Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA TUMPUL ABDOMEN

1.
2.
1.
2.
3.
4.
1.
2.

DEFINISI
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera (Sjamsuhidayat, 1998).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan
pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk
Trauma
pada
abdomen
dapat
di
bagi
menjadi
dua
jenis,
yaitu
:
A. Trauma penetrasi
Luka tembak
Luka tusuk
B. Trauma non-penetrasi
Kompres
Hancur akibat kecelakaan
Sabuk pengaman
Cedera akselerasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
Kontusio
dinding
abdomen
disebabkan
trauma
non-penetrasi
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau
penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
Laserasi, Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di eksplorasi.
Atau
terjadi
karena
trauma
penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan
perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal
berbagai organ.

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:
Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
3. Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus
dieksplorasi (Sjamsuhidayat, 1998).
1.

ETIOLOGI
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen, umumnya banyak
diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak
terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau
benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan kerusakan yang
besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk,
akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu :
1.
Paksaan /benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tumpul pada abdomen
bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat

berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan
oleh kecelakaan lalu lintas.
2. Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tembus pada abdomen
disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak.
PATOFISIOLOGI
Jika terjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi pendarahan intra abdomen yang
serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah
yang akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu organ viseral mengalami perforasi, maka
tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen
tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah
terjadi peritonitis umum.Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan suhu
tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis mungkin belum tampak. Pada fase awal
perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga
abdomen, maka operasi harus dilakukan (Mansjoer, 2001).

1.
2.
3.
4.
5.

MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di bagian yang luka atau
tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh iritasi.
Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien dalam posisi
rekumben.
Mual dan muntah
Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan diagnostik
1.
Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus menerus. Demikian pula
dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya
infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang
meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan
transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retroperineal dekat duodenum,
corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat
menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal.
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat
membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
1.
Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :
o Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
o Trauma pada bagian bawah dari dada
o Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
o Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak)
o Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang)
o Patah tulang pelvis
2. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :
o Hamil

o Pernah operasi abdominal


o Operator tidak berpengalaman
o Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma
pada hepar dan retroperitoneum.
B. Pemeriksaan khusus
1.
Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam
rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga
peritoneum setelah dimasukkan 100200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk
laparotomi.
2. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber penyebabnya.
3. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.
C. Penatalaksanaan Medis
1.
Abdominal paracentesis
Menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi.
2. Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung penyebab abdomen akut.
3. Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.
4. Pemberian antibiotik
Mencegah infeksi.
5. Laparotomi
PENANGANAN PRE HOSPITAL DAN HOSPITAL
A. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus mengkaji dengan
cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka
tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC
jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
1.
Airway
Dengan
kontrol
tulang
belakang.
Membuka
jalan
napas
menggunakan
teknik head tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing
yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
2. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara lihat-dengar-rasakan
tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan
pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
3. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka
bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru
segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30 kali kompresi dada dan 2 kali
bantuan napas).
Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul)
1.
Stop makanan dan minuman
2. Imobilisasi
3. Kirim kerumah sakit.
Penetrasi (trauma tajam)
1.
Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali
dengan adanya tim medis.
2. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara
pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.
3. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali
kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban
steril.
4. Imobilisasi pasien.
5. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
7. Kirim ke rumah sakit.

B.
1.

a.

b.
c.
d.
o
o
2.
a.
b.

c.

Hospital
Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah yang berpengalaman akan
memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila
ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan.
Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau
untuk menemukan adanya udara intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk
menentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum.
IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.
Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing, contohnya pada :
fraktur pelvis
trauma non-penetrasi
Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah sakit :
Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk
pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amilase.
Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks anteroposterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di
lakukan pada penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di
retroperitoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi segera.
Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau decendens dan dubur
(Hudak & Gallo, 2001).
PATHWAY

Trauma
(kecelakaan)

Penetrasi & Non-Penetrasi

Terjadi perforasi lapisan abdomen


(kontusio, laserasi, jejas, hematom)

Menekan saraf peritonitis

Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen Nyeri

Motilitas usus

Disfungsi usus Resiko infeksi

Refluks usus output cairan berlebih


Gangguan cairan
dan eloktrolit

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
Kelemahan fisik

Gangguan mobilitas fisik


(Sumber : Mansjoer,2001)
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Dasar pemeriksaan fisik head to toe harus dilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari bagian
kepala
ke
ujung
kaki.
Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah :

1.

Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera (trauma).
2. Sirkulasi
Data Obyektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data
Subyektif :
Perubahan
tingkah
laku/
kepribadian
(tenang
atau
dramatis)
Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
5. Makanan dan cairan
Data
Subyektif :
Mual,
muntah,
dan
mengalami
perubahan
selera
makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen
6. Neurosensori
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental, kesulitan dalam
menentukan posisi tubuh
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru / trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif, gangguan rentang gerak.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit
Volume
cairan
dan
elektrolit
berhubungan
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
Intervensi
:
1.
Kaji tanda-tanda vital
R/ untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
2. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
R/ mengidentifikasi keadaan perdarahan
3. Kaji tetesan infus
R/ awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.
4. Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
R/ cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh.
5. Tranfusi darah
R/ menggantikan darah yang keluar.
Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau
Tujuan : Nyeri teratasi
Intervensi :
1.
Kaji karakteristik nyeri
R/ mengetahui tingkat nyeri klien.
2. Beri posisi semi fowler.
R/ mengurngi kontraksi abdomen
3. Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi
R/ membantu mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkan perhatian
4. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
R/ analgetik membantu mengurangi rasa nyeri.
5. Managemant lingkungan yang nyaman
R/ lingkungan yang nyaman dapat memberikan rasa nyaman klien

dengan

luka

penetrasi

perdarahan

abdomen.

Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan


tubuh.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Intervensi :
1.
Kaji tanda-tanda infeksi
R/ mengidentifikasi adanya resiko infeksi lebih dini.

2.
3.
4.
5.

Kaji keadaan luka


R/ keadaan luka yang diketahui lebih awal dapat mengurangi resiko infeksi.
Kaji tanda-tanda vital
R/ suhu tubuh naik dapat di indikasikan adanya proses infeksi.
Perawatan luka dengan prinsip sterilisasi
R/ teknik aseptik dapat menurunkan resiko infeksi nosokomial
Kolaborasi pemberian antibiotik
R/ antibiotik mencegah adanya infeksi bakteri dari luar

Ansietas
berhubungan
dengan
krisis
situasi
dan
perubahan
status
kesehatan
Tujuan : Ansietas teratasi
Intervensi :
1.
Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil pada waktu lalu
R/ koping yang baik akan mengurangi ansietas klien.
2. Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut dan berikan penanganan
R/ mengetahui ansietas, rasa takut klien bisa mengidentifikasi masalah dan untuk memberikan penjelasan
kepada klien.
3. Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan mengenai penyakit
R/ apabila klien tahu tentang prosedur dan tindakan yang akan dilakukan, klien mengerti dan diharapkan
ansietas berkurang
4.
Pertahankan
lingkungan
yang
tenang
dan
tanpa
stres
R/ lingkungan yang nyaman dapat membuat klien nyaman dalam menghadapi situasi
5. Dorong dan dukungan orang terdekat
R/ memotifasi klien
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : Dapat bergerak bebas
Intervensi
:
1.
Kaji kemampuan pasien untuk bergerak
R/ identifikasi kemampuan klien dalam mobilisasi
2. Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasien
R/ meminimalisir pergerakan kien
3. Berikan latihan gerak aktif pasif
R/ melatih otot-otot klien
4. Bantu kebutuhan pasien
R/ membantu dalam mengatasi kebutuhan dasar klien
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
R/ terapi fisioterapi dapat memulihkan kondisi klien

DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
oenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian perawatan
pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC
ansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI : Jakarta
udak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
uddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
ttp://www.primarytraumacare.org/ptcmam/training/ppd/ptc_indo.pdf/ 10,17,2009,13.10am
Diposkan oleh Keperawatan Gawat Darurat di 06.37
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
DEFINISI
Traumaadalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera(Sjamsuhidayat, 1998).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletakdiantara diafragma dan
pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yangmenusuk
Trauma
pada
abdomen
dapat
di
bagi
menjadi
dua
jenis,
yaitu
:
A. Trauma penetrasi
1.
Luka tembak
2. Luka tusuk
B. Trauma non-penetrasi
1.
Kompres

2.
3.
4.

Hancur akibat kecelakaan


Sabuk pengaman
Cedera akselerasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1.
Kontusio
dinding
abdomen
disebabkan
trauma
non-penetrasi
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinanterjadi eksimosis atau
penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darahdapat menyerupai tumor.
2. Laserasi, Jikaterdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus dieksplorasi.
Atau
terjadi
karena
trauma
penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapatmenyebabkan
perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainanimonologi dan gangguan faal
berbagai organ.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth &Brunner (2002) terdiri dari:
Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertaioleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahlibedah.
3. Cedera thorak abdomen
Setiap luka padathoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hatiharus
dieksplorasi (Sjamsuhidayat, 1998).
1.

ETIOLOGI
Menurut(Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen,umumnya banyak
diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraanbermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak
terkontrol merupakan kekuatan yangmenyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau
benda tumpullainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembakyang menyebabkan kerusakan yang
besar didalam abdomen. Selain luka tembak,trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk,
akan tetapi luka tusuksedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak,yaitu :
1.
Paksaan /benda tumpul
Merupakan traumaabdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tumpul pada
abdomenbisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraanbermotor, cedera
akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresiatau sabuk pengaman. Lebih dari 50%
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
2. Trauma tembus
Merupakan traumaabdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tembus pada
abdomendisebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak.
PATOFISIOLOGI
Jikaterjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi pendarahan intraabdomen yang serius,
pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yangdisertai penurunan hitung sel darah merah yang
akhirnya gambaran klasik syokhemoragik. Bila suatu organ viseral mengalamiperforasi, maka tanda-tanda
perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepattampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut
meliputi nyeri tekan, nyerispontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah
terjadiperitonitis umum.Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi danpeningkatan suhu
tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tandaperitonitis mungkin belum tampak. Pada fase awal
perforasi kecil hanyatanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk
ronggaabdomen, maka operasi harus dilakukan (Mansjoer, 2001).
MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dangejala trauma abdomen, yaitu :
1.
Nyeri
Nyeridapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul dibagian yang luka atau
tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairandirongga peritonium yang disebabkan oleh iritasi.
3. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeridisebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien dalam
posisirekumben.

4.
5.

Mual dan muntah


Penurunan kesadaran (malaise, letargi,gelisah)
Yangdisebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan diagnostik
1.
Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan terus menerus. Demikian pula
denganpemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpaterdapatnya infeksi
menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinanruptura lienalis. Serum amilase yang
meninggi menunjukkan kemungkinan adanyatrauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan
transaminase menunjukkankemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam ronggaperitoneum, udara bebas retroperineal dekat duodenum,
corpus alineum danperubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada salurankemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat
menyingkirkanadanya trauma pada saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanyadimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal.
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah ataucairan usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat
membantu. Tetapi DPL inihanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
1.
Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagaiberikut :
o Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkansebabnya
o Trauma pada bagian bawah dari dada
o Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasanyang jelas
o Pasien cedera abdominal dengan gangguankesadaran (obat, alkohol, cedera otak)
o Pasien cedera abdominal dan cedera medulaspinalis (sumsum tulang belakang)
o Patah tulang pelvis
2. Kontra indikasi relatif melakukan DPLadalah sebagai berikut :
o Hamil
o Pernah operasi abdominal
o Operator tidak berpengalaman
o Bila hasilnya tidak akan merubahpenatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderitayang belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma
pada hepar danretroperitoneum.
B. Pemeriksaan khusus
1.
Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangatberguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam
rongga peritoneum. Lebih dari100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga
peritoneumsetelah dimasukkan 100200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakanindikasi untuk
laparotomi.
2. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untukmengetahui langsung sumber penyebabnya.
3. Bila dijumpai perdarahan dananus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.
C. Penatalaksanaan Medis
1.
Abdominal paracentesis
Menentukan adanya perdarahan dalam ronggaperitonium, merupakan indikasi untuk laparotomi.
2. Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung penyebab abdomenakut.
3. Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung padatrauma abdomen.
4. Pemberian antibiotik
Mencegahinfeksi.
5. Laparotomi
PENANGANAN PRE HOSPITAL DAN HOSPITAL

A. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukanmasalah yang mengancam nyawa, harus mengkaji dengan
cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan
lukatikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awaldilakukan prosedur
ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, makasegera buka dan bersihkan jalan napas.
1. Airway
Dengan
kontrol
tulang
belakang.
Membukajalan
napas
menggunakan
teknik head tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah benda asing
yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas.Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
2. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksapernapasan dengan menggunakan cara lihat-dengar-rasakan
tidak lebih dari 10detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukanpemeriksaan
status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknyapernapasan).
3. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jikapernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka
bantuan napas dapatdilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantungparu segera.
Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2 kali bantuan
napas).
Penanganan awal trauma non- penetrasi(trauma tumpul)
1.
Stop makanan dan minuman
2. Imobilisasi
3. Kirim kerumah sakit.
Penetrasi (trauma tajam)
1.
Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan(pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan
adanya timmedis.
2. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukupdengan melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara
pisau untuk memfiksasipisau sehingga tidak memperparah luka.
3. Bila ada usus atau organ lain yang keluar,maka organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali
kedalam tubuh, kemudianorgan yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada
verbansteril.
4. Imobilisasi pasien.
5. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balutluka dengan menekang.
7. Kirim ke rumahsakit.
B. Hospital
1.
Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembusdinding abdomen, seorang ahli bedah yang berpengalaman akan
memeriksa lukanyasecara lokal untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila
adaluka masuk dan luka keluar yang berdekatan.
a. Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untukmenyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk
menemukan adanyaudara
intraperitonium.
Serta rontgen abdomen sambil
tidur (supine)
untukmenentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum.
b. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jeniscedera ginjal yang ada.
c. Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
d. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing,contohnya pada :
o fraktur pelvis
o traumanon-penetrasi
2. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit :
a. Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu venapermukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk
pemeriksaanlaboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa,amilase.
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral,toraks anteroposterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di
lakukan padapenderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udaraekstraluminal di
retroperitoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yangkeduanya memerlukan laparotomi segera.
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal

Dilakukan pada cedera yang meliputi daerahduodenum, kolon ascendens atau decendens dan dubur
(Hudak & Gallo, 2001).
PATHWAY

Trauma
(kecelakaan)

Penetrasi& Non-Penetrasi

Terjadiperforasi lapisan abdomen


(kontusio,laserasi, jejas, hematom)

Menekansaraf peritonitis

Terjadiperdarahan jar.lunak dan rongga abdomen Nyeri

Motilitasusus

Disfungsi usus Resiko infeksi

Refluks usus output cairan berlebih


Gangguan cairan
dan eloktrolit

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
Kelemahan fisik

Gangguan mobilitasfisik
(Sumber : Mansjoer,2001)
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Dasar pemeriksaan fisik head to toe harusdilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala
ke
ujung
kaki.
Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah :
1.
Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala,nyeri, mulas
Data Obyektif : Perubahan kesadaran,masalah dalam keseimbangan cedera (trauma).
2. Sirkulasi
DataObyektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas(hipoventilasi,hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data
Subyektif :
Perubahan
tingkahlaku/
kepribadian
(tenang
atau
dramatis)
Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandungkemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
5. Makanan dan cairan
Data
Subyektif :
Mual,
muntah,
danmengalami
perubahan
selera
makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen
6. Neurosensori
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara,vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan statusmental, kesulitan dalam
menentukan posisi tubuh
7. Nyeri dan kenyamanan
DataSubyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis,gelisah, merintih.
8. Pernafasan
DataSubyektif : Perubahan pola nafas
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru /trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasigangguan kognitif, gangguan rentang gerak.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit
Volume
cairan
dan
elektrolitberhubungan
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
Intervensi
:
1.
Kaji tanda-tanda vital
R/untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
2. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit,antibiotik dan vitamin
R/mengidentifikasi keadaan perdarahan
3. Kaji tetesan infus
R/awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.
4. Kolaborasi : Berikan cairan parenteralsesuai indikasi.
R/ cara parenteral membantu memenuhikebutuhan nuitrisi tubuh.
5. Tranfusi darah
R/ menggantikan darah yang keluar.
Nyeri berhubungan dengan adanya traumaabdomen atau
Tujuan : Nyeriteratasi
Intervensi :
1.
Kaji karakteristik nyeri
R/ mengetahui tingkat nyeri klien.
2. Beri posisi semi fowler.
R/ mengurngi kontraksi abdomen
3. Anjurkan tehnik manajemen nyeri sepertidistraksi
R/ membantu mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkan perhatian
4. Kolaborasi pemberian analgetik sesuaiindikasi.
R/ analgetik membantu mengurangi rasanyeri.
5. Managemant lingkungan yang nyaman
R/ lingkungan yang nyaman dapat memberikanrasa nyaman klien

1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.
3.
4.
5.

dengan

luka

penetrasi

perdarahan

abdomen.

Resiko infeksi berhubungan dengan tindakanpembedahan, tidak adekuatnya pertahanan


tubuh.
Tujuan :Tidak terjadi infeksi
Intervensi :
Kaji tanda-tanda infeksi
R/ mengidentifikasi adanya resiko infeksi lebih dini.
Kaji keadaan luka
R/ keadaan luka yang diketahui lebih awal dapat mengurangi resiko infeksi.
Kaji tanda-tanda vital
R/ suhu tubuh naik dapat di indikasikan adanya proses infeksi.
Perawatan luka dengan prinsip sterilisasi
R/ teknik aseptik dapat menurunkan resiko infeksi nosokomial
Kolaborasi pemberian antibiotik
R/ antibiotikmencegah adanya infeksi bakteri dari luar
Ansietas
berhubungan
dengan
krisis
situasidan
perubahan
status
kesehatan
Tujuan : Ansietas teratasi
Intervensi :
Kaji perilaku koping baru dan anjurkanpenggunaan ketrampilan yang berhasil pada waktu lalu
R/koping yang baik akan mengurangi ansietas klien.
Dorong dan sediakan waktu untukmengungkapkan ansietas dan rasa takut dan berikan penanganan
R/mengetahui ansietas, rasa takut klien bisa mengidentifikasi masalah dan untukmemberikan penjelasan
kepada klien.
Jelaskan prosedur dan tindakan dan beripenguatan penjelasan mengenai penyakit
R/apabila klien tahu tentang prosedur dan tindakan yang akan dilakukan, klienmengerti dan diharapkan
ansietas berkurang
Pertahankan
lingkungan
yang
tenang
dantanpa
stres
R/ lingkungan yang nyaman dapat membuat klien nyaman dalam menghadapi situasi
Dorong dan dukungan orang terdekat
R/memotifasi klien

1.
2.
3.
4.
5.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengankelemahan fisik


Tujuan : Dapat bergerak bebas
Intervensi
:
Kaji kemampuan pasien untuk bergerak
R/identifikasi kemampuan klien dalam mobilisasi
Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasien
R/meminimalisir pergerakan kien
Berikan latihan gerak aktif pasif
R/melatih otot-otot klien
Bantu kebutuhan pasien
R/ membantu dalam mengatasi kebutuhan dasarklien
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
R/terapi fisioterapi dapat memulihkan kondisi klien

DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah.Jakarta : EGC
oenges.2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan danPendokumentasian perawatan
pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC
ansjoer,Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI : Jakarta
udak& Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
uddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
ttp://www.primarytraumacare.org/ptcmam/training/ppd/ptc_indo.pdf/10,17,2009,13.10am
ASUHANKEPERAWATAN
PADA Tn. T DENGAN TRAUMATUMPUL ABDOMEN
DI RUANG BEDAH MINORRUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA

ENGKAJIAN
. Identitas Klien
Nama
: Tn. T
Umur
: 65 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Islam
Alamat
: Tepurejo RT 3/2 Sumber Banjarsari Surakarta
Tangga&JamPengkajian
: 15 Oktober 2009
. Identitas PenanggungJawab
ama
: Tn. W
mur
: 41 tahun
lamat
: Sumber Banjarsari Surakarta
ubungandengan klien
: Anak

Riwayat Penyakit
a.
Keluhan Utama
Sakit pada perut sebelah kanan.
b.
Riwayat Penyakit Sekarang
2 jam yang lalusebelum masuk rumah sakit, ketika sedang mengendarai sepeda motor,
klienmengalami kecelakaan. Sepeda motor klien menabrak truk yang ada di depannya.Klien terjatuh
dengan posisi dada dan perut kanan membentur aspal. Setelahkejadian, klien masih bisa pulang sendiri
dengan mengendarai sepeda motornya.Tapi setelah beberapa saat di rumah, klien merasa perut sebelah
kanan ampegsampai punggung dan terasa sesak nafas. Oleh keluarga di antar ke IGD RumahSakit Dr.
Moewardi Surakarta.
c.
Riwayat Keluarga
Keluarga dan klien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang menderitapenyakit serupa.
4.
Primary Survay
a.
Airway
Bebas,tidak ada sumbatan, tidak ada secret
b.
Breathing
Klienbernafas secara spontan. Klien menggunakan O22 l/menit
R :26x/menit, pernafasan reguler

c.

Circulasi
TD :120/80 mmHg
N : 88x/menit
Capillaryreffil : < 2 detik
d.
Disability
GCS : E4M5V6
Kesadaran: Compos Mentis
e.
Exposure
Terdapatluka lecet ,jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan
5. SecondarySurvay
a.
AMPLE
o Alergi:
Kliendan keluarga mengatakan klien tidak memiliki alergi, baik makanan ataupunobat-obatan.
o Medicasi:
Klien mengatakan sebelummasuk rumah sakit tidak mengkonsumsi obat apapun.
o Pastillnes:
Klien sebelumnya pernahdi rawat di RS Dr. Moewardi Surakarta dengan penyakit paru-paru.
o Lastmeal:
Klien mengatakan sebelumkecelakaan, klien hanya minum segelas teh.
o Environment
Klien tinggal di daerahyang padat penduduknya.
b.
PemeriksaanHead To Toe
o Kepala
Bentuk simetris, rambutdan kulit kepala tampak cukup bersih. Kepala dapat digerakkan kesegala
arah,pupil isokor, sklera tidak ikhterik, konjungtiva tidak anemis. Hidung simetristidak ada secret.
o Leher
Tidak ada kaku kuduk
o Paru
Inspeksi
: bentuk simetris, gerakanantara kanan dan kiri sama
Palpasi
: fremitus vokalkanan dan kiri sama
Perkusi
:sonor
Auskultasi : vesikuler
o Abdomen
Inspeksi
: terdapat jejas dan hematomapada abdomen sebelah kanan
Auskultasi : peristaltik usus 7x/menit
Palpasi
: tidak adapembesaran hati
Perkusi
: pekak
o
Ekstremitas
Ekstermitas atas danbawah tidak ada oedem, turgor kulit baik. Kekuatan otot ektermitas atas danbawah
dalam batas normal.
6. PemeriksaanPenunjang
Hasil laboratoriumtanggal 15 -10-2009
Hemoglobin
: 14,5 g/dl
(n :14-17,5 g/dl)
Eritrosit
: 5,05 106/ul
(n : 4,5-5,9106/ul)
3
Leukosit
: 12,1 10 /ul
(n :4,0-11,3 103/ul)
Hematokrit
:43,8%
(n : 40-52%)
Trombosit
: 204
Goldarah
:O
HBSAG
:-

NALISA DATA
No
1.

2.

Data (Sign & Symptom)


DS :
Klien mengatakan sesak nafas
Klien mengatakan perut sebelah kanan
terasa ampeg
DO :
Klien gelisah
R : 26x/menit
DS :

Etiologi
Penurunan
ekspansi paru

Problem
Pola nafas tidak
efektif

Trauma

Nyeri akut

3.

Klien mengatakan perut sebelah kanan


sakit
P : bila bergerak dan bernafas
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : perut sebelah kanan
S :7
T : hilang timbul
DO :
Klien
tampak
mengerang-erang
menahan sakit.
Terdapat luka lecet dan jejas pada
abdomen sebelah kanan
DS : DO :
Terdapat luka lecet pada perut kanan
Terdapat jejas dan hematoma pada
abdomen sebelah kanan
Hb : 14,5 g/dl
Leukosit : 12,1 103/ul

abdomen

Luka
nonpenetrasi
abdomen

Resiko infeksi

IAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Polanafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
2.
Nyeriakut berhubungan dengan trauma abdomen.
3.
Resikoinfeksi berhubungan dengan luka non-penetrasi abdomen.

URSING CARE PLAN


No
Dx
1.

2.

3.

Tujuan/Kriteria Hasil
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x15 menit, pola
nafas efektif
Dengan KH :
Klien mengatakan
sesak nafas
berkurang
Klien rileks
Pernafasan normal :
20-24 x/ menit
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 1x10
menit, nyeri teratasi
Dengan KH :
Klien mengatakan
nyeri
berkurang/hilang
Klien tenang tidak
mengerang-erang
kesakitan
Skala nyeri 1-3
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 1x20
menit, tidak terjadi
infeksi
Dengan KH :
Tidak ada tandatanda infeksi

Intervensi

Rasional

Kaji pola nafas


Kaji tanda vital
Posisikan klien semi fowler
Beri oksigen sesuai indikasi

Untuk menentukan
intervensi yang tepat
Mengetahui
perkembangan klien
Mengurangi sesak
nafas
Mengurangi sesak
nafas

Kaji intensitas nyeri


Jelaskan penyebab nyeri
Beri posisi nyaman
Ajarkan teknik relaksasi
Kolaborasi pemberian
analgetik

Untuk menentukan
intervensi yang tepat.
Untuk menenangkan
klien dan keluarga.
Meningkatkan
kenyamanan klien.
Mengurangi
ketegangan otot
sehingga mengurangi
nyeri.
Analgetik berfungsi
menghilangkan nyeri
Untuk mengurangi
aktivitas klien.
Untuk mengetahui
adanya perdarahan
dalam.
Menurunkan resiko
cidera.
Memenuhi kebutuhan

Pasang kateter
Pasang NGT
Pasang trail pada tempat
tidur klien
Ajurkan keluarga untuk
menemani klien
Monitor hasil laboratorium
terutama Hb

Tidak ada
perdarahan
Suhu tubuh normal :
36-37

Kolaborasi pemberian
antibiotik

klien.
Mengetahui
perkembangan klien
Mencegah infeksi

CATATAN PERAWATAN DAN PERKEMBANGAN


No
Dx
1.

Tgl&Jam

Implementasi

15 Okt 09
11.10

Mengkaji pola nafas klien


Memposisikan klien semi
fowler
Memberikan nasal kanul
2L/menit

2.

11.25

Mengkaji tingkat nyeri


Memberikan injeksi ketorolak
2ml
Mengajarkan nafas dalam
bila nyeri timbul

3.

11.45

Memasang kateter
Memasang NGT
Mengambil sample darah
Memasang trail tempat tidur
Memonitor NGT
Memberikan injeksi cefotaxim
1g

Evaluasi

TTD

S :
klien mengatakan sesak
nafas berkurang
klien mengatkan lebih
nyaman
R : 24x/menit
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
S:
klien mengatakan nyeri
sedikit berkurang
O:
klien masih gelisah
klien masih tampak
merintih kesakitan
A:
masalah teratasi sebagian
P:
lanjutkan intervensi di
bangsal
S :O:
urine jernih tidak ada
perdarahan.
Volume urine 200cc
Keluaran NGT cairan bersih
Hb : 14,5 g/dl
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
lanjutkan intervensi di
bangsal

Rim
a

Rim
a

Rim
a

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook


Categories: Kumpulan Askep
ASKEP TRAUMA TUMPUL ABDOMEN (Lengkap)
A.

PENGERTIA

Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat
(hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh
pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat
Bedah Indonesia, 13 Juli 200)
B.

ETIOLOGI / FAKTOR PENYEBAB


Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian.

C.

ANATOMI DAN FISIOLOGI


Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong dan meluas dari atas diafragma sampai
pelvis dibawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian abdomen yang sebenarnya, yaitu
rongga sebelah atas dan yang lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dab kecil.
Batasan batasan abdomen. Di atas, diafragma, Di bawah, pintu masuk panggul dari panggul besar. Di
depan dan kedua sisi, otot otot abdominal, tulang tulang illiaka dan iga iga sebelah bawah. Di
belakang, tulang punggung, dan otot psoas dan quadratrus lumborum.
Isi Abdomen. Sebagaian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus, dan usus besar. Hati
menempati bagian atas, terletak di bawah diafragma, dan menutupi lambung dan bagian pertama usus
halus. Kandung empedu terletak dibawah hati. Pankreas terletak dibelakang lambung, dan limpa terletak
dibagian ujung pancreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dinding posterior abdomen. Ureter
berjalan melalui abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum khili dan
sebagaian dari saluran torasika terletak didalam abdomen.
Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum dan lemak juga dijumpai dalam rongga ini.

D.

PATHOFISIOLOGI
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalulintas,
penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil
dari interaksi antara faktor faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang
terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada
tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan
disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah
kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan
jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan
tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh
gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan
dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat
terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :
Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti
benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur
dari organ padat maupun organ berongga.
Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang
dinding thoraks.
Terjadi gaya akselerasi deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada organ dan
pedikel vaskuler.
E.

DAMPAK MASALAH TERHADAP KLIEN


Setiap musibah yang dihadapi seseorang akan selalu menimbulkan dampak masalah baik bio - psikosocial-spiritual yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perubahan pola kehidupan. Dampak dari pre
operasi :
a.
Dampak pada fisik :
Pola Pernapasan :
Keadaan ventilasi pernapasan terganggu jika terdapat gangguan / instabilitasi cardiovaskuler, respirasi dan
kelainan kelainan neurologis akibat multiple trauma.
Penyebab yang lain adalah perdarahan didalam rongga abdominal yang menyebabkan distended
sehingga menekan diafragma yang akan mempengaruhi ekspansi rongga thoraks.
Pada sirkulasi
Perdarahan dalam rongga abdomen karena cidera dari oragan organ abdominal yang padat maupun
berongga atau terputusnya pembuluh darah, sehingga tubuh kehilangan darah dalam waktu singkat yang
mengakibatkan shock hipovolemik dimana sisa darah tidak cukup mengisi rongga pembuluh darah.
Perubahan perfusi jaringan
Penurunan perfusi jaringan disebabkan karena suplai darah yang dipompakan jantung ke seluruh tubuh
berkurang / tidak mencukupi kesesuaian kebutuhan akibat dari shock hipovolemic.
Penurunan Volume cairan tubuh.
Perdarahan akut akan mempengaruhi keseimbangan cairan di dalam tubuh, dimana cairan intra celluler
(ICF), Extracelluler (ECF) diantaranya adalah cairan yang berada di dalam pembuluh darah (IV) dan cairan
yang berada di dalam jaringan di antara sel - sel (ISF) akan mengalami defisit atau hipovolemia.

Kerusakan Integritas kulit.


Trauma benda tumpul dan tajam akan menimbulkan kerusakan dan terputusnya jaringan kulit atau yang
dibagian dalamnya diantaranya pembuluh darah, persyarafan dan otot didaerah trauma.
b.
Dampak Psikologis :
Perasaan cemas dan takut akan menyelimuti diri pasien, hal ini disebabkan karena musibah yang
dialaminya dan kurangnya informasi tentang tindakan pengobatan dengan jalan pembedahan / operasi.
c.
Dampak Sosial :
Mengingat dana yang dibutuhkan untuk tindakan pembedahan tidak sedikit dan harga obat obatan yang
cukup tinggi, hal ini akan mempengaruhi kondisi ekonomi dan membutuhkan waktu yang amat segera
(sempit)
F.
1.

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Dalam pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan prinsip prinsip Penanggulangan Penderita
Gawat Darurat yang mempunyai skala prioritas A (Airway), B (Breathing), C (Circulation). Hal ini
dikarenakan trauma abdomen harus dianggap sebagai dari multi trauma dan dalam pengkajiannya tidak
terpaku pada abdomennya saja.
1.1 Anamnesa
1.1.1
Biodata
1.1.2
Keluhan Utama

Keluhan yang dirasakan sakit.

Hal spesifik dengan penyebab dari traumanya.


1.1.3
Riwayat penyakit sekarang (Trauma)

Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru.

Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya saat jatuh.

Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.

Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada quadran mana yang
dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.
1.1.4
Riwayat Penyakit yang lalu

Kemungkinan pasien sebelumnya pernah menderita gangguan jiwa.

Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan gangguan faal hemostasis.
1.1.5 Riwayat psikososial spiritual

Persepsi pasien terhadap musibah yang dialami.

Apakah musibah tersebut mengganggu emosi dan mental.

Adakah kemungkinan percobaan bunuh diri (tentamen-suicide).


1.2 Pemeriksaan Fisik
1.2.1
Sistim Pernapasan

Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada serta jalan napasnya.

Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan tertinggal.

Pada perkusi adalah suara hipersonor dan pekak.

Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi.


1.2.2 Sistim cardivaskuler (B2 = blead)

Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah abdominal dan adakah
anemis.

Pada palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan bagaimana suara detak jantung
menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradoks.
1.2.3 Sistim Neurologis (B3 = Brain)

Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di kepala.

Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota gerak

Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)
1.2.4 Sistim Gatrointestinal (B4 = bowel)

Pada inspeksi :

Adakah jejas dan luka atau adanya organ yang luar.

Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan dalam cavum abdomen.

Adakah pernapasan perut yang tertinggal atau tidak.

Apakah kalau batuk terdapat nyeri dan pada quadran berapa, kemungkinan adanya abdomen iritasi.

Pada palpasi :

Adakah spasme / defance mascular dan abdomen.

Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.

Kalau ada vulnus sebatas mana kedalamannya.

Pada perkusi :

1.2.5

Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.


Kemungkinan kemungkinan adanya cairan / udara bebas dalam cavum abdomen.
Pada Auskultasi :
Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang.
Pada rectal toucher :
Kemungkinan adanya darah / lendir pada sarung tangan.
Adanya ketegangan tonus otot / lesi pada otot rectum.
Sistim Urologi ( B5 = bladder)
Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan adakah distensi pada daerah vesica urinaria
serta bagaimana produksi urine dan warnanya.

Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan adanya distensi.

Pada perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria.


1.2.6
Sistim Tulang dan Otot ( B6 = Bone )

Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama daerah pelvis.

Pada palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau pelvis.


1.3
Pemeriksaan Penunjang :
1.3.1 Radiologi :
Foto BOF (Buick Oversic Foto)
Bila perlu thoraks foto.
USG (Ultrasonografi)
1.3.2 Laboratorium :
Darah lengkap dan sample darah (untuk transfusi)
Disini terpenting Hb serial jam sekali sebanyak 3 kali.
Urine lengkap (terutama ery dalam urine)
1.3.3 Elektro Kardiogram
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien usia lebih 40 tahun.
2.

Diagnosa Keperawatan
Adapun masalah perawatan yang actual maupun potensial pada penderita pre operatis trauma tumpul
abdomen adalah sebagai berikut :
2.1
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan terputusnya pembuluh darah arteri /
vena suatu jaringan (organ abdomen) yang ditandai dengan adanya perdarahan, jejas atau luka dan
distensi abdomen.
2.2
Perubahan perfusi jaringan sehubngan dengan hypovolemia, penurunan suplai darah ke seluruh tubuh
yang ditandai dengan suhu kulit bagian akral dingin, capillary refill lebih dari 3 detik dan produksi urine
kurang dari 30 ml/jam.
2.3
Nyeri sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ abdomen yang ditandai dengan pasien
menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak menyeringai kesakitan.
2.4
Cemas sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai dengan
pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan, ekspresi wajah tegang dan gelisah.
2.5
Kurangnya pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilakukan sehubungan dengan kurangnya
informasi / informasi inadquat yang itandai dengan pasien bertanya tentang dampak dari musibah yang
dialami dan akibat dari pembedahan.
3.
Perencanaan
3.1 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan terputusnya pembuluh darah arteri /
vena suatu jaringan (organ abdomen) yang ditandai dengan adanya perdarahan, jejas atau luka dan
distensi abdomen.
Tujuan :
Keseimbangan cairan tubuh teratasi.
Sirkulasi dinamik (perdarahan) dapat diatasi.
Kriteria Hasil :
Cairan yang keluar seimbang , tidak didapat gejala gejala dehidrasi.
Perdarahan yang keluar dapat berhenti, tidak didapat anemis, Hb diatas 80 gr %
Tanda vital dalam batas normal.
Perkusi : Tidak didapatkan distensi abdomen.
Rencana Tindakan :
1)
Kaji tentang cairan perdarahan yang keluar adakah gambaran klinik hipovolemic
2)
Jelaskan tentang sebab akibat dari kekurangan cairan / perdarahan serta tindakan yang akan kita
lakukan.
3)
Observasi gejala gejala vital, suhu, nadi, tensi, respirasi dan kesadaran pasien setiap 15 menit atau 30
menit.

4)
Batasi pergerakan yang tidak berguna dan menambah perdarahan yang keluar.
5)
Kolaborasi dengan tim medis dalam pelaksanaan :
Pemberian cairan infus (RL) sesuai dengan kondisi.
Menghentikan perdarahan bila didapat trauma tajam dengan jalan didrug (ditekan) atau diklem / ligasi.
Pemasangan magslang dan katheter + uro bag.
Pemberian transfusi bila Hb kurang dari 8 gr %.
Pemasangan lingkar abdomen.
Pemeriksaan EKG.
6)
Kolaborasi dengan tim radiology dalam pemeriksaan (BOF) dan foto thoraks.
7)
Kolaborasi dengan tim analis dalam pemeriksaan (DL : darah lengkap) (Hb serial) dan urine lengkap.
8)
Monitoring setiap tindakan perawatan / medis yang dilakukan serta catat dilembar observasi.
9)
Monitoring cairan yang masuk dan keluar serta perdarahan yang keluar dan catat dilembar observasi.
10) Motivasi kepada klien dan keluarga tentang tindakan perawatan / medis selanjutnya.
3.2 Perubahan perfusi jaringan sehubungan dengan hypovolemia, penurunan suplai darah ke seluruh tubuh
yang ditandai dengan suhu kulit bagian akral dingin, capillary refill lebih dari 3 detik dan produksi urine
kurang dari 30 ml/jam.
Tujuan :
Tidak terjadi / mempertahankan perfusi jaringan dalam kondisi normal.
Kriteria hasil :
Status haemodinamik dalam kondisi normal dan stabil.
Suhu dan warna kulit bagian akral hangat dan kemerahan.
Capillary reffil kurang dari 3 detik.
Produksi urine lebih dari 30 ml/jam.
Rencana Tindakan
1)
Kaji dan monitoring kondisi pasien termasuk Airway, Breathing dan Circulation serta kontrol adanya
perdarahan.
2)
Lakukan pemeriksaan Glasgow Coma scale (GCS) dan pupil.
3)
Observasi tanda tanda vital setiap 15 menit.
4)
Lakukan pemeriksaan Capillary reffil, warna kulit dan kehangatan bagian akral.
5)
Kolaborasi dalam pemberian cairan infus.
6)
Monitoring input dan out put terutama produksi urine.
3.3 Nyeri sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ abdomen yang ditandai dengan pasien
menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak menyeringai kesakitan.
Tujuan :

Rasa nyeri yang dialami klien berkurang / hilang.


Kriteria hasil :

Klien mengatakan nyerinya berkurang atau hilang.

Klien nampak tidak menyeringai kesakitan.

Tanda tanda vital dalam batas normal.


Rencana Tindakan :
1)
Kaji tentang kualitas, intensitas dan penyebaran nyeri.
2)
Beri penjelasan tentang sebab dan akibat nyeri, serta jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan.
3)
Berikan posisi pasien yang nyaman dan hindari pergerakan yang dapat menimbulkan rangsangan nyeri.
4)
Berikan tekhnik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri dengan jalan tarik napas panjang dan
dikeluarkan secara perlahan lahan.
5)
Observasi tanda tanda vital, suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah.
6)

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgesik bilamana dibutuhkan, (lihat penyebab
utama)
3.4 Cemas sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai dengan pasien
menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan, ekspresi wajah tegang dan gelisah.
Tujuan :
Kecemasan dapat diatasi.
Kriteria hasil :

Klien mengatakan tidak cemas.

Ekspresi wajah klien tampak tenang dan tidak gelisah.

Klien dapat menggunakan koping mekanisme yang efektif secara fisik psiko untuk mengurangi
kecemasan.
Rencana Tindakan :
1)
Indetifikasi tingkat kecemasan dan persepsi klien seperti takut dan cemas serta rasa kekhawatirannya.

2)

Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap musibah yang dihadapi dan pengobatan pembedahan yang
akan dilakukan.
3)
Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
4)
Berikan perhatian dan menjawab semua pertanyaan klien untuk membantu mengungkapkan
perasaannya.
5)
Observasi tanda tanda kecemasan baik verbal dan non verbal.
6)
Berikan penjelasan setiap tindakan persiapan pembedahan sesuai dengan prosedur.
7)
Berikan dorongan moral dan sentuhan therapeutic.
8)
Berikan penjelasan dengan menggunakan bahasa yang sederhana tentang pengobatan pembedahan
dan tujuan tindakan tersebut kepada klien beserta keluarga.
3.5 Kurangnya pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilakukan sehubungan dengan kurangnya
informasi tentang sebab dan akibat dari trauma serta dampak dari pembedahan yang ditandai dengan
pasien / keluarga sering bertanya dari petugas yang satu ke petugas yang lain, klien / keluarga nampak
belum kooperatif.
Tujuan :

Klien / keluarga mengerti dan memahami tentang tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
Kriteria hasil :

Klien / keluarga memahami prosedur dan tindakan yang akan dilakukan.

Klien kooperatif setiap tindakan yang terkait dengan persiapan pembedahan.


Rencana Tindakan :
1)
Kaji tingkat pengetahuan klien / keluarga.
2)
Jelaskan secara sederhana tentang pengobatan yang dilakukan dengan jalan pembedahan.
3)
Diskusikan tentang hal hal yang berhubungan dengan prosedur pembedahan dan proses
penyembuhan.
4)
Berikan perhatian dan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
5)
Anjurkan klien untuk berpartisipasi selama dalam perawatan.
6)
Lakukan check list untuk persiapan pre operasi antara lain informed consent, alat/obat dan persiapan
darah untuk transfusi.
4.
Pelaksanaan Perawatan
Dalam pelaksanaan sesuai dengan rencana perawatan dengan modifikasi sesuai dengan kondisi pasien
dan kondisi ruangan dan asuhan perawatan yang telah dilakukan di tulis pada lembar catata perawatan
sesuai dengan tanggal, jam, serta tanda tangan, nama yang melakukan.
5.
Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan setiap saat setelah rencana perawatan dilakukan serta ssat pasien pindah dari IRD,
sedangkan cara melakukan evaluasi sesuai dengan criteria keberhasilan pada tujuan rencana perawatan.
Dengan demikian evaluasi dapat dilakukan sesuai dengan criteria / sasaran secara rinci di tulis pada
lembar catatan perkembangan yang berisikan S-O-A-P-I-E-R (data Subyek, Obyek, Assesment,
Implemetasi, Evaluasi dan Revisi.). Dari catatan perkembangan ini seorang perawat dapat mengetahui
beberapa hal antara lain :
1. Apakah datanya sudah relevan dengan kondisi saat ini.
2.
Apakah ada data tambahan selama melaksanakan intervensi (perencanaan perawatan).
3. Adakah tujuan perencanaan yang belum tercapai.
4. Tujuan perencanaan perawatan manakah yang belum tercapai.
5. Apakah perlu adanya perubahan dalam perencanaan perawatan.

DAFTAR PUSTAKA
American Callege Of Surgeons. 1997. Advced Trauma Life Suport (ATLS) for Doctors,
Edition 6, Amerika Serikat.
Departemen Kesehatan RI. 1990. Pusat Diklat Tenaga Kesehatan, Penerapan Proses
Keperawatan Pada Klien Gangguan Sistem Pernafasan. Depkes RI.
Horison s. Gangguan Saluran Pencernaan, Edisi 9 Terjemahan Adji Dharma, EGC Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta.
Dolan T. Joant. 1991. Critical Care Nursing Clinical Management Through The Nursing
Proces, New York. Amerika Serikat, FA Davis Company. Philadephia.
Doenges E. Marilyn. Et All. 1987. Nursing Care Plans, Edition 2, Company Philadephia.
Wolf. Weitzel. Fuest. 1984. Dasar Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta. PT Gunung Agung.
SY. MASNAENI DAN SUDARMI
SISKAWATI MOSO

Anda mungkin juga menyukai