelapan pada orbita
ekstensor pada pasien bayi dan anak 5. Awitan pada usia dini 15. Muka pucat atau eritema
1. Dermatitis kronik atau kronik residif 6. Kecenderungan nfeksi kulit (khusunya 16. Pitiriasis alba
2. Riwayat atopi pada diri atau keluarga S.aureus dan herpes simplex), 17. Lipatan pada leher sisi anterior
(asma bronkial, rhinitis alergik, imunitas selular terganggu 18. Gatal bila berkeringat
dermatitis atopik) 7. Kecenderungan mengalami dermatitis 19. Intoleransi terhadap wol dan pelarut
  non spesifik pada tangan dan kaki lemak
8. Eksema pada putting susu 20. Aksentuasi perifolikular
9. Kheilitis 21. Intoleransi makanan
10. Konjungtiva berulang 22. Perjalanan penyakit diperngaruhi oleh
factor lingkungan dan emosi
23. White dermographism atau delayed
blanch
Penilaian SCORAD

●Dermatitis atopik ringan (skor SCORAD <15)

○ perubahan warna kulit menjadi kemerahan, kulit kering yang ringan, gatal
ringan, tidak ada infeksi sekunder.
●Dermatitis atopik sedang (skor SCORAD antara 15–40

○ kulit kemerahan, infeksi kulit ringan atau sedang, gatal, gangguan tidur, dan
likenifikasi.
●Dermatitis atopik berat (skor SCORAD >40)

○ kemerahan kulit, gatal, likenifikasi, gangguan tidur, dan infeksi kulit yang
semuanya berat
Pemeriksaan Penunjang

●Dilakukan bila ada keraguan klinis.


●Uji kulit dilakukan bila ada dugaan pasien alergik terhadap debu atau
makanan tertentu (X) diagnostik.
Tatalaksana Edukasi dan
empowerment
pasien serta
caregivers

Menghindari dan
Mengendalikan dan memodifikasi faktor
mengeliminasi pencetus
Tujuan Terapi siklus gatal-garuk lingkungan/modifika
si gaya hidup

5 Pilar

meminimalkan frekuensi
kekambuhan dan mengurangi
durasi serta derajat
keparahan saat kambuh Memperkuat dan
Menghilangkan
mempertahankan
penyakit kulit
fungsi sawar kulit
inflamasi
yang optimal
Edukasi

●Penjelasan kepada pasien, keluarga, dan/atau caregivers mengenai


penyakit, terapi, serta prognosis.
●Memberi edukasi cara merawat kulit,
●Menghindari penggunaan obat-obat tanpa sepengetahuan dokter
●Penjelasan mencakup semua masalah yang berkaitan dengan DA (gejala,
penyebab, faktor pencetus, prognosis dan tatalaksana)
Menghindari dan Memodifikasi Faktor Pencetus
Lingkungan/Modifikasi Gaya Hidup

●Bahan iritan, allergen, makanan tertentu, suhu ekstrim panas dan dingin,
dan stress merupakan faktor yang sering menjadi pencetus.
●Hindari penggunaan pakaian berbahan kasar dan wool
●Menghindari penggunaan sabun, detergen, pelembut bahan, pewangi,
pengawet dan bubble baths
Memperkuat dan Mempertahankan Fungsi Sawar Kulit
yang Optimal

Fungsi Pelembap
●Memperbaiki sawar kulit
●Mempertahankan integritas Pastikan jumlah
dan penampilan kulit
●Mempertahankan hidrasi kulit
pelembab cukup yaitu
dengan cara menurunkan TEWL Anak  100-200
●Mengembalikan kemampuan gr/minggu Dewasa 
sawar lipid menarik, menahan 200-300 gr/minggu
dan mendistribusikan air
Menghilangkan Penyakit Kulit Inflamsi

●Kortikosteoid topikal
●Obat penghambat kalsineurin
●Kompres basah dan antibotik
●Terapi anti-inflamasi/imunosupresan sistemik
Kortikosteroid topikal

●Ringan  hidrokortison krim 1-2½ %, metilprednisolon atau flumetason.


●Sedang  desonid, triamsinolon, asetonid, prednikarbat, hidrokortison
butirat, flusinolon astonid
●Lebih parah  flutikason, betametason 17 valerat, atau mometason furoat
(MF) atau aklometason.
Obat Penghambat Kalsineurin
●Terapi lini ke 2

○ Pimecrolimus  untuk lesi inflamasi ringan sedang

○ Tacrolimus  untuk lesi inflamasi sedang-berat


●Diberikan kepada pasien berusia ≥2 tahun
●(protopic®) 0,03% dan 0,1% aman digunakan pada anak 2-15 tahun dalam
jangka pendek atau panjang secara bergantian
●Dioleskan 1-2x sehari
●Dianjurkan menggunakan sunscreen (tabir surya) selama pemakaian IKT –
mengurangi paparan UV
Kompres basah dan antibotik
●Tujuan  mengeringkan lesi dermatitis yang basah, dan dermatitis dengan infeksi
bakteri

○ Kasa steril 3-5 lapis yang dimasukkan kedalam cairan kompres NaCl 0,9%,

○ Diperas setengah basah dan diletakkan pada lesi.

○ Bila kasa hampir mengering dapat ditetesi cairan kompres beberapa kali selama
10-15 menit.

○ Kompres dilakukan 2-3 kali/hari sampai lesi mengering dan bersih.

○ Cairan kompres yang dapat digunakan, misalnya cairan antiseptik asam salisilat
0,1%.
Rekomendasi untuk terapi antibiotik

●Infeksi sekunder  dengan eksema sedang/berat dermatitis, folikulitis,


adanya tanda infkesi, atau tidak responsive terhadap terapi topical lini
pertama.
●Terapi antibiotik topikal dapat digunakan pada daerah infeksi yang
terlokalisasi.
●Antibiotik sistemik dapat digunakan bila terdapat infeksi Staphylococcus,
diberikan selama 1 minggu sesuai perbaikan klinis.
●Lini pertama  Amoksisilin-klavulanat dan sefaleksin
●Lini kedua  Eritromisin dan sefaleksin dapat digunakan sebagai terapi lini
ke-2
Terapi anti-inflamasi/imunosupresan
sistemik

●DA berat dan refrakter yang tidak responsive terhadap terapi lainnya,
●Prednisone, metilprednisolon, maupun triamsolon dan obat-obat
imunosupresan (siklosporin, metroteksat,, mikfenolatmofetil, azatioprin)
Terapi anti-inflamasi/imunosupresan
sistemik

●DA berat dan refrakter yang tidak responsive terhadap terapi lainnya,
●Prednisone, metilprednisolon, maupun triamsolon dan obat-obat
imunosupresan (siklosporin, metroteksat,, mikfenolatmofetil, azatioprin)
Komplikasi

●DA yang mengalami perluasan dapat menjadi eritroderma. Atrofi kulit (striae
atroficans) dapat terjadi akibat pemberian kortikosteroid jangka panjang.
Prognosis

●Quo ad vitam : ad bonam


●Quo ad functionam : ad bonam
●Quo ad sanationam: dubia ad malam, karena merupakan kelainan kulit
inflamasi yang bersifat kronis berulang, namun tergantung dari
penatalaksanaan untuk mencegah kekambuhan.
NEURODERMATITIS
NEURODERMATITIS

Definisi
●Neurodermatitis (Liken Simpleks Kronis) adalah suatu peradangan menahun pada lapisan kulit paling atas yang
menimbulkan rasa gatal. Penyakit ini menyebabkan bercak-bercak penebalan kulit yang kering, bersisik dan
berwarna lebihi gelap, dengan bentuk lonjong atau tidak beraturan.
NEURODERMATITIS

Kontak  mengiritasi kulit  liken simpleks kronis  menahun  penebalan kulit

Penyakit ini biasanya berhubungan dengan:


• Dermatitis atopik
• Psoriasis
• Kecemasan, depresi ataupun gangguan psikis lainnya.
• Lebih banyak ditemukan pada wanita dan biasanya timbul pada usia 20-50 tahun.
NEURODERMATITIS

Gejala Klinis

● Gatal
● Lesi biasanya tunggal awalnya berupa plak eritematosa  edema & eritema menghilang  bag. Tengah berskuama
menebal  likenifikasi & ekskoriasi  hiperpigmentasi  batas dengan kulit normal tidak jelas

● Letak lesi : scalp, tengkuk, lengan ekstensor, pubis, lutut

● Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta & skuama
NEURODERMATITIS
Pengobatan
 Non medikamentosa : hindari menggaruk karena dapat memperburuk

 Medikamentosa : untuk mengurangi rasa gatal

o Anti pruritus :

o - Hidroksizin, difenhidramin

o - Doxepin krim 5%

o Kortikosteroid Topikal
D E R M AT I T I S N U M U L A R I S
• Disebut juga eksim numular, eksim diskoid,
neurodermatitis numular
• Peradangan kulit yang bersifat kronis,
ditandai dengan lesi berbentuk koin atau
agak lonjong, berbatas tegas, dengan
efloresensi berupa papulovesikel yang
mudah pecah.
• Pertama dikenalkan oleh Devergie pada
tahun 1857. Berasal dari bahasa Latin
nummulus yang artinya seperti koin.
Epidemiologi
• Lebih sering terjadi pada laki-laki. Puncak awitan pada usia 50-65 tahun. Pada
perempuan, usia puncak kedua pada 15-25 tahun.
• Jarang pada bayi dan anak, kalau ada, puncak awitan 5 tahun. Faktor Resiko
• Infeksi internal – infeksi gigi, ISPA, ISPB
(68% kasus DN)
Etiopatogenesis
• Alergen lingkungan – tungau, debu, Candida
• Masih belum diketahui secara jelas
albicans
• Tidak terkait dengan riwayat atopik individu/keluarga
• Terapi – Isotretinoin, emas, interferon alfa2b,
• Dapat terlihat di beberapa kasus dermatitis atopik
ribavirin (Hep. C)
• Pada usia lanjut ditemukan kelembaban kulit menurun
●Gambaran Klinis
• Keluhan sangat gatal, kemerahan
• Lesi Akut : Plak eritematosa, berbatas tegas, berbentuk lingkaran / koin, konfluensi papul &
papulovesikel
• Vesikel yang pecah  eksudasi pinpoint  mengering menjadi krusta kekuningan
• Tepi plak muncul lesi papulovesikular kecil yang berkonfluens dengan plak sehingga lesi meluas
• Diameter plak 1-3 cm.
• Kulit sekitar lesi normal, namun bisa kering
• Dalam 1-2 minggu  fase kronik : plak dengan skuama dan likenifikasi
• Jumlah lesi bisa hanya 1 atau multiple
• Penyembuhan dari tengah
• Predileksi: ekstensor ekstremitas
Pemeriksaan Penunjang
Histopatologi
Dilihat dari fase lesi saat biopsi
• Akut : spongiosis, vesikel intraepidermal, sel radang
• Subakut : parakeratosis, krusta bersisik, hyperplasia epidermal
• Kronis : hiperkeratosis, akantosis

Pemeriksaan Laboratorium
• Tes tempel: untuk menyingkirkan kemungkinan dermatitis kontak
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis.

Diagnosis banding:
• Dermatitis atopik Impetigo Psoriasis
• Dermatitis kontak alergi
• Neurodermatitis sirkumskripta
• Dermatitis statis
• Psoriasis
• Impetigo
Dermatomikosis Neurodermatitis
• Dermatomikosis
Tatalaksana

Medikamentosa
Non-medikamentosa
• Lini pertama: Kortikosteroid topikal potensi menengah
• Mengidentifikasi dan menghindari penyebab atau
hingga kuat, sediaan salep atau krim. Lesi kronik lebih
faktor pencetus
efektif dengan salep dan terkadang perlu oklusi
• Menghindari suhu ekstrim
• Kortikosteroid oral hanya untuk kasus berat dan refrakter
• Menghindari penggunaan sabun berlebihan
• Preparat ter atau calcineurin inhibitor: takrolimus,
• Memakai sabun mandi untuk kulit sensitive
pimekrolimus
• Menghindari memakai bahan yang dapat
• Eksudatif  kompres dgn solusio permanganas kalikus
menyebabkan iritasi
• Infeksi bakteri  antibiotik
• Menghindari trauma pada lesi
• Pruritus  antihistamin oral
• Memakai pelembab kulit
• Terapi hanya jangka pendek
• Lesi luas  penyinaran broad atau narrow band UVB
Prognosis
• Menetap selama berbulan bulan
• Bersifat kronik dan dapat timbul kembali di tempat yang sama
• Penelitian mengatakan:
• 22% sembuh
• 25% sembuh lalu relaps ( interval minggu sampai tahunan)
• 53% tidak bebas dari lesi kecuali dalam pengobatan
DERMATITIS STATIS
• Disebut juga dengan dermatitis gravitasional, ekzem stasis, dermatitis hipostatik,
ekzem varikosa, dermatitis venosa, dermatitis stasis venosa
• Peradangan pada kulit tungkai bawah yang disebabkan insufisiensi dan hipertensi
vena yang bersifat kronis.
• Umumnya pada usia di atas 50 tahun, jarang mengenai usia kurang dari 40 tahun
kecuali pada kondisi insufisiensi vena akibat trauma, pembedahan, atau
thrombosis. Lebih sering dialami perempuan (peningkatan tekanan vena selama
kehamilan).
Etiopatogenesis

Teori hipoksia (teori statis) ---- Teori dibantah dan ditinggalkan karena bukti bertolak belakang
Insufisiensi vena menyebabkan aliran balik vena profunda menuju vena superfisial  pengumpulan dalam vena superficial  aliran darah
melambat, tekanan O2 menurun  pasokan oksigen untuk kulit diatas system vena tersebut menurun menjadi hipoksia

Teori Selubung Fribrin (Fibrin cuff)


Endapan fibrin perikapiler sebagai penyebab kerusakan jaringan
Insufisiensi vena  peningkatan tekanan hidrostatis mikrosirkulasi dermis  permeabilitas
pembuluh darah kapiler dalam dermis meningkat  ekstravasasi makro molekul (fibrinogen)
Polimerasi fibrinogen disekitar pembuluh darah  selubung fibrin perikapiler menghalangi
pasokan oksigen dan nutrisi ke dermis  hipoksia dan kerusakan jaringan
● Gambaran Klinis
• Tekanan vena meningkat : terjadi pelebaran vena, varises, dan
edema
• Lambat laun kulit bewarna merah kehitaman dan timbul
purpura (karena ekstravasasi sel darah merah ke dalam
dermis), dan hemosiderosis
• Dalam perjalanan selanjutnya ekzematosa berupa eritema,
skuama, kadang eksudasi, gatal
• Bila telah berlangsung lama kulit menjadi tebal, fibrotik
sepertiga tungkai bawah (lipodermatosklerosis)

Komplikasi berupa ulkus varikosum atau ulkus venosum dan


selulitis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis.

Diagnosis banding:
• Dermatitis kontak (dapat terjadi bersama)
• Dermatitis numularis
• Dermatitis asteatotik
• Penyakit Schamberg Dermatitis asteatotik Penyakit Schamberg

Mencari penyebab dan mengatasi insufisiensi vena:


• Konsultasi ke dokter ahli bedah vascular (untuk memeriksa pembuluh darah, misal dengan USG Dropler)
• Konsultasi ke dokter ahli hematologik (apakah ada sistem pembekuan darah)
Tatalaksana

• Lesi eksudat  kompres hingga kering


• Inflamasi dan gatal  kortikosteroid topikal sedang
• Takrolimus juga dapat digunakan
• Infeksi sekunder  antibiotik topikal (gentamisin ointment) atau sistemik (cefixime)
• Kasus kronis  pelembab tanpa sensitizer, misalnya Vaseline
• Edema  elevasi tungkai 30 menit, 3-4x sehari
• Kaos kaki penyangga varises, pembalut elastis dapat digunakan saat beraktivitas
DE RM AT I T I S S E B O RO I K
Dermatitis Seboroik
● Dermatitis seboroik adalah inflama kulit yang sering terjadi dengan
morfologi papulosquamos pada area yang kaya akan glandula
sebasea (kulit kepala, wajah, dan lipatan tubuh

● FAKTOR RESIKO
○ Usia, jenis kelamin laki-laki, peningkatan aktivitas glandula sebasea,
imonodefisiensi, penyakit neurologis dan psikiatri, terpapar obat
Etiologi dan epidemiologi dermatitis seboroik

ETIOLOGI
Bisanya berhubungan dengan jamur Mallassezia furfur (dulu dikenal sebagai Pityrosporum ovale),
gangguan imunologia, dan aktivitas glandula sebasea

EPIDEMIOLOGI
Terbagi atas dua kelompok:
● Bentuk infantile: terjadi dalam minggu pertama hingga 3 bulan pertama kehidupan bersifar
self limited
● Bentuk dewasa: bersifat kronik, insidens mencapai puncak umur 40 tahun. Laki-laki > wanita
Gambaran klinis dermatitis seboroik
GEJALA KLINIS DERMATITIS SEBOROIK
PADA BAYI

● Sering disebut cradle cap


● Keluhan utama biasanya berupa skuama kekuningan yang berminyak dan umumnya tidak gatal
● Skuama biasanya terbatas pada batas kulit kepala (scalp) dan dapat pula ditemukan dibelakang
telinga dan area alis mata
GEJALA KLINIS DERMATITIS SEBOROIK
PADA Anak dan Dewasa
● Pada anak dan dewasa bervariasi mulai dari:

○ Ketombe dengan skuama halus atau difu, tebal dan menempel pada kulit kepala

○ Lesi eksematoid berupa pplak eritematosa superfisial dengan skuama terutama di kulit kepala,
wajah dan tubuh

○ Disertai rasa gatal

Apabila terdapat di kelopak mata, dapat disertai dengan blefaritis

Dalam keadaan yang lebih berat, dermatitis seboroik dapat berkembang menjadi eritroderma
Daerah-daerah seboroik: kulit kepala, wajah: alis, lipat nasolabial, telinga dan
Predileksi liang telinga, bagian atas-tengah dada dan punggung, lipat gluteus, inguinal,
genital, ketiak
Pada bayi: dermatitis atopic, scabies, psoriasis
Pada anak dan dewasa: psoriasis, dermatitis atopic, dermatitis kontak, impetigo,
Diagnosis Banding
tinea
Dilipatan: dermatitis intertriginosa, kandidiasis kutis
Shampo yang mengandung antimikotik
Krim imidazole
Krim yang mengandung asam salisilat atau sulfur
Terapi simtomatik dengan kortikosteroid
Tatalaksana Metrodinazol topical, siklopiroksolamini, talkasitol, bensoil peroksida, dan salep
lithium suksinat 5%
Terapi sianr UVB atau pemberian intraconazole 100 mg/hari peroral selama 21
hari
Prednisolon 30 mg/hari untuk dermatitis seboroik yang luas
EDUKASI

● Menghindari factor pemicu/pencetus

○ Hindari garukan yang dapat menyebabkan iritasi

○ Tetap menjaga higine kulit


● Edukasi mengenai pentingnya perawatan kulit dan menghindari pengobatan diluar yang diresepkan
TATALAKSANA

Anda mungkin juga menyukai