(Nasogastrik Tube)
8:05 PM | Labels: Prosedur Pemasangan NGT (Nasogastrik
Tube)
A. Latar Belakang
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung, juga
digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makananan. NGT ini digunakan hanya
dalam waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001).
KONTRAINDIKASI:
PEMASANGAN NGT
PERALATAN
Slang nasogastrik (ukuran tergantung pada kebutuhan pasien)
Pelumas/ jelly
Spuit berujung kateter 60 ml
Stetoskop
lampu senter/ pen light
klem
Handuk kecil
Tissue
Spatel lidah
Sarung tangan dispossible
Plester
Kidney tray
Bak instrumen
LANGKAH PELAKSANAAN
1. Cuci tangan dan atur peralatan
2. Jika memungkinan,jelaskan prosedur kepada klien dan keluarga
3. Identifikasi kebutuhan ukuran NGT klien
4. Bantu klien untuk posisi semifowler
5. Posisi klien yang diperlukan :Jika klien sadar dan bisa komunikasi maka
posisisnya sitting position in high-Fowler’s dan jika klien tidak sadar (unconscious)
posisinya kepala kebawah, sedikit miring kearah kiri dan posisi badan klien tidur
terlentang.
6. Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominant
kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri)
7. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal:Minta klien untuk bernafas melalui satu
lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain,
Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas
8. Tempatkan handuk mandi diatas dada klien. Pertahankan tissue wajah dalam
jangkauan klien
9. Gunakan sarung tangan
10. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan
plester.Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung
melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke
tonjolan sternum; tandai lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester
kecil
11. Minta klien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung
yang paling bersih
12. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien
menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut
13. Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan
klien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan
14. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut
tanpa memaksa saat klien menelan (jika klien batuk atau slang menggulung di
tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya
tersebut dorong klien untuk bernafas dalam
15. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung,
hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta klien membuka mulut
untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara
ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil
mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.
16. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi,
sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah
satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang
17. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien. Pita karet dapat
digunakan untuk memfiksasi slang.
18. Kurangi manipulasi atau merubah posisi klien sewaktu memasukan NGT,
termasuk juga batuk atau tersedak karena bisa menyebabkan cervical injury karena
manual stabilization of the head sangat diperlukan sewaktu melaksanakan prosedur.
19. Stabilisasikan posisi kepala.
Posisi tubing yang benar harus dipastikan seebelum penggunaan NGT untuk tujuan
apapun. Biarkan guide wire di tempat sampai posisi.Untuk meyakinkan tubing di
dalam lambung sebelum cairan diberikan. Cirgin-Elliott et al (1999)
Semua NGT yang telah dimasukkan, harus mempunyai X-Ray Thorax dan upper
abdomen untuk konfirmasi
X-Ray harus di review oleh seorang dokter dan konfirmasi tentang posisi di catat
dalam catatan medis. Kemudianm introducer dapat di removed dan aspirate di test
untuk di check pH-nya. Metheny N.A.& Titler M (2001)
Testing of aspirate
Sebelum aspirating flush the tube dengan 20ml udara untuk membebaskan
selang NGT dari zat-zat lain (gunakan syringe > 30mls).
Aspirate 20 mls dari tubing( gunakan large syringe > 30mls) and test on pH
dengan indicator strips.
pH 4 atau kurang mengindikasikan gastric placement dan confirms correct
positioning.
NUTRISI ENTERAL
Biasanya, adanya bunyi usus dan flatus merupakan indikator bahwa saluran cerna
berfungsi, khususnya pada pasien-pasien paska pembedahan. Namun, penelitian
menunjukkan bahwa motilitas saluran cerna yang menurun pada periode paska
operasi ini, hanya mempengaruhi lambung dan usus besar (kolon), dan tidak
mempengaruhi fungsi usus halus.
Sebaliknya, adanya bunyi usus juga tidak menjamin bahwa pemberian nutrisi
enteral bisa sukses, misalnya pada pasien-pasien dengan Intractablle diarrhea.
DOKUMENTASI
1. Komplikasi mekanis
Sondenya tersumbat.
Dislokasi dari sonde, misalnya karena ketidaksempurnaan melekatkatnya
sonde dengan plester di sayap hidung.
PROSES KEPERAWATAN
Proses Keperawatan pada Klien dengan Pemasangan NGT
Pengkajian
Biodata klien:
Pemeriksaan fisik:
Kesadaran umum: Allert/letargic, (regular/irregular),Pulse rate,Blood pressure.
Tanda-tanda Vital: Respiration(regular/irregular),Respiration rate,Pulse
rate,Blood pressure.
Head to too; Apakah terdapat trauma di bagian kepala; nasophageal
trauma,skull fracture,maxilo fracture,cervical fracture,disphagia,atresia
oesophagus,naso-oro-pharyngeal burn.apakah terdapat paresthesia,
hemipharesis,Apakah terdapat alat bantu pernafasan;pemasangan mask
oksigen,nasal canula,endotracheal tube,guedel/mayo,ventilator,distensi abnominal,
muntah(cairan,darah;warna,konsistensi)
Data Penunjang:
Oxygen saturation
Chest X-Ray
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa kepeerawatan yang sering muncul pada pasien dengan pemasangan NGT
adalah sebagai berikut :
1. Mual muntah sehubungan dengan pemasangan NGT
2. Rasa tidak nyaman Nyeri
3. Gangguan jalan nafas
4. Potensial aspirasi
Perencanaan keperawatan untuk menghindari beberapa komplikasi
1. Komplikasi mekanis
Untuk mengontrol letak sonde tepat di lambung, kita menggunakan stetoskop guna
auskultasi lambung sambil menyemprot udara melalui sonde.
a) sebelum sonde dimasukkan, harus diukur dahulu secara individual (pada setiap
pasien) panjangnya sonde yang diperlukan, dari permukaan lubang hidung sampai
keujung distal sternum.
b) sonde harus diberi tanda setinggi permukaan lubang hidung
c) sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang
baik tanpa menimbulkan rasasakit
d) perawat dan pasien harus setiap kali mengontrol letaknya tanda di sonde, apakah
masih tetap tidak berubah (tergeser).
a) Diare
b) Perut terasa penuh
c) Rasa mual, terutama pada masa permulaan pemberian nutrisi enteral
Kemungkinan I
Kemungkinan II
Hari 6: kecepatan aliran 120 ml/jam (selama 20 jam/hari)
Hari 7: kecepatan aliran 140 ml/jam (selama 17 jam/hari)
Hari 8: kecepatan aliran 160 ml/jam (selama 15 jam/hari)
Hari 9: kecepatan aliran 180 ml/jam (selama 13 jam/hari)
Hari 10: kecepatan aliran 200 ml/jam (selama 12 jam/hari)
Maksud konsep 12 jam ini agar pasien hanya terikat oleh pemberian nutrisi enteral
selama 12 jam sehari. Misalnya,hanya antara jam 19 sampai jam 7 pagi sambil tidur.
Apabila timbul rasa mual atau diare, pada waktu tahap pembangunan dianjurkan
supaya kecepatan aliran nutrisi enteral diturunkan 40 ml/jam.
Contoh :
26 Cermin Dunia Kedokteran No. 42, 1987
Pada kecepatan 100 ml/jam, pasien merasa mual dan mendapat diare.
Dianjurkan:
kecepatan diturunkan sampai 60 ml/jam
ditunggu 24 sampai 48 jam sehingga rasa mual dan diare hilang
setelah rasa mual dan diare hilang, kecepatan boleh dinaikkan lagi menjadi 80
ml/jam
tunggu lagi 48 jam
bila tak ada keluhan, kecepatan boleh dinaikkan lagi menjadi 120 ml/jam, dan
seterusnya.
Tiap kali timbul rasa mual atau diare, kecepatan aliran nutrisi langsung dikurangi 40
ml/jam dan perlahan-lahan setelah rasa mual dan diare hilang, kecepatan dinaikkan
lagi.
Dalam hal ini, pasien dan perawat dapat menanggulanginya dengan cara-cara sebagai
berikut :
kecepatan nutrisi enteral harus diturunkan 40 ml/jam
apakah ada kemungkinan kontaminasi pada waktu mempersiapkan zat nutrisi?
Bila demikian, sistem saluran dan zat nutrisi harus diganti dengan yang baru dan
bersih.
periksa letak sonde. Gunakan stetoskop untuk mengauskultasi lambung
sambil menyemprot udara ke dalamsonde.
KONTROL RUTIN
3. Pasien atau perawat harus setiap kali mengontrol apakah letak tanda pada sonde
masih berada di permukaan lubang hidung dan tidak tergeser. Sonde harus tetap
melekat sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik, tanpa menimbulkan
rasa sakit.
Implementasi
Evaluasi
Setelah melakukan proses keperawatan baik dari hasil pengkajian diagnosa
perencananaan pemasanagan NGT ini diharapakan tidak terjadi komplikasi Nasal
irritation, sinusitis, epistaxis, rhinorrhea, skin erosion or esophagotracheal fistula
sebagai dampak dari pemasangan NGT Aspiration pneumonia secondary to vomiting
and aspiration.