DEFINISI
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera.
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak
diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk
Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu :
A. Trauma penetrasi
1. Luka tembak
2. Luka tusuk
B.
1.
2.
3.
4.
Trauma non-penetrasi
Kompres
Hancur akibat kecelakaan
Sabuk pengaman
Cedera akselerasi
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:
1. Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding
abdomen.
MUHAMMAD LUTFI ASSIDIQI
Page 1
PATOFISIOLOGI
Jika terjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi pendarahan intra
abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai
penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu
organ viseral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium
MUHAMMAD LUTFI ASSIDIQI
Page 2
cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri
spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis
umum.Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan suhu tubuh,
juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis mungkin belum tampak. Pada fase
awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan
bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi harus dilakukan (Mansjoer, 2001).
MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di
bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh
iritasi.
3. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien
dalam posisi rekumben.
4. Mual dan muntah
5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan diagnostik
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang
melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan
cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi
MUHAMMAD LUTFI ASSIDIQI
Page 3
1.
Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
Trauma pada bagian bawah dari dada
Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak)
Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang)
Patah tulang pelvis
Page 4
2. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber penyebabnya.
3. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.
C. Penatalaksanaan Medis
1. Abdominal paracentesis
Menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium, merupakan indikasi untuk
laparotomi.
2. Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung penyebab abdomen akut.
3. Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.
4. Pemberian antibiotik
Mencegah infeksi.
5. Laparotomi
Airway
Page 5
teknik head tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah
benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah
atau benda asing lainnya.
2.
Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara lihatdengar-rasakan tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak.
Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat
tidaknya pernapasan).
3.
Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat,
maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi
jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30 kali
kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
Page 6
Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah yang
berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya luka.
Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan.
a. Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau
pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intraperitonium. Serta rontgen abdomen
sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum.
b.
Uretrografi.
Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing, contohnya pada
o fraktur pelvis
o trauma non-penetrasi
2.
a.
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan
juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium,
glukosa, amilase.
MUHAMMAD LUTFI ASSIDIQI
Page 7
b.
Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks anteroposterior dan pelvis adalah pemeriksaan
yang harus di lakukan pada penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk
mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas di bawah diafragma,
yang keduanya memerlukan laparotomi segera.
c.
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau decendens dan
dubur (Hudak & Gallo, 2001).
WOC
Trauma
(kecelakaan)
Page 8
Motilitas usus
dan eloktrolit
kebutuhan tubuh
Kelemahan fisik
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Dasar pemeriksaan fisik head to toe harus dilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari
bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah :
1.
Aktifitas/istirahat
Sirkulasi
Data Obyektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas(hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).
3.
Integritas ego
Page 9
Eliminasi
6.
Neurosensori
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental,
Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas
9.
Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru / trauma karena kecelakaan.
Page 10
Diagnosa
Keperawatan
1. Defisit
Volume cairan
dan elektrolit
berhubungan
dengan
perdarahan
2. Nyeri
berhubungan
dengan
adanya trauma
abdomen atau
luka penetrasi
intervensi
NOC:
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status : Food and
Fluid Intake
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama.. defisit
volume cairan teratasi dengan
kriteria hasil:
Mempertahankan
urine
output sesuai dengan usia
dan BB, BJ urine normal,
Tekanan darah, nadi, suhu
tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas turgor
kulit baik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan
Orientasi terhadap waktu dan
tempat baik
Jumlah
dan
irama
pernapasan dalam batas
normal
Elektrolit, Hb, Hmt dalam
batas normal
pH urin dalam batas normal
Intake oral dan intravena
adekuat
NOC :
Pain Level,
pain control,
comfort level
Setelah
dilakukan tinfakan
keperawatan selama . Pasien
tidak mengalami nyeri, dengan
kriteria hasil:
1.
Page 11
kebutuhan
cairan.
4. Kolaborasi : Berikan cairan
parenteral sesuai indikasi.
R/ cara parenteral membantu
memenuhi
kebutuhan
nuitrisi
tubuh.
5. Tranfusi darah
R/ menggantikan darah yang
keluar
1.
2.
abdomen.
seperti distraksi
Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri, mampu
R/ membantu mengurangi rasa
menggunakan
tehnik
nyeri
dengan
mengalihkan
nonfarmakologi
untuk
perhatian
mengurangi nyeri, mencari
bantuan)
4. Kolaborasi pemberian analgetik
Melaporkan
bahwa
nyeri
sesuai indikasi.
berkurang
dengan
R/ analgetik membantu
menggunakan
manajemen
mengurangi rasa nyeri.
nyeri
Mampu
mengenali
nyeri 5. Managemant lingkungan yang
(skala, intensitas, frekuensi
nyaman
dan tanda nyeri)
R/ lingkungan yang nyaman
Menyatakan rasa nyaman
dapat memberikan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang
klien
normal
Tidak mengalami gangguan
tidur
1.
2.
3.
adanya
proses
infeksi.
4. Perawatan luka dengan prinsip
sterilisasi
R/ teknik aseptik dapat
menurunkan
resiko
infeksi
nosokomial
5. Kolaborasi pemberian antibiotik
R/ antibiotik mencegah adanya
Page 12
4. Ansietas
NOC :
- Kontrol kecemasan
berhubungan
anjurkan penggunaan ketrampilan
- Koping
dengan krisis
yang berhasil pada waktu lalu
Setelah
dilakukan
asuhan
situasi
dan selama
R/ koping yang baik akan
klien
kecemasan teratasi dgn kriteria
perubahan
mengurangi ansietas klien.
hasil:
status
2. Dorong dan sediakan waktu untuk
Klien
mampu
kesehatan
mengungkapkan ansietas dan rasa
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala
takut dan berikan penanganan
cemas
R/ mengetahui ansietas, rasa takut
Mengidentifikasi,
klien
bisa
mengidentifikasi
mengungkapkan
dan
masalah dan untuk memberikan
menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas
penjelasan kepada klien.
Vital sign dalam batas
3. Jelaskan prosedur dan tindakan
normal
dan beri penguatan penjelasan
Postur
tubuh,
ekspresi
mengenai penyakit
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat
aktivitas
R/ apabila klien tahu tentang
menunjukkan berkurangnya
prosedur dan tindakan yang akan
kecemasan
dilakukan, klien mengerti dan
diharapkan ansietas berkurang
4.
Pertahankan
lingkungan
yang
NOC :
mobilitas fisik Joint Movement : Active
Mobility Level
berhubungan
Self care : ADLs
dengan
Transfer performance
kelemahan
Setelah dilakukan tindakan
Page 13
peralatan
yang
fisik
keperawatan
selama.gangguan mobilitas
fisik teratasi dengan kriteria
hasil:
Klien meningkat dalam
aktivitas fisik
Mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas
Memverbalisasikan
perasaan dalam
meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
Memperagakan penggunaan
alat Bantu untuk mobilisasi
(walker)
dibutuhkan pasien
R/ meminimalisir pergerakan kien
3.
4.
5.
fisioterapi.
R/
terapi
fisioterapi
dapat
DAFTAR PUSTAKA
Doenges. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2003. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI : Jakarta
Hudak & Gallo. 2007. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
http://www.primarytraumacare.org/ptcmam/training/ppd/ptc_indo.pdf/ 10,17,2009,13.10am
Page 14