Anda di halaman 1dari 21

Laporan Kasus

Retensi Urin e.c BPH

Oleh
dr. Muhammad Ari Setiawan Prakasa

PEMBIMBING : dr. Sumirati


DEFINISI
Pembesaran prostat jinak
atau benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah
kondisi ketika kelenjar prostat membesar. Akibatnya, aliran
urine menjadi tidak lancar dan buang air kecil terasa tidak
tuntas.)
Kelenjar prostat hanya dimiliki oleh pria. Oleh karena
itu, penyakit ini hanya dialami oleh pria. Hampir semua
pria mengalami pembesaran prostat, terutama pada
usia 60 tahun ke atas

Pertumbuhan kelenjar prostat tidak berhenti pada


usia dewasa tetapi terus berlanjut sepanjang hidup.
Pada saat lahir, berat prostat sekitar 1 gram, pada
masa pubertas kelenjar prostat tumbuh secara cepat
dan mencapai berat sekitar 20 gram pada usia 20
- 30 tahun.
EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian BPH:

Adanya tanda-tanda histopatologi BPH


sudah dapat dijumpai pada laki-laki berusia
60 tahun diperkirakan 50% kemungkinan
untuk ditemukannya BPH secara histologis
dan kemungkinan ini meningkat
menjadi sekitar 80% pada usia 80 tahun
bahkan 100% pada usia 90 tahun.
DIAGNOSIS......

80% 15% 5%
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN PENUNJANG

Terjadi pada laki-laki yg sudah tua >60th, Vesika urinaria dapat teraba Tes urine, tes darah, tes kelancaran
kesulitan untuk mengeluarkan kencing apabila sudah terjadi retensi urine (uroflowmetri), USG transectal,
atau tidak bisa sama sekali, Perlu total, pada colok dubur BPH biopsy prostat
mengejan saat buang air kecil, Aliran biasanya dapat diraba sebagai
urine lemah atau tersendat-sendat, Urine benjolan yang kenyal di dinding
menetes di akhir buang air kecil, Buang
depan rektum dengan batas
air kecil terasa tidak tuntas, Buang air
kecil di malam hari menjadi lebih sering. atas yang dapat diraba dan
kalau sudah besar sekali batas
atas tidak dapat diraba
TATA LAKSANA

PRIMERY SURVEY

SECONDARY SURVEY

FARMAKOTERAPI

PEMBEDAHAN
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
01 Tn. T

02 71 tahun

03 Pensiunan

04 MRS 20 september 2021


Place Your Picture Here and Send to Back

ANAMNESIS
Kencing sedikit

Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh sulit kencing, kencing hanya menetes
sedikit – sedikit. Penderita juga mengeluh kencing tidak lampias, mengedan, dan apabila ingin kencing
tidak bisa ditahan. Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit penderita mengeluh tidak bisa kencing dan
terasa sakit sekali.
Sebelumnya kurang lebih 6 bulan sebelum masuk rumah sakit, penderita mulai mengeluh sering
mengejan saat kencing, kencing kurang deras, dan pancarannya kurang jauh sehingga penderita lebih
lama di kamar mandi. Bila siang hari bisa lebih dari 7 kali kencing dan pada malam hari penderita
sering terbangun untuk kencing (bisa 3-4 kali semalam). Penderita juga sering mengeluh nyeri saat
kencing. Riwayat Penyakit Dahulu
Asma (-), alergi (-), riwayat operasi (-), riwayat penyakit lain (-), HT
(+) tidak terkontrol lebih dari 20 tahun
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa (-), DM(-), asma (-), HT(-)
Pemeriksaan fisik 15/3/2019
PARAMETER KEADAAN
Kesan Sakit Sedang
Kesadaran Compos mentis | 456
Tekanan darah 202/116mmHg
Nadi 92x/min
Frekuensi pernafasan 20x/min
Suhu (aksila) 36,6 ⁰C
SpO2 98% tanpa O2
Kulit Hematome (-), pucat (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-), rash (-)
Kepala Normocephaly
Mata Sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-), Pupil isokor 2mm/2mm, RC (+/+)
Hidung Perdarahan mukosa (-), epistaksis (-)
Mulut Gigi palsu (-) Gusi berdarah (-)
Leher Bruit karotis (-), JVP = 6 ± 2 cmH2O
PARAMETER KEADAAN
Paru-paru Irama regular; Gerakan nafas simetris; Tactile fremitus simetris;
Perkusi Auskultasi Rhonki Wheezing
S S V V - - - -
S S V V - - - -
S S V V - - - -

Jantung Ictus terlihat dan teraba di Linea MCS ICS 5


Batas jantung melebar
S1 – S2 tunggal, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen Distensi (-), Striae (-), venektasi (-), hepatomegali (-), splenomegali (-), shifting
dullness (-), undulasi (-), bising usus normal (+), refluks hepatojugular (-)

Perkusi Palpasi (nyeri) Palpasi (massa)


T T T - - - - - -
T T T - - - - - -
T R T - + - - + -
PARAMETER KEADAAN
Ekstremitas
Nyeri Kekuatan Edema
motoric - -
- -
5 5
- - - -
5 5

Neurologi Reflex fisiologis (+), reflex patologis (-)


Bicara Disartria (-), Apraxia (-), Afasia (-)
LABORATORIUM 20 September 2021

Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Hasil Nilai Normal LABORATORIUM
Hemoglobin 10,2 12,00-16,00 g/dl
Lekosit 9,90 4,0-10,5/ul
Eritrosit 3,67 3,50-5,50 juta/ul
Hematokrit 30,9 37,00-47,00 vol% ELEKTROLIT
Trombosit 564.000 150-450 ribu/ul Natrium - 136-145 Meq/L
MCV,MCH, MCHC Kalium - 3,5-5,1 Meq/L
MCV 84,2 80,00-97,00 Chlorida - 98-107 Meq/L
MCH 27,7 27,0-32,0 DIABETES    
MCHC 32,9 32,0-38,0 Gula Darah mg/dL
KIMIA 110 <200.000
Sewaktu
HATI    
SGOT 19 0 – 46
SGPT 20 0 – 45
GINJAL    
Ureum 78,32 10 – 50
Kreatinin 78,32 0,7 – 1,25

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
G N O S I S
DIA
TA L A K
TATA LAKSANA
- IGD RSUD Ratu Zalecha
IVFD NS 20 tpm
Inj. Ranitidine 1x50 mg
Inj. Antrain 1x1 amp
Retensi Urin e.c BPH - Advise dari bagian Sp.B
Pasang DC
Kontrol poli bedah
PEMBAHASAN
KASUS vs TEORI

K T
• Tn. T berumur 71 tahun Gejala obstruktif terdiri dari:
• sulit kencing •Kesulitan memulai miksi/ hesitancy √
• kencing hanya menetes sedikit – •Mengejan untuk memulai miksi/ straining √
•Pancaran melemah/ weak stream √
sedikit. •Rasa tidak lampias/ incomplete emptying √
• kencing tidak lampias •Urin menetes di akhir miksi/ dribbling
• Kencing mengedan, •Aliran urine hilang timbul/ intermittent flow √
• kencing tidak bisa ditahan.
• Sejak 1 hari sebelum masuk rumah Gejala iritatif terdiri dari:
sakit penderita mengeluh tidak bisa •Frekuensi √
•Urgensi √
kencing dan terasa sakit sekali.
•Nokturia √
• pada malam hari penderita sering
•Inkontinensia √
terbangun untuk kencing (bisa 3-4
kali semalam)
KASUS vs TEORI

K T
-Pemeriksaan fisik pasien Pemeriksaan Abdomen
•Pada inspeksi: benjolan pada regio suprapubik abdomen dapat
Abdomen menunjukkan adanya buli-buli yang terisi √
-inspeksi: kesan buli menonjol •Pada palpasi: penekanan pada regio suprapubik dapat
-palpasi: nyeri tekan suprapubic
-perkusi: suara redup dan terasa nyeri saat di ketuk menimbulkan rasa ingin miksi, pemeriksaan ballotement ginjal
-asukultas: BU (+) N dapat menunjukkan adanya hidronefrosis
•Pada perkusi: suara redup jika buli-buli terisi √
Colok dubur Colok Dubur
-tidak dilakukan (kd ingat, keburu pasiennya pulang :( ) Colok dubur dilakukan untuk membedakan pembesaran prostat
jinak atau ganas. Pada BPH, biasanya ditemukan prostat
membesar secara simetris pada lobus kanan dan kiri,
konsistensi kenyal, dan tidak ditemukan adanya nodul.
Sedangkan, pada karsinoma prostat konsistensinya keras, lobus
tidak simetris, dan bernodul.
KASUS vs TEORI

K T
- Hasil lab leukosit tidak meningkat. •Darah lengkap & Urinalysis: urin lengkap dan
- Pada pasien ini tidak dilakukan pemriksaan
biakan urin (untuk menyingkirkan adanya ISK)
peninjang lainnya
•Antigen prostat spesifik/prostate specific
antigen (PSA) untuk diagnosis banding kanker
prostat
•USG: menentukan volume prostat, adanya batu
buli-buli, serta urine residual.
•Uroflowmetri: menilai progresivitas BPH dengan
menilai laju urin saat miksi
KASUS vs TEORI

K T
Dalam kasus BPH tanpa gejala, tidak
Tatalaksana diperlukan pengobatan.  Sebagai
- Pemasangan DC penatalaksanaan awal yang darurat, bila
pasien mengalami retensi urine akibat BPH
maka pasien dapat diberikan kateterisasi
uretra atau bila gagal, kateterisasi
suprapubik untuk mengatasi retensi urine.
Penatalaksanaan benign prostatic hyperplasia (BPH) sangat
bergantung dari derajat keparahannya berdasarkan skoring
IPSS (International Prostate Symptom Score)

Pada skor 0-7 (gejala ringan):


1. Watchful waiting
2. Modifikasi gaya hidup

Pada skor 8-19 (gejala sedang) – skor 20-35 (gejala


berat)
3. Medikamentosa
- Antagonis Reseptor Alfa-1-Adrenergik (terazosin,
silodosin, tamsulosin atau alfuzosin) berguna mengurangi
retensi otot polos prostat
- Penghambat 5-Alfa-Reduktase (dutasteride and
finasteride) berguna utk mengurangi volume prostat
- Penghambat Fosfodiesterase-5 (tadalafil) berguna untuk
memicu relaksasi otot halus sehingga melancarkan urin

2. Pembedahan
Jika pada pemberian medikamentosa tidak berhasil,
maka dilakukan pembedahan
Pilihan tindakan pembedahan yang ada antara lain adalah:

- Prostatektomi Terbuka / Open Prostatectomy


Prostatektomi terbuka merupakan pilihan tindakan bedah utama bagi pasien benign prostatic
hyperplasia dengan ukuran prostat yang terlalu besar (100 gram atau lebih)\

- Pembedahan Endourology
Pembedahan endourologi adalah metode yang paling umum dilakukan untuk terapi benign
prostatic hyperplasia. Prosedur yang dapat dilakukan antara lain adalah transurethral resection of
the prostate (TURP)
ukuran prostat sedang (60-80 gram) dengan batas toleransi hingga 100 gram.

- Pembedahan Invasif Minimal


Teknik pembedahan invasif minimal pada benign prostatic hyperplasia antara lain
adalah transurethral needle ablation (TUNA), transurethral microwave therapy (TUMT), dan
pemasangan stent. Tindakan bedah invasif minimal umumnya dilakukan pada pasien benign
prostatic hyperplasia dengan ukuran prostat kecil (30-50 gram)
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai