Anda di halaman 1dari 11

Prosedur Pemasangan NGT

(Nasogastrik Tube)
8:05 PM | Labels: Prosedur Pemasangan NGT (Nasogastrik
Tube)

"Tindakan Pemasangan NASO GASTRIC TUBE ( NGT )"


TEORI

A. Latar Belakang
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung, juga
digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makananan. NGT ini digunakan hanya
dalam waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001).

Untuk memenuhi kebutuhan pasien, pengetahuan dan kemampuan perawat dalam


memasukan dan melakukan perawatan NGT adalah sangat dibutuhkan.

Bagi anak-anak,kebutuhan akan NGT disebabkan oleh beberapa kondisi seperti


anomali anatomi jalan makanan;oesophagus atau alat eliminasi, kelemahan reflek
menelan, distress pernafasan atau tidak sadarkan diri. Keselamatan adalah selalu
menjadi perhatian,dimana kerjasama perawat pasien dan keluarga sangat dibutuhkan
dan pada sebagian anak terkadang agak sedikit dipaksakan.

Sebagai perawat profesional,harus berhati-hati dalam melaksanakan tindakan serta


memperhatikan keunikan variasi di dalam melaksanakan tindakan secara aman dan
nyaman. (WALLEY & WONG, 2000).

B. Tujuan dan M anfaat Tindakan


Naso Gastric Tube digunakan untuk:
1. Mengurangi isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam
lambung(cairan,udara,darah)
2. Untuk memasukan cairan( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)
3. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi
lambung

C. Indikasi dan Kontraindikasi Pemasangan NGT


INDIKASI:
 Pasien dengan distensi abdomen karena gas,darah dan cairan
 Keracunan makanan minuman
 Pasien yang membutuhkan nutrisi melalui NGT
 Pasien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi lambung

KONTRAINDIKASI:

Nasogastric tube tidak dianjurkan atau digunakan dengan berlebihan kepada


beberapa pasien predisposisi yang bisa mengakibatkan bahaya sewaktu memasang
NGT,seperti:
 Klien dengan sustained head trauma, maxillofacial injury, atau anterior fossa
skull fracture. Memasukan NGT begitu saja melalui hidung maka potensial akan
melewati criboform plate, ini akan menimbulkan penetrasi intracranial.
 Klien dengan riwayat esophageal stricture, esophageal varices, alkali ingestion
juga beresiko untuk esophageal penetration.
 Klien dengan Koma juga potensial vomiting dan aspirasi sewaktu memasukan
NGT, pada tindakan ini diperlukan tindakan proteksi seperti airway dipasang terlebih
dahulu sebelum NGT .
Perhatikan sewaktu memasukan NGT kepada Klien dengan suspected cervical
spine injury
Hypoxia, cyanosis, or respiratory arrest due to accidental tracheal intubation.

PEMASANGAN NGT

Insersi slang nasogastrik meliputi pemasangan slang plastik lunak melalui


nasofaring klien ke dalam lambung. Slang mempunyai lumen berongga yang
memungkinkan baik pembuangan sekret gastrik dan pemasukan cairan ke dalam
lambung.

Pelaksana harus seorang professional kesehatan yang berkompeten dalam


prosedur dan praktek dalam pekerjaannya.
Pengetahuan dan ketrampilan dibutuhkan untuk melakukan procedure dengan aman
adalah :
1. Anatomi dan fisiologi saluran gastro-intestinal bagian atas dan system
pernafasan..
2. Kehati-hatian dalam procedure pemasangan dan kebijaksanaan
penatalaksanaan NGT.
Pengetahuan mendalam pada pasien ( misalnya : perubahan anatomi dan fisiologi
yang dapat mambuat sulitnya pemasangan NGT tersebut

PERALATAN
 Slang nasogastrik (ukuran tergantung pada kebutuhan pasien)
 Pelumas/ jelly
 Spuit berujung kateter 60 ml
 Stetoskop
 lampu senter/ pen light
 klem
 Handuk kecil
 Tissue
 Spatel lidah
 Sarung tangan dispossible
 Plester
 Kidney tray
 Bak instrumen

UKURAN SELANG NASOGASTRIC


 Digunakan berbagai ukuran selang, and pemilihan ukuran yang sesuai
tergantung pada tujua penggunaan dan perkiraan lama/ durasi penggunaan selang
 Selang berdiameter kecil ( 8 Fr sampai 12 Fr ), lunak, fleksible, sering
digunakan untuk pasien yang membutuhkan enteral feeding untuk kurang dari 6
minggu
 NGT berdiameter besar, kurang flexible, lebih kaku, digunakan untuk
pemberian obat, dekompresi/pengurangan tekanan udara di lambung, dan untuk
feeding jangka pendek ( biasanya kurang dari 1 minggu ).
 Keuntungan NG tubes ukuran kecil dengan ukuran besar meliputi : kurang
menimbulkan trauma pada mukosa nasal baik selama pemasangan maupun NG tube
insitu, dan toleransi klien lebih
 Penggunaan NGT ukuran kecil sebagai tindakan propilaksis untuk pencegahan
gastro-oesofageal reflux dan micro-aspiration isi lambung, ke dalam jalan napas
bagian bawah meskipun masih kontroversial sebagaimana yang lain menunjukkan tak
ada hubungan antara ukuran NGT dan komplikasi-komplikasi ini.
 Displacement dapat terjadi ukuran besar maupun kecil, namun ukuran kecil
lebih mudah dislokasi, sering ke dalam jalan napas dan tanpa tanda-tanda dapat
terlihat dari luar, dan mudah terjadi kemacetan dan melilit.
 Insertion of the NG tube adalah suatu procedure yang kompleks, and
membutuhkan skill and keahlian sebaimana kesalahan-kesalahan penempatan dapat
berakibat pada komplikasi-komplikasi .
 Selama awal pemasangan NGT, misplacement dapat meliputi respiratory tract ,
brain, oesophagus, peritoneum, stomach (duodenal tube) and intestine (gastric tube) .
 Upward displacement meningkatkan resiko pada pulmonary aspiration,
sedangkan downward displacement meningkatkan resiko feeding intolerance jika
formula atau obat-obatan diberikan melalui tubing itu.
HASIL YANG DIHARAPKAN
1. Klien tidak mempunyai keluhan mual atau muntah.
2. Klien berkurang rasa nyeri
3. Distensi abdomen berkurang
4. Kebutuhan Nutrisi terpenuhi

LANGKAH PELAKSANAAN
1. Cuci tangan dan atur peralatan
2. Jika memungkinan,jelaskan prosedur kepada klien dan keluarga
3. Identifikasi kebutuhan ukuran NGT klien
4. Bantu klien untuk posisi semifowler
5. Posisi klien yang diperlukan :Jika klien sadar dan bisa komunikasi maka
posisisnya sitting position in high-Fowler’s dan jika klien tidak sadar (unconscious)
posisinya kepala kebawah, sedikit miring kearah kiri dan posisi badan klien tidur
terlentang.
6. Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominant
kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri)
7. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal:Minta klien untuk bernafas melalui satu
lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain,
Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas
8. Tempatkan handuk mandi diatas dada klien. Pertahankan tissue wajah dalam
jangkauan klien
9. Gunakan sarung tangan
10. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan
plester.Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung
melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke
tonjolan sternum; tandai lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester
kecil
11. Minta klien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung
yang paling bersih
12. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien
menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut
13. Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan
klien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan
14. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut
tanpa memaksa saat klien menelan (jika klien batuk atau slang menggulung di
tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya
tersebut dorong klien untuk bernafas dalam
15. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung,
hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta klien membuka mulut
untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara
ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil
mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.
16. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi,
sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah
satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang
17. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien. Pita karet dapat
digunakan untuk memfiksasi slang.
18. Kurangi manipulasi atau merubah posisi klien sewaktu memasukan NGT,
termasuk juga batuk atau tersedak karena bisa menyebabkan cervical injury karena
manual stabilization of the head sangat diperlukan sewaktu melaksanakan prosedur.
19. Stabilisasikan posisi kepala.

INITIAL CONFIRMATION OF POSITION

Posisi tubing yang benar harus dipastikan seebelum penggunaan NGT untuk tujuan
apapun. Biarkan guide wire di tempat sampai posisi.Untuk meyakinkan tubing di
dalam lambung sebelum cairan diberikan. Cirgin-Elliott et al (1999)

X-Ray confirmation , harus dilakukan pada semua klien, •


Peringatan : X Ray confirmation hanya valid pada waktu X_Ray dilakukan. Warning –
x-ray

Semua NGT yang telah dimasukkan, harus mempunyai X-Ray Thorax dan upper
abdomen untuk konfirmasi
X-Ray harus di review oleh seorang dokter dan konfirmasi tentang posisi di catat
dalam catatan medis. Kemudianm introducer dapat di removed dan aspirate di test
untuk di check pH-nya. Metheny N.A.& Titler M (2001)

Testing of aspirate
 Sebelum aspirating flush the tube dengan 20ml udara untuk membebaskan
selang NGT dari zat-zat lain (gunakan syringe > 30mls).
 Aspirate 20 mls dari tubing( gunakan large syringe > 30mls) and test on pH
dengan indicator strips.
 pH 4 atau kurang mengindikasikan gastric placement dan confirms correct
positioning.

NUTRISI ENTERAL

Nutrisi Enteral merupakan pemberian nutrient melalui saluran cerna dengan


menggunakan sonde (tube feeding). Nutrisi enteral direkomendasikan bagi pasien-
pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya secara volunter melalui
asupan oral. Pemberian nutrisi enteral dini (yang dimulai dalam 12 jam sampai 48 jam
setelah pasien masuk ke dalam perawatan intensif [ICU]) lebih baik dibandingkan
pemberian nutrisi parenteral.

Manfaat dari pemberian nutrisi enteral antara lain:


 Mempertahankan fungsi pertahanan dari usus
 Mempertahankan integritas mukosa saluran cerna
 Mempertahankan fungsi-fungsi imunologik mukosa saluran cerna
 Mengurangi proses katabolic
 Menurunkan resiko komplikasi infeksi secara bermakna
 Mempercepat penyembuhan luka
 Lebih murah dibandingkan nutrisi parenteral
 Lama perawatan di rumah sakit menjadi lebih pendek dibandingkan dengan
Nutrisi Parenteral
 Pasien-pasien yang dapat diberikan nutrisi enteral adalah mereka yang tidak
bisa makan, tidak dapat makan, dan tidak cukup makan (ASPEN, 1998)
“Bila usus bekerja, gunakanlah.” Kalimat yang sudah sering diucapkan berulang-
ulang kali itu, merupakan panduan untuk pemberian dukungan nutrisi.

Biasanya, adanya bunyi usus dan flatus merupakan indikator bahwa saluran cerna
berfungsi, khususnya pada pasien-pasien paska pembedahan. Namun, penelitian
menunjukkan bahwa motilitas saluran cerna yang menurun pada periode paska
operasi ini, hanya mempengaruhi lambung dan usus besar (kolon), dan tidak
mempengaruhi fungsi usus halus.

Berkurangnya ataupun hilangnya bunyi usus tidak perlu sampai menghambat


pemberian nutrisi enteral (Lewis et al 2001).

Sebaliknya, adanya bunyi usus juga tidak menjamin bahwa pemberian nutrisi
enteral bisa sukses, misalnya pada pasien-pasien dengan Intractablle diarrhea.

DOKUMENTASI

Catat hal-hal berikut pada lembar dokumentasi:


 Tanggal dan waktu insersi slang
 Warna dan jumlah drainase
 Ukuran dan tipe slang
 Toleransi klien terhadap prosedur

KOMPLIKASI YANG DISEBABKAN OLEH NGT

1. Komplikasi mekanis
 Sondenya tersumbat.
 Dislokasi dari sonde, misalnya karena ketidaksempurnaan melekatkatnya
sonde dengan plester di sayap hidung.

2. Komplikasi pulmonal: misalnya aspirasi.


Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde
 Yang menyerupai jerat
 Yang menyerupai simpul
 Apabila sonde terus meluncur ke duodenum atau jejunum.
Hal ini dapat langsung menyebabkan diare.
Komplikasi yang disebabkan oleh zat nutrisi

PROSES KEPERAWATAN
Proses Keperawatan pada Klien dengan Pemasangan NGT
Pengkajian
Biodata klien:

Nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan,tingkat pendidikan, Diagnosa medis,Tanggal


admission.
Riwayat kesehatan: Riwayat Masa lalu klien, Riwayat kesehatan keluarga dan Riwayat
kesehatan klien saat ini.
Kondisi kesehatan saat ini

Pemeriksaan fisik:
 Kesadaran umum: Allert/letargic, (regular/irregular),Pulse rate,Blood pressure.
 Tanda-tanda Vital: Respiration(regular/irregular),Respiration rate,Pulse
rate,Blood pressure.
 Head to too; Apakah terdapat trauma di bagian kepala; nasophageal
trauma,skull fracture,maxilo fracture,cervical fracture,disphagia,atresia
oesophagus,naso-oro-pharyngeal burn.apakah terdapat paresthesia,
hemipharesis,Apakah terdapat alat bantu pernafasan;pemasangan mask
oksigen,nasal canula,endotracheal tube,guedel/mayo,ventilator,distensi abnominal,
muntah(cairan,darah;warna,konsistensi)

Data Penunjang:
 Oxygen saturation
 Chest X-Ray

sesudah insertion untuk memastikan posisi NGT di lambung

Laboratorium: sample darah lengkap,urine,stool

PENGKAJIAN SECARA UMUM

Pengkajian harus berfokus pada:


 Instruksi dokter tentang tipe slang dan penggunaan slang
 Ukuran slang yang digunakan sebelumnya, jika ada
 Riwayat masalah sinus atau nasal
 Distensi abdomen, nyeri atau mual

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa kepeerawatan yang sering muncul pada pasien dengan pemasangan NGT
adalah sebagai berikut :
1. Mual muntah sehubungan dengan pemasangan NGT
2. Rasa tidak nyaman Nyeri
3. Gangguan jalan nafas
4. Potensial aspirasi
Perencanaan keperawatan untuk menghindari beberapa komplikasi

1. Komplikasi mekanis

a) Agar sonde tidak tersumbat


 perawat atau pasien harus teratur membersihkan sonde dengan
menyemprotkan air atau teh sedikitnya tiap 24 jam
 bila aliran nutrisi enteral sementara terhenti, sonde harus dibersihkan setiap 30
menit dengan menyemprotkan air atau teh.

b) Agar sonde tidak mengalami dislokasi


 sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester
yang baik tanpa menimbulkan rasa sakit
 posisi kepala pasien harus lebih tinggi dari alas tempat tidur (+ 30°)

2. Komplikasi pulmonal: aspirasi

a) Kecepatan aliran nutrisi enteral tidak boleh terlalu tinggi


b) Letak sonde mulai hidung sampai ke lambung harus sempurna.

Untuk mengontrol letak sonde tepat di lambung, kita menggunakan stetoskop guna
auskultasi lambung sambil menyemprot udara melalui sonde.

3. Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde

a) sebelum sonde dimasukkan, harus diukur dahulu secara individual (pada setiap
pasien) panjangnya sonde yang diperlukan, dari permukaan lubang hidung sampai
keujung distal sternum.
b) sonde harus diberi tanda setinggi permukaan lubang hidung
c) sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang
baik tanpa menimbulkan rasasakit
d) perawat dan pasien harus setiap kali mengontrol letaknya tanda di sonde, apakah
masih tetap tidak berubah (tergeser).

4. Komplikasi yang disebabkan oleh yang zat nutrisi antara lain


·
4.1. Komplikasi yang terjadi di usus

a) Diare
b) Perut terasa penuh
c) Rasa mual, terutama pada masa permulaan pemberian nutrisi enteral

4.2.· Komplikasi metabolik hiperglikemia

Perencanaan keperawatanya dari komplikasi yang terjadi di usus


Pemberian nutrisi enteral harus dilakukan secara bertahap.
Tahap pembangunan; dengan mempergunakan mesin pompa
Hari 1 : kecepatan aliran 20 ml/jam = 480 ml/hari
Hari 2 : kecepatan aliran 40 ml/jam = 960 ml/hari
Hari 3 : kecepatan aliran 60 ml/jam = 1440 ml/hari
Hari 4 : kecepatan aliran 80 ml/jam = 1920 ml/hari
Hari 5 : kecepatan aliran 100 ml/jam = 2400 ml/hari atau 2400kcal/hari
Kekurangan kebutuhan cairan dalam tubuh pada hari pertama sampai dengan hari
keempat harus ditambahkan dalam bentuk air, teh atau dengan sistem infus
(parenteral).

Selanjutnya ada dua kemungkinan:

Kemungkinan I

Nutrisi enteral konsep 24 jam:


Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 100 ml/jam = 2400
ml/hari = 2400 kcal/hari.

Kemungkinan II
Hari 6: kecepatan aliran 120 ml/jam (selama 20 jam/hari)
Hari 7: kecepatan aliran 140 ml/jam (selama 17 jam/hari)
Hari 8: kecepatan aliran 160 ml/jam (selama 15 jam/hari)
Hari 9: kecepatan aliran 180 ml/jam (selama 13 jam/hari)
Hari 10: kecepatan aliran 200 ml/jam (selama 12 jam/hari)

Nutrisi enteral konsep 12 jam


Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 200 ml/jam = 2400ml/hari = 2400 kcal/hari

Maksud konsep 12 jam ini agar pasien hanya terikat oleh pemberian nutrisi enteral
selama 12 jam sehari. Misalnya,hanya antara jam 19 sampai jam 7 pagi sambil tidur.
Apabila timbul rasa mual atau diare, pada waktu tahap pembangunan dianjurkan
supaya kecepatan aliran nutrisi enteral diturunkan 40 ml/jam.

Contoh :
26 Cermin Dunia Kedokteran No. 42, 1987
Pada kecepatan 100 ml/jam, pasien merasa mual dan mendapat diare.
Dianjurkan:
 kecepatan diturunkan sampai 60 ml/jam
 ditunggu 24 sampai 48 jam sehingga rasa mual dan diare hilang
 setelah rasa mual dan diare hilang, kecepatan boleh dinaikkan lagi menjadi 80
ml/jam
 tunggu lagi 48 jam
 bila tak ada keluhan, kecepatan boleh dinaikkan lagi menjadi 120 ml/jam, dan
seterusnya.
Tiap kali timbul rasa mual atau diare, kecepatan aliran nutrisi langsung dikurangi 40
ml/jam dan perlahan-lahan setelah rasa mual dan diare hilang, kecepatan dinaikkan
lagi.

·perencanaan keperawatan dari komplikasi metabolik


 periksa kadar gula dalam darah selama nutrisi enteral
 bila terjadi hiperglikemia, terutama pada pasien-pasien yang menderita dibetes
melitus, harus dilakukan terapi dengan insulin.

BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


A. Nutrisi enteral per sonde tak perlu dihentikan, bila
1. diare ringan
2. perut terasa penuh
3. pasien terus menerus harus bertahak
4. dislokasi sonde yang tidak terlalu berat

Dalam hal ini, pasien dan perawat dapat menanggulanginya dengan cara-cara sebagai
berikut :
 kecepatan nutrisi enteral harus diturunkan 40 ml/jam
 apakah ada kemungkinan kontaminasi pada waktu mempersiapkan zat nutrisi?

Bila demikian, sistem saluran dan zat nutrisi harus diganti dengan yang baru dan
bersih.
 periksa letak sonde. Gunakan stetoskop untuk mengauskultasi lambung
sambil menyemprot udara ke dalamsonde.

B. Nutrisi enteral harus dihentikan sementara sampai kesukaran-kesukaran


ditanggulangi, bila:
1. muntah-muntah
2. pilek (rinitis) yang berat
3. kalau simtom-simtom dari A dalam waktu 48 jam tidak mereda
Selama penghentian ini, perawat atau pasien harus secara teratur membersihkan
sonde dengan menyemprotkan air atau teh agar sonde tidak tersumbat.

C. Nutrisi enteral harus langsung dihentikan dan konsultasi ke


dokter, bila:

1. muntah-muntah yang berat


2. diare yang berat
3. diduga aspirasi

KONTROL RUTIN

1. Setiap 2 hari menimbang berat badan


 ini merupakan kontrol rutin yang mudah dan efektif
 bila berat badan tidak naik atau bahkan menurun menunjukkan sesuatu yang
tidak sempurna
 dalam hal ini harus konsultasi ke dokter.
2. Pasien atau perawat harus secara teratur membuat protokol
tentang frekuensi, jumlah dan konsistensi dari tinja

3. Pasien atau perawat harus setiap kali mengontrol apakah letak tanda pada sonde
masih berada di permukaan lubang hidung dan tidak tergeser. Sonde harus tetap
melekat sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik, tanpa menimbulkan
rasa sakit.

4. Mesin pompa dan sistem pipa plastik harus dikontrol baik-


baik kebersihannya dan tidak boleh bocor
"CHECK LIST"

· Harus konsultasi ke dokter, bila :


1. berat badan turun
2. pilek (rinitis) yang berat
3. diduga aspirasi
4. muntah-muntah yang berat

· Apakah kedudukan sonde masih sempurna? Bila:


1. pasien terus menerus bertahak (refluks)
2. diare: ini akan terjadi bila sonde meluncur terus menuju abdomen atau jejunum
Dalam hal ini sonde harus agak ditarik ke luar.

· Apakah osmolaritas zat nutrisi sesuai dengan yang dianjur-


kan? Bila:
1. diare
2. perut terasa penuh.
Dalam hal ini harus diperiksa apakah zat nutrisi dipersiapkan sesuai dengan yang
dianjurkan oleh pabrik. Perhatikan perbandingan antara jumlah air terhadap jumlah
bubuk zatnutrisi.

· Apakah kecepatan aliran nutrisi enteral tidak terlalu cepat?


Apakah mesin pompa atau sistem pipa tidak sempurna?
Bila
1. diare
2. perut terasa penuh

Implementasi

Implementasi yang dilakukan sesuai pada masalah pada diagnosa keperawatan


dan rencana keperawatan diatas, yang terdiri darimasalah aktual, dan potensial.
Implementasi bertujuan pada mengatasi permasalahan pasien baik aktual maupun
potensial tersebut, dan menghindari komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi.

Evaluasi
Setelah melakukan proses keperawatan baik dari hasil pengkajian diagnosa
perencananaan pemasanagan NGT ini diharapakan tidak terjadi komplikasi Nasal
irritation, sinusitis, epistaxis, rhinorrhea, skin erosion or esophagotracheal fistula
sebagai dampak dari pemasangan NGT Aspiration pneumonia secondary to vomiting
and aspiration.

Anda mungkin juga menyukai