Anda di halaman 1dari 28

Erupsi Obat Alergi

Tiara Agustina
112021045

Pembimbing :
Dr. Silvi Suhardi, SPKK
Erupsi Obat Alergik
• Definisi: reaksi hipersensitivitas terhadap obat dengan manifestasi pada
kulit yang dapat disertai maupun tidak keterlibatan mukosa
• Obat  zat yang dapat dipakai untuk menegakkan diagnosis, profilaksis
dan pengobatan
• Secara umum metabolisme obat dianggap suatu bentuk detoksifikasi,
yaitu dari zat larut lemak nonpolar  zat hidrofilik polar yang mudah
diekskresi

DAFTAR OBAT : Beta laktam, sulfonamid, rifampisin, nevirapin, obat anti


konvulsan, NSAID, penisilin, As asetilsilat
Epidemiologi
• Bervariasi dari 0%- 8%
• Penyebab tertinggi -> antibiotik.
• Reaksi obat pada kulit terjadi pada 12% anak yang diobati dengan
antibiotik dan 2,5% anak yang diobati dengan obat lain
Etiologi
Riwayat pengobatan selama 3 bulan sebelum timbul erupsi

Jenis
Imunitas Usia
kelamin

Infeksi &
Dosis
keganasan
Patogenesis
Agar menimbulkan reaksi imunologik, hapten harus bergabung dengan
protein pembawa dalam sirkulasi/protein jaringan hospes  merangsang sel
limfosit Tmerangsang limfosit B  antibodi terhadap obat/metabolit
• Tipe I (rekasi cepat, anafilaktik): IgE
• Tipe II (reaksi sitostatik): perlu IgM+IgG &
komplemen sebagai perantara
• Tipe III (reaksi kompleks imun): IgM+IgG
• Tipe IV (reaksi alergik selular tipe lambat):
limfosit, APC, sel langerhans; (12-48 jam)
Pendekatan diagnosis

Hentikan/substitusi
Data klinis Farmakoepidemiologik Uji kulit
obat
• Riwayat alergi obat • Obat paling • Observasi gejala • Bila –ve, provokasi
sebelumnya berpotensi oral
• Riwayat atopi menyebabkan alergi
• Riwayat pengobatan
Manifestasi klinis
Erupsi eksantematosa
- Eritem dimulai di trunkus menyebar ke
perifer secara simetris disertai pruritus
- Terjadi dalam waktu 1 pekan sejak minum
obat pertama kali atau 1-2 hari setelah
obat dihentikan
- Resolusi biasanya terjadi 7-14 hari,
dengan perubahan warna dari merah
cerah ke merah kecoklatan diikuti oleh
deskuamasi
- Erupsi eksantematosa yang disertai
demam dan peradangan organ ->
HSR/DIHS/DRESS
Kriteria drug reaction with eosinophilia and systemic symptoms (DRESS) sebagai berikut:

a. Ruam >3 minggu setelah minum obat pertama kali


b. Gejala memanjang (>2minggu) setelah obat dihentikan
c. Demam >38o
d. Keterlibatan multiorgan
e. Eosinofilia absolut >1500
f. Aktivasi limfosit (limfositosis, limfositosis atipikal, limfadenopati)
g. Reaktivasi Herpes Virus HHV-6, HHV-7, EBV dan CMV
 
 

Obat tersering penyebab drug reaction with eosinophilia and systemic symptoms (DRESS)
sebagai berikut:
a. Anti konvulsan (fenobarbital, lamotrigin, dan fenitoin)
b. long-acting sulfonamide (sulfamethoxazole, furosemide, dan acetazolamide)
c. alopurinol
d. nevirapin
e. abacavir
f. dapson
g. minosiklin
Erupsi urtikaria dan angiodema
• Merupakan varian kedua tersering dari erupsi obat yang ditandai
dengan bercak merah gatal dengan berbagai ukuran
• Lesi biasanya berlangsung < 24 jam
• Angioedema unilateral, asimetris, berlangsung selama 1-2 jam hingga
selama 2-5 hari.
• Terjadi di daerah bibir, kelopak mata, genitalia eksterna, tangan dan
kaki
• Disebabkan reaksi non-allergic seperti stress fisik, infeksi dan
penggunaan NSAID sehingga terjadi pembebasan histamin atau
mediator lain
Erupsi pustular

AGEP merupakan erupsi acute febrile ditandai dengan erupsi pustular, demam
tinggi, malaise serta leukositosis.

Lesi kulit vesikopapular, pustul milier non folikuler dan bulla di seluruh tubuh

Membran mukosa terkadang terkena, lesi akan muncul 1-3 minggu setelah
inisiasi obat dan pustul akan menghilang setelah 7 hari.

sering mulai pada wajah atau lipatan kulit yang besar. Deskuamasi terjadi
sekitar 2 minggu kemudian
sering dikaitkan
dengan β-laktam dan
makrolida antibiotik,
antikonvulsan, dan
calcium channel
blockers
Erupsi bulosa
• SJS mengenai kulit, selaput lendir orifisum (pada
mukosa mulut 100%), mata dan luas lesi kulit 10%.
• NET/Sindrom Lyell > SJS, lesi kulit hampir seluruh
tubuh
• Terjadi epidermolisis generalisata disertai kelainan
pada selaput lendir orifisium (berupa erosi,
ekskoriasi, dan perdarahan) dan mata
(kongjutivitis)
• Lesi kulit pada SJS dan NET = eritem, vesikel/bula
dapat disertai purpura.
• Terkadang disertai gejala sistemik
• Disebabkan reaksi hipersensitivitas tipe II.
• Obat yang dapat menginduksi -> sulfonamid,
penicilin,barbiturate, karbamazepin, tetrasiklin
Fixed drug eruption Merah

• Karakteristik lesi awal soliter hingga


berupa patch eritem atau plak Merah kehitaman
• Ukuran mulai dari lentikular-plakat
• Lokasi: Kulit & membran mukosa
Keunguan
• Gejala lokal: gatal & terbakar
• Obat penyebab: ibuprofen,
naproksen, fenolftalein, Bula
metronidazol, tetrasiklin dan
sulfonamid.
Krusta
Erupsi likenoid
• Disebabkan hidroklorotiazid,
furosemid, NSAID, aspirin,
antihipertensi (inhibitor ACE, β-
blocker, dan calcium channel
blockers), terazosin, quinidine,
pravastatin, fenotiazin,
antikonvulsan, obat anti-
tuberkulosis, ketokonazol
• Emas
Predileksi
Ekstremitas bagian fleksor, organ genitalia

Lesi berupa
Ekzematosa warna ungu, papul, sisik, hiperpigmentasi pada daerah yang luas.

Gejala

Muncul lambat beberapa bulan hingga tahun setelah minum obat


Vaskulitis dan Eritema Nodusum
• Peradangan pada pembuluh darah • Lesi: eritem & nodus yang nyeri
kelainan berupa palpable purpura disertai gejala sistemik
yang mengenai kapiler
• Lokasi:daerah ekstensor tungkai
• Terdistribusi simetris pada ekstremitas bawah
bawah dan sakrum disertai demam,
mialgia, dan anoreksia • Dapat disebabkan penyakit lain
seperti tuberculosis, infeksi
• Interval: 7-21 hari dari minum obat
streptokokus & lepra
• Apabila terjadi pada pembuluh darah
• Obat penyebab: penisilin,
-> eritema nodusum
sulfonamide, NSAID, antidepresan,
• Proses inflamasi sel mononklear di anti aritmia, amoksisilin, iodine,
lobulus lemak subkutan kulit. kontrasepsi oral.
Vaskulitis Eritema Nodusum
Drug Induced Lupus Erythematosus
• “butterfly” erythema di wajah, dan
muncul di daerah yang terkena sinar
matahari
• Gejala: Pembesaran kelenjar limfa,
demam, myalgia, arthritis gejala
pleuropulmonary
• Muncul setelah 1 bulan – 5 tahun
• Obat penyebab: hidralazin,
prokainamid, isoniazid, metildopa,
monosiklin, calcium channel
blockers, dan ACE inhibitor
Severe drug reaction: warning signs

Sistemik Kulit
• Demam dan/atau
Perubahan erythema -> erythroderma
• Keterlibatan organ internal:
faringitis, malaise, arthralgia, Keterlibatan area wajah -> edema
batuk dan meningismus
Keterlibatan membrane mukosa (terutama apabila
• Limfadenopati erosive/melibatkan konjungtiva

Nyeri, timbul vesikel/deskuamasi pada kulit

Purpura
Tatalaksana

Hentikan obat

Sistemik
• Kortikosteroid -> EOA ringan: 0,5mg/kgBB/hari
• Antihistamin -> urtikaria & angiodema

Topical
• Tidak spesifik
Prognosis
• Erupsi obat alergi tipe ringan baik bila obat penyebab dapat
diidentifikasi dan segera dihentikan. Pada erupsi obat alergi tipe berat
dapat menjadi buruk disebabkan kemungkinan berlaku komplikasi
seperti sepsis
Kesimpulan
• Erupsi obat alergi atau allergic drug eruption ialah reaksi alergi pada
kulit atau daerah mukokutan yang terjadi sebagai akibat pemberian
obat dengan cara sistemik.
• Penatalaksanaan penyakit ini terdiri dari penatalaksanaan umum dan
penatalaksanaan khusus. Penatalaksanaan umum dilakukan
pemberian terapi yang bersifat suportif sedangkan penatalaksanaan
khusus diberikan terapi sesuai gejala yang timbul terutama pemberian
obat golongan kortikosteroid dan antihistamin.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai