Anda di halaman 1dari 3

Injeksi Aspirasi Baker Cyst

Dengan USG
No. Dokumen Revisi Halaman
0 1/1

Standar Operasional Prosedur Tanggal Terbit Ditetapkan

Neurologi
1 Pengertian Manajeman nyeri intervensional kasus nyeri belakang lutut kronis dengan
panduan USG adalah tindakan invasif minimal sebagai salah satu
tatalaksana penderita nyeri belakang lutut dengan aspirasi eksudat kemudian
memberikan suntikan obat anestesi lokal dan steroid pada lokasi yang
menjadi generator nyeri (pain generator) dengan menggunakan USG untuk
memandu penyuntikan ke lokasi yang tepat.
2 Tujuan Memberikan suntikan obat anestesi local dan steroid di baker cyst guna
mengatasi keluhan nyeri
3 Kebijakan 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran negara RI Nomor 5063
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK 01/07/Menkes/481/2019
tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Nyeri
3. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia No 40/KKI/Kep/IV/2018
tentang Pengesahan Buku Putih Manajemen Intervensi Nyeri
(Interventional Pain Management) dalam bidang spesialisasi kedokteran
yang berbeda
4 Prosedur Penegakan diagnosis
Penegakan diagnosis dilakukan saat didasarkan pada beberapa komponen
berikut :
1. Anamnesis mengenai nyeri di area belakang lutut (auto/allo),
minimal meliputi onset, lokasi, karakteristik, intensitas, durasi,
frekuensi, peringan/pemberat gejala nyeri, defisit neurologis
yang terkait (motorik/sensorik/otonom), riwayat pengobatan,
riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga, dan gangguan
performa fungsional. Anamnesis juga mencakup riwayat
trauma
2. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis, minimal meliputi
Keadaan umum, kesadaran (Glasgow Coma Scale), tanda vital,
Skala nyeri dalam Numeric Rating Scale, status generalis,
status neurologis umum, dan pemeriksaan spesifik
3. Penyakit komorbid yang dimiliki, minimal meliputi adanya
riwayathipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus
4. Riwayat penggunaan obat – obat lain seperti obat anti-
hipertensi,anti-diabetes, obat antiplatelet (contoh : Aspirin,
clopidogrel) atauantikoagulan (contoh : Warfarin, heparin,
fondaparinux,enoxaparin);
- Pasien yang menkonsumsi obat untuk penyakit komorbid seperti
hipertensi dan diabetes melitus dapat melanjutkan obat – obatan
tersebut atau konsultasi dengan spesialis terkait bila diperlukan
- Bagi pasien yang mengkonsumsi salah satu dari obat pengencer
darah maka diperlukan penghentian obat selama 7-10 hari sebelum
tindakan. Penghentian obat – obatan ini perlu dikonsultasikan
dengan dokter ahli terkait yang memberikan obat tersebut
5. Riwayat alergi terhadap obat – obatan yang akan digunakan
seperti steroid, anestesi lokal (lidokain/bupivakain),
6. Pemeriksaan penunjang genu

Indikasi manajemen nyeri intervensi


1. Nyeri kronis lebih dari 3 bulan.
2. Nyeri tidak dapat diatasi dengan pemberian terapi konvensional
(intractable pain) dalam jarak 1 bulan semenjak diberikannya pengobatan
terakhir.
3. Tidak adanya perbaikan skala nyeri lebih dari 50% dalam 1 bulan
4. Intoleran terhadap obat maupun kombinasi anti nyeri konvensional
5. Pemeriksaan klinis neurologis yang cermat dalam menentukan generator
nyeri sebagai penentu jenis tindakan intervensi yang akan dilakukan.
6. Secara subyektif pasien merasa tidak puas atas pengobatan konvensional
terhadap kronisitas nyeri yang diderita

Persiapan tindakan
Pesiapan tindakan dilakukan pada pasien yang sudah penjalani prosedur
penegakan diagnosis di atas serta diputuskan memerlukan manajemen
intevensi nyeri dengan panduan USG guna mengatasi nyeri, memperbaiki
fungsi muskuloskeletal. Persiapan tindakan meliputi hal berikut :
Pemeriksaan penunjang, minimal meliputi darah rutin,
1. Laboratorium minimal atas indikasi, GDS/GDP
2. Informed consent; penjelasan yang diberikan minimal meliputi
prosedur tindakan yang akan dilakukan, risiko komplikasi yang
mungkin terjadi dan langkah – langkah yang dilakukan untuk
mencegah komplikasi, risiko reaksi alergi, risiko efek samping
dan langkah penanganannya, serta risiko kegagalan tindakan
dalam menangani nyeri. Persetujuan tindakan harus diberikan
oleh pasien, apabila tidak kompeten, diberikan oleh keluarga
terdekat yang memiliki hubungan pernikahan atau hubungan
darah terdekat.

Penatalaksanaan tindakan
1. Identifikasi pasien.
2. Pasien diposisikan scanning USG secara sistematis
3. Dilakukan tindakan sterilisasi pada area tubuh yang hendak
dilakukan tindakan dengan betadine dan alcohol 70% 5.
4. Dokter melakukan scrub-up, dan memakai sarung tangan steril
5. Identifikasi target injeksi kista baker dengan USG
6. Menginsersi jarum pada entry point, dilanjutkan dengan
pengaturan posisi jarum sehingga tepat pada titik target serta
didapatkan gambaran jarum/tip of the needle di layar USG .
7. Dilakukan Injeksi obat aktif yang terdiri dari
steroid/prolotherapi dan anestesi local lidokain pada lokasi
target, kemudian jarum dicabut.
8. Tindakan selesai
9. Luka tindakan ditutup dengan perban kassa.
10. Dilakukan observasi kondisi umum, tanda vital, intensitas
nyeri, selama minimal 30 menit. Satu minggu setelah tindakan
pasien dapat dikontrolkan
Paska Tindakan :
Dilakukan cek laboratorium untuk cairan aspirat (atas indikasi)
5 Lama perawatan -
6 Komplikasi/penyulit Nyeri di lokasi tindakan; alergi; perdarahan pada lokasi tindakan; infeksi
pada lokasi tindakan; peningkatan tekanan darah; peningkatan kadar glukosa
darah
7 Unit terkait 1. Dokter spesialis saraf divisi nyeri intervensi /manajemen
nyeri intervensi, orthopedi
2. Dokter spesialis saraf
3. Perawat poliklinik
4. Farmasi

Anda mungkin juga menyukai